Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya
nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk
melindungi kita dari ganguan-ganguan tersebut. usaha mendapatkan ventilasi alamiah bisa
diperoleh. Oleh karena itu perlu diketahui bahwa ventilasi mendasarkan diri pada dua prinsip,
yaitu :
Ventilasi Horisontal
Ventilasi horizontal timbul karena udara dari sumber yang datang secara horizontal. Kondisi
ini bisa terjadi bila ada satu sisi (bagian rumah) yang sengaja dibuat panas sementara di sisi
lain kondisinya lebih sejuk. Kondisi sejuk ini dapat diperoleh bila bagian tersebut kita tanami
pohon yang cukup rindang atau bagian tersebut sering terkena bayangan (ingat prinsip dasar
udara yang mengalir dari daerah bertekanan tinggi /dingin ke daerah bertekanan
rendah/panas).
Ventilasi Vertikal
Prinsip dasar ventilasi vertikal adalah memanfaatkan perbedaan lapisan-lapisan udara, baik di
dalam maupun di luar yang memiliki perbedaan berat jenis. Ventilasi vertikal ini akan sangat
bermanfaat untuk bangunan rumah 2 lantai atau lebih.
b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara
tersebut, misalnya mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi
rumah di pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga
agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, intinya harus mengalir. Artinya di dalam
ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
Ada beberapa indikator yang dapat menentukan satu rumah sudah memiliki tata udara yang
cukup bagus atau belum. Salah satunya dengan memerhatikan temperatur ruang yang
dirasakan penghuni. Aman biasanya memiliki temperatur udara berkisar 2230 derajat
Celsius. Selain itu, kecepatan dan volume angin yang masuk ke dalam rumah juga turut
menentukan. Cara perhitungannya adalah dengan menganalisis besaran inlet atau banyaknya
ventilasi udara masuk, serta outlet yakni ventilasi bukaan udara keluar. Indikator kedua yaitu
lokasi rumah dan lingkungan. Dua indikator tersebut merupakan faktor penentu untuk
mengetahui letak ventilasi yang tepat pada sebuah rumah.
Lalu, untuk perhitungan tata udara secara buatan dilakukan dengan perhitungan volume ruang
dan konversi terhadap jenis kegiatan dalam ruangan tersebut. Tiap ruang memiliki karakter
dan kebutuhan masing-masing terhadap udara. Namun, yang paling penting diperhatikan dan
menjadi faktor utama adalah manusia atau penghuni itu sendiri. Statistik bisa menentukan
standardisasi kenyaman thermal dan kebutuhan intensitas cahaya dalam ruang. Namun,
pengalaman ruang yang dirasakan dan yang diinginkan penghuni adalah hal yang paling
utama.
Prinsip membuat ventilasi rumah sehat adalah bagaimana membuat lebih mudah bergerak
dari luar ke dalam maupun sebaliknya. Oleh karenanya peletakan bukaan ventilasi menjadi
faktor penting. Agar angin yang masuk bisa mengalir dengan lancar maka penempatan
bukaan ventilasi dilakukan secara berhadapan (cross ventilation). Kondisi ini mempermudah
aliran udara untuk saling bertukar, satu bagian menjadi tempat masuknya udara bagian yang
berhadapan menjadi tempat pengeluarannya begitu pula sebaliknya. Namun yang perlu
diingat agar aliran udara bisa mengalir melintang di seluruh ruang maka ketinggian lubang
ventilasi yang saling berhadapan sebaiknya dibuat tidak sama.
Selain bergerak secara horizontal, aliran udara di dalam rumah juga bergerak secara vertikal.
Hal ini sesuai dengan prinsip dasar bahwa udara mengalir dari area bertekanan tinggi (dingin)
ke area bertekanan rendah (panas). Bagian atas rumah cenderung lebih panas dari bagian
bawah hal ini disebabkan karena adanya pemanasan bangunan oleh sinar matahari (pada
bagian atap bangunan). Kondisi ini menyebabkan udara bergerak dari area bawah ke atas.
Agar udara panas ini dapat keluar, dan terjadi aliran maka perlu ditempatkan lubang angin di
bagian atas rumah. Dengan demikian, udara panas bisa terbuang digantikan udara yang lebih
dingin dari bagian bawah rumah.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat lainnya, di antaranya:
Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang
ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10%
dikali luas lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa sehingga udara yang masuk
tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak
dicemari oleh asap dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.
Aliran udara diusahakan ventilasi silang dengan menempatkan lubang hawa berhadapan
antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar
misalnya almari, dinding sekat dan lain-lain.
