Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ACC, tanggal
AES
(ATOMIC EMISSION
SPECTROMETRY)
Dosen Pembimbing
Drs. Harjanto, M. Sc.
NIP. 196106291990031001
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Mampu mengoperasikan alat AAS sebagai AES untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif.
1.2 Dasar Teori
Pada serapan radiasi oleh atom dan molekul memberikan metode analitis untuk spesies
kimia yang beraneka ragam sekali. Dalam spektroskopi serapan, kita tak dapat mengacuhkan
spesies yang tereksitasi. Namun, saat ini kita membahas perilaku atom dan molekul setelah
tereksitasi. Normalnya, spesies yang tereksitasi tersebut akan kembali ke keadaan energi
yang lebih rendah. Terdapat 3 proses dasar mengapa deaktivasi itu dapat terjadi. Pertama,
energi yang timbul karena adanya tabrakan dengan molekul-molekul lain yang energi
tersebut akan muncul sebagai kalor. Hal ini tidak akan tampak jelas dalam spektrofotometri
pada kondisi biasa, masukan daya radiasi yang rendah ke dalam larutan encer tak akan nyata
menghangatkan sampel itu. Kedua, molekul tereksitasi dapat mengalami reaksi kimia. Hanya
sedikit reaksi kimia yang dapat diamati dengan sel spektrofotometer, namun ahli kimia
organik menggunakan fotoeksitasi untuk menginduksi kereaktifan senyawa tertentu. Sebuah
molekul dalam keadaan elektronik tereksitasi, merupakan pereaksi yang berbeda dari
molekul dalam keadaan dasar, dan kadang-kadang molekul itu mengalami reaksi yang
mustahil bagi molekul berkeadaan dasar. Biasanya ahli fotokimia organikakan menggunakan
sumber ultraviolet yang sangat kuat untuk menyinari larutan yang jauh lebih pekat daripada
larutan yang dijumpai dalam analisa spektrofotometri.
Proses ketiga yaitu pengukuran radiasi yang terpancar akibat dari turunnya atau
kembalinya atom yang tereksitasi ke tingkat energi yang lebih rendah. Pancaran dari radiasi
atom yang tereksitasi dalam bentuk emisi.
Gambar 1.1 Sketsa Eksitasi dan Emisi
sesuai dengan transisi antara berbagai tingkat energi elekronik. Suatu garis spektrum
memiliki ketebalan spesifik. Spektrum emisi, absorpsi atau pendar-flour-partikel atom terdiri
garis-garis sempit tertentu tempatnya yang berasal dari transisi elektronik-elektronik terluar.
Untuk unsur-unsur sederhana (seperti natrium), transisi elekroniknya yang berupa sejumlah
garis-garis dapat dikorelasikan secara linier dengan diagram tingkat energinya.
Pengukuran dengan spektroskopi emisi dapat dimungkinkan karena masing-masing
atom mempunyai tingkat energi tertentu yang sesuai dengan posisi-posisi elektron. Pada
keadaan normal, elekton-elektron ini berada pada tingkat dasar dengan energi terendah.
Penambahan energi baik secara termal maupun elekrikal menyebabkan satu atau lebih
elektron diletakkan pada tingkat energi lebih tinggi menjauh dari inti. Elektron tereksitasi ini
ternyata lebih suka kembali ke tingkat dasar dan pada proses ini kelebihan energi
dipancarkan dalam bentuk energi radiasi foton.
E2
E1
E0
Karena kemungkinan transisinya sudah tertentu letaknya dalam tingkat energi, maka
bilangan gelombangnya terbatas juga. Jika energi eksitasinya besar, maka demikian juga
energi emisinya. Intensitas garis spektrum tergantung pada transisi yang terjadi dalam suatu
atom. Absorpsi sendiri (self absorption) kadangkala menurunkan intensitas emisi.
