Você está na página 1de 13

ANALISIS MASALAH

1. Apa hubungan pekerjaan dengan kondisi kesehatan masyarakat ?


Risiko kesehatan saat bekerja dapat terjadi karena mayoritas mata pencaharian
penduduk adalah pertanian dan pertukangan yang sering berkontak dengan tanah dan
debu.Kebiasaan berjalan tanpa alas kaki meningkatkan risiko kecacingan dan trauma atau
cidera. Tanah juga merupakan tempat tinggal makhluk hidup yang dapat membahayakan
kesehatan manusia, seperti parasit, serangga, dan banyak mikroorganisme lain.
Mikroorganisme tersebut dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui kulit, udara, dan
makanan yang akhirnya berakibat terhadap timbulnya berbagai macam penyakit.
Alas kaki adalah produk seperti sepatu dan sandal yang dipakai untuk melindungi kaki terutama bagian telapak kaki agar tidak cedera dari kondisi lingkungan
seperti permukaan tanah yang berbatu-batu, berair, udara panas, maupun dingin. Selain
itu, manfaat yang juga penting adalah agar kita terlindung dari masuknya mikroorganisme
seperti parasit yang dapat membahayakan kesehatan.Anak- anak yang tidak memakai alas
kaki berkemungkinan terinfeksi cacing yang berasal dari tanah.Penyakit ini dapat
mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya
tumbuh kembang anak, karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh,
misalnya protein, karbohidrat dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia.
2. Bagaimana kondisi ventilasi yang baik ?
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran
udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan
oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya
menjadi meningkat. Di samping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban
udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan
penyerapan. Kelembaban ini merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen
(bakteribakteri penyebab penyakit).
Fungsi kedua dari pada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteribakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus
menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk
menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban (humudity) yang optimum.
Ada 2 macam ventilasi, yakni:
a) Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah
melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak

lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya
nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk
melindungi kita dari ganguan-ganguan tersebut. usaha mendapatkan ventilasi alamiah bisa
diperoleh. Oleh karena itu perlu diketahui bahwa ventilasi mendasarkan diri pada dua prinsip,
yaitu :
Ventilasi Horisontal
Ventilasi horizontal timbul karena udara dari sumber yang datang secara horizontal. Kondisi
ini bisa terjadi bila ada satu sisi (bagian rumah) yang sengaja dibuat panas sementara di sisi
lain kondisinya lebih sejuk. Kondisi sejuk ini dapat diperoleh bila bagian tersebut kita tanami
pohon yang cukup rindang atau bagian tersebut sering terkena bayangan (ingat prinsip dasar
udara yang mengalir dari daerah bertekanan tinggi /dingin ke daerah bertekanan
rendah/panas).
Ventilasi Vertikal
Prinsip dasar ventilasi vertikal adalah memanfaatkan perbedaan lapisan-lapisan udara, baik di
dalam maupun di luar yang memiliki perbedaan berat jenis. Ventilasi vertikal ini akan sangat
bermanfaat untuk bangunan rumah 2 lantai atau lebih.
b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara
tersebut, misalnya mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi
rumah di pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga
agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, intinya harus mengalir. Artinya di dalam
ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.
Ada beberapa indikator yang dapat menentukan satu rumah sudah memiliki tata udara yang
cukup bagus atau belum. Salah satunya dengan memerhatikan temperatur ruang yang
dirasakan penghuni. Aman biasanya memiliki temperatur udara berkisar 2230 derajat
Celsius. Selain itu, kecepatan dan volume angin yang masuk ke dalam rumah juga turut
menentukan. Cara perhitungannya adalah dengan menganalisis besaran inlet atau banyaknya
ventilasi udara masuk, serta outlet yakni ventilasi bukaan udara keluar. Indikator kedua yaitu
lokasi rumah dan lingkungan. Dua indikator tersebut merupakan faktor penentu untuk
mengetahui letak ventilasi yang tepat pada sebuah rumah.
Lalu, untuk perhitungan tata udara secara buatan dilakukan dengan perhitungan volume ruang
dan konversi terhadap jenis kegiatan dalam ruangan tersebut. Tiap ruang memiliki karakter
dan kebutuhan masing-masing terhadap udara. Namun, yang paling penting diperhatikan dan
menjadi faktor utama adalah manusia atau penghuni itu sendiri. Statistik bisa menentukan
standardisasi kenyaman thermal dan kebutuhan intensitas cahaya dalam ruang. Namun,
pengalaman ruang yang dirasakan dan yang diinginkan penghuni adalah hal yang paling
utama.
Prinsip membuat ventilasi rumah sehat adalah bagaimana membuat lebih mudah bergerak
dari luar ke dalam maupun sebaliknya. Oleh karenanya peletakan bukaan ventilasi menjadi
faktor penting. Agar angin yang masuk bisa mengalir dengan lancar maka penempatan

