Você está na página 1de 47

ISBD-MANUSIA,KERAGAMAN DAN

KESETARAAN
BABI
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Bab ini membahas Manusia, Keragaman dan Kesetaraan yakni dapat menyadarkan kepada
manusia bahwa keragaman merupakan keniscayaan hidup manusia, termasuk di Indonesia.
Dalam paham multikulturalisme, kesederajadan, dan atau kesetaraan sangat dihargai untuk
semua budaya yang ada dalam masyarakat. Paham ini sebetulnya merupakan bentuk akomodasi
dari budaya arus utama (besar) terhadap munculnya budaya-budaya kecil yang datang dari
berbagai kelompok. Itulah sebabnya, penting sekarang ini membahas keragaman dan kesetaraan
dalam hidup manusia.
Untuk konteks Indonesia sebagai masyarakat majemuk, sehubungan dengan pentingnya ketiga
hal tersebut : manusia, keragaman, dan kesetaraan, tatkala berbicara tentang keragaman, hal itu
mesthi dikaitkan dengan kesetaraan. Mengapa? Karena keragaman tanpa kesetaraan akan
memunculkan diskriminasi : kelompok etnis yang satu bisa memperoleh lebih dibanding yang
lain; atau kelompok umur tertentu bisa mempunyai hak-hak khusus atas yang lainnya.
Keragaman yang didasarkan pada kesetaraan akan mampu mendorong munculnya kreativitas,
persaingan yang sehat dan terbuka, dan pada akhirnya akan memacu kesaling-mengertian.
Perkembangan pembangunan yang terjadi dalam dua dekade terakhir di Indonesia menjadikan
pertemuan antar orang dari berbagai kelompok suku dan budaya sangat mudah terjadi. Hal itu
tentu saja akan menimbulkan banyak goncangan dan persoalan. Karena itu sebelum menjadi
sebuah konflik yang keras, Indonesia sudah selayaknya mempersiapkan masyarakatnya
mengenai adanya keragaman. Keragaman itu supaya menghasilkan manfaat besar harus
diletakkan dalam bingkai kebersamaan dan kesetaraan. Namun, sebelum membahas mengenai
bagaimana memahami keragaman dan kesetaraan dan juga bagaimana mengelola keragaman
yang ada dengan segala persoalan dan tantangannya, pembahasan akan dimulai dengan
memusatkan perhatian pada manusia itu sendiri.
Perkembangan konteks kehidupan bermasyarakat yang terjadi secara cepat dan dramatis
seringkali muncul ketegangan antara individualitas dan sosialitas. Bagaimana seorang manusia
yang senantiasa berusaha mencari identitas diri harus melakukan akomodasi terhadap
masyarakatnya yang juga terus berubah. Manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian
dari masyarakat dikitari oleh berbagai hal yang menjadikannya selalu berada dalam ketegangan
antara diri sendiri dan orang lain. Praktis komunikasi, sejarah yang melingkupinya, keberadaan
orang lain, konsep mengenai masalalu, mas kini, dan mas depan juga merupakan hal-hal yang
terus perlu dipertimbangkan ketika manusia menjalani hidupnya, baik sebagai individu maupun
sebagai bagian dari sebuah masyarakat.

1. Perumusan Masalah
2. Apa makna keragaman dan kesederajatan?
3. Apa yang memengaruhi keragaman terhadap kehidupan beragama, bermasyarakat,
bernegara, dan kehidupan global?
4. Apa saja problematika diskriminasi dalam masyarakat yang beragam?
5. Apa unsur-unsur keragaman masyarakat Indonesia?
6. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan di Bidang Ilmu Sosial
Budaya Dasar dan menambah pemahaman tentang kemajemukan diharapkan bermanfaat bagi
kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Manusia Keragaman dan Kesetaraan

Makna Keragaman

Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa
artinya :

Indonesia (KBBI)

1. tingkah laku
2. macam jenis.
3. lagu musik : langgam
4. warna :corak : ragi
5. laras (tata bahasa).
Keragaman manusia sudah menjadi fakta social dan fakta sejarah kehidupan. Sehingga pernah
muncul penindasan, perendahan, penghancuran dan penghapusan rasa atau etnis tertentu. Dalam
sejarah kehidupan manusia pernah tumbuh ideology atau pemahaman bahwa orang berkulit
hitam ladalah berbeda, mereka lebih rendah dan dari yang berkulit putih. Contohnya di
Indonesia, etnis Tionghoa memperoleh perlakuan diskriminatif, baik secara social dan politik
dari suku-suku lain di Indonesia. Dan ternyata semua yang telah terjadi adalah kekeliruan, karena
perlakuan merendahkan martabat orang atau bangsa lain adalah tindakan tidak masuk akal dan
menyesatkan, sementara semua orang dan semua bangsa adalah sama dan sederajat.
Sehingga keragaman yang dimaksud disini adalah suatu kondisi masyarakat dimana terdapat
perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan
keyakinan, ideologi, adat kesopanan serta situasi ekonomi.

Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk dan dinamis, antara lain ditandai oleh keragaman
suku bangsa, agama, dan kebudayaan. Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Indonesia memiliki
keragaman suku bangsa yang begitu banyak, terdiri dari berbagai suku bangsa, mulai dari sabang
hingga Merauke, ada suku Batak, suku Minang, suku Ambon, suku Madura, suku Jawa, suku
Asmat, dan masih banyak lainnya.
Konsep keragaman mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu, keragaman menunjukan
bahwa keeradaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen bahkan tidak bisa disamakan.
Keragaman Indonesia terlihat dengan jelas pada aspek-aspek geografis, etnis, sosiokultural dan
agama serta kepercayaan.

Makna Kesederajatan

Kesederajatan berasal dari kata derajat. Dalam kamus besar bahasa indonesia derajat berarti :
1) Tingkatan, martabat, pangkat,
2) Gelar yang diberikan oleh perguruan tinggikepada mahasiswa yang telah lulus ujian.
Sederajat berarti sama tingkatannya(pangkatnya, kedudukannya) dan kesederajatan berarti
perihal kesamaan tingkatan. Dengan demikian konteks kesederajatan disini adalah suatu kondisi
dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada pada manusia tetap memiliki satu kedudukan
yang sama dan satu tingkatan Hierarki. termasuk perlakuan yang sama dalam bidang apapun
tanpa membedakan jenis kelamin, keturunan, kekayaan, suku bangsa, daan lainnya. Dalam
pandangan Islam, kedudukan manusia itu sama dalam segala hal, dan yang paling mulia
kedudukannya dimata Tuhan, adalah didasarkan pada ketaqwaannya dan keimananya.
Konsep kesetaraan adalah konsep yang dipakai dalam sistem komunisme atau sentralistik dan
tentu saja konsep ini bertentangan dengan konsep keragaman. Kesetaraan lebih mengacu pada
bagaimana perbedaan yang ada harus hidup serasi dan selaras, tanpa harus meninggalkan
identitas perbedaan yang ada pada masing-masing individu tersebut.
Tuntutan kesetaraan mungkin belum beberapa abad terakhir ini di mulai oleh manusia. Tentunya
seruan dengan suara kecil malah yang hampir tidak terdengar, pada ribuan tahun yang lalu sudah
ada. Tingkatannya rakyat jelata, tetapi berkeinginan agar menjadi sepadan dengan para
bangsawan, dengan para orang kaya serta berkuasa bahkan menjadi anggota kalangan Sang
Baginda Raja. Kalau kita mau memikirkan masak-masak keinginan untuk setara itu, biasanya
dan selalu datang dari pihak yang kurang beruntung untuk menyamai kaum yang sedang atau
sudah beruntung.
Indikator kesedarajatan adalah sebagai berikut :
1. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan golongan
2. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak.
3. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota masyarakat.