(Khopkar:2003)
Pemakaian sumber energi tinggi tidak selalu menguntungkan karena mampu
mengionisasikan gas dan satu atau lebih elektron dapat dikeluarkan dari atom, sedangkan
spektrum atom terionisasi jauh berbeda dengan spektrum atom netral. Biasanya spectrum
atomnya mirip dengan ion-ion yang mempunyai nomor atom berikutnya, misal : spektrum
ion Al mirip dengan unsure Mg. Molekul menghasilkan spectrum pita sebab mempunyai
eksitasi rotasi dalam, vibrasi, dan electron. Ini menyebabkan distribusi radiasi eksitasi,
sehingga spectrum pita dihasilkan, bukan garis.
yang
oksida logam juga penting. Juga diusahakan agar latar belakang emisi dari nyala tidak
mengganggu analisa.
Pada buku penuntun dari alat yang dipergunakan biasanya kondisi standar dari
percobaan untuk suatu logam tertentu sudah dicantumkan.
BahanBakar
Oksidan
o
Suhu Maksimum ( C)
Propana
Udara
1725
Propana
Oksigen
2900
Hidrogen
Argon
1577
Hidrogen
Udara
2045
Hidrogen
Oksigen
2677
Asetilen
Udara
2300
Asetilen
Oksigen
3060
Asetilen
N O
2
2955
Sianogen
Oksigen
Tabel 1. Bahan bakar dan oksidan yang banyak dipakai
4500
Mengubah zat yang diperiksa dari larutan atau bentuk padat menjadi bentuk gas
penguapan.
Mengubah molekul dalam bentuk uap menjadi atom atomisasi
Pada AES untuk mengeksitasi uap atom/molekul sehingga menghasilkan radiasi
emisi
Komponen-komponen dari gas-gas pembentuk nyala membatasi daerah analisa pada
panjang gelombang diluar daerah resapan atmosfer, yaitu pada panjang gelombang
di atas 210 nm.
Perbandingan dari bahan bakar dan oksidan juga menentukan suhu dan komposisi
nyala gas yang terjadi. Bila jumlah oksidan lebih banyak dari bahan bakar maka nyala
yang terjadi disebut oxidising flame dan bila sebaliknya disebut reducing flame. Nyala
jenis mana yang dipakai tergantung dari sifat unsur yang diperiksa. Misalnya unsur-unsur
yang cenderung utnuk membentuk oksida yang stabil (Al, Si, Ti, dan Lantanida)
diperlukan nyala dengan suhu tinggi dengan lingkungan yang dapat mereduksi, misalnya
nyala asetilen dinitrogen monoksida.
4. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi mengubah cahaya polokromatik menjadi
cahaya monokromatik. Atau dengan istilah lain melakukan pemilihan radiasi yang
ditemukan. Dalam perkembangannya, terdapat dua monokromator yang biasa digunakan
yaitu monokromator prisma dan monokromator grating/kisi-kisi. Namun, saat sekarang
monokromator grating/kisi-kisi lebih banyak digunakan.
a) Monokromator Grating / Kisi-Kisi
Suatu kisi difraksi dibuat dengan menggarisi suatu permukaan logam yang
dipoles, seperti alumunium, dengan sejumlah besar garis yang sejajar. Untuk daerah
infra merah terdapat sekitar 1500-2500 garis/inci, untuk daerah ultraviolet dan sinar
tampak sekitar 15.000-30.000 garis/inci. Bila cahaya dipantulkan dari permukaan ini,
cahaya yang mematuhi garis akan hilang terhambur. Bagian yang tidak bergaris akan
memantulkan cahaya secara teratur, dengan bertindak sebagai sumber cahaya sendirisendiri. Tumpang tindihnya gelombang dari sumber-sumber ini akan menegakkan
suatu pola interferensi yang mengakibatkan terdispersinya cahaya terpantul menjadi
panjang-panjang gelombang komponennya.
Mesin untuk menggarisi pada kisi itu harus dikonstruksi dengan toleransi yang
sangat kecil, dan kisi-kisi asli sangatlah mahal.