bukaan ventilasi dilakukan secara berhadapan (cross ventilation). Kondisi ini mempermudah
aliran udara untuk saling bertukar, satu bagian menjadi tempat masuknya udara bagian yang
berhadapan menjadi tempat pengeluarannya begitu pula sebaliknya. Namun yang perlu
diingat agar aliran udara bisa mengalir melintang di seluruh ruang maka ketinggian lubang
ventilasi yang saling berhadapan sebaiknya dibuat tidak sama.
Selain bergerak secara horizontal, aliran udara di dalam rumah juga bergerak secara vertikal.
Hal ini sesuai dengan prinsip dasar bahwa udara mengalir dari area bertekanan tinggi (dingin)
ke area bertekanan rendah (panas). Bagian atas rumah cenderung lebih panas dari bagian
bawah hal ini disebabkan karena adanya pemanasan bangunan oleh sinar matahari (pada
bagian atap bangunan). Kondisi ini menyebabkan udara bergerak dari area bawah ke atas.
Agar udara panas ini dapat keluar, dan terjadi aliran maka perlu ditempatkan lubang angin di
bagian atas rumah. Dengan demikian, udara panas bisa terbuang digantikan udara yang lebih
dingin dari bagian bawah rumah.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat lainnya, di antaranya:
Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas lubang
ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10%
dikali luas lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa sehingga udara yang masuk
tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit. Udara yang masuk harus udara bersih, tidak
dicemari oleh asap dari sampah atau dari pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.
Aliran udara diusahakan ventilasi silang dengan menempatkan lubang hawa berhadapan
antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar
misalnya almari, dinding sekat dan lain-lain.
Rumah yang ideal/sehat juga memiliki prosentase ventilasi/bukaan total 15%-20% dari luas
keseluruhan tapak/lahan. Proporsi volume udara yang dibutuhkan dari masing-masing ruang
memiliki nilai yang berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan fungsi ruang tersebut. Kamar
mandi yang memiliki kelembaban tinggi, maka membutuhkan pergantian udara sebanyak
enam kali volume ruangnya (volume dihitung dari luas ruang x tinggi ruang). Misal kamar
mandi berukuran 33 m dengan tinggi 3 m, membutuhkan pergantian udara sebanyak
(3x3x3)x6 = 162 m2/jam. Sedangkan kamar tidur membutuhkan pergantian udara sebesar 2/3
volume ruang tiap jamnya.
Bagi ruangan yang didesain dan bisa dipadukan dengan ruang terbuka seperti taman, ventilasi
tentu bukan menjadi parmasalahan berarti. Namun bagaimana dengan ruang yang berada di
tengah-tengah ruang lain dan tidak dimungkinkan untuk membuat bukaan untuk ventilasi?
Untuk ruangan yang berada di tengah-tengah dan tidak terdapat area bukaan untuk
mengalirkan udara, perlu dilakukan pendekatan yang berbeda. Kita bisa menggunakan alat
untuk membantu sirkulasi udara, misal exhaust fan atau ventilating fan (penyedot udara). Di
pasaran ada berbagai jenis exhaust fan, diantaranya wall mount (dipasang di dinding), ceiling
mount (dipasang di plafond/langit-langit) serta window mount (dipasang di jendela). Prinsip
peletakan exhaust fan adalah bersilangan dengan bukaan depan. Hal ini bertujuan agar
perputaran udara dapat berjalan secara maksimal.

