Você está na página 1de 10

APEL ROME BEAUTY

Meskipun bukan asli tanaman dari Indonesia, apel termasuk salah satu jenis
buah yang populer disamping jeruk dan mangga. Sebagai buah segar, apel banyak
disajikan dalam pesta, buah penyerta kunjungan orang sakit maupun sesaji
upacara agama di Bali. Selain dikonsumsi dalam bentuk buah segar, kelezatan
apel bisa dinikmati dalam bentuk minuman maupun dodol yang banyak dijajakan
di Kota Wisata Batu.

Gambar 1. Apel Rome Beauty


Berdasarkan penelitian, apel bisa mengurangi resiko kanker usus besar,
kanker prostat dan paru-paru. Serat apel juga mencegah penyakit jantung serta
mengontrol berat badan dan kadar kolesterol dengan cara seratnya mencegah
reabsorpsi. Mengkonsumsi apel dapat dimakan buahnya secara langsung, dapat
juga dijadikan jus buah, bahan pembuatan kue seperti pie apel dan dapat juga
difermentasikan hingga menjadi cuka apel.
Apel kota Malang memiliki dua jenis, yaitu apel Rome Beauty dan apel
Manalagi. Apel Rome Beauty memiliki karakteristik kulit yang berwarna hijau
dengan semburat merah, rasanya agak manis, dan warna dagingnya putih
kehijauan. Sedangkan apel Manalagi memiliki karakteristik kulit yang berwarna
kuning kehijauan, rasa manis dan aroma kuat, serta warna daging putih
kekuningan. Apel Malang dikenal banyak mengandung Vitamin A, B, C dan zat
mineral : belerang , klor , zat besi, fosfor , kalsium , magnesium, natrium,

potassium dan silikon. Vitamin A yang dikandung apel 50 % lebih banyak


dibandingkan jeruk. Buah apel berkhasiat untuk obat batuk , melancarkan
pencernaan , penghancur batu ginjal , mengobati peradangan didalam tubuh serta
membersihkan tubuh dari racun.
Apel Malang sangat cocok dikonsumsi sebagai buah segar , juice , salad ,
pie maupun makanan olahan lain selain Malang Raya (Jawa Timur), beberapa
daerah di Indonesia Timur (NTT, Bali, dan Papua) memiliki lahannya yang
potensial untuk
pengembangan tanaman apel. Namun demikian daerah-daerah tersebut belum
memiliki sentra produksi apel sesuai harapan disebakan pengembangannya belum
diikuti dengan pemahaman dan penerapan teknologi budidaya apel yang baik dan
benar.
Syarat Tumbuh. Di Indonesia yang beriklim tropika, beberapa varietas apel
memiliki adaptasi yang baik di dataran tinggi/pegunungan yang memiliki suhu
dingin. Awalnya sentra apel di Malang Raya terletak di elevasi 700 1.200 m dpl
dengan suhu udara sekitar 16 27oC. Saat ini, suhu udara di Malang Raya telah
meningkat secara nyata sehingga menggeser kesuaian lahan apel ke elevasi sekitar
1.000 1.500 m dpl.
Selain bersuhu dingin, tempat penanaman apel sebaiknya beriklim kering
atau memiliki hujan tahunan 1.000 2.500 mm dengan penyinaran matahari
sebanyak 50 60 % per hari, dan kelembaban udara 7585 %. Jika hujan tinggi
dan turun bersamaan dengan musim pembungaan akan menggagalkan bunga
menjadi buah.
Meskipun apel dapat tumbuh di beberapa jenis tanah yaitu Regosol (Entisol),
Andosol (Andisol), dan Latosol (Inceptisol), karakter tanah yang ideal adalah
teksturnya sedang, konsistensi gembur, kedalaman efektif > 50 cm, drainase baik,
dan pH tanah 5,5 7.