Problema yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan perilaku untuk
tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban anatr manusia atau antar warga.
Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut diskriminasi.
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM menyatakan bahwa diskriminasi adalah setiap
pembatasan, pelecehan, yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan
manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat di mana terdapat perbedaanperbedaandalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan,
ideologi, adatkesopanan, serta situasi ekonomi
2. Kesederajatan adalah suatu kondisi di mana dalam perbedaan dan keragaman yang
adamanusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki
3.

Unsur-unsur Keragaman dalam Masyarakat Indonesia yaitu Suku Bangsa dan Ras,
Agama danKeyakinan, Ideologi dan Politik, Tata Krama, Kesenjangan Ekonomi serta
Kesenjangan Sosial

4. Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan


terciptamasalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa, seperti:
Disharmonisasi,Perilaku diskriminatif serta Eksklusivisme, rasialis.
5.

Diskriminasi adalah sikap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang


atausekelompk orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status,
dan kelassosial-ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh, usia, orientasi seksual,
pandangan ideologidan politik, serta batas negara dan kebangsaan seseorang.

3. 2.Saran
Salah satu hal yang dapat dijadikan solusi adalah Bhineka Tunggal Ika yang merupakanungkapan
yang menggambarkan masyarakat Indonesia yang majemuk atau heterogen. Masyarakat
Indonesia terwujud sebagai hasil interaksi sosial dari banyak suku bangsa danberaneka ragam
latar belakang kebudayaan, agama, sejarah, dan tujuan yang sama yang disebutKebudayaan
Nasional.
Terciptanya tunggal ika dalam masyarakat yang bhineka dapat diwujudkan melaluiintegrasi
kebudayaan atau integrasi nasional. Dalam hubungan ini, pengukuhan ide tunggalika yang
dirumuskan dalam wawasan nusantara dengan menekankan pada aspek persatuandisegala bidang

merupakan tindakan yang positif. Namun tentu saja makna Bhineka Tunggal Ikaini harus benarbenar dipahami dan menjadi sebuah pedoman dalam berbangsa dan bernegara.

BABI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bab ini tentang Manusia, Keragaman dan Kesetaraan yakni dapat menyadarkan
kepada manusia bahwa keragaman merupakan keniscayaan hidup manusia, termasuk di
Indonesia. Dalam paham multikulturalisme, kesederajadan, dan atau kesetaraan sangat dihargai
untuk semua budaya yang ada dalam masyarakat. Paham ini sebetulnya merupakan bentuk
akomodasi dari budaya arus utama (besar) terhadap munculnya budaya-budaya kecil yang datang
dari berbagai kelompok. Itulah sebabnya, penting sekarang ini membahas keragaman dan
kesetaraan dalam hidup manusia.
Untuk konteks Indonesia sebagai masyarakat majemuk, sehubungan dengan pentingnya
ketiga hal tersebut : manusia, keragaman, dan kesetaraan, tatkala berbicara tentang keragaman,
hal itu mesthi dikaitkan dengan kesetaraan. Mengapa? Karena keragaman tanpa kesetaraan akan
memunculkan diskriminasi : kelompok etnis yang satu bisa memperoleh lebih dibanding yang
lain; atau kelompok umur tertentu bisa mempunyai hak-hak khusus atas yang lainnya.
Keragaman yang didasarkan pada kesetaraan akan mampu mendorong munculnya kreativitas,
persaingan yang sehat dan terbuka, dan pada akhirnya akan memacu kesaling-mengertian.
Perkembangan pembangunan yang terjadi dalam dua dekade terakhir di Indonesia menjadikan
pertemuan antar orang dari berbagai kelompok suku dan budaya sangat mudah terjadi. Hal itu
tentu saja akan menimbulkan banyak goncangan dan persoalan. Karena itu sebelum menjadi
sebuah konflik yang keras, Indonesia sudah selayaknya mempersiapkan

masyarakatnya

mengenai adanya keragaman. Keragaman itu supaya menghasilkan manfaat besar harus
diletakkan dalam bingkai kebersamaan dan kesetaraan. Namun, sebelum membahas mengenai
bagaimana memahami keragaman dan kesetaraan dan juga bagaimana mengelola keragaman
yang ada dengan segala persoalan dan tantangannya, pembahasan akan dimulai dengan
memusatkan perhatian pada manusia itu sendiri.
Dalam perkembangan konteks kehidupan bermasyarakat yang terjadi secara cepat dan
dramatis seringkali muncul ketegangan antara individualitas dan sosialitas. Bagaimana seorang
manusia yang senantiasa berusaha mencari identitas diri harus melakukan akomodasi terhadap
masyarakatnya yang juga terus berubah. Manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian

dari masyarakat dikitari oleh berbagai hal yang menjadikannya selalu berada dalam ketegangan
antara diri sendiri dan orang lain. Praktis komunikasi, sejarah yang melingkupinya, keberadaan
orang lain, konsep mengenai masalalu, mas kini, dan mas depan juga merupakan hal-hal yang
terus perlu dipertimbangkan ketika manusia menjalani hidupnya, baik sebagai individu maupun
sebagai bagian dari sebuah masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna keragaman dan kesederajatan?
2. Apa yang memengaruhi keragaman terhadap kehidupan beragama, bermasyarakat, bernegara,
dan kehidupan global?
3. Apa saja problematika diskriminasi dalam masyarakat yang beragam?
4. Apa unsur-unsur keragaman masyarakat Indonesia?