Perencanaan sistem ventilasi yang baik banyak member keuntungan. Di tengah maraknya isu
penghematan energi, sebuah rumah yang didesain dengan sistem ventilasi yang baik, turut
pula mendukung program ini. Pengaturan sistem penghawaan yang baik akan menghemat
penggunaan pengkondisi ruang (AC). Di sisi lain, bukaan ventilasi berfungsi pula
memasukkan terang langit sekaligus mendukung sistem pencahayaan alami di dalam rumah.
Sehingga pada waktu siang hari, penggunaan lampu bisa diminimalkan sekaligus menghemat
penggunaan listrik

3. Bagaimana kriteria dari sumur gali yang ideal ?


Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur Gali untuk
Sumber Air Bersih
-

Jarak horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber
pengotoran (bidang resapan/ tangki septic tank) lebih dari 11 meter,
sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih
dari 50 meter.
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah
jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool,
seepage pit) dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut
tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.
Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir dan jarak sumur minimal 15
meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang
ternak, tempat sampah dan sebagainya.

Gambar 1. Sumur Ideal

Untuk membuat sumur yang baik untuk suatu desa dapat menggunakan prinsip
berikut:

Bagian atas sumur hendaklah ditutup dengan concrete (semen).

Buat sebuah lubang khusus untuk memasukkan klorin guna membunuh


bakteri di dalam air. Klorinasi dilakukan secara berkala setiap 2 - 3 minggu
dengan menggunakan wadah kecil (gentong kecil) yang dilubangi sebanyak
6 8 lubang pada bagian bawahnya dengan diameter 5 mm. Gentong diisi
batu, pasir ditambah larutan pemutih atau kaporit dengan perbandingan 1 kg
kaporit dan 2 kg pasir, lalu ditutup batu lagi pada bagian atasnya.

Di tepian, ada saluran drainase agar air kotor dari kegiatan mencuci tidak
masuk ke dalam sumur kembali.

Bagian dinding atas, minimal sedalam 3 meter, diberikan tambahan lapisan


tanah liat yang impermeable di luar lapisan dinding asli agar air kotor tidak
merembes masuk ke dalam sumur.

Gunakan pompa tangan untuk menyedot air dari dalam sumur. Pompa
tangan digunakan karena pompa tangan dapat bekerja tanpa menggunakan
listrik sehingga tidak menambah pengeluaran dan lebih mudah diperbaii
bila rusak.

Gambar. 2 Sumur ideal dengan menggunakan pompa tangan

Untuk mengatasi tingginya kadar arsen pada air, dapat digunakan penyaring
SONO filter yang memiliki struktur sebagai berikut:

Air dimasukkan melalui bagian atas dan akan mengalir melalui penyaring
tersebut sebelum akhirnya keluar pada bagian bawah. Air yang keluar pada
bagian bawah akan bebas arsenik karena arsenik akan diikat oleh lapisan besi
berpori pada filter tersebut (CIM).
4. Apa dampak jarak Puskes sejauh 15 km ?
5. Apa hubungan 10 besar penyakit pada kasus dengan lingkungan?
ISPA
Standar baku mutu udara nasional Indonesia menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999 adalah sebagai berikut:
No.

Parameter

Waktu
Pengukuran

Baku Mutu

SO2 (Sulfur Dioksida)

CO (Karbon Monoksida)

NO2 (Nitrogen Dioksida)

O3 (Oksidan)

1 Jam

900 ug/m3

24 Jam

365 ug/m3

1 Thn

60 ug/m3

1 Jam

30.000 ug/m3

24 Jam

10.000 ug/m3

1 Thn

1 Jam

400 ug/m3

24 Jam

150 ug/m3

1 Thn

100 ug/m3

1 Jam

235 ug/m3

1 Thn

50 ug/m3

HC (HidroKarbon)

3 Jam

160 ug/m3

PM10 (Partikel < 10 um )

24 Jam

150 ug/m3

PM2,5 (Partikel < 2,5 um )

24 Jam

65 ug/m3

1 Thn

15 ug/m3

24 Jam

230 ug/Nm3

1 Thn

90 ug/m3

24 Jam

2 ug/m3

1 Thn

1 ug/m3

30 hari

10 Ton/km2/Bulan

9.

TSP (Debu)

Pb

Dustfall
(Debu Jatuh )

(Pemukiman)

20 Ton/km2/Bulan
(Industri)

10

Total Fluorides (as F)

24 Jam

3 ug/m3

90 hari

0,5 ug/m3

11.

Fluor Indeks

30 hari

40 u g/100 cm2 dari kertas


limed filter

12.

