Você está na página 1de 23

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

REFERAT
OKTOBER 2015

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM KEHAMILAN

Oleh :
AYU PRATIWI SARIF
110 210 0083

Supervisor Pembimbing:
Dr. dr Trika Irianta Sp.OG (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama

: Ayu Pratiwi Sarif

NIM

: 110 210 0083

Judul Referat

: Anemia Defisiensi dalam kehamilan

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
Makassar, Oktober 2015

Supervisor Pembimbing

Dr.dr. Trika Irianta, Sp.OG (K)

DAFTAR HADIR PEMBACAAN REFERAT

Nama

: Ayu Pratiwi Sarif

NIM

: 110 210 0083

Hari/Tanggal

JudulReferat

: Anemia Defisiensi dalam Kehamilan

Tempat

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Nama

Minggu

TandaTangan

Supervisor Pembimbing

Dr. dr. Trika Irianta , Sp.OG (K)


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................
SURAT KETERANGAN PEMBACAAN REFERAT............................................
.................................................................................................................................
iii

DAFTAR HADIR PEMBACAAN REFERAT........................................................


.................................................................................................................................
iv
DAFTAR ISI............................................................................................................
I.PENDAHULUAN ................................................................................................
II. DEFINISI............................................................................................................
III. EPIDEMIOLOGI...............................................................................................
IV ETIOLOGI..........................................................................................................
V. PATOFISIOLOGI................................................................................................
VI. GEJALA KLINIS..............................................................................................
VII.DIAGNOSIS ANEMIA DALAM KEHAMILAN............................................
VIII.PEMBAGIAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN........................................
ANEMIA DEFISIENSI BESI

IX.KOMPLIKASI....................................................................................................
16
X. PROGNOSIS......................................................................................................
17
XI.KESIMPILAN..

17

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


.................................................................................................................................
18
LAMPIRAN

ANEMIA DALAM KEHAMILAN

I.

PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Penyebab utama kematian
ibu secara langsung adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, dan infeksi 11%, dan
penyebab tidak langsung adalah anemia 51%. Anemia merupakan komplikasi
dalam kehamilan yang paling sering ditemukan. Hal ini disebabkan karena dalam
kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahanperubahan dalam darah dan sumsum tulang. WHO memperkirakan bahwa
prevalensi anemia pada ibu hamil di negara maju sebesar 14% dan di negara
berkembang sebesar 51%. Sekitar 75% anemia dalam kehamilan disebabkan oleh
defisiensi gizi. Sering kali defisiensinya bersifat multipel dengan manifestasi yang
disertai infeksi, gizi buruk, atau kelainan herediter. Namun, penyebab mendasar
anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak adekuat,
bertambahnya zat gizi yang hilang dan kebutuhan yang berlebihan. Faktor nutrisi
utama yang mempengaruhi terjadinya anemia adalah zat besi, asam folat dan
vitamin B12.(1,2,3,4,5)
Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) darah
kurang dari normal. Kadar Hb normal berbeda untuk setiap kelompok umur dan
jenis kelamin : pada balita 11 g %, anak usia sekolah 12 g %, wanita dewasa 12 g
%, laki-laki dewasa 13 g %, ibu hamil 11 g %, dan ibu menyusui 12 g %.
Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar Hb di bawah 11 g/dL atau
hematokrit kurang dari 33%. Komplikasi anemia dalam kehamilan dapat
berdampak pada masa kehamilan, persalinan, nifas, maupun pada janin. Anemia
pada ibu hamil diketahui akan berdampak buruk baik bagi kesehatan ibu maupun
bayinya. Anemia merupakan penyebab penting yang melatarbelakangi kejadian
morbiditas dan mortalitas, yaitu kematian ibu pada waktu hamil dan pada waktu
melahirkan atau nifas sebagai akibat dari komplikasi kehamilan. Selain itu, ibu
hamil yang menderita anemia juga beresiko terjadinya perdarahan saat
melahirkan. Di samping pengaruhnya kepada kematian dan perdarahan, anemia
1

pada saat hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin, berat bayi lahir rendah,
dan peningkatan kematian perinatal. (1,6)
Anemia yang sering ditemukan dalam kehamilan adalah anemia defisiensi
besi dan anemia megaloblastik. Anemia defisiensi besi terjadi karena kurangnya
zat besi dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan zat besi ibu yang hamil,
kebutuhan zat besi untuk janin dan plasenta, dan pendarahan post partum. Jadi,
cadangan zat besi yang dibutuhkan ibu hamil minimal lebih dari 500 mg.
Perubahan diet dengan konsumsi makanan yang kaya zat besi dan penambahan
suplemen zat besi dianjurkan pada ibu hamil. Anemia megaloblastik terjadi karena
kerusakan sintesis DNA yang disebabkan oleh defisiensi nutrisi asam folat atau
vitamin B12. Diet yang ekstrem atau

malabsorpsi menyebabkan terjadinya

anemia megaloblastik. Oleh karena itu, sebagian besar wanita mengonsumsi


suplemen folat sebagai langkah pencegahan defek tuba neural pada janin dan
kebanyakan dari suplemen tersebut merupakan kombinasi dari zat besi dan asam
folat. Kedua anemia ini dapat mengakibatkan berkurangnya produksi heme. Jadi,
pengobatan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan produksi sel darah
merah. (7,8,9)

II.