C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan di Bidang Ilmu
Sosial Budaya Dasar dan menambah pemahaman tentang kemajemukan diharapkan bermanfaat
bagi kita semua.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia Keragaman dan Kesetaraan

Makna Keragaman

Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut kamus besar bahasa
artinya :
1. tingkah laku
2. macam jenis.
3. lagu musik : langgam

Indonesia (KBBI)

4. warna :corak : ragi


5. laras (tata bahasa).
Keragaman manusia sudah menjadi fakta social dan fakta sejarah kehidupan. Sehingga
pernah muncul penindasan, perendahan, penghancuran dan penghapusan rasa atau etnis tertentu.
Dalam sejarah kehidupan manusia pernah tumbuh ideology atau pemahaman bahwa orang
berkulit hitam ladalah berbeda, mereka lebih rendah dan dari yang berkulit putih. Contohnya di
Indonesia, etnis Tionghoa memperoleh perlakuan diskriminatif, baik secara social dan politik
dari suku-suku lain di Indonesia. Dan ternyata semua yang telah terjadi adalah kekeliruan, karena
perlakuan merendahkan martabat orang atau bangsa lain adalah tindakan tidak masuk akal dan
menyesatkan, sementara semua orang dan semua bangsa adalah sama dan sederajat.
Sehingga keragaman yang dimaksud disini adalah suatu kondisi masyarakat dimana terdapat
perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan
keyakinan, ideologi, adat kesopanan serta situasi ekonomi.
Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk dan dinamis, antara lain ditandai oleh
keragaman suku bangsa, agama, dan kebudayaan. Sebagaimana diketahui bahwa bangsa
Indonesia memiliki keragaman suku bangsa yang begitu banyak, terdiri dari berbagai suku
bangsa, mulai dari sabang hingga Merauke, ada suku Batak, suku Minang, suku Ambon, suku
Madura, suku Jawa, suku Asmat, dan masih banyak lainnya.
Konsep keragaman mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu, keragaman
menunjukan bahwa keeradaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen bahkan tidak bisa
disamakan. Keragaman Indonesia terlihat dengan jelas pada aspek-aspek geografis, etnis,
sosiokultural dan agama serta kepercayaan.
Ada banyak cara mengelola keragaman antara lain dapat dilakukan dengan:
Untuk mendekonstruksi stereotip dan prasangka terhadap identitas lain
Untuk mengenal dan berteman dengan sebanyak mungkin orang dengan identitas yang berbeda
bukan sebatas kenal nama dan wajah, tetapi mengenali latar belakang, karakter, ekspektasi, dll,
makan bersama, saling berkunjung, dll
Untuk mengembangkan ikatan-ikatan (pertemanan, bisnis, organisasi, asosiasi, dll) yang bersifat
inklusif dan lintas identitas, bukan yang bersifat eksklusif
Untuk mempelajari ritual dan falsafah identitas lain

Makna Kesederajatan
Kesederajatan berasal dari kata derajat. Dalam kamus besar bahasa indonesia derajat berarti :

1) Tingkatan, martabat, pangkat,


2) Gelar yang diberikan oleh perguruan tinggikepada mahasiswa yang telah lulus ujian.
Sederajat berarti sama tingkatannya(pangkatnya, kedudukannya) dan kesederajatan berarti perihal kesamaan
tingkatan. Dengan demikian konteks kesederajatan disini adalah suatu kondisi dimana dalam
perbedaan dan keragaman yang ada pada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan
satu tingkatan Hierarki. termasuk perlakuan yang sama dalam bidang apapun tanpa membedakan
jenis kelamin, keturunan, kekayaan, suku bangsa, daan lainnya. Dalam pandangan Islam,
kedudukan manusia itu sama dalam segala hal, dan yang paling mulia kedudukannya dimata
Tuhan, adalah didasarkan pada ketaqwaannya dan keimananya.
Konsep kesetaraan adalah konsep yang dipakai dalam sistem komunisme atau sentralistik
dan tentu saja konsep ini bertentangan dengan konsep keragaman. Kesetaraan lebih mengacu
pada bagaimana perbedaan yang ada harus hidup serasi dan selaras, tanpa harus meninggalkan
identitas perbedaan yang ada pada masing-masing individu tersebut.
Tuntutan kesetaraan mungkin belum beberapa abad terakhir ini di mulai oleh manusia.
Tentunya seruan dengan suara kecil malah yang hampir tidak terdengar, pada ribuan tahun yang
lalu sudah ada. Tingkatannya rakyat jelata, tetapi berkeinginan agar menjadi sepadan dengan
para bangsawan, dengan para orang kaya serta berkuasa bahkan menjadi anggota kalangan Sang
Baginda Raja. Kalau kita mau memikirkan masak-masak keinginan untuk setara itu, biasanya
dan selalu datang dari pihak yang kurang beruntung untuk menyamai kaum yang sedang atau
sudah beruntung.
Indikator kesedarajatan adalah sebagai berikut :
a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan golongan
b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak.
c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota masyarakat.
Problema yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan perilaku
untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban anatr manusia atau antar
warga. Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut diskriminasi.
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM menyatakan bahwa diskriminasi adalah
setiap pembatasan, pelecehan, yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan
manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi,
jenis kelamin, bahasa, dan keyakinan politik, yang berakibat pada pengurangan, penyimpangan,
atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan HAM dan kebebasan dasar dalam
kehidupan baik individu maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hokum, social, budaya,
dan aspek kehidupan lainnya.

B. UNSUR-UNSUR KERAGAMAN DALAM MASYARAKAT


1. Suku bangsa dan ras
Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke sangatberagam. Sedangkan
perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokan besar manusiayang memiliki ciri-ciri biologis lahiriah yang
sama seperti rambut, warna kulit, ukurantubuh, mata, ukuran kepala, dan lain sebagainya.
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain serta
kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, tiap suku
bangsa mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri, maka di Indonesia juga terdapat sejumlah sistem
budaya yang dipergunakan oleh massing-masing suku bangsa.
2. Agama dan keyakinan
Sebelum kedatangan agama Hindu yang berasal dari India, orang-orang Indonesia sudah
mempunyai keyakinan atau kebudayaan sendiri yang biasa disebut dengan istilah animisme dan
dinamisme. Agama hindu datang di Indonesia dengan jalan damai. Kontak agama tersebut
melalui jalan perdagangan. Setelah agama Hindu mengalami kemunduran, datang agama lain,
yatiu agama islam dan kristen. Kedua agama tersebut juga diterima dengan cara-cara yang
damai.
Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal
dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca
indra. Dalam peraktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah :
1)Berfungsi edukatif : ajaran agama secara hukum berfungsi menyuruh dan melarang
2)Berfungsi penyelamat
3)Berfungsi sebagai perdamaian
4)Berfungsi sebagai Social control
5)Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
6)Berfungsi transformatif
7)Berfungsi sublimatif