Khlorine & Khlorine Dioksida

24 Jam

150 ug/m3

13.

Sulphat Indeks

30 hari

1 mg SO3/100 cm3

Berdasarkan data diatas, kandungan udara di desa ini yang tidak memenuhi standar
baku mutu udara ambien adalah :

SO2 (24 jam : 500 ug/m3),

CO (24 jam: 30.000ug/m3),

NOx (24 jam: 200ug/m3),

Total suspended particulate (24 jam: 500ug/m3), dan

Pb (24 jam: 5ug/m3).

Secara spesifik akibat kualitas udara yang tidak baik yaitu :


1) SO2 dapat memengaruhi sistem pernapasan dan gangguan fungsi paru,
menyebabkan iritasi pada mata, inflamasi pada saluran pernapasan
menyebabkan batuk, sekresi lendir, memicu asma dan bronkhitis kronis serta
tekanan darah rendah, nadi cepat, dan sakit kepala.
2) CO memiliki efek toksik yang dapat menyebabkan kegagalan transportasi O 2 ke
jaringan dan mengakibatkan anoksia jaringan, gangguan sistem syaraf pusat
(kehilangan sensitifitas ujung jari, penurunan daya ingat, pertumbuhan mental
buruk terutama pada balita, berat badan bayi lahir rendah, kematian janin dan
gangguan kardiovaskular). Gejala yang muncul akibat keracunan gas CO, antara
lain pusing, mual, gelisah, sesak napas, sakit dada, bingung, pucat, tidak sadar,
kegagalan pernapasan dan kematian.
3) NOx dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan seperti lemas, batuk,
sesak
napas,
bronchopneumonia,
edema
paru,
sianosis,
dan
methemoglobinemia.
4) TSP dapat menyebabkan pneumonia, gangguan sistem pernapsan, iritasi mata,
alergi, bronkhitis kronis.
5) Pb dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, sel darah, dan ginjal.
Dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan konvulsi/kejang, koma, bahkan
kematian. Pajanan pada anak-anak atau janindapat lebih parah karena
menyebabkan pertumbuhan terhambat, penurunan kecerdasan, mengurangi
konsentrasi, dan gangguan perilaku

Kulit
Hipertensi

6. Apa penyebab keracunan yang dialami oleh warga ?


Penyebab keracunan kemungkinan berasal dari makanan atau minuman yang
terkontaminasi patogen
7. Dampak dari PM10 dan CO pada kesehatan ?
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun
1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara, pencemaran oleh SO2 terletak
pada indeks 100 199 (kategori tidak sehat). Dampak dari pencemaran SO 2 pada
level ini adalah adanya bau dan meningkatnya kerusakan pada beberapa tanaman.
Karbon monoksida (CO) akan berikatan dengan hemoglobin dan dapat
mengganggu oksigenasi tubuh sehingga orang merasa lemas, susah berkonsentrasi,
dan mengantuk. Pada kadar yang lebih tinggi lagi, karbon monoksida dapat
mengakibatkan kematian. Efek dari pencemaran udara oleh NOx adalah ganguan
pada saluran pernapasan dan paru sehingga masyarakat lebih rentan mengalami
infeksi saluran napas. Debu dapat mengakibatkan iritasi pada saluran napas dan
meningkatkan resiko untuk mengalami asthma atau serangan asthma pada pajanan
berulang untuk jangka waktu yang lama.
Secara spesifik akibat kualitas udara yang tidak baik yaitu :
6) SO2 dapat memengaruhi sistem pernapasan dan gangguan fungsi paru,
menyebabkan iritasi pada mata, inflamasi pada saluran pernapasan
menyebabkan batuk, sekresi lendir, memicu asma dan bronkhitis kronis serta
tekanan darah rendah, nadi cepat, dan sakit kepala.
7) CO memiliki efek toksik yang dapat menyebabkan kegagalan transportasi O 2 ke
jaringan dan mengakibatkan anoksia jaringan, gangguan sistem syaraf pusat
(kehilangan sensitifitas ujung jari, penurunan daya ingat, pertumbuhan mental
buruk terutama pada balita, berat badan bayi lahir rendah, kematian janin dan
gangguan kardiovaskular). Gejala yang muncul akibat keracunan gas CO, antara
lain pusing, mual, gelisah, sesak napas, sakit dada, bingung, pucat, tidak sadar,
kegagalan pernapasan dan kematian.
8) NOx dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan seperti lemas, batuk,
sesak
napas,
bronchopneumonia,
edema
paru,
sianosis,
dan
methemoglobinemia.
9) TSP dapat menyebabkan pneumonia, gangguan sistem pernapsan, iritasi mata,
alergi, bronkhitis kronis.
10) Pb dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, sel darah, dan ginjal.
Dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan konvulsi/kejang, koma, bahkan
kematian. Pajanan pada anak-anak atau janindapat lebih parah karena