Rumah yang ideal/sehat juga memiliki prosentase ventilasi/bukaan total 15%-20% dari luas
keseluruhan tapak/lahan. Proporsi volume udara yang dibutuhkan dari masing-masing ruang
memiliki nilai yang berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan fungsi ruang tersebut. Kamar
mandi yang memiliki kelembaban tinggi, maka membutuhkan pergantian udara sebanyak
enam kali volume ruangnya (volume dihitung dari luas ruang x tinggi ruang). Misal kamar
mandi berukuran 33 m dengan tinggi 3 m, membutuhkan pergantian udara sebanyak
(3x3x3)x6 = 162 m2/jam. Sedangkan kamar tidur membutuhkan pergantian udara sebesar 2/3
volume ruang tiap jamnya.
Bagi ruangan yang didesain dan bisa dipadukan dengan ruang terbuka seperti taman, ventilasi
tentu bukan menjadi parmasalahan berarti. Namun bagaimana dengan ruang yang berada di
tengah-tengah ruang lain dan tidak dimungkinkan untuk membuat bukaan untuk ventilasi?
Untuk ruangan yang berada di tengah-tengah dan tidak terdapat area bukaan untuk
mengalirkan udara, perlu dilakukan pendekatan yang berbeda. Kita bisa menggunakan alat
untuk membantu sirkulasi udara, misal exhaust fan atau ventilating fan (penyedot udara). Di
pasaran ada berbagai jenis exhaust fan, diantaranya wall mount (dipasang di dinding), ceiling
mount (dipasang di plafond/langit-langit) serta window mount (dipasang di jendela). Prinsip
peletakan exhaust fan adalah bersilangan dengan bukaan depan. Hal ini bertujuan agar
perputaran udara dapat berjalan secara maksimal.
Perencanaan sistem ventilasi yang baik banyak member keuntungan. Di tengah maraknya isu
penghematan energi, sebuah rumah yang didesain dengan sistem ventilasi yang baik, turut
pula mendukung program ini. Pengaturan sistem penghawaan yang baik akan menghemat
penggunaan pengkondisi ruang (AC). Di sisi lain, bukaan ventilasi berfungsi pula
memasukkan terang langit sekaligus mendukung sistem pencahayaan alami di dalam rumah.
Sehingga pada waktu siang hari, penggunaan lampu bisa diminimalkan sekaligus menghemat
penggunaan listrik
Jarak horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber
pengotoran (bidang resapan/ tangki septic tank) lebih dari 11 meter,
sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih
dari 50 meter.
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah
jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool,
seepage pit) dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut
tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.
Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir dan jarak sumur minimal 15
meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang
ternak, tempat sampah dan sebagainya.
Untuk membuat sumur yang baik untuk suatu desa dapat menggunakan prinsip
berikut:
Di tepian, ada saluran drainase agar air kotor dari kegiatan mencuci tidak
masuk ke dalam sumur kembali.
Gunakan pompa tangan untuk menyedot air dari dalam sumur. Pompa
tangan digunakan karena pompa tangan dapat bekerja tanpa menggunakan
listrik sehingga tidak menambah pengeluaran dan lebih mudah diperbaii
bila rusak.
Untuk mengatasi tingginya kadar arsen pada air, dapat digunakan penyaring
SONO filter yang memiliki struktur sebagai berikut:
Air dimasukkan melalui bagian atas dan akan mengalir melalui penyaring
tersebut sebelum akhirnya keluar pada bagian bawah. Air yang keluar pada
bagian bawah akan bebas arsenik karena arsenik akan diikat oleh lapisan besi
berpori pada filter tersebut (CIM).
4. Apa dampak jarak Puskes sejauh 15 km ?
5. Apa hubungan 10 besar penyakit pada kasus dengan lingkungan?
ISPA
Standar baku mutu udara nasional Indonesia menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 adalah sebagai berikut:
No.
Parameter
Waktu
Pengukuran
Baku Mutu
CO (Karbon Monoksida)
O3 (Oksidan)
1 Jam
900 ug/m3
24 Jam
365 ug/m3
1 Thn
60 ug/m3
1 Jam
30.000 ug/m3
24 Jam
10.000 ug/m3
1 Thn
1 Jam
400 ug/m3
24 Jam
150 ug/m3
1 Thn
100 ug/m3
1 Jam
235 ug/m3
1 Thn
50 ug/m3
HC (HidroKarbon)
3 Jam
160 ug/m3
24 Jam
150 ug/m3
24 Jam
65 ug/m3
1 Thn
15 ug/m3
24 Jam
230 ug/Nm3
1 Thn
90 ug/m3
24 Jam
2 ug/m3
1 Thn
1 ug/m3
30 hari
10 Ton/km2/Bulan
9.