DEFINISI
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin darah kurang

dari normal, yang berbeda untuk kelompok umur dan jenis kelamin. Secara klinis,
definisi anemia berupa hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah persentil 10.
(1,8)

Berdasarkan WHO batas normal hemoglobin untuk ibu hamil adalah 11gr
%.(1) Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention, definisi anemia
dalam kehamilan adalah seperti yang berikut :
1. Hb kurang dari 11,0 gr/dL di trimester pertama dan ketiga
2. Hb kurang dari 10,5 gr/dL di trimester kedua. (3,9,10)

III.

EPIDEMIOLOGI
Frekuensi anemia dalam kehamilan di seluruh dunia cukup tinggi yaitu

berkisar antara 10-20%. Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang
berkaitan dengan anemia dalam kehamilan yang penyebabnya merupakan
defisiensi zat besi. Di Indonesia angka anemia menunjukkan nilai yang cukup
tinggi yaitu 63,5% Karena defisiensi gizi memegang peranan yang sangat penting
dalam timbulnya anemia maka dapat dipahami bahwa frekuensi anemia dalam
kehamilan lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju.
(2,4)

Dari keseluruhan anemia dalam

kehamilan sekitar 95% merupakan

anemia defisiensi besi. Insidens wanita hamil yang menderita anemia defisiensi
besi meningkat. Hal ini menunjukkan

keperluan zat besi maternal yang

bertambah pada saat kehamilan. Kematian maternal meningkat oleh karena


terjadinya pendarahan post partum yang banyak pada wanita hamil yang
sebelumnya memang sudah menderita anemia. (10,11)

IV.

ETIOLOGI
Etiologi anemia dalam kehamilan terbagi menjadi dua yaitu :

1) Didapatkan (acquired)

Anemia defisiensi besi

Anemia karena kehilangan darah secara akut

Anemia karena inflamasi atau keganasan

Anemia megaloblastik

Anemia hemolitik

Anemia aplastik (9)

2) Herediter

Thalasemia

Hemoglobinopati lain

Hemoglobinopati sickle cell

Anemia hemolitik herediter (9)


Anemia disebabkan oleh penurunan produksi darah yaitu hemopoetik,

peningkatan pemecahan sel darah (hemolitik), atau kehilangan darah yaitu


hemoragik. Dalam kehamilan, anemia yang sering ditemukan adalah anemia
hemopoetik yaitu karena kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi), asam folat
(anemia megaloblastik), dan protein. (13)
V.

PATOFISIOLOGI
Kehamilan berhubungan dengan perubahan fisiologis yang berakibat pada
peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan konsentrasi
protein pengikat zat gizi dalam sirkulasi darah, termasuk penurunan zat gizi
mikro. Peningkatan produksi sel darah merah ini terjadi sesuai dengan proses
perkembangan dan pertumbuhan masa janin yang ditandai dengan pertumbuhan
tubuh yang cepat dan penyempurnaan susunan organ tubuh. Adanya kenaikan
volume darah pada saat kehamilan akan meningkatkan kebutuhan zat besi. Pada
trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena peningkatan
produksi eritropoetin sedikit, oleh karena tidak terjadi menstruasi dan
pertumbuhan janin masih lambat. Sedangkan pada awal trimester kedua
pertumbuhan janin sangat cepat dan janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan
menelan air ketuban sehingga lebih banyak kebutuhan oksigen yang diperlukan.
Akibatnya, kebutuhan zat besi semakin meningkat untuk mengimbangi
peningkatan produksi eritrosit dan karena itu rentan untuk terjadinya anemia
terutama anemia defisiensi besi. (6,12)
Konsentrasi hemoglobin normal pada wanita hamil berbeda pada wanita
yang tidak hamil. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan terjadi proses
hemodilusi atau pengenceran darah, yaitu terjadi peningkatan volume plasma
dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit.
Dalam hal ini, oleh karena peningkatan oksigen dan perubahan sirkulasi yang
meningkat terhadap plasenta dan janin, serta kebutuhan suplai darah untuk

pembesaran uterus, terjadi peningkatan volume darah yaitu peningkatan volume


plasma dan sel darah merah. Namun, peningkatan volume plasma ini terjadi dalam
proporsi yang lebih besar yaitu sekitar tiga kali lipat jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin akibat
hemodilusi. Hemodilusi berfungsi agar suplai darah untuk pembesaran uterus
terpenuhi, melindungi ibu dan janin dari efek negatif penurunan venous return
saat posisi terlentang, dan melindungi ibu dari efek negatif kehilangan darah saat
proses melahirkan. (4,11,12)
Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri yang fisiologis dalam
kehamilan dan bermanfaat pada wanita untuk meringankan beban jantung yang
harus bekerja