Di indonesia, agama merupakan unsur yang sangat penting dan sudah ada beberapa agama
yang telah diakui, hal itu merupakan bukti adanya keragaman dalam hal agama atau
kepercayaan. Adapun terhadap keragaman manusia dalam hal kepercayaan, sikap, dan
perilakunya. Manusia tidak dipandai sederajat. Ada yang mulia dan ada yang hina, bergantung
pada kadar ketakwaannya.
3. Ideologi dan politik
Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat terhadap tingkah laku dalam
situasi khusus karena merupakan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental. Sedangkan politik
bermakna usaha dalam menegakkan keteriban sosial. Fungsi ideologi adalah untuk memperkuat landasan moral
dalam suatu tindakan. Adanya banyak partai di Indonesia merupakan bukti keragaman dalam hal ideologi dan
politik. Meskipun pada keyataanya Indonesia hanya mengakui pancasila sebagai satu-satunya ideologi.
Belum terarahnya pendidikan politk di kalangan pemuda dan belum dihayatinya mekanisme
demokrasi pancasila maupun lembaga-lembaga kontitusi, tertib hukum, dan disiplin nasional
merupakan hambatan bagi penyaluran aspirasi generasi muda secara institusional dan
konstitusional.
4. Tatakrama
Tatakrama yang dianggap arti bahasa jawa yang berarti adat sopan santun, basa basi pada
dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakapsesuai kaidah atau norma tertentu.
Adat terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat yang fungsinya mengikat masyarakat
tersebut, sedangkan kesopanan berasal dari masyarakat itu sendiri yang dapat menilai baik dan
buruknya sikap lahir dan tingkah laku manusia.

5. Kesenjangan ekonomi dan sosial


Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat,pangkat, dan strata
sosial. Pertambahan jumlah penduduk yang cepat dan belum meratanya pembangunan dan hasilhasil pembangunan mengakibatkan makin bertambahnya pengangguran di kalangan pemuda
serta terjadinya kesenjangan ekonomi.

Perbedaan kondisi ekonomi pada kehidupan masyarakat dapat memicu terjadinya


kesenjangan sosial. Kesenjangan sosial dapat terjadi karena adanya pelapisan sosial.
Proses terjadinya pelapisan sosial ada dua, yaitu :
-. Pelapisan sosial yang terjadi dengan sendirinya.
-. Pelapisan sosial yang terjadi dengan sengaja ditujukan untuk mengejar

C.

Pengaruh Keragaman Terhadap Kehidupan


Kehidupan Global

tujuan bersama.

Beragama, Bermasyarakat,

Bernegara,

dan

Pengaruh keragaman diantaranya adalah


a) Terjadinya segmentasi kedalam kelompok-kelompok yang seringkali memilikikebudayaan yang berbeda.
b) Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplemeter.
c) Kurang mengembangkan konsesus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilaisosial yang bersifat dasar.
d) Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang lainnya.
e) Secara relatif intergrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
f)

Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.
Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan terciptamasalah-masalah

yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti :


1) Disharmonisasi, adalah tidak adanya penyesuaian atas keragaman antara manusia dengandunia lingkungannya.
2) Perilaku diskriminatif terhadap etnis atau kelompok masyarakat tertentu akanmemunculkan masalah yang lain, yaitu
kesenjangan dalam berbagai bidang yang tentu saja tidak menguntungkan bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara.
3) Eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacam-macam, antara lain keyakinan
bahwa secara kodrati ras atau sukunya kelompoknya lebihtinggi dari ras/suku/kelompok lain.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh
negative dari keragaman, yaitu :
1) Semangat Religius
2) Semangat Nasionalisme
3) Semangat Fluralisme

4) Dialog antar umat beragama


5) Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antaragama, media, masa, dan
harmonisasinya.
Berdirinya Negara Indonesia dilatarbelakangi oleh masyarakat yang demikian majemuk, baik
secara etnis, geografis, kultural maupun religius. Manusia secara kodrat diciptakan sebagai
makhluk yang mengusung nilai harmoni. Perbedaan yang berwujud baik secara fisik maupun
mental, seharusnya dijadikan sebuah potensi untuk menciptakan sebuah kehidupan yang
menjunjung tinggi toleransi. Tetapi sering kali yang terjadi adalah, perbedaan tersebut justru
memicu ketegangan hubungan antar anggota masyarakat.
Sifat dasar yang selalu dimiliki oleh masyarakat majemuk sebagaimana dijelaskan oleh (Van de
Berghe).
1. Terjadinya segmentasi (pemisahan diri) kedalam kelompok-kelompok yang seringkali memiliki
kebudayaan yang berbeda.
2.

Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat non
komplementer (melengkapi).

3.

Kurang mengembangkan konsensus (kesepakatan) diantara para anggota masyarakat tentang


nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.

4. Secara relatif sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang lainnya.
5. Secara relative integrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan didalam bidang
ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.
Realitas diatas harus diakui dengan sikap terbuka, logis dan dewasa. Karena dengan adanya
sifat terbuka itulah solusi dari akar permasalahan yang terjadi akibat kemajemukan dapat
dipertumpul.

D. PROBLEMATIKA DISKRIMINASI
Dalam kehidupan bernegara, Indonesia di hadapkan permasalahan keragaman yaitu tentang perbedaan suku
dan budaya. Hal tersebut sudah terjadi sejak Indonesia berdiri dan sudah menjadi cirri khas bangsa Indonesia.

Perbedaan tentang suku dan budaya akan menjadi persoalan besar jika tidak ada nilai yang mengikatnya. Dan di
Indonesia nilai yang ada adalah demokrasi.
Tujuan di terapkannya demokrasi di Indonesia adalah untuk keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Jika
dalam kehidupan bernegara kedua hal tersebut tidak terwujud berarti demokrasi tidak diterapkan secara mendasar.
Diskriminasi

adalah setiap tindakan

yang melakukan

pembedaan terhadap seseorang

atausekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status,kelas sosial ekonomi,
jenis kelamin, kondisi fisik, usia, orientasi seksual, pandanganideologi, dan politik serta batas negara dan
kebangsaan seseorang.Pasal 281 Ayat 2 UUD NKRI 1945 Telah menegaskan bahwa Setiap orang
berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu .
Sementara itu Pasal 3 UU No 30 Tahun 1999 tentang HAM Telah menegaskan bahwa Setiap orang
dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat yang sama dan sederajat Komunitas Internasional
telah mengakui bahwa diskriminasi masih terjadi diberbagaibelahan dunia, dan prinsip non diskriminasi harus
mengawali kesepakatan antar bangsa untuk dapat hidup dalam kebebasan, keadilan, dan perdamaian.
Pada dasarnya diskriminasi tidak terjadi begitu saja, akan tetapi karena adanya beberapafaktor penyebab
antara lain adalah
1) Persaingan yang semakin ketat dalam berbagai bidang kehidupan, terutama ekonomi.
2) Adanya tekanan dan intimidasi yang biasanya dilakukan oleh kelompok yang dominanterhadap kelompok atau
golongan yang lebih lemah.
3) Ketidak berdayaan golongan miskin akan intimidasi yang mereka dapatkan membuatmereka terus terpuruk dan
menjadi korban diskriminasi.
Dari kajian yang dilakukan terhadap berbagai kasus disintekrasi bangsa dan hancurnyasebuah negara, dapat
disimpulkan adanya enam faktor utama yang sedikit demi sedikit bisamenjadi penyebab utama peruses itu, yaitu
1) Kegagalan kepemimpinan
2) Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama
3) Krisis politik
4) Krisis sosial
5) Demoralisasi tentara dan polisi
6) Interfensi asing

Terciptanya Tungal Ika dalam masyarakat Bhineka dapat diwujudkan melalui


Integrasi Kebudayaan atau Integrasi Nasional .