Pemilihan Benih apel Rome Beauty, Manalagi dan Ana merupakan varietas
apel yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Ciri apel Rome Beauty
antara lain kulit buah berwarna merah kehijauan, agak bulat, daging buah agak
keras, beraroma kuat, dan rasanya segar sedikit asam. Kulit buah apel manalagi
berwarna kuning kehijauan, agak bulat, rasanya manis, aromanya harum (wangi),
dan kandungan airnya agak kurang. Sedangkan bentuk buah apel Ana adalah
lonjong, kulitnya berwarna merah dan tipis, daging buah lunak dan rasanya asam.
Dibandingkan dengan Varietas Rome Beauty dan Manalagi, Varietas Ana akan
lebih baik ditanam di tempat yang memiliki elevasi lebih tinggi. Ciri-ciri benih
apel yang baik antara lain diperbanyak dengan cara okulasi, batang bawah
maupun batang atas lurus dan sehat, akar serabutnya lebat, daunnya subur dan
sehat, berumur 6 bulan atau lebih dari saat okulasi, serta bersertifiikat.
Penyiapan Lubang dan Penanaman. Agar awal musim hujan bisa dilakukan
penanaman, pada musim kemarau perlu dilakukan pembersihan lahan,
pembuatan teras (lahan berlereng) dan lubang tanam. Ukuran lubang yang
dianjurkan adalah panjang, lebar dan dalam masing-masing 60 cm. Jarak tanam
untuk Varietas Manalagi adalah 3 3,5 m X 3,5 m, sedangkan untuk Ana dan
Rome Beauty adalah 2 3 m X 2,5-3 m.
Untuk memperbaiki kesuburan daerah perakaran, media yang dimasukkan
kedalam lubang tanam adalah tanah lapisan atas yang berwarna lebih gelap dan
gembur dicampur 20 kg bahan organik (pupuk kandang) dan 0,5 kg dolomit atau
fosfat alam jika reaksi tanah masam (pH < 5,5). Sebelum hujan, campuran tanah
dimasukkan ke dalam lubang dan dibiarkan mengalami inkubasi minimal 2
minggu.
Awal musim hujan murapakan waktu tanam yang ideal karena ketersediaan air
dan suhu udara mendukung untuk adaptasi benih di lapangan. Penanaman
dilakukan dengan memasukkan benih ke dalam lubang dan akarnya perlu diatur
agar menyebar kesegala arah. Selanjutnya, akar ditimbun tanah sampai setinggi

leher akar sambil dipadatkan agar tanaman berdiri tegak dan tidak mudah roboh.
Untuk menahan gangguan angin kencang, setiap tanaman perlu dipasang ajir dan
diikat secara longgar.
Pelengkungan Cabang. Selain membentuk kerangka tajuk, pelengkungan
cabang dimaksudkan untuk mendorong munculnya tunas generatif pada cabang
lateral. Kegiatan ini dilakukan setelah tanaman beradaptasi di lapangan dan
memiliki cabang cukup panjang serta kuat dilengkung, biasanya berdiameter
sekitar 1 2 cm. Caranya yaitu 3 4 cabang dilengkungkan hingga mendatar dan
diikat dengan tali yang ditancapkan pada tanah.

Selanjutnya, daunnya

dirontokkan (dirompes) dan ujung cabang dipotong.


Pemupukan. Paling sedikit tanaman apel membutuhkan unsur hara makro
(C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S) dan unsur hara mikro (Fe, Zn, Mn, Cu, B, Mo).
Sumber utama unsur hara makro adalah pupuk kimia sedangkan sumber unsur
mikro berasal dari bahan organik dan pupuk kimia. Unsur hara makro N, P dan K
digunakan tanaman terutama untuk membentuk organ vegetatif dan generatif
sehingga dibutuhkan dalam jumlah paling banyak. Untuk memenuhi kebutuhan
ketiga unsur tersebut, tanaman perlu diberi tambahan pupuk kimia secara
berimbang yang diaplikasikan secara teratur setiap 2 3 bulan.
Untuk menjaga kegemburan tanah dan memenuhi unsur hara mikro/unsur lainnya,
disarankan dilakukan penambahan 20 40 kg/pohon bahan organik dan
pengapuran jika ph tanah <5,5 pada setiap akhir kemarau
Perompesan Daun. Di Indonesia yang tidak memiliki periode dingin yang
panjang, perlakuan perompesan daun (defoliasi buatan) disertai pelengkungan
cabang dan pemangkasan bagian ujungnya dapat memecahkan tunas generatif
terutama tunas lateral yang diikuti dengan keluarnya bunga. Idealnya perompesan
daun dilakukan ketika tunas generatif sudah padat, biasanya sekitar 2 minggu
setelah panen.