lebih berat semasa hamil karena sebagai akibat

hipervolemi

cardiac output meningkat. Kerja jantung akan lebih ringan apabila viskositas
darah

rendah dan resistensi perifer berkurang sehingga tekanan darah tidak

meningkat. Secara fisiologis, hemodilusi ini membantu si ibu mempertahankan


sirkulasi normal dengan mengurangi beban jantung. (4,11,12)
Ekspansi volume plasma dimulai pada minggu ke-6 kehamilan dan
mencapai maksimum pada minggu ke-24 kehamilan, namun dapat terus
meningkat sampai minggu ke-37. Volume plasma meningkat sebesar 45-65 %
dimulai pada trimester II kehamilan dan mencapai maksimum pada bulan ke-9
yaitu meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali
normal dalam tiga bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume
plasma seperti laktogen plasenta yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldosteron. (4,11)
Volume plasma yang bertambah banyak ini menurunkan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin darah, dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan
jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Penurunan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke-7
sampai ke-8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke-16 hingga ke-22
ketika titik keseimbangan tercapai. Oleh sebab itu, apabila ekspansi volume
plasma yang terus-menerus tidak diimbangi dengan peningkatan produksi

eritropoetin sehingga menurunkan kadar Hct, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit
di bawah batas normal, timbullah anemia. (12)

VI.

GEJALA KLINIS

G
K
B
P
A
D
n
e
k
r
e
f
e
j
u
k
m
i
r
u
i
s
a
r
a
i
l
n
a
e
a
g
M
D
n
a
g
e
s
n
g
f
i
K
a
i
l
A
P
z
l
s
p
i
s
r
a
o
i
e
a
o
t
b
e
n
n
m
t
l
n
g
i
s
e
b
s
g
a
F
e
s
i
u
n
o
s
t
n
g
l
i
B
a
k
A
n
k
e
a
u
s
n
t
e
i
a
m
o
n
i
k
a
s
o
i
k
g
s
i
e
n
g
e
n
d
i
d
a
l
a
m
d
a
r
a
h

Gambar 1 : Grafik menunjukkan kekurangan asam folat, protein dan zat besi dapat menyebabkan
kekurangan oksigen jaringan dan mengakibatkan terjadinya anemia (Dikutip dari kepustakaan 5).

Gejala klinis dari anemia bervariasi bergantung padan tingkat anemia yang
diderita. Berdasarkan gejala klinisnya anemia dapat dibagi menjadi anemia ringan,
sedang dan berat. Tanda dan gejala klinisnya adalah :
a) Anemia ringan

: adanya pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu, dan sesak.

b) Anemia sedang

: adanya lemah dan lesu, palpitasi, sesak, edema kaki, dan

tanda malnutrisi seperti anoreksia, depresi mental, glossitis, ginggivitis, emesis


atau diare.
c) Anemia berat

: adanya gejala klinis seperti anemia sedang dan ditambah

dengan tanda seperti demam, luka memar, stomatitis, koilonikia, pika, gastritis,
termogenesis yang terganggu, penyakit kuning, rambut halus dan rapuh,
hepatomegali dan splenomegali bisa membawa seorang dokter untuk
mempertimbangkan kasus anemia yang lebih berat. (3,7,14)

VII.

DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dibutuhkan

anamnesis yang akan diperoleh keluhan berupa pucat, lelah, anoreksia, lemah,
lesu, sesak, berdebar-debar, muntah-muntah, diare. Selain itu dari pemeriksaan
fisis dapat ditemukan edema kaki, tanda malnutrisi seperti anoreksia, depresi
mental, glossitis, ginggivitis, stomatitis, koilonikia, pika, gastritis, termogenesis
yang terganggu, penyakit kuning, hepatomegali dan splenomegali sesuai dengan
derajat anemia yang diderita. (1,3,7,14)
Pemeriksaan penunjang dan pengawasannya dapat dilakukan dengan alat
sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Anemia ringan

: Hb 10 11 gr%

b) Anemia sedang

: Hb 7 10 gr%

c) Anemia berat

: Hb < 7 gr%. (1)

Pada pemeriksaan

laboratorium berupa indeks sel darah

merah

membantu menentukan ada tidaknya kelainan abnormal pada sel darah merah
seperti defisiensi zat besi (MCV yang rendah) atau makrositosis (MCV yang
tinggi). Pemeriksaan hemoglobin atau hematokrit harus diulang saat trimester
ketiga (lebih kurang 28 sampai 32 minggu) dan lebih sering jika diindikasikan.
Ras tertentu harus mempunyai tes skrining untuk kondisi tertentu seperti pada
pasien kulit hitam harus menjalani tes Sickledex atau elektroforesis hemoglobin
untuk melihat sickle cell trait disease dan menentukan defisiensi glucose 6phosphate dehydrogenase. (1)