Manusia Beradab dalam keragaman


Dalam hal ini maka tedapat teori yang menunjukkan penyebab konflik di tengah masyarakatantara lain:
1.

Teori hubungan masyarakat, memiliki pandangan bahwa konflik yang sering munculditengah masyarakat
disebabkan polarisasi yang terus terjadi, ketidak percayaan danpermusuhan diantara kelompok yang berbeda,
perbedaan bisa dilatarbelakangi SARA bahkan pilihan ideologi politiknya.

2.

Teori identitas yang melihat bahwa konflik yang mengeras di masyarakat tidak laindisebabkan identitas yang
terancam yang sering berakar pada hilangnya sesuatu ataupenderitaan masa lalu yang tidak terselesaikan

3.

Teori kesalahfahaman antar budaya, teori ini melihat konflik disebabkan ketidakcocokandalam cara-cara
berkomunikasi diantara budaya yang berbeda

4.

Teori transformasi yang memfokuskan pada penyebab terjadi konflik adalahketidaksetaraan dan ketidakadilan
yang muncul sebagai masalah sosial budaya danekonomi.

Faktor-Faktor Terjadinya Perubahan Social


Factor-faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya perubahan social ada 2 macam,yaitu yang berasal dari
luar masyarakat dan dari dalam diri itu sendiri.
1. Faktor yang berasal dari luar masyarakat
a.

Akulturasi.Akulturasi atau cultural contact berarti suatu kebudayaan tertentu yang dihadapkandengan unsureunsur kebudayaan asing yang sedemikian rupa sehingga lambat laun unsure-unsurkebudayaan asing tersebut
melebur atau menyatu kedalam kebudayaan sendiri, tetapi tidak menyebabkan hilangnya kepribadian

b. DifusiDifusi ialah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ketempat lain. Sedikitdemi sedikit, hal
ini berlangsung berkaitan dengan terjadinya perpindahan atau penyebaranmanusia dari satu tempat ke tempat lain.
c. PenetrasiPenetrasi adalah masuknya unsur-unsur masuknya kebudayaan asing secara paksa,sehingga merusak
kebudayaan bangsa yang di datangi penetrasi tersebut, dinamakan PenetrationViolent, misalnya ketika bangsa
Spanyol dan Portugis datamg ke Amerika Latin sehinggakebudayaan maya dan inka menjadi musnah. Selain itu
masih ada jenis penetrasi lain yaitumasuknya unsur kebudayaan asing dengan tidak sengaja dan tanpa paksaan
dalam kebudayaan setempat sehingga saling mempengaruhi, penetrasi semacam ini disebut Penetration
Pasifique,seperti masuknya agama dan kebudayaan Hindu, Budha, Islam kedalam kebudayaan Indonesia.
d. InvasiInvasi yaitu masuknya unsur-unsur kebudayaan asing kedalam kebudayaan setempatdengan peperangan
(Penaklukan) bangsa asing terhadap bangsa lain, penaklukan itu padaumumnya dilanjutkan dengan penjajahan,
selama masa penjajahan itulah terjadi pemaksaanmasuknya unsur-unsur asing kedalam kebudayaan bangsabangsa terjajah.
e. AsimilasiAsimilasi kebalikan dari penetrasi. Asimilasi adalah proses penyesuaian seseorang ataukelompok orang
asing terhadap kebudayaan setempat.
f. HibridisasiHibridisasi adalah perubahan kebudayaan yang disebabkan oleh perkawinan campuranantara orang
asing dengan penduduk setempat. Hibridisasi umumnya bersifat individu, walaupuntidak menutup kemungkinan
perubahan akibat perkawinan campuran meluas hingga kelingkungan masyarakat sekelilingnya, akibat hibridisasi
ialah munculnya kebudayaan baru, yaitusetengah kebudayaan asing dan setengah kebudayaan setempat.
g. MilenarisasiMilenarisasi merupakan salah satu bentuk gerakan kebangkitan, yang berusahamengangkat golongan
masyarakat bawah yang tertindas dan telah lama menderita dalamkedudukan sosial yang rendah dan memiliki
ideologi sub kultural yang baru.

2. Perubahan yang Terjadi karena Pengaruh dari Dalam


a.

Sistem

Pendidikan yang Maju- Inovasi

adalah pembauran

unsur teknologi

dan ekonomi

dari kebudayaan- Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat walaupun ide
baruyang diciptakan oleh seseorang atau sekelomok orang dalam suatu masyarakat.- Namun, adapula pendapat
lain menyatakan bahwa discovery adalah penemuan sesuatu yangsebelumnya telah ada- Invention adalah
pendapatan atau perolehan hal-hal baru yang dilakukan melalui usaha yangsungguh-sungguh walaupun melalui
trial and error.- Enkulturasi atau pembudayaan ialah suatu proses manusia mempelajari dan menyesuaikanalam

fikiran serta sikapnya dengan sistem norma ( meliputi norma susila, adat, hukum danagama) yang hidup dalam
masyarakat.
b. Menghargai hasil karya orang lain
c. Adanya keterbukaan di dalam masyarakat
d. Adanya toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)
e. Penduduk yang heterogen
.

a. Kesederajatan versus Diskriminasi


Keserajatan artinya setiap orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan
kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun pemerintah dan Negara. Diskriminasi lebih
menunjukkan kepada suatu tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Diskriminasi dihubungkan
dengan prasangka dan seolah-olah menyatu.
b.