Selain secara manual dengan tangan, perompesan daun bisa dilakukan


dengan menyemprot daun tua (pembakaran daun) menggunakan zat pengatur
tumbuh berbahan aktif Hidrogen Sianamida dengan 10% Urea. Biasanya, rompes
daun yang dilakukan sekitar bulan April dan Oktober memberikan hasil lebih baik
dibandingkan bulan-bulan lainnya karena bunga terhindar dari air hujan.
Penjarangan Buah. Penjarangan buah apel secara tepat dapat meningkatkan
mutu panen dan menjaga stabilitas produksi. Kegiatan ini dilakukan
dengan mengurangi jumlah buah yang bergerombol dan menyisakan 2 3 buah
yang seragam pertandan. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan ketika buah berumur 8
9 minggu dari bunga mekar.
Pembungkusan Buah. Khusus apel Manalagi, ketika buah berumur sekitar 3
bulan dari bunga mekar perlu dibungkus dengan kertas yang bersih dan tahan air.
Jika tidak dibungkus, bagian buah buah yang terpapar cahaya matahari langsung
akan berwarna kemerahan dan bagian lainnya tetap kuning kehijauan sehingga
penampilannya menjadi kurang menarik.

Kegiatan ini dilakukan setelah

penjarangan buah atau 3 bulan dari rompes daun.


Hama dan Penyakit Utama. Selama pertumbuhannya, cukup banyak jenis
hama dan penyakit yang menyerang tanaman apel. Setelah daun dirompes hingga
sekitar 3 bulan berikutnya merupakan masa kritis serangan hama dan penyakit.
Beberapa hama yang sering menyerang adalah kutu daun, kutu sisik, tungau, Trips
dan Ulat. Sedangkan penyakit utamanya adalah Embun Tepung atau Powdery
Mildew dan Marsonina coronaria.
Contoh bahan aktif pestisida yang biasa digunakan untuk mengendalikan
hama tersebut antara lain Imidakloprid, abamectin (kutu daun, kutu sisik, Trips),
Dicofol, Piridaben (Tungau) dan Sipermetrin (ulat), dan lain-lain. Sedangkan
bahan aktif yang biasa digunakan untuk mengendalikan penyakit antara lain
Difenokonazo, Propineb, Mankozeb, dan lain-lain.

Panen. Berbeda dengan apel di daerah subtropika, perlakuan pelengkungan


cabang dengan perompesan daun menjadikan apel di Indonesia dapat dipanen
setahun dua kali. Apel Rome Beauty dapat dipanen ketika buah berumur sekitar
120 140 hari, Manalagi sekitar 115 dan Ana sekitar 100 hari dari bunga mekar.
Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari saat cuaca cerah. Buah-buah yang
sudah dipetik perlu dimasukkan secara hati-hati kedalam keranjang yang dilapisi
karung plastik untuk mengurangi kerusakan buah yang dipanen.
Sentra apel malang, terdapat di Batu dan Selecta (kota Batu), Nongkojajar
(kab. Pasuruan) dan Poncokusumo (kab. Malang). Batu terletak di lereng timur
gunung Panderman, Selecta di lereng barat daya gunung Arjuno-Welirang,
Nongkojajar di lereng barat pegunungan Tengger, dan Poncokusumo di lereng
barat laut gunung Semeru. Sentra-sentra apel ini terletak di sekitar kota Malang.
Itulah sebabnya apel dari kawasan ini disebut sebagai apel malang. Meskipun
dihasilkan di kota Batu, dan kab. Pasuruan. Varietas apel yang dibudidayakan di
kawasan ini adalah Manalagi, Rome Beauty, Anna, dan Wanglin.
Masing-masing apel malang, punya sejarah sendiri. Apel Manalagi adalah
varietas yang paling tua, yang diintroduksi dari Negeri Belanda. Induk tetuanya
sudah tidak diketahui lagi. Sebenarnya, kalau tidak dibungkus kertas koran,
penampilan apel Manalagi bukan hijau kekuningan, melainkan mirip dengan
Rome beauty. Rome Beauty adalah varietas yang dikembangkan di AS pada awal
tahun 1800an. Ukuran Rome Beauty sedikit lebih besar dari Manalagi. Karena
tidak dibungkus, kulit buah yang tidak terkena sinar matahari berwarna hijau,
yang terkena matahari merah kecokelatan. Rome Beauty juga diintroduksi pada
jaman Belanda, namun lebih belakangan dibanding Manalagi.
Varietas yang diintroduksi setelah jaman kemerdekaan adalah Anna. Ini
varietas asal Israel, yang tidak diketahui tahun pelepasannya sebagai varietas.
Anna adalah apel malang yang penampilannya paling atraktif. Bagian kulit buah
yang terkena sinar matahari berwarna merah cerah, dan yang tidak terkena