menyebabkan pertumbuhan terhambat, penurunan kecerdasan, mengurangi


konsentrasi, dan gangguan perilaku
8. Apa nasihat yang spesifik untuk setiap resiko yang terindikasi :
Tingkat kesejahteraan (pendapatan dan pekerjaan)
Kecelakaan lalu lintas
Karena penyebab keracunan kemungkinan berasal dari makanan atau minuman
yang terkontaminasi patogen, nasihat yang perlu disampaikan kepada masyarakat
adalah sebagai berikut.
1) Mengolah makanan dengan higiene yang baik termasuk mencuci bahan dan
peralatan masak,
2) Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan,
3) Menghindari hinggapan lalat atau hewan-hewan yang mungkin menjadi vektor
pada makanan dengan cara menutup makanan sebelum dihidangkan.
Langkah yang harus dilakukan Puskesmas
Puskesmas sebaiknya melakukan hal-hal berikut.
1) Pelatihan ibu-ibu Desa Mjt untuk mencuci bahan makanan yang higienis
2) Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan,
3) Melakukan investigasi jika terjadi keracunan ulang.
Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
1) Dinkes: mempersiapkan tenaga kesehatan dalam investigasi keracunan
makanan.
2) Pemda: mendukung sarana dan prasarana yang berperan dalam pencegahan
terjadinya kasus keracunan makanan. Misalnya, membangun tempat
pembuangan sampah umum.
Rekomendasi pelatihan khusus
Pelatihan yang direkomendasikan adalah pelatihan manajemen kegawatdaruratan
pada pasien keracunan makanan.

9. Bagaimana nasihat utuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda setempat ?


1. Kondisi Rumah
Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
Dinkes:
- Dinkes kab/kota dalam hal ini merupakan penanggungjawab
Puskesmas sebaiknya berkoordinasi aktif dan ikut mendata apa yang
terjadi di wilayah Puskesmas. Bisa juga menurunkan tim yang terdiri
dari tenaga kesehatan, ahli laboratorium, gizi, dll untuk mendata
kondisi kesehatan,

Melalui Puskesmas sebagai UPTD Dinas Kesehatan melakukan


pelatihan manajemen promotif dan preventif kepada masyarakat terkait
penyakit infeksi yang berisiko tinggi dapat menular melalui media
tanah.

Pemda:
- Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Provinsi sebaiknya
memprogramkan perumahan layak huni atau minimal rumah
percontohan yang dapat terjangkau masyarakat/rumah murah yang
berkualitas.
2. Kualitas Air
nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
Dinkes: menambah tenaga kesehatan dan sanitarian untuk melakukan
penyuluhan atau sosialisasi air bersih dan sehat.
Pemda: membuat dan merealisasikan program bantuan air bersih atau alat
penyediaan penyaring air bagi masyarakat di desa.
3. Kualitas Udara
Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
1) Dinkes: persiapan tenaga kesehatan dalam manajemen pasien ISPA terutama
pada musim kemarau dan serangan asap kabut.
2) Pemda: mengajukan permohonan bantuan kepada Pemda untuk membantu
program konversi di desa Mjt ini dengan memberikan bantuan stimulan kepada
warga berupa kompor gas dan regulator LPG. Pemda juga harus dapat
menjamin pasokan LPG bersubsidi ke daerah tersebut sehingga harga LPG
terkontrol dan mampu dijangkau masyarakat.
4. Petugas Kesehatan
Berikut beberapa pasal yang menjelaskan tentang peningkatan mutu tenaga
kesehatan.
Pasal 25 Ayat (1): Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat
melalui pendidikan dan/atau pelatihan.
Pasal 25 Ayat (2): Penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah
daerah.
Pasal 26 Ayat (1): Pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk
pemerataan pelayanan kesehatan.
Langkah yang dapat dilakukan Dinkes dan Pemda dalam mengatasi jumlah tenaga
kesehatan yang kurang di suatu daerah adalah sebagai berikut.
1) Pimpinan di daerah memberi arah dan petunjuk dalam melakukan pengadaan
SDM (rekruitmen dan seleksi), pendayagunaan SDM (merencanakan
distribusinya, kelanjutan kariernya, serta kesejahteraannya), Pembinaan dan
pengawasan SDM. Bagi SDM yang diketahui kurang kompeten, dilakukan
pelatihan baik kemampuan manajerial maupun keterampilannya. Pengawasan