Diskriminatif sebagai Realitas yang Problematik

Dalam kehidupan masyarakat, ada sesuatu yang dihargai, yaitu kekayaan, kekuasaan, ilmu
pengetahuan, dan sebagainya. Hal itu merupakan awal terbentuknya pelapisan sosial yang dapat
menimbulkan diskriminasi sosial. Mereka yang banyak memiliki sesuatu yang dihargai dianggap
oleh masyarakat sebagai orang yang menduduki lapisan atas. Sebaliknya, mereka yang hanya
sedikit memiliki atau bahkan sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dihargai, dianggap oleh
masyarakat sebagai orang-orang yang menempati lapisan bawah.
c. Persaingan, Tekanan atau Intimidasi dan Ketidakberdayaan sebagai Faktor Terjadinya
Diskriminasi Sosial.
Diskriminasi karena faktor tekanan atau intimidasi, biasnya terjadi karena pihak yang
ditekan oleh pihak yang kuat. Dan karena merupakan pihak yang tertekan, umumnya tidak
berdaya sehingga tidak dapat melepaskan belenggu diskriminasi tersebut dari kehidupan mereka.
Sebab-sebab lain yang menyebabkan terjadinya diskriminasi antara lain

Latar belakang sejarah

Dilatarbelakangi oleh perkembangan sosiokultural dan situasional

Bersumber dari faktor kepribadian

Berlatar belakang dari perbedaaan keyakinan, kepercayaan, dan agama


Usaha mengurangi atau menghilangkan prasangka dan diskriminasi antara lain dengan cara :

Perbaikan kondisi sosial ekonomi

Perluasan kesempatan belajar

Sikap terbuka dan sikap lapang

Menghilangkan sikap etnosentrsme

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat di mana terdapat perbedaan-perbedaandalam berbagai
bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adatkesopanan, serta situasi ekonomi
b. Kesederajatan adalah suatu kondisi di mana dalam perbedaan dan keragaman yang adamanusia tetap memiliki
satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki
c. Unsur-unsur Keragaman dalam Masyarakat Indonesia yaitu Suku Bangsa dan Ras, Agama danKeyakinan,
Ideologi dan Politik, Tata Krama, Kesenjangan Ekonomi serta Kesenjangan Sosial
d. Jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan terciptamasalah-masalah yang
menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa, seperti: Disharmonisasi,Perilaku diskriminatif serta
Eksklusivisme, rasialis.
e. Diskriminasi adalah sikap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atausekelompk orang
berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status, dan kelassosial-ekonomi, jenis kelamin, kondisi
fisik tubuh, usia, orientasi seksual, pandangan ideologidan politik, serta batas negara dan kebangsaan seseorang.
f. Problematika diskriminasi yang timbul dan harus diwaspadai adalah adanya disintegrasibangsa. Dari kajian yang
dilakukan terhadap berbagai kasus disintegrasi bangsa dan bubarnyasebuah negara, dapat disimpulkan adanya
enam faktor utama yang secara gradual bisa menjadipenyebab utama proses itu, yaitu: Kegagalan kepemimpinan,
Krisis ekonomi yang akut danberlangsung lama, Krisis politik, Krisis social, Demoralisasi tentara dan polisi, serta
Intervensiasing.

3. 2.Saran
Salah satu hal yang dapat dijadikan solusi adalah Bhineka Tunggal Ika yang merupakanungkapan yang
menggambarkan masyarakat Indonesia yang majemuk atau heterogen. Masyarakat Indonesia
terwujud sebagai hasil interaksi sosial dari banyak suku bangsa danberaneka ragam latar belakang kebudayaan,
agama, sejarah, dan tujuan yang sama yang disebutKebudayaan Nasional.

Terciptanya tunggal ika dalam masyarakat yang bhineka dapat diwujudkan


melaluiintegrasi kebudayaan atau integrasi nasional. Dalam hubungan ini, pengukuhan ide
tunggalika yang dirumuskan dalam wawasan nusantara dengan menekankan pada
aspek persatuandisegala bidang merupakan tindakan yang positif. Namun tentu saja makna Bhineka Tunggal
Ikaini harus benar-benar dipahami dan menjadi sebuah pedoman dalam berbangsa dan bernegara.

DAFTAR PUSTAKA
Giri Wiloso, Pamerdi, dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Salatiga: Widya Sari
Setiadi, Elly M. dkk. 2005. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Prenada Media Group
http://iqbalpersada.blogspot.com/2013/03/hakikat-keragaman-dan-kesetaraan.html
http://erfanm.blogspot.com/2013/03/surah-al-ala-yang-maha-tinggi-dengan.html
http://stkip.files.wordpress.com/2013/03/isbd.pdf

KEBERAGAMAN DAN KESETARAAN SOSIAL DI MASYARAKAT


Filed under: Kelas XI IPS K 2013, Sosiologi Leave a comment
October 21, 2015

A. Hakikat Keberagaman dan Kesetaraan Sosial


Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai pulau dan daerah yang memiliki karakteristik yang
berbeda
Adanya perbedaan tersebut membuat bangsa Indonesia memiliki beragam budaya, adat istiadat,
suku bangsa, dan lain-lain.
Keberagaman ini mendorong setiap individu yang berasal dari setiap daerah memiliki tingkah
laku dan aktivitas yang berbeda-beda.
Perbedaan inilah yang menyebabkan keberagam- an sosial.
1. Keberagaman Sosial
Faktor pendorong keberagaman:
Faktor bawaan yang dibawa individu sejak lahir
Faktor lingkungan, baik lingkungan alam, lingkung-an keluarga, dan lingkungan masyarakat.
Faktor waktu yang mengisi kehidupan manusia
Adanya interaksi yang membawa perubahan dan perkembangan manusia.
Keberagaman individu terletak pada perbedaan perse- orangan, sedangkan keberagaman sosial
terletak pada keberagaman masyarakat yang satu dengan yang lainnya
Masyarakat Majemuk
Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri atas kelompok-kelompok, yang tinggal
bersama dalam suatu wilayah, tetapi terpisah menurut garis budaya masing-masing.
Kemajemukan suatu masyarakat patut dilihat dari dua variabel yaitu kemajemukan budaya dan
kemajemukan sosial.
Kemajemukan budaya ditentukan oleh indikator- indikator genetik-sosial (ras, etnis, suku),
budaya (kultur, nilai, kebiasaan), bahasa, agama, kasta, ataupun wilayah.
Kemajemukan sosial ditentukan indikator-indikator seperti kelas, status, lembaga, ataupun
power.
2. Kesetaraan Sosial
Kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi
atau tidak lebih rendah antara satu sama lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
memiliki ting- kat atau kedudukan yang sama.
Tingkatan atau kedudukan tersebut bersumber dari adanya pandangan bahwa semua manusia
diciptakan dengan kedudukan yang sama yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya
dibanding makhluk lain.
Dalam masyarakat terdapat tiga macam kedudukan, yaitu:
Ascribed status : status yang dimiliki secara otomatis / tanpa usaha, contoh: kasta,
kebangsawanan