Kriteria anemia menurut CDC (Centers for Disease Control)

Reticulocyte count

Meningkat

Normal atau menurun

Anemia
AnemiaMakrositik,
Mikrositik,MCV>100,
MCV <80,
Pertimbangkan : Pertimbangkan
: :
Pertimbangkan
1. Kehilangan darah
akut.
1.1.
Defisiensi
As.Folat
Defisiensi
zat besi. Cek ferritin, TIBC dan plasma iron level.
2. Terapi zat besi yang
baru.
2.2.Defisiensi
vit. B12 Cek hemoglobin dan elektroforesis.
Hemoglobinopati.
3. Anemia Hemolitik.
Cek serum folat dan B12 level. Pertimbangkan malabsorbsi, gangguan makan dan ekstrim
Cek apusan darah tepi dan tingkat heptaglobin.

Anemia Normositik, MCV 80-100


Pertimbangkan:
1. Defisiensi zat besi ringan
2. Anemia disebabkan penyakit kronik. Cek fungsi tes renal, hepatik dan tiroid.

Gambar 2 : Algoritma untuk diagnosis anemia berdasarkan hasil darah laboratorium (Dikutip dari
kepustakaan 8).

VIII. PEMBAGIAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN


Berbagai macam pembagian anemia dalam kehamilan telah banyak
dikemukakan. Penyebab anemia tersering adalah karena defisiensi zat-zat nutrisi.
Seringkali defisiensinya bersifat multipel dengan manifestasi klinik yang disertai
infeksi, gizi buruk, atau kelainan herediter seperti hemoglobinopati. Namun,
penyebab mendasar anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup,
absorpsi yang tidak adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang
berlebihan, dan kurangnya utilisasi nutrisi hemopoietik. Sekitar 75 % anemia
dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi zat besi yang memperlihatkan

gambaran eritrosit mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. Penyebab


tersering kedua adalah anemia megaloblastik yang dapat disebabkan oleh
defisiensi asam folat atau vitamin B12. Penyebab anemia lainnya yang jarang
ditemui antara lain adalah hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia,
dan keganasan. (4)
Anemia yang akan dibahas kali ini adalah anemia yang sering ditemukan
di Indonesia yaitu anemia defisiensi besi dan anemia megaloblastik. (4)

ANEMIA DEFISIENSI BESI


Anemia dalam kehamilan yang paling sering ditemukan adalah anemia
akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini dapat disebabkan oleh :
a) Kurangnya intake unsur zat besi dalam makanan.
b) Gangguan absorpsi zat besi : muntah dalam kehamilan mengganggu absorpsi,
peningkatan pH asam lambung, kekurangan vitamin C, gastrektomi dan kolitis
kronik, atau dikonsumsi bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan
kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi), dan kalsium (susu dan produk susu).
c) Kebutuhan besi yang meningkat
d) Banyaknya zat besi keluar dari tubuh : perdarahan. (4,12,13)
Keperluan zat besi bertambah selama kehamilan, seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan. Peningkatan penggunaan zat besi yang diabsorpsi
di dalam tubuh meningkat dari 0.8mg/hari di awal kehamilan hingga 7.5mg/hari
pada trimester akhir. Zat besi rata-rata yang dibutuhkan untuk wanita hamil
adalah

800 mg, 300 mg adalah untuk janin dan plasenta, dan 500 mg

ditambahkan untuk hemoglobin ibu. Hampir 200 mg zat besi hilang saat
perdarahan persalinan dan post partum. Jadi, penyimpanan minimal zat besi di
dalam tubuh wanita hamil adalah lebih dari 500 mg di awal kehamilan. Apabila
zat besi tidak ditambahkan dalam kehamilan maka akan mudah terjadi anemia
defisiensi zat besi terutama pada kehamilan kembar, multipara, kehamilan yang
sering dalam jangka waktu yang singkat dan pada vegetarian. Di daerah tropis,
zat besi banyak keluar melalui keringat dan kulit. Suplemen zat besi setiap hari
yang dianjurkan untuk ibu hamil tidak sama untuk beberapa negara. Di Amerika
10

