Você está na página 1de 5

Agar Tanah Liat Lebih Layak Ditanami Tanaman

Tanah liat
gambar : motorfreaks.wordpress.com
Apakah tanah yang ada di halaman rumah anda termasuk tanah liat ? Cobalah anda
perhatikan. Kalau tanah itu selagi basah lengket dan mudah menjadi lumpur, sebaliknya kalau
kering, keras retak dan berbongkah. Tak salah lagi, itu adalah tanah liat.
Warna tanah liat bervariasi. Dari merah kecokelatan sampai abu-abu gelap. Karena letak dan
liat sekali memegang air maka tak mengherankan kalau pertukaran udara dan air dalam tanah
jenis ini tidak lancar. Kalau tanah dalam keadan basah, pori tanah liat cepat jenuh dengan air
sehingga ruang untuk udara tidak memadai lagi. Padahal adanya udara yang cukup dalam
tanah sangat penting untuk akar tanaman. Beberapa sifat tanah liat membuat repot. Inilah
beberapa saran para ahli untuk mengatasinya.
Bisa Diperbaiki Dengan Bahan Organik
Tanah seperti itu jelas tidak menguntungkan kalau kita pakai untuk menanam tanaman. Akan
tetapi tidak perlu khawatir, tanah ini masih bisa diperbaiki dengan penambahan bahan
organik. Bahan organik adalah bahan berasal dari organ tumbuh-tumbuhan atau sisanya serta
binatang-binatang kecil penghuni tanah. Itu bisa berupa pupuk kandang dan kompos.
Mengenai bahan organik yang sebaiknya ditambahkan pada tanah liat, Kepala Sub Kelompok
Peneliti Pencegahan Erosi di Bogor, menyarankan jumlah 20 ton / ha. Pemberiannya dalam
setahun bergantung pada jenis tanaman yang akan ditanam. Tiap kali akan menanam, bahan
organik dibenamkan sambil dicampur dalam tanah supaya tidak terbakar habis oleh sengatan
sinar matahari.
Adanya bahan organik yang cukup dalam tanah liat menyebabkan kegiatan mikroorganisme
tanah dapat berlangsung dengan baik. Bahan organik itu menjadi energi bagi kegiatannya. Ia
akan bergerak mengaduk-aduk tanah dan membentuk partikel-partikel tanah yang lebih
besar. Hal itu membantu terciptanya kondisi tanah yang lebih gembur.

Begitu pentingnya peranan bahan organik dalam membangun kerangka tanah yang lebih baik
sampai seorang ahli tanah dari IPB mengatakan bahwa bahan organik merupakan jiwa bagi
tanah. Oleh karena itu, ia menyarankan agar selalu mengendalikan bahan organik ke dalam
tanah.
Lebih Baik Bila Dikombinasikan
Menurut Kepala Sub Pengolahan Air Puslittan, Bogor, pemberian pupuk kandang atau
kompos yang dikombinasikan dengan pasir juga menghasilkan struktur tanah yang lebih baik.
Mula-mula tanah liat dicangkul sehingga bongkahan tanah yang besar menjadi gumpalan
tanah yang lebih kecil. Keadalam cangkulan bergantung pada tanaman yang akan ditanam.
Pengolahan pertama sebaiknya dilakukan waktu tanah sedang lembap. Setelah itu
ditambahkan pasir kurang lebih 15 % dari total berat tanah pada lapisan olah (top soil).
Perhitungan : berat tanah = volume tanah x berat jenis tanah (berat jenis tanah liat = 0,95).
Tanah kemudian dicangkul lagi dan diratakan kembali sampai gumpalannya menjadi butiran
yang lebih lumat. Terakhir, tanah diberi pupuk kandang atau kompos 4 5 ton/ha secara
merata sambil dicangkul, sehingga butiran tanah lumat lebih halus lagi.
Penambahan pasir cukup sekali saja. Tidak perlu pengulangan lagi karena tanah yang
kebanyakan pasir akan lambat melapuk. Penambahan pasir pada tanah liat memang sangat
baik untuk memperbaiki struktur tanah, itu idealnya. Lebih lanjut disarankan cara lain yang
lebih sederhana untuk mengatasinya. Tanah diolah lebih sering dan lahan dibuatkan saluran
drainase. Saluran itu diperlukan untuk mengurangi pasokan air yang berlebihan.

Read more: http://www.ngasih.com/2014/08/20/agar-tanah-liat-lebih-layak-ditanamitanaman/#ixzz4N4THIHs1


Cara Mengolah Lahan Lempung
2 Bagian:Persiapan Pengolahan LahanMengolah Lahan
Tekstur lahan lempung atau liat sangat padat dan akibatnya akan menghambat aliran air bagi
tanaman. Lahan seperti ini ini tersebar luas di seluruh dunia, dan membatasi pilihan tanaman
bagi para pemilik lahan, petani, dan pekebun. Walaupun begitu, Anda masih bisa mengolah
atau memperbaiki lahan lempung menjadi lahan yang lebih subur dan lebih cocok bagi
pertumbuhan tanaman.

