Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam proses pertumbuhan
dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan /
penyimpangn (fisik, mental-intelektual, sosial, emosional) dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus mereka. Klasifikasi anak berkebutuhan khusus ada bermacam-macam tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Untuk keperluan pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus akan dikelompokkan menjadi 10 jenis sebagai berikut : 1) Anak berkelainan penglihatan (Tuna netra). 2) Anak berkelainan pendengaran (Tuna rungu). 3) Anak berkelainan fungsi otot dan alat gerak (Tuna daksa). 4) Anak berkelainan intelektual (Tuna grahita). 5) Anak berkesulitan belajar. 6) Anak lamban belajar. 7) Anak berkelainan tingkah laku (Tuna laras). 8) Anak berbakat. 9) Anak dengan gangguan komunikasi. 10) Anak tuna ganda. Indonesia memang belum punya data yang akurat dan spesifik tentang berapa banyak jumlah anak berkebutuhan khusus. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, jumlah anak berkebutuhan khusus yang berhasil didata ada sekitar 1,5 juta jiwa. Namun secara umum, PBB memperkirakan bahwa paling sedikit ada 10 persen anak usia sekolah yang memiliki kebutuhan khusus. Di Indonesia, jumlah anak usia sekolah, yaitu 5 - 14 tahun, ada sebanyak 42,8 juta jiwa. Jika mengikuti perkiraan tersebut, maka diperkirakan ada kurang lebih 4,2 juta anak Indonesia yang berkebutuhan khusus.