Serikat, untuk wanita tidak hamil, wanita hamil dan wanita yang menyusui
dianjurkan masing-masing 12mg, 15mg, dan 15 mg. Sedangkan di Indonesia
masing-masing 12 mg, 17 mg dan 17 mg.(4,7,9,13)
Hampir semua kebutuhan zat besi terjadi pada paruh kedua kehamilan
yaitu ketika pembentukan organ janin terjadi. Rata-rata kebutuhan zat besi harian
adalah antara 6 hingga 7 mg dibandingkan pada kondisi yang normal yaitu 1 mg /
hari. Selama 6 sampai 8 minggu terakhir kehamilan, kebutuhan zat besi meningkat
hingga 10 mg / hari. Pada wanita yang memasuki kehamilan dengan cadangan zat
besi yang rendah, pemberian suplemen zat besi sering gagal untuk mencegah
kekurangan zat besi. Lebih jauh lagi, kondisi seperti implantasi plasenta yang
abnormal dapat menyebabkan kehilangan darah kronis dan meningkatkan
kebutuhan zat besi selama kehamilan. (2)
Sehubungan dengan periode postpartum, peningkatan volume plasma
selama kehamilan yang secara proporsional lebih tinggi dari peningkatan massa
sel darah merah menghasilkan hemodilusi yang fisiologis. Akibatnya, ibu
terlindungi dari hilangnya sel darah merah selama perdarahan yang berhubungan
dengan persalinan. Walaupun begitu, 5% dari persalinan disertai dengan
kehilangan darah >1 L disertai gejala anemia termasuk gejala jantung, sehingga
harus transfusi darah. (2,6) Perdarahan menahun yang menyebabkan kehilangan zat
besi atau kebutuhan zat besi yang meningkat akan dikompensasi oleh tubuh
sehingga cadangan besi makin menurun. (12)
Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut keseimbangan zat besi
yang negatif yaitu tahap deplesi besi (iron depleted state). Keadaan ini ditandai
oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorbsi besi dalam usus, serta
pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila kekurangan besi berlanjut
terus maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali, penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit
tetapi anemia secara klinis belum terjadi. Keadaan ini disebut sebagai iron
deficient erythropoiesis. Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai adalah
peningkatan kadar free protophorphyrin atau zinc protophorphyrin dalam eritrosit.
Saturasi transferin menurun dan kapasitas ikat besi total (total iron binding

11

capacity = TIBC) meningkat, serta peningkatan reseptor transferin dalam serum.


Apabila penurunan jumlah besi terus terjadi maka eritropoesis semakin terganggu
sehingga kadar hemoglobin mulai menurun. Akibatnya timbul anemia mikrositik
hipokrom yang disebut sebagai anemia defisiensi besi (iron deficiency anemia). (12)
Penegakan diagnosis anemia defisiensi besi yang berat tidak sulit karena
ditandai ciri-ciri yang khas bagi defisiensi besi. Menggunakan pemeriksaan
apusan darah tepi dapat ditemukan mikrositosis dan hipokromasia. Anemia yang
ringan tidak selalu menunjukkan ciri-ciri khas tersebut, bahkan banyak yang
bersifat normositik dan normokrom. Hal itu disebabkan karena defisiensi besi
dapat berdampingan dengan defisiensi asam folat. Sifat lain yang khas bagi
defisiensi besi adalah kadar zat besi serum rendah, ferritin yang rendah, daya ikat
zat besi serum tinggi, protoporfirin eritrosit tinggi, reseptor transferin yang
meningkat, dan tidak ditemukan hemosiderin dalam sumsum tulang. Apabila
pada pemeriksaan kehamilan hanya hemoglobin yang diperiksa dan ditemukan Hb
< 10gr/dL maka wanita tersebut dapat dianggap menderita anemia defisiensi besi,
baik yang murni maupun yang dimorfis, karena anemia tersering dalam kehamilan
adalah anemia defisiensi besi. (2,10,12)

Gambar 3. Diagnosis anemia defisiensi besi (Dikutip dari kepustakaan 9).

Terapi zat besi oral telah terbukti efektif dalam menanggulangi anemia
defisiensi besi pada banyak kasus. Kemanjurannya mungkin, namun bergantung
pada tingkat kepatuhan pasien dan penyerapan zat besi yang cukup di duodenum.
Perlu dicatat bahwa meskipun ada bukti yang mendukung perbaikan parameter

12

status hematologi dan besi dengan suplementasi besi oral, data terjadinya
peningkatan berat lahir dan berkurangnya angka kelahiran prematur masih kurang.
(2,6)