2)

3)
4)
5)

dilakukan bersama-sama / melibatkan sektor lain termasuk Organisasi Profesi


dan swasta.
Untuk memperbaiki kualitas perencanaan di daerah, pimpinan di daerah perlu
meningkatkan kemampuan perencanaan SDM kesehatan di daerah, seperti
dalam menetapkan sasaran harus jelas dan terukur sehingga dapat dilaksanakan.
Melakukan upaya pembinaan perencanaan dengan pelatihan maupun bantuan
teknis.
Melakukan pengembangkan perencanaan termasuk metodenya.
Mengalokasikan sumber daya pendukung seperti alokasi dana dan sarana yang
memadai.

5. Pengelolaan Sampah
Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
1) Dinkes: penyediaan tenaga sanitarian yang dapat memberi pelatihan atau
penyuluhan tentang higiene dan sanitasi lingkungan.
2) Pemda: menyediakan tempat pembuangan sampah dengan ketentuan minimal
sebagai berikut.
Dibangun di jenis tanah kedap air, di daerah yang tidak produktif untuk
pertanian, dan bebas banjir
Dapat dipakai minimal 5-10 tahun,
Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air,
Jarak tempat pembuangan akhir sampah dari daerah pusat pelayanan 10 km.
6. Keracunan makanan
Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
1) Dinkes: mempersiapkan tenaga kesehatan dalam investigasi keracunan
makanan.
2) Pemda: mendukung sarana dan prasarana yang berperan dalam pencegahan
terjadinya kasus keracunan makanan. Misalnya, membangun tempat
pembuangan sampah umum.
7. Kebiasaan Masyarakat
Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
1) Tentang Kecelakaan Lalu Lintas:
a. Menambah sarana dan prasarana lalu lintas. Meliputi fasilitas jalan,
rambu-rambu, dan tanda lalu lintas
b. Mensosialiasikan peraturan lalu lintas
c. Penyuluhan kepada anggota polisi yang baru agar lebih patuh peraturan
agar menjadi panutan
2) Tentang NAPZA:
a. Keseimbangan dan koordinasi lintas sektor
b. Pengembangan sistem informasi
c. Pembuatan strategi dan rencana aksi
d. Penguatan sistem kesehatan
e. Pengembangan model pelayanan ketergantungan NAPZA

f. Pengembangan pembiayaan dan keterlibatan sektor swasta


g. Standarisasi metoda pengobatan
h. Perizinan pembukaan dan operasional sarana pelayanan pemulihan
ketergantungan NAPZA dengan lebih jelas.
i. Pengembangan model pelayanan ketergantungan NAPZA yang berprinsip
evidence-based, komprehensif, multidisiplin, akuntabilitas, responsif, dan
menjaga serta menghormati hak azazi manusia.
LEARNING ISSUE
Peraturan perundang-undangan air

DAFTAR PUSTAKA

World

Health

Organization

(WHO).

Environmental

Health.

Disitasi

dari

http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008


Kemenkes RI. 2011. Promosi kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan.
Jakarta, Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Mengenai
Persyaratan Kualitas Air Minum Nomor : 492 / Menkes / Per/ IV/ 2010 tanggal 19 April
2010. Jakarta, Indonesia
Peraturan pemerintah Republik Indonesia. 1999. Baku mutu udara ambien nasional Nomor :
41 tahun 1999, Tanggal : 26 mei 1999. Jakarta, Indonesia
Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007.
Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas Udara. Jakarta , Indonesia
Rahadin, A.E. , E. Kardena. 2010. Kualitas Air pada Proses Pengolahan Air Minum di
Instalasi Pengolahan Air Minum Lippo Cikarang. Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC

Você também pode gostar