matahari oranye sampai kuning. Kelemahan apel Anna, rasanya sedikit masam.
Varietas berikutnya adalah Wanglin, yang diintroduksi dari Taiwan. Varietas ini
berwarna hijau tua dengan bintik-bintik putih, dan rasanya paling manis.
Manalagi dan Rome Beauty adalah varietas apel yang paling banyak
dibudidayakan di sekitar kota Malang, Jawa Timur. Sebab dua varietas ini paling
produktif. Budi daya apel dilakukan dengan benih cangkokan dan setek.
Perbanyakan vegetatif ini, memang salah satu cara untuk menjamin, bahwa buah
dari varietas yang dibudidayakan, tidak akan menyimpang dari induknya. Selain
itu, benih cangkokan juga akan menjamin dalam waktu kurang dari 3 tahun kebun
apel akan produktif. Sebab benih cangkokan, bisa berasal dari cabang yang sudah
berukuran cukup besar. Hingga dua tahun setelah tanam, bunga sudah keluar.
Namun benih vegetatif asal cangkok atau setek, tidak memiliki pangkal
batang yang kokoh. Akibatnya, pangkal batang mudah terserang jamur dan akar
diserang nematoda. Kelemahan ini juga menimpa tanaman anggur. Di Indonesia,
khususnya di Bali Utara, anggur juga dibudidayakan dengan benih asal setek dan
cangkok. Idealnya, budidaya apel dan anggur dilakukan dengan benih okulasi,
seperti halnya pada tanaman buah lainnya. Benih okulasi adalah gabungan antara
benih generatif asal biji sebagai batang bawah. Benih batang bawah, biasanya
dipilih yang berbatang dan berperakaran kuat, meskipun kualitas buahnya tidak
terlalu baik.
Benih batang bawah ini akan disambung dengan entres sebagai benih
vegetatif dari batang atas. Batang atas selalu berasal dari varietas yang buahnya
unggul dan produktivitasnya tinggi. Varietas Manalagi dan Rome Beauty, sudah
dikenal mampu beradaptasi dengan iklim tropis yang lembap. Varietas ini sangat
produktif, dengan rasa buah yang digemari oleh masyarakat. Namun varietas
dengan keunggulan batang atas ini, tidak secara otomastis akan bisa menjadi
batang bawah sekaligus.

Untuk itu harus dicari varietas dengan karakter unggul sebagai batang
bawah, namun sekaligus sudah mampu beradaptasi dengan iklim tropis.
Sayangnya, Departemen Pertanian tidak pernah memperhatikan varietas tanaman
buah dengan ciri-ciri unggul sebagai batang bawah. Manalagi, Rome Beauty,
Anna dan Wanglin adalah varietas yang dilepas Menteri Pertanian sebagai batang
atas penghasil buah. Hingga kita tidak pernah punya varietas apel sebagai batang
bawah.
Hal ini juga terjadi pada durian. Hingga para pembenih durian selalu
menggunakan batang bawah berupa benih sapuan dari pasar dan kios durian
kakilima. Beda dengan rambutan yang sudah punya si nyonya, mangga dengan
podang, dan madu anggur, dan terutama jeruk dengan JC (Japanese Citroes), dan
RL (Rough Lemon); sebagai varietas unggul batang bawah.
Benih tanaman buah di negara-negara maju, termasuk apel, tidak hanya
menggunakan dua varietas tanaman sebagai batang atas dan batang bawah. Agar
tanaman tumbuh dengan proporsi sesuai dengan kebutuhan, maka digunakan
batang tengah. Batang tengah biasanya berkayu sangat kuat, namun berperawakan
kerdil. Gunanya untuk menjaga, agar tanaman apel tidak tumbuh menjadi batang
pohon raksasa, yang sulit dikelola. Dengan batang tengah tang kerdil namun kuat,
maka tajuk tanaman bisa dipertahankan kompak, karena mudah dibentuk.
Pemanenan juga bisa dilakukan dengan mudah karena tanamannya pendek.
Di Indonesia, pendeknya batang apel tidak hanya akan memudahkan
pemanenan, melainkan juga perompesan (perontokan) daun. Sebab apel adalah
tumbuhan sub tropis, yang pada musim gugur akan merontokkan seluruh daunnya.
Pada musim semi, apel akan menumbuhkan tunas bunga, baru kemudian tunas
daun. Hingga ketika bunga apel bermekaran pada musim semi, maka yang tampak
hanyalah ranting-ranting tanpa daun yang penuh dengan bunga bermekaran.
Pemandangan inilah juga yang akan tampak di kebun-kebun apel di sekitar
Malang. Di kawasan tropis ini, tumbuhnya bunga apel bukan disebabkan oleh
musim semi, melainkan karena daun-daun apel sengaja dirontokkan paksa setelah
buah selesai dipanen.