Pemberian suplementasi besi setiap hari pada ibu hamil sampai minggu
ke-28 kehamilan pada ibu hamil yang belum mendapat zat besi dan nonanemik
(Hb <11g/dl dan ferritin > 20 g/l) menurunkan prevalensi anemia dan bayi berat
lahir rendah. (4)
Menurut Depkes RI (1999), tablet zat besi diberikan pada ibu hamil sesuai
dengan dosis dan cara yang ditentukan yaitu: (15)
Dosis Pencegahan
Diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb. Dosisnya yaitu 1
tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut selama
minimal 90 hari masa kehamilan mulai pemberian pada waktu pertama kali ibu
memeriksa kehamilannya. (15) Obat yang sering digunakan adalah tablet Fe sulfat,
furamat, atau glukonat secara oral dengan dosis 1x200mg.
Dosis Pengobatan
Diberikan pada sasaran (Hb < ambang batas) yaitu bila kadar Hb < 11gr%
pemberian menjadi 3 tablet sehari selama 90 hari kehamilannya. (15)
Pada beberapa orang, pemberian tablet zat besi dapat menimbulkan gejalagejala seperti mual, nyeri di daerah lambung, kadang terjadi diare dan sulit buang
air besar, serta pusing. Selain itu, setelah mengonsumsi tablet tersebut tinja dapat
berwarna hitam, namun hal ini tidak membahayakan. Frekuensi efek samping
tablet zat besi ini bergantung pada dosis zat besi dalam tablet tersebut, bukan
pada bentuk campurannya. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka
kemungkinan efek samping akan semakin besar. Tablet zat besi yang diminum
saat perut dalam keadaan terisi akan mengurangi efek samping yang ditimbulkan
namun hal ini juga menurunkan tingkat penyerapannya. (15)
Terapi parenteral zat besi diberikan hanya apabila terdapat kontraindikasi
dengan terapi oral. Zat besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri secara
intramuskular, dapat disuntikkan dekstran besi, Imferon, atau sorbitol besi.

13

Hasilnya akan lebih cepat tercapai dan penderita hanya merasa nyeri pada tempat
suntikan. Akhir-akhir ini, Imferon banyak pula diberikan dengan infus dengan
dosis total antara 1000-2000 mg unsur zat besi sekaligus dengan hasil yang sangat
memuaskan.(4,11)
Walaupun zat besi intravena dengan infus kadang-kadang menimbulkan
efek samping, namun apabila ada indikasi yang tepat maka cara ini dapat
dilakukan. Efek sampingnya lebih kurang dibandingkan dengan transfusi darah.
Darah secukupnya harus tersedia selama persalinan yang harus segera diberikan
apabila terjadi perdarahan yang lebih dari biasanya, walaupun tidak lebih dari
1000 ml. Makanan kaya zat besi yang dianjurkan untuk ibu hamil yaitu seperti
daging sapi (besi dalam hemoglobin dan mioglobin), daging ayam dan ikan (besi
dalam mioglobin), sayuran hijau dan kacang-kacangan (kaya zat besi dan asam
folat). (4,13)
Protokol Iron Dextran
Indikasi :
Pengobatan anemia defisiensi besi pada pasien yang tidak dapat mengabsorbsi zat
besi secara oral.
Kontraindikasi :
1. Hipersensitif pada iron dextran complex
2. Digunakan secara hati-hati pada penderita dengan asma, gangguan hepar,
dan arthritis rheumatoid.
Dosis :
Tes Dosis :
1. 0,5 mL i.v/i.m untuk permulaan terapi
2. Untuk i.v dosis, dilusi 25mg/0,5 mL dalam 50 mL isotonic saline solution
dan infus sekitar 15 menit.
3. Sediakan epinephrine di samping penderita. Observasi penderita selama 30
menit untuk melihat ada tidaknya reaksi anafilaktik.
Dosis (mL) :
1. 0,0476 x berat badan (kg) x (14,8 observasi Hgb) + (1mL/5kg hingga
maksimum 14mL untuk penyimpanan zat besi)
2. Dosis maksimum i.v = 3000mg (60 mL)
3. Dilusi jumlah dosis di dalam 250 - 1000mL isotonic saline solution.
Volume yang sering digunakan 500mL

14

4. Konsentrasi maksimum = 50 mg/mL


5. Infus selama 1-6 jam (kecepatan tidak lebih dari 50mg/min). Batas waktu
infus yang sering digunakan sekitar 2-3 jam. Observasi pasien untuk
25mL yang pertama untuk mengobservasi ada tidaknya reaksi alergik.
Jangan menambah iron dextran pada total nutrisi parenteral.
Efek samping:
1. Kardiovaskular : flushing, hipotensi, kolaps kardiovaskular (<1%)
2. Sistem saraf pusat : pusing, demam, nyeri kepala (>10%), menggigil(<1%)
3. Dermatologik : urtikaria, flebitis (<1%), kelainan pewarnaan pada kulit
(hipopigmentasi, hiperpigmentasi).
4. Gastrointestinal : nausea, muntah, perubahan warna pada urin (1-10%)
5. Respiratorik : diaphoresis (>10%).
Catatan : diaphoresis, urtikaria, demam, menggigil, dan pusing mungkin timbul
24-48 jam pertama setelah diberikan i.v dan 3-4 hari setelah i.m. Reaksi
anafilaktik terjadi dalam menit-menit pertama setelah disuntik.
Observasi : Tekanan darah setiap 5 menit selama tes dosis. Lihat reaksi alergik
dan efek samping 3-4 hari pertama. Cek hemoglobin dan retikulosit.
Gambar 4 : Tabel di atas menunjukkan cara pemberian preparat besi pada wanita hamil beserta
efek sampingnya (Dikutip dari kepustakaan 8).