Bagian 1 dari 2: Persiapan Pengolahan Lahan


Sebelum mengolah lahan, pastikan terlebih dahulu apakah Anda tidak ingin menanam
tanaman yang masih dapat tumbuh di lahan lempung. Walaupun jenis pohon dan tanaman
yang masih dapat tumbuh di lahan lempung terbatas, pilihan ini mungkin adalah yang paling

mudah. Selain itu, Anda dapat memastikan apa pun yang terjadi, tanaman Anda berpeluang
cukup besar untuk tumbuh dengan baik. Ada beberapa pilihan pohon dan tanaman yang
cukup menarik dan dapat tumbuh di lahan lempung.
Betapapun efektifnya Anda mengolah lahan lempung, banyak tanaman yang masih sulit
tumbuh dengan baik di sana.[1] Memilih tanaman yang menyukai lahan sangat kering atau
sangat asam adalah tantangan yang berat dan mungkin tidak dapat diatasi.
Uji pH lahan. Langkah pertama dalam mengolah lahan adalah menguji pH-nya. Ada beberapa
cara untuk memeriksa pH lahan, dari alat uji pH lembaran buatan sendiri hingga perangkat
pengujian komersial. Jika Anda serius ingin bercocok tanam, pertimbangkan untuk
mengunjungi dinas pertanian setempat dan meminjam alat pengujian lahan di sana.
Cari alamat dinas pertanian setempat dan pinjam alat pengujian lahan. Petunjuk
penggunaannya terdapat dalam kemasannya. Kirimkan sampelnya langsung ke laboratorium
di kota Anda. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasilnya mungkin sedikit lebih
lama pada musim tanam, karena banyaknya permintaan pengujian lahan. Hasil pengujian
laboratorium akan memberikan analisis lengkap mengenai komposisi tanah, pH, dan
perbaikan apa yang diperlukan untuk menyesuaikannya dengan kondisi optimal pertumbuhan
tanaman.
pH adalah ukuran tingkat keasaman atau kebasaan suatu bahan. Rentang pH berkisar antara 0
hingga 14, dengan 0 berarti sangat asam, 7 netral, dan 14 sangat basa.
Uji pH air. Memperbaiki lahan untuk meningkatkan keasamannya tidak akan berpengaruh
banyak jika kondisi air yang digunakan bersifat sangat basa. Jangan malas, uji pH air sama
seperti lahan Anda. Sebagian besar air bersifat sedikit basa, yang mungkin berpengaruh baik
atau buruk bergantung pada jenis tanaman.
Air yang bersifat basa adalah air sadah. Umumnya, air bawah tanah merupakan air sadah,
karena tidak mengorosi pipa yang dilaluinya. Air yang bersifat asam adalah air lunak. Air
lunak ini diperoleh dengan menyaring kalsium dan magnesium yang terkandung di dalamnya.
Pilihan yang aman adalah air murni yang telah difilter. Air murni yang telah difilter adalah
pilihan yang paling mendekati kondisi netral. Dengan begitu, air tidak akan memengaruhi pH
lahan. Hanya saja, harganya cukup mahal.
Coba tes perkolasi.[2] Tes perkolasi akan membantu Anda menentukan apakah lahan dapat
mengalirkan air, serta seberapa bagus tingkat alirannya. Gali sebuah lubang sedalam 0,6 m
selebar 0,3 m. Isi lubang dengan air dan tunggulah hingga air meresap seluruhnya ke dalam
tanah. Selanjutnya, isikan kembali air ke dalam lubang, dan catat waktu yang dibutuhkan
hingga air seluruhnya meresap:
Jika waktu yang dibutuhkan kurang dari 12 jam, Anda aman menanam tanaman apa pun yang
membutuhkan lahan beraliran air lancar.