Kisi berbeda dari prisma dalam hal memungkinkan suatu dispersi yang seragam
sepanjang seluruh spektrum, dengan kata lain lebar celah tunggal menghasilkan derajat
kemonokromatikan radiasi keluar yang sama besar dibagian spektrum manapun. (R.A
Day Jr & A.L. Underwood:2003)
penguapan pelaru yang akibatnya juga menurunkan intensitas emisi unsure. Hal yang
sama juga terjadi apabila sampel yang dianalisi dalam bentuk garam.
3. Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi sangat berpengaruh pada spekrofotometri nyala dengan pembakar
gas. Perlu dipahami bahwa pada spektrofotometri nyala yang ditentuka adalah spektrum
atom netral yang nyaa berbeda dengan spektrum ion. Intensitas pancaran akan berkurang
apabila sebagian atom netral yang ditentukan terionkan. Oleh sebab itulah logam-logam
alkali dan alkali tanah akan lebih tepat dianalisis dengan FES dengan pembakaran panas
tinggi (arc atau spark).
4. Gangguan Absorpsi Sendiri
Gangguan mengabsorpsi sendiri biasanya terjadi pada keadaan karena adnya
kelambatan eksitasi sebagian dari atom dalam sampel yang dianalisis.
5. Gangguan Anion
Gangguan anion juga berupa penurunan intensitas radiasi pancaran yang tidak sesuai
dengan kadar unsure yang dianalisis. Beberapa asam tercaat sebagai pengganggu antara
lain HNO3,H2SO4 dan H3PO4.
Ada beberapa cara untuk mengatasi gangguan-gangguan yang telah dikemukakan di
atas antara lain dengan memakai panas yang tinggi (arc atau spark) atau dengan sengaja
menambahkan zat kimia sebagai pengikat yang kuat unsur pengganggu. Dengan cara ini
unsure yang dituju untuk penentuan akan berada dalam keadaan bebas setelah
ditambahkan zat lain yang mengikat jauh lebih kuat bagan yang mengganggu. Bahan
kimia yang ditambahkan juga dapat bersifat sebagai pengikat stabil unsur atau sampel
yang dianalisis dalam bentuk ikatan logan yang stabil terlindungi dari anion.(Mulja
Muhammad:1995)
1.2.4
: E = k.C
: Es = k.Cs
: Ex = k.Cx
E x k .C x
=
Es k . C s
C x=
Ex
Cs
Es
Keterangan :
Cx = Konsentrasi sampel
Es = Emisi larutan standar
Ex = Emisi sampel
Cs = Konsentrasi larutan standar
Kelemahan sistem ini, jika standar salah maka hasil analisa yang dilakukan semua akan
salah, oleh sebab itu pada metode selanjutnya dapat mengatasi kelemahan pada metode
pertama.
y=
y=
Emisi
a+bx
x = Konsentrasi
Emisi
larutan
standar
a = Intersep
b = Slope
Konsentrasi
sampel
Konsentrasi
larutan
Gambar
1.5 Kurva
kalibrasi
standar
Kelemahan metode ini adalah, jika pada sampel awal banyak gangguan maka buat
Pada metode ini dibuat sederetan larutan cuplikan dengan konsentrasi yang sama
dan masing-masing ditambahkan larutan standar dengan konsentrasi sama tapi
volumenya divariasi, kemudian unsur yang dianalisa dengan volume sama. Emisi