Achieved status : status yang diperoleh dengan usaha atau disengaja, contoh: pendidikan, dll
Assigned status : status yg diperoleh karena jasa-jasa-nya (karena pemberian/penghargaan),
contoh: penghargaan (tanda jasa), gelar pahlawan.
B. Faktor Penyebab Keberagaman Sosial
Indonesia memiliki perbedaan suku bangsa, etnis, agama, bahasa, kesenian, dan kedaerahan yang
diang-gap sebagai karakteristik dalam kehidupan sosial.
Keberagaman tersebut dianggap sebagai ciri masyara- kat Indonesia yang bersifat majemuk
Istilah majemuk diperkenalkan oleh Furnivall untuk menggambarkan masyarakat Indonesia
pada masa Hindia Belanda.
Karakteristik masyarakat majemuk
Pierre L. Van den Berghe mengemukakan karakteristik masyarakat majemuk:
1. terjadi segmentasi ke dalam bentuk-bentuk kelompok subkebudayaan yang
berbeda satu dengan yang lain
2. memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang
bersifat nonkomplementer
3. kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota-anggotanya
terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar
4. secara relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain
5. secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling
ketergantungan dalam bidang ekonomi
6. adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lain

Meskipun masyarakat Indonesia bersifat majemuk, namun manusia pada hakekatnya adalah
sama dan sederajat.
Keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tidak terlepas dari faktor penyebabnya.
Faktor penyebab keberagaman sosial, yaitu:
.
a. Faktor Sejarah
Berdasarkan sejarahnya, bangsa Indonesia pernah dijajah oleh bangsa Barat
Bangsa Barat yang pernah menjajah Indonesia antara lain Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda
Berdasarkan sejarah panjang bangsa Indonesia menjadikan Indonesia memiliki keragaman, baik
dari agama, stratifikasi sosial, suku bangsa, budaya, bahasa, dan lain sebagainya.
b. Faktor Geografis
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di
daratan mau- pun di dasar laut. Kondisi yang demikian ini ternyata mempunyai hubungan yang
erat dengan aktivitas manusianya.
Aktivitas penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis terutama kondisi
fisiknya. Kondisi geografi fisik tersebut meliputi kondisi iklim, topografi, jenis dan kualitas

tanah serta kondisi peraian.


Secara geografis wilayah Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudra, yaitu Benua
Asia dengan Benua Australia. Sedangkan samudra yang membatasi adalah Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik.
Letak geografis ini sangat berpengaruh terhadap keberadaan wilayah Indonesia, baik dilihat dari
keadaan fisik dan sosial maupun ekonomi dan politik.
Latar Belakang Keanekaragaman Masyarakat Indonesia
1. Kondisi geografis
Perbedaan kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dengan relief
beranekaragam dan satu dengan lainnya dihubungkan oleh laut dangkal, serta adanya masyarakat
yang terisolasi melahirkan suku bangsa yang memiliki budaya yang beraneka ragam pula.
2. Letak Indonesia di perlintasan Jalur Perdagangan
Indonesia terletak di antara dua samudera dan dua benua. Besarnya pengaruh asing dalam
membentuk keaneka- ragaman masyarakat di seluruh wilayah Indonesia yaitu antara lain
pengaruh kebudayaan India, Cina, Arab dan Eropa menyebabkan tumbuhnya bermacam-macam
agama di Indonesia
3. Topografi dan Pluralitas Regional
Iklim yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain menimbulkan kondisi alam yang
berbeda, sehingga menyebabkan keaneka- ragaman mata pencaharian.
C. Keberagaman dalam dinamika Sosial
Struktur masyarakat Indonesia yang beragam ditandai oleh ciri-ciri yang unik.
Secara horizontal, mereka ditandai oleh adanya kesa- tuan-kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan- perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, perbedaan adat, serta perbedaan
kedaerahan.
Sedangkan secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan
vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial adalah suatu proses perolehan hak dan kewajiban seseorang dalam
masyarakat yang berbeda satu sama lain atas dasar-dasar tertentu yang tidak menunjukkan
adanya tingkatan yang lebih tinggi atau lebih rendah
Perbedaan dalam diferensiasi sosial merupakan perbe- daan secara horizontal
Diferensiasi bisa berkembang menjadi stratifikasi apabila perbedaan ras dan kewajiban tersebut
dijadikan seba- gai ukuran untuk memperoleh hak istimewa
1. Diferensiasi berdasar ras
Ras adalah ketegori individu yang secara turun temurun memiliki ciri-ciri fisik dan biologis
tertentu yang sama (Bruce J. Cohen).
Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama (Horton dan
Hunt).
Diferensiasi Ras Menurut A.L. Kroeber
Ras Austroloid mencakup penduduk asli Australia (Aborigin).
Ras Mongoloid mencakup Asiatic Mongoloid, Malayan Mongoloid, American Mongoloid.

Ras Kaukasoid mencakup Nordic, Alpine, Mediteranian, Indic.


Ras Negroid mencakup African Negroid, Negrito, Melanesian.
Ras Khusus mencakup Bushman, Veddoid, Polynesian, Ainu.
2. Suku Bangsa (Etnik)
Masyarakat yang tersebar di berbagai pulau akan memiliki perbedaan budaya
Suku bangsa adalah kelompok masyarakat yang memiliki kesamaan budaya dan seringkali
memiliki bahasa yang sama.
Mereka percaya memiliki ikatan darah dan nenek moyang yang sama.
Ciri Mendasar Dari Suku Bangsa
suku bangsa memiliki kesamaan budaya sebagai berikut:

Ciri fisik
Bahasa daerah

Kesenian

Adat-istiadat

3. Diferensiasi Agama
Pada prinsipnya manusia adalah makhluk yang memiliki rasa kagum terhadap sesuatu yang
dianggap lebih hebat dari dirinya.
Atas dasar itu kita sangat sulit menyatakan bahwa kepercayaan sendiri lebih baik dari
kepercayaan yang lain.
Dalam perkembangannya agama mempengaruhi ma- syarakat dan juga sebaliknya sehingga
terjadi interaksi yang dinamis.
Komponen-komponen Agama:

Emosi keagamaan
System keyakinan

Upacara keagamaan

Tempat ibadah

Umat

4. Diferensiasi Jenis Pekerjaan


Diferensiasi profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan pada jenis
pekerjaan atau profesinya.
Profesi biasanya berkaitan dengan suatu keterampilan khusus.
Perbedaan profesi biasanya berpengaruh terhadap perilaku sosialnya.
Contoh: nelayan memiliki kehidupan yang lebih keras dibandingkan masyarakat yang tinggal di
pengunungan
5. Diferensiasi Jenis Kelamin
Pada masyarakat tertentu, perbedaan jenis kelamin menentukan tingkatnya.

Gender: perilaku yang diharapkan masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya.