Jika waktu yang dibutuhkan antara 12 hingga 24 jam, Anda aman menanam tanaman yang
dapat tumbuh di lahan padat atau lempung.
Jika waktu yang dibutuhkan lebih dari 24 jam, Anda mungkin hanya bisa menanam pohon
yang tahan terendam air, seperti pohon balsem cemara ataured maple.
Garap lahan yang akan ditanami. Cangkul lahan sedalam paling tidak 15,2 cm atau sebaiknya
sedalam sekitar 20 cm. Garap lahan sedikit melebihi tempat menanam untuk memastikan
akar tanaman punya ruang yang luas untuk tumbuh jika diperlukan.
Jika Anda tidak punya cangkul, gunakan garu untuk menggemburkan lahan. Penggunaan garu
lebih menguntungkan karena tidak akan mengganggu struktur penting di dalam tanah,
sehingga membantu pertumbuhan bakteri di dalamnya. Namun, garu tidak dapat menggali
hingga ke dalam tanah, sehingga gumpalan lempung padat mungkin masih tersisa sekalipun
lahan telah digarap.
Bagian 2 dari 2: Mengolah Lahan
Jangan garap lahan lempung selagi basah. Tunggulah hingga musim kemarau untuk
mengolah lahan lempung. Lempung basah sangat mudah memadat, sehingga pengolahannya
akan menjadi lebih sulit. Dalam mengolah lahan seperti ini, manfaatkan apa pun yang
memungkinkan, jadi, pastikan untuk memanfaatkan trik sederhana namun berpengaruh besar
ini.
Bersiaplah untuk mengolah lahan lebih luas ketimbang yang Anda perlukan.Ukur luas lahan
yang akan diolah. Idealnya, tentukan ukuran lahan yang cukup luas untuk diolah. Luas lahan
olahan yang kecil memang memungkinkan tanaman untuk tumbuh, namun saat akarnya
membesar hingga melebihi lahan olahan dan membentur lahan lempung, pertumbuhan akar
akan berbelok kembali ke lahan olahan. Hal ini akan mengakibatkan masalah dalam sistem
perakaran tanaman.
Lakukan pengolahan lahan sesuai hasil pengujian. Sebagian besar lahan lempung cenderung
basa, sehingga Anda mungkin perlu menurunkan pH-nya. Ada beberapa cara untuk
melakukannya. Senyawa yang paling lazim ditambahkan ke lahan lempung adalah pasir
bangunan, gipsum, kompos kotoran hewan, dan bahan organik kasar lainnya.
Pasir bangunan dan gipsum memungkinkan air untuk mengalir lebih lancar dan
memperbanyak kantong udara, serta membantu memisahkan partikel lempung.
Bahan organik dapat membantu mencukupi nutrisi yang diperlukan, sekaligus memperkaya
humus (bedakan dengan saus hummus) dengan mikrobia pembentuk lahan yang subur. Selain
itu, bahan organik juga dapat membantu menurunkan pH lahan, dan membuatnya lebih
asam. [3]
Coba tambahkan campuran pasir kasar (pasir bangunan) dan bahan organik kasar dalam
perbandingan yang sama. Campurkan dalam volume besar dan satuan meter kubik, bukan

dalam satuan kantong dan meter persegi. Bahan organik sebanyak 0,1 meter kubik dapat
melapisi 10 cm lahan seluas 100 meter persegi.
Awali dengan meratakan 0,1 meter kubis bahan organik ke permukaan lahan berukuran 10 x
10 m. Awali dengan bahan organik terlebih dahulu. Setelah menyatu dengan lahan lempung,
bahan organik akan memisah sehingga tidak kasatmata. Namun jangan khawatir, karena
bahan organik ini masih ada di dalam lahan dan akan membantu pengolahannya.
Selanjutnya, ratakan 0,1 meter kubik pasir bangunan di permukaan lahan berukuran 10 x 10
m yang sama. Campurkan hingga merata dengan bahan organik dan lempung menggunakan
cangkul. Jika tidak punya cangkul, cobalah untuk menyewanya dengan biaya murah di toko
penyewaan perkakas berkebun.
Jika tidak ada pasir bangunan berkualitas yang bisa digunakan, Anda bisa menggunakan
gipsum atau pasir hijau sebagai gantinya. Memang pilihan ini lebih mahal, namun dapat
memisahkan partikel lempung sama seperti pasir bangunan, sehingga memungkinkan air dan
udara masuk ke dalam tanah.
Gipsum diketahui sangat efektif di lahan yang mengandung kadar garam tinggi.[4]
Terus awasi pH lahan secara berkala. Awasi perubahan pH lahan. Sebagian besar tanaman
tidak mampu bertahan hidup menghadapi perubahan pH atau kondisi tanah drastis. Jadi, Anda
sebaiknya memastikan pH lahan tidak kembali berubah secara drastis sebelum menanam
tanaman.
Tingkatkan keasaman lahan lagi, jika perlu. Kondisi lempung sangat basa pada
awalnya. [5] Akibatnya, Anda mungkin perlu mengubah pH lahan menjadi lebih asam. Ada
beberapa cara untuk melakukannya:
Melalui penambahan pupuk berbasis amonia.
Melalui penambahan unsur sulfur atau besi sulfat.
Melalui penambahan tepung biji kapas, lumut gambut, atau kompos lainnya.
Hindari penggunaan sistem pengairan otomatis di lahan Anda. Lahan lempung sangat mudah
menyerap air, sehingga sistem pengairan otomatis justru dapat merendam tanaman Anda jika
tidak diawasi dengan baik. Singkirkan semprotan air otomatis, hemat biaya Anda, dan
perhatikan pertumbuhan tanaman untuk menentukan jumlah air yang diperlukannya.

Você também pode gostar