masing-masing larutan diukur dan dibuat kurva emisi terhadap volume larutan standar
yang ditambahkan. (Skoog dan Leary, 1992)
y=
a+bx
y = emisi
x = volume standar
Emisi
a = Intersep
Konsentr
asi
cuplikan
Volume larutan
standar
V x =V
V x .C x =V . C ' x
C ' x=
V x .C x
V
C ' s=
V s .C s
V
Etotal=E s + E x
Etotal=k .C ' s +k . C ' x
Etotal=
V s . k .C s k .C x .V x
+
V
V
konstanta
Etotal=Slope .V s+ Intersep
k . C x .V x
V
b = Slope
tan =
k . Cs
V
k ..C
C xs. V x
Intersep
C x=
C .V
Intersep
Slope .V V
x
=
= x x
Slope
k . Cs
Cs
V
1.2.4.1 Analisa Kualitatif
Analisa kualitatif bertujuan untuk mengetahui apa saja yang terkandung dalam suatu
Element
Ag
Al
As
Au
Ba
Ca
Cd
Co
Cr
Fe
K
La
Mg
Mn
Wavelength (nm)
328.1
338.3
309.3
396.2
237.3
257.4
256.8
193.7
197.2
242.8
267.6
553.6
350.1
422.7
239.9
228.8
326.1
240.7
304.4
346.6
357.9
429.0
520.8
520.5
248.3
372.0
386.0
766.5
769.9
404.4
550.1
403.7
285.2
202.5
279.5
403.1
321.7
Recommended Slit
(nm)
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
1.0
1.0
1.0
0.5
0.5
0.5
0.2
0.5
0.5
0.2
0.5
0.2
0.2
0.5
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
1.0
1.0
0.5
0.2
0.5
0.5
1.0
0.2
0.2
0.2
Relative Intensity
100
90
80
100
3
5
3
50
100
60
100
100
20
100
10
40
100
20
40
100
40
100
20
15
15
100
50
100
80
5
50
90
100
3
90
100
3
sampel, bukan untuk mengetahui berapa jumlah unsur tersebut. Untuk analisa kualitatif
menggunakan spektrometri emisi, yang diperlukan adalah tabel yang berisikan panjang
gelombang dari tiap-tiap unsur.
BAB II
METODOLOGI
2. Pembuatan larutan baku 100 ppm dari larutan baku 1000 ppm :
a. Memipet 10 ml larutan baku Cu 1000 ppm.
b. Memasukkan larutan ke dalam labu ukur 100 ml.
c. Mengencerkan larutan dengan aquadest hingga tanda batas kemudian mengkocok
hingga homogen.
zero
Menunggu signal emission menurun, kemudian mengklik ok
Kemudian muncul kolom uji Cu, kemudian klik cancel
Mengklik start
Kemudian mengikuti perintah yang muncul di monitor untuk dianalisa
- Prepare instrument zero (selang terhubung dengan aquades)
- Present standar 1 (selang terhubung dengan standar 1)
- Proses yang sama di lakukan sampai tahap menganalisa sampel.
Pada masing-masing proses, selang dimasukkan pada larutan yang sesuai pada
layar monitor
b) Mengeprint data
Mengklik file, lalu close sehingga akan kembali pada menu awal
Mengklik report
Mengklik check data
Mengklik nama file percobaan yang dilakukan
Mengklik print, lalu ok
c) Mematikan alat AAS
Mengklik exit pada menu awal
Mengklik start pada monitor kemudian shut down
Mematikan alat AAS
Menutup kran tabung gas
Mematikan sumber arus listrik
B. Uji Kualitatif
a) Pengoperasian AAS Spectra AA-220 untuk uji kualitatif
Membuka kran tabung gas asetylen berlawanan arah jarum jam dengan
Mengklik add methode dan memilih elemen Na (elemen yang akan dianalisa).