TSP (Debu)
Pb
Dustfall
(Debu Jatuh )
(Pemukiman)
20 Ton/km2/Bulan
(Industri)
10
24 Jam
3 ug/m3
90 hari
0,5 ug/m3
11.
Fluor Indeks
30 hari
12.
24 Jam
150 ug/m3
13.
Sulphat Indeks
30 hari
1 mg SO3/100 cm3
Berdasarkan data diatas, kandungan udara di desa ini yang tidak memenuhi standar
baku mutu udara ambien adalah :
Kulit
Hipertensi
Pemda:
- Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Provinsi sebaiknya
memprogramkan perumahan layak huni atau minimal rumah
percontohan yang dapat terjangkau masyarakat/rumah murah yang
berkualitas.
2. Kualitas Air
nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
Dinkes: menambah tenaga kesehatan dan sanitarian untuk melakukan
penyuluhan atau sosialisasi air bersih dan sehat.
Pemda: membuat dan merealisasikan program bantuan air bersih atau alat
penyediaan penyaring air bagi masyarakat di desa.
3. Kualitas Udara
Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
1) Dinkes: persiapan tenaga kesehatan dalam manajemen pasien ISPA terutama
pada musim kemarau dan serangan asap kabut.
2) Pemda: mengajukan permohonan bantuan kepada Pemda untuk membantu
program konversi di desa Mjt ini dengan memberikan bantuan stimulan kepada
warga berupa kompor gas dan regulator LPG. Pemda juga harus dapat
menjamin pasokan LPG bersubsidi ke daerah tersebut sehingga harga LPG
terkontrol dan mampu dijangkau masyarakat.
4. Petugas Kesehatan
Berikut beberapa pasal yang menjelaskan tentang peningkatan mutu tenaga
kesehatan.
Pasal 25 Ayat (1): Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat
melalui pendidikan dan/atau pelatihan.
Pasal 25 Ayat (2): Penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah
daerah.
Pasal 26 Ayat (1): Pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk
pemerataan pelayanan kesehatan.
Langkah yang dapat dilakukan Dinkes dan Pemda dalam mengatasi jumlah tenaga
kesehatan yang kurang di suatu daerah adalah sebagai berikut.
1) Pimpinan di daerah memberi arah dan petunjuk dalam melakukan pengadaan
SDM (rekruitmen dan seleksi), pendayagunaan SDM (merencanakan
distribusinya, kelanjutan kariernya, serta kesejahteraannya), Pembinaan dan
pengawasan SDM. Bagi SDM yang diketahui kurang kompeten, dilakukan
pelatihan baik kemampuan manajerial maupun keterampilannya. Pengawasan
2)
3)
4)
5)
5. Pengelolaan Sampah
Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
1) Dinkes: penyediaan tenaga sanitarian yang dapat memberi pelatihan atau
penyuluhan tentang higiene dan sanitasi lingkungan.
2) Pemda: menyediakan tempat pembuangan sampah dengan ketentuan minimal
sebagai berikut.
Dibangun di jenis tanah kedap air, di daerah yang tidak produktif untuk
pertanian, dan bebas banjir
Dapat dipakai minimal 5-10 tahun,
Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air,
Jarak tempat pembuangan akhir sampah dari daerah pusat pelayanan 10 km.
6. Keracunan makanan
Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
1) Dinkes: mempersiapkan tenaga kesehatan dalam investigasi keracunan
makanan.
2) Pemda: mendukung sarana dan prasarana yang berperan dalam pencegahan
terjadinya kasus keracunan makanan. Misalnya, membangun tempat
pembuangan sampah umum.
7. Kebiasaan Masyarakat
Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
1) Tentang Kecelakaan Lalu Lintas:
a. Menambah sarana dan prasarana lalu lintas. Meliputi fasilitas jalan,
rambu-rambu, dan tanda lalu lintas
b. Mensosialiasikan peraturan lalu lintas
c. Penyuluhan kepada anggota polisi yang baru agar lebih patuh peraturan
agar menjadi panutan
2) Tentang NAPZA:
a. Keseimbangan dan koordinasi lintas sektor
b. Pengembangan sistem informasi
c. Pembuatan strategi dan rencana aksi
d. Penguatan sistem kesehatan
e. Pengembangan model pelayanan ketergantungan NAPZA
DAFTAR PUSTAKA
World
Health
Organization
(WHO).
Environmental
Health.
Disitasi
dari