IX.

KOMPLIKASI
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik

dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai
penyulit dapat timbul akibat anemia seperti berikut :
1) Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan
a) Abortus (keguguran)
b) Persalinan prematur
c) Gangguan pertumbuhan janin
d) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
e) Mudah terjadi infeksi
f) Hyperemesis gravidarum
g) Perdarahan sebelum persalinan
h) Ketuban pecah dini.
2) Pengaruh Anemia terhadap Persalinan

15

a) Gangguan his
b) Kala II dapat berlangsung lama dan partus lama
c) Kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan kelemahan his.
3) Pengaruh Anemia pada saat Nifas
a) Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum
b) Memudahkan infeksi puerpuerium
c) Pengeluaran ASI berkurang
d) Terjadinya dekompensasi kordis.
4) Pengaruh Anemia terhadap Janin
a) Kematian janin dalam kandungan
b) Berat bayi lahir rendah
c) Kelahiran dengan anemia
d) Cacat bawaan
e) Mudah terinfeksi hingga kematian perinatal
f) Inteligensi yang rendah. (1)

X.

PROGNOSIS
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan pada umumnya baik

bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa pendarahan
banyak atau adanya komplikasi lain. Anemia berat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas wanita hamil. Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita
anemia defisiensi besi tidak menunjukkan hemoglobin (Hb) yang rendah, namun
cadangan zat besinya kurang sehingga baru beberapa bulan kemudian akan
tampak sebagai anemia infantum. (4,10)
XI. KESIMPULAN
Anemia dalam kehamilan memberi resiko pada ibu dan janin sehingga
setiap wanita hamil perlu diberi sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup 1
tablet sehari. Selain itu, wanita dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
tinggi protein serta sayuran yang mengandung banyak mineral dan vitamin. Pada
16

umumnya asam folat tidak diberikan secara rutin, kecuali di daerah dengan
frekuensi anemia megaloblastik yang tinggi. Apabila pengobatan anemia dengan
zat besi tidak memberikan hasil yang memuaskan, maka harus ditambah dengan
asam folat. (10)

17

DAFTAR PUSTAKA
1. Wijanti RE, Rahmaningtyas I, Widari D. Hubungan pola makan ibu hamil
trimester III dengan kejadian anemia. Dalam: Tunas-tunas riset kesehatan.
Volume kedua, Nomor 2. Mei 2012.[online].[cited on 2013 Oktober
15th].Available
from:
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22128590_2089-4686.pdf.
2. Sutkin G, Isada NB, Stewart M, Powell S. Hematologic complications. In:
Evans A.T, Seigafuse S, Shaw R. et al, eds. Manual of Obstetrics. 7th ed.
Texas: Lippincott Williams & Wilkins, 2007; p. 328, 330-1.
3. Muthalib A. Kelainan hematologik. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin
A.B, Rachimhadhi T, editor. Ilmu kebidanan. Edisi keempat. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2011; p. 775-80.
4. Hanretty KP. Systemic diseases in pregnancy. In: Hanretty KP, Ramsden I,
Callander R, eds. Obstetrics illustrated. 6th ed. London: Churchill
Livingstone, 2003; p. 137-8, 141.
5. Tristiyanti WF. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil

status di kecamatan Ciampea, kabupaten Bogor, Jawa barat. c2006.


[online]. [cited on 2013
Oktober15th].Availablefrom:http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12
3456789/44643/A06wft.pdf
6. Pernoll ML. Medical and surgical complications during pregnancy:
Hematologic disorders. In: Benson & Pernolls: handbook of obstetrics &
gynecology. 10th ed. New York: McGraw-Hill Medical Publishing
Division, 2001; p. 435-8.
7. Weiner CP, Oh C. Coagulation and hematological disorders of pregnancy.
In: Reece EA, Hobbins JC, Gant NF, eds. Clinical obstetrics, the fetus &
mother. 3rd ed. Massachusetts: Blackwell Publishing, 2007; p. 849-51.
8. Cunningham FG, Hauth JC, Bloom SL, et al. Hematological disorders. In:
William obstetrics. 22nd ed. New York: Mc-Graw Hill Medical Publishing
Division, 2005; p. 1143, 1145, 1148.
9. Samuels P. Hematologic complications of pregnancy. In: Gabbe SG,
Niebyl JR, Simpson JL, et al, eds. Obstetrics normal and problem
pregnancies. 5th ed. Tennessee: Mosby Elsevier, 2007; p. 1050, 1052.
10. Pitkin J, Peattie AB, Magowan BA. Anemia in pregnancy. In: Obstetrics
and gynaecology, an illustrated colour text. 1st ed. London: Churchill
Livingstone, 2003; p. 32-3.