Mengklik edit methode dan mengisi form berikut ini :
Type / mode
- Sampling mode
: manual
- Instrument mode : emission
- Flame type and gas flow :
- Air flow : 13,5 ml / menit
- Acetylene flow
: 2,00 ml / menit
Measurement
- Meansurement mode
: integration
- Meansurement time : 3 s
- Read delay time
:3s
- Calibration mode : concentration
Concentration
- Replicate standard : 3
- Replicate sample : 2
Optical
- Lamp position
:- Lamp current
:- Wave length
: 589,2 nm
- Slit
: 0,5 nm
- Background concentration : BC off
Lalu mengklik Ok
Mengklik label dan mengisi nama sampel
Mengklik analysis
Mengklik optimize, akan muncul beberapa kotak yaitu :
Kotak unsur pilihan Na yang diuji, mengklik ok
Selanjutnya kolom dialog box (wr) pada monitor, mengklik ok
Selanjutnya muncul kolom analyst checklist, mengklik ok
Menyalakan flamme dengan menekan tombol hitam pada alat AAS spektra AA
stop : 185 nm
Mengklik Ok
Muncul kolom dialog box (wr) pada monitor, mengklik ok lalu akan ada kotak
read
Menunggu sampai analisa selesai yang ditandai dengan hilangnya tulisan
pada alat
Pada spectrum yang telah diperoleh mencetak dengan cara sebagai berikut:
- Panjang gelombang 185-900 nm
- Mengklik kanan pada spectrum, memilih scale memasukkan scale sebagai
berikut:
a. Panjang gelombang
X Absis
: 700-900 nm
: -0.030 - 0,040
b. Panjang gelombang
: 500-700 nm
X Absis
: 0,00 - 0,80
: -0.030 (-0,010)
: 300-400 nm
X Absis
: -0.030 - 0,040
: -0.030 (-0,010)
Menutup kembali kran tabung gas dan melepas kabel pada computer dan
spectrometer dari stop kontak.
BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1.1
Larutan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Calzero
2 ppm
7 ppm
10 ppm
20 ppm
25 ppm
Sampel
7.
8.
001
Sampel
002
Bacaan Emisi
1
2
3
-0.0089 -0.0162 -0.0196
0.0399 0.0413 0.0442
0.1629 0.1737 0.1687
0.2578 0.2497 0.2611
0.4453 0.4487 0.4438
0.5339 0.5305 0.5288
-0.0149
0.0418
0.1684
0.2562
0.4460
0.5311
5.467x10-3
2.19x10-3
5.405x10-3
5.866x10-3
2.511x10-3
2.597x10-3
5.24 %
3.21 %
2.29 %
0.563 %
0.489 %
0.3022
0.2648
0.2375
0.2682
0.0325
12.11 %
0.2165
0.2195
0.2136
0.2165
2.95x10-3
1.363 %
(nm)
245
246.1
247.6
248.9
261.4
271.9
280
281.4
283.2
298.2
299.4
302
303.6
304.7
309.1
324.7
335.9
344.1
346.5
347.6
Kemungkinan Atom
Lead (Pb)
Copper (Cu)
Cobalt (Co)
-
SD
RSD
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
349
349.8
356.9
358.1
363
370.5
372
373.9
374.7
375.7
382.3
383.5
385.9
387.8
388.6
389.9
392.1
392.8
396.7
403.3
404.6
405.7
422.7
432.6
437.5
438.2
442.7
443.4
445.5
460.8
473.6
527.1
554
589.1
589.6
593.5
600.5
620
766.6
770.1
845.5
Uranium (U)
Ruthenium (Ru)
Niobium (Nb)
Iron (Fe)
Manganese (Mn)
Gadolinium (Gd)
Calcium (Ca)
Terbium (Tb)
Strontium (Sr)
Natrium (Na)
Potassium (K)
-
Kurva Kalibrasi
0.6
0.5 f(x) = - 0x^2 + 0.03x - 0.03
0.4 R = 1
0.3Kalibrasi
Kurva
Intensitas Emisi
0.2
Polynomial
0.1
0
0
-0.1
10
15
20
25
30
Konsentrasi (ppm)
3.3 Perhitungan
a) Perhitungan SD dan RSD
Dengan menggunakan kalkulator scientific Casio fx-991 ES diperoleh nilai SD. Sedang
nilai RSD menggunakan rumus :
SD
RSD=
100
X
b) Perhitungan Konsentrasi sampel
Dari kurva kalibrasi, diperoleh persamaan garis E = -0,000C2 + 0,030C - 0,027
Sampel 001
2
0,2682=0,000 C +0,030 C0,027
0,2682=0+ 0,03C0,027
0,2952=0,03 C
9,84 ppm=C
Sampel 002
0,2165=0,000 C 2+ 0,030C0,027
0,2165=0+0,030 C0,027
0,2435=0,030C
8,1167 ppm=x
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini yang berjudul Spektromeri Emisi Atom dengan tujuan untuk
mengoperasikan alat AAS sebagai AES untuk analisa kuantitatif dan analisa kualitatif.