Untuk memperoleh batang bawah, diperlukan biji apel sebagai benih. Biji
apel ini mudah diperoleh dari kalangan industri pengolahan apel di sekitar
Malang. Di sini sudeh tumbuh home industri sari apel (cider), cuka apel (vinegar),
keripik dan dodol apel. Untuk membuat kerikip apel buah harus dibelah-belah.
Ketika itulah biji bisa dikumpulkan. Karena masa dorman biji apel sangat pendek,
maka penyimpanan tidak bisa dalam jangka waktu lama. Itupun biji harus ditaruh
dalam wadah yang agak lembap. Setelah itu biji harus segera disemai. Biji yang
masa dormannya pendek, biasanya mudah ditumbuhkan. Hingga biji apel juga
mudah untuk disemai.
Hasil semaian inilah yang akan digunakan sebagai batang bawah. Kalau
batang bawah akan langsung disambung dengan entres sebagai batang atas, maka
penyambungan dilakukan ketika tanaman sudah mencapai ketinggian di atas 1 m.
Kalau batang bawah akan terlebih dahulu disambung dengan batang tengah, maka
penyambungan dilakukan sejak tanaman tumbuh setinggi 10 sd. 20 cm.
Penyambungan batang tengah dengan batang atas tetap dilakukan ketika tanaman
sudah setinggi lebih dari 1 m. Penyambungan apel bisa dilakukan dengan teknik
mata tempel, maupun sambung pucuk. Sambung pucuk lebih dianjurkan, sebab
akan menghasilkan benih dengan kualitas lebih baik.
Di Amerika Serikat, trend apel konsumsi selalu berkembang sangat cepat
mengikuti jaman. Jenis apel yang tahun ini sangat diminati konsumen, dua tahun
lagi kemungkinan sudah tidak laku, karena ada varietas baru yang lebih menarik.
Agar petani bisa cepat mengantisipasi perkembangan selera konsumen, maka para
breeder apel sengaja menyiapkan benih sambung tiga (batang bawah, tengah,
atas); yang sudah setinggi 1,5 m. dan siap dibuahkan. Penanaman apel di AS,
selalu dilakukan pada musim semi. Agar petani tidak rugi, maka benih baru
ditanam di sela-sela tanaman lama. Pada musim gugur tahun kedua, tanaman lama
dipotong habis. Musim semi berikutnya, tanaman baru sudah mengeluarkan
bunga.
Di Indonesia, pengumpulan dan penyemaian biji apel tidak hanya
bermanfaat untuk memmroduksi benih batang bawah. Sebab penyemaian biji juga
akan bermanfaat untuk menemukan varietas-varietas baru yang lebih unggul.

Sebab secara alami selalu terjadi persilangan, apabila apel Manalagi, Rome
Beauty, Anna, dan Wanglin ditanam secara bersamaan dalam satu hamparan. Biji
yang dikumpulkan dari kebun dengan empat varietas apel ini, pasti akan
menghasilkan ribuan varietas. Beberapa individu tanaman dari ribuan varietas itu,
pasti akan ada yang memiliki sifat-sifat unggul baru, yang lebih cocok dengan
kondisi alam tropis.
Penyemaian biji apel ini sudah sangat mendesak. Sebab kalau tidak, suatu
ketika, apel dengan 100% benih vegetatif di kawasan sekitar Malang ini akan
makin mengalami degradasi, bahkan bisa saja terancam punah. Kalau kita
menyemaikan biji apel, kemudian menanamnya sebagai pagar kebun misalnya,
maka di kawasan sekitar Malang akan tersimpan plasma nutfah apel yang kembali
menjadi liar. Pohon-pohon induk inilah yang harus kita seleksi, mana yang
buahnya unggul dan tanamannya produktif, dan mana pula yang batang serta
perakarannya kuat. Upaya untuk menyeleksi varietas unggul batang bawah ini
tidak hanya berlaku untuk apel, melainkan juga anggur dan durian. (R)
Oleh: Ir.Sutopo, M.Si (Peneliti Balitjestro)

http://apelmalang.awardspace.com/3.html
-

See

more

http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/id/683.html#sthash.gmfYSX20.dpuf

at:

Você também pode gostar