18

11. Sinurat TS. Anemia dalam kehamilan. c2012.[online]. [cited on 2013


Oktober
15th].Availablefrom:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21579
/5/Chapter%20I.pdf.
12. Fairley DH. Diseases in pregnancy. In: Lecture notes obstetrics and
gynaecology. 2nd ed. Oxford: Blackwell Publishing, 2004; p. 140-2.
13. Szymanski LM, Mumuney AA. Hematologic disorders of pregnancy. In:
Fortner KB, Szymanski LM, Fox HE, et al, eds. The Johns Hopkins:
manual of gynecology and obstetrics. 3rd ed. Maryland: Lippincott
Williams & Wilkins, 2007; p. 216.
14. Anonim. Suplementasi zat besi. c2011.[online]. [cited on 2013 Oktober
15th].
Availablefrom:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34941/4/Ch
apter%20II.pdf.

19

Você também pode gostar

  • Differential Diagnoses
    Differential Diagnoses
    Documento1 página
    Differential Diagnoses
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Regio 2xvxv
    Regio 2xvxv
    Documento20 páginas
    Regio 2xvxv
    Andi Bintang
    Ainda não há avaliações
  • RODIAH
    RODIAH
    Documento24 páginas
    RODIAH
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Refarat Infantisid
    Refarat Infantisid
    Documento19 páginas
    Refarat Infantisid
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Port of Oli Oobs Gin
    Port of Oli Oobs Gin
    Documento62 páginas
    Port of Oli Oobs Gin
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Translate 1
    Translate 1
    Documento7 páginas
    Translate 1
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • PORTOFOLIO Ortopedi
    PORTOFOLIO Ortopedi
    Documento14 páginas
    PORTOFOLIO Ortopedi
    lacundekkeng
    Ainda não há avaliações
  • Paru TB
    Paru TB
    Documento1 página
    Paru TB
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Porto Folio A Nestes I
    Porto Folio A Nestes I
    Documento15 páginas
    Porto Folio A Nestes I
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Referat BPPV Finish
    Referat BPPV Finish
    Documento20 páginas
    Referat BPPV Finish
    Muhammad Danil Firdaus
    Ainda não há avaliações
  • Trdytvhijuhyh
    Trdytvhijuhyh
    Documento3 páginas
    Trdytvhijuhyh
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Laporan ACLS
    Laporan ACLS
    Documento26 páginas
    Laporan ACLS
    ulitha
    Ainda não há avaliações
  • Juslan TB
    Juslan TB
    Documento71 páginas
    Juslan TB
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Cs Zkjs KJDSK Dawd
    Cs Zkjs KJDSK Dawd
    Documento47 páginas
    Cs Zkjs KJDSK Dawd
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • MHYREXT
    MHYREXT
    Documento17 páginas
    MHYREXT
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Referat BPPV Finish
    Referat BPPV Finish
    Documento20 páginas
    Referat BPPV Finish
    Muhammad Danil Firdaus
    Ainda não há avaliações
  • Absen
    Absen
    Documento1 página
    Absen
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Sdmsajdlasjd Oa
    Sdmsajdlasjd Oa
    Documento1 página
    Sdmsajdlasjd Oa
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Referat Nyeri Kanker
    Referat Nyeri Kanker
    Documento20 páginas
    Referat Nyeri Kanker
    Adhytya Pratama Ahmadi
    Ainda não há avaliações
  • Sdjbfjkdhsbfjdsnbkljsdafasdfsasd
    Sdjbfjkdhsbfjdsnbkljsdafasdfsasd
    Documento1 página
    Sdjbfjkdhsbfjdsnbkljsdafasdfsasd
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Anemia
    Anemia
    Documento6 páginas
    Anemia
    qpamella
    Ainda não há avaliações
  • Referat Konjungtivitis Ayee
    Referat Konjungtivitis Ayee
    Documento24 páginas
    Referat Konjungtivitis Ayee
    Teguh El-bahgie
    100% (3)
  • GHDFGHFSHGFC
    GHDFGHFSHGFC
    Documento1 página
    GHDFGHFSHGFC
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Asdjkskadbasjbdkjasd
    Asdjkskadbasjbdkjasd
    Documento9 páginas
    Asdjkskadbasjbdkjasd
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Trdytvhijuhyh
    Trdytvhijuhyh
    Documento3 páginas
    Trdytvhijuhyh
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Digital 20351553 PR Isti Chahyani
    Digital 20351553 PR Isti Chahyani
    Documento77 páginas
    Digital 20351553 PR Isti Chahyani
    Kukuh Pujiatmoko
    Ainda não há avaliações
  • GFGHFHFSGCFC
    GFGHFHFSGCFC
    Documento71 páginas
    GFGHFHFSGCFC
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • JGFGHDFSDH
    JGFGHDFSDH
    Documento2 páginas
    JGFGHDFSDH
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Tabel
    Daftar Tabel
    Documento1 página
    Daftar Tabel
    Gink Gonk
    Ainda não há avaliações