Prinsip dasar dari AES hampir sama dengan AAS, bedanya AES bekerja berdasrkan pada
pemancaran cahaya (emisi) oleh suatu atom karena suatu sebab atom tersebut berada pada
tingkat energy excited state.
Pada kondisi excited state elektron-elektron pada aom akan turun kembali kebagian
bawah (ground state). Agar diperoleh elektron pada atom yang banyak pada kondisi
excited,maka kondisi operasi pada flame atomizer dinaikkan suhunya menjadi lebih tinggi
dibandingkan pada AAS.
Selain metode dan kondisi operasi pada instrumentasi peralatan,perbedaan AES dengan
AAS juga pada sumber cahaya. Pada AES tidak menggunakan lampu Hollow Cathode karena
tidak ada cahaya yang diserap oleh atom. Pada AES dapat dilakukan dua analisa yang
berbeda yaitu anala kuantitatif (menghitung konsentrasi suatu sampel) dan analisa kualitatif
(menentukan unsur-unsur dalam suatu sampel).
Untuk analisa kuantitatif, digunakan metode kurva kalibrasi dimana digunakan 6
larutan standard dan 2 larutan sampel. Dengan mengukur nilai emisi pada masing-masing
larutan standar, maka dari hasil pembacaan dapat diperoleh hubunagn antara konsentrasi
larutan standar (C) dengan nilai emisi (E) dimanaintensitas emisi itu E = k.C .
Pada pemabacaan alat, konsentrasi masing-masing sampel yaitu sampel 001 sebesar
10,782 ppm dan sampel 002 sebesar 8,772 ppm. Sementara pada kurva kalibrasi dengan
persamaan garis E = 0,022.C + 5,88 x 10 -3, maka didapat konsentrasi sampel 001 sebesar
11,92 ppm dan sampel 002 sebesar 9,577 ppm. Perbedaan hasil pengukuran ini
dimungkinkan karena adanya kesalahan pada pembuatan kurva standar dengan sensitifitas
alat.
Sementara itu, pada analisa kualitatif diperoleh darin data spektrum dimana terdapat
hubungan antara nilai emisi dengan panjang gelombang. Dengan memodifikasi setiap peak
dengan sharp line ( 2nm) yang dimiliki oleh unsur, maka dapat dilakukan pencocokan
dengan data table pada spesifikasi alat, bahwa pada setiap unsur/atom tertentu akan memiliki
panjang gelombang tertentu pada panjang gelombang tertentu pada puncak tertentu.
Dari hasil pengamatan, diperoleh kemungkinan unsur pada sampel adalah Natrium
(Na), Kalium (K), Kalsium (Ca), Besi (Fe), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Magnesium (Mn),
dan kemungkinan besar adalah Stronsium (Sr). Sedangkan unsur-unsur yang lain memiliki
kemungkinan yang sangat kecil karena jarang ditemui, karena jarang ditemui pada suatu
sampel yang dianalisa.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diperoleh dua kesimpulan sebagai berikut :
1. Konsentrasi dari masing-masing sampel adalah sebagai berikut :
Sampel 001 : 10.782 ppm
Sampel 002 : 8.772 ppm
2. Kemungkinan unsur yang terkandung dalam sampel adalah sebagai berikut :
Potassium (K)
Natrium (Na)
Stonsium (Sr)
Terbium (Tb)
Calsium (Ca)
Gadolinium (Gd)
Manganese (Mn)
Iron (Fe)
Niobium (Nb)
Lead (Pb)
Copper (Cu)
Cobalt (Co)
Uranium (U)
Ruthenium (Ru)
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar, S.M. 1987. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press
Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam Jakarta : Erlangga
Mulja, Muhammad. 1995. Analisis Instrumental . Surabaya: Airlangga University Press.
www.google.com