Alasan keluarga mementingkan anak laki-laki dari pada anak perempuan:

Alasan tenaga kerja


Meneruskan keturunan terutama pada masyarakat patrilineal

Menjaga anak perempuan lebih sulit dibanding laki-laki

Diskriminasi Gender
Perempuan dianggap sebagai warga kelas dua
Alasan perlakuan tersebut:
Wanita dianggap makhluk lemah (hamil, datang bulan, fisik lebih lemah)
Emosional dan sensitif (mudah iba, menangis)
6. Diferensiasi Klan
Klan diartikan sebagai perbedaan masyarakat berdasar- kan garis keturunan yang sama,
umumnya terjadi di masyarakat unilateral baik melalui garis ayah (patrilineal) atau ibu
(matrilineal).
Patrilineal adalah klan yang berasal dari garis keturunan ayah.
Matrilineal adalah klan yang berasal dari garis keturunan ibu
Bagan kekerabatan

patrilineal

matrilineal
contoh suku bangsa dengan kekerabatan patrilineal
Masyarakat Batak (sebutan Marga)
Marga Batak Karo : Ginting, Sembiring, Singarimbun, Barus, Tambun, Paranginangin.
Marga Batak Toba : Nababan, Simatupang, Siregar.
Marga Batak Mandailing : Harahap, Rangkuti, Nasution, Batubara, Daulay.
Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam) antara lain : Mandagi, Lasut, Tombokan,
Pangkarego, Paat, Supit.
contoh suku bangsa dengan kekerabatan matrilineal
Klen atas dasar garis keturunan ibu, antara lain terdapat pada masyarakat :
Minangkabau, klennya disebut suku yang merupakan gabungan dari kampung- kampung, nama
klennya antara lain : Koto, Piliang, Chaniago, Sikumbang, Melayu, Solo, Dalimo, Kampai dan
sebagainya.
Masyarakat Flores, yaitu suku Ngada juga menggunakan system matrilineal.
Ciri-ciri Klan:
Genealogis: kesatuan ikatan darah atau keturunan yang sama
Religius magis: ikatan yang tak tampak dilihat pada kesakralan hubungan kekeluargaan klan.
Tradisional: berkaitan dengan adat istiadat
Stratifikasi Sosial (Pelapisan Sosial)
PENGERTIAN
Pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat (hierarkis). (Pitirim A. Sorokin)
Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan
ada lapisan- lapisan di bawahnya.
SEBAB-SEBAB TERJADINYA STRATIFIKASI SOSIAL

Adanya sesuatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian
keanggotaan masyarakat dan sebagainya.
Selama manusia membeda-bedakan penghargaan terha- dap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti
akan menimbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat.
PROSES TERJADINYA STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial terjadi melalui proses sebagai
berikut:
a. Terjadinya dengan sendirinya/secara otomatis, karena faktor-faktor yang dibawa individu sejak
lahir. Misalnya, kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang
dalam masyarakat.
b. Terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama: dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan
wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti : pemerintahan, partai politik,
perusahaan, perkumpulan, ketentaraan.
Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial:

Ukuran kekayaan
Ukuran kekuasaan dan wewenang

Ukuran kehormatan/keturunan

Ukuran ilmu pengetahuan

Sifat Stratifikasi Sosial


A. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi di mana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas
vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horisontal saja.

Contoh:
Sistem kasta. Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana.
Rasialis. Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di
posisi kulit putih.
Feodal. Kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.
B. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat
bebas melakukan mobili-tas sosial, baik vertikal maupun horisontal.

Contoh:
Seorang miskin karena usa-hanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan
usaha.
C. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka.

Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun
apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
D. Interseksi dalam Keberagaman Sosial
menurut Peter M. Blau ada 2 bentuk struktur sosial:
Interseksi sosial (Intersected )
Kenggotaan kelompok-kelompok sosial yang saling bersilangan.
Konsolidasi sosial (Consolidated)
Penguatan atau peneguhan kelompok sosial melalui tumpang tindih keanggotaan
Saluran Interseksi
a. Saluran ekonomi yang dapat dilakukan melalui perda-gangan dan perindustrian
b. Saluran sosial dapat dilakukan melalui pendidikan dan perkawinan
c. Saluran politik yang dilakukan antarnegara sehingga akan terjadi proses interseksi di antara
para pejabat atau utusan dari masing-masing negara
Interseksi sebagai proses sosial di masyarakat memiliki pengaruh bagi kemajemukan
masyarakat. Pengaruh tersebut adalah :
Meningkatnya solidaritas dalam kelompok sosial
Adanya pembedaan juga dapat menimbulkan konflik sosial
E. Keberagaman dan Kesetaraan sebagai Kekayaan Sosial
Setiap manusia dilahirkan sama atau setara antara satu dengan lainnya, meskipun dalam
masyarakat, terdapat keragaman identitas.
Kesetaraan dan keberagaman yang ada di masyarakat menunjukkan tingkatan yang sama,
kedudukan yang sama meskipun dalam masyarakat yang majemuk.
Adanya kesetaraan dan keberagaman sosial di masya- rakat dapat memberikan kekayaan sosial.

1. Keberagaman sebagai Kekayaan Sosial


Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan masyarakat majemuk.
Seperti di Indonesia, adanya masyarakat majemuk dapat dikarenakan kemajemukan etnik atau
suku bangsa.
Beragamnya etnik di Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki ragam budaya, tradisi,
kepercayaan, dan pranata/lembaga sosial.
Etnik atau suku bangsa menjadi identitas sosial budaya seseorang.
Artinya, identifikasi seseorang dapat dikenali dari bahasa, tradisi, budaya, dan kepercayaan yang
bersumber dari etnik di mana ia berasal.
2. Kesetaraan sebagai Kekayaan Sosial
Hubungan antarmanusia dan lingkungan masyarakat pada umumnya memiliki sifat timbal-balik.
Artinya, individu yang menjadi anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban.
Beberapa hak dan kewajiban telah ditetapkan dalam undang-undang (konstitusi) dan telah
menjadi hak dan kewajiban asasi, seperti yang tercantum dalam Pasal 27 ayat 1 UUD 1945. Pada
pasal tersebut jelas mengakui adanya kesetaraan dan kesederajatan yang diakui oleh Negara
melalui UUD 1945
Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya
pranata-pranata sosial. Salah satu contohnya adalah pranata/lembaga politik dan lembaga hukum.
Lembaga politik berfungsi untuk memelihara ketertiban, keamanan, dan melaksanakan
kesejahteraan.
Lembaga hukum menjadi kontrol yang adil dalam mendukung dan mendorong terwujudnya
prinsip-prinsip kesetaraan dalam kehidupan nyata.
F. Masalah Keberagaman dan Solusinya dalam Kehidupan Masyarakat
Indonesia yang terdiri dari beberapa daerah dapat memberikan keberagaman, baik dalam
kehidupan sosial maupun budaya.
Adanya keberagaman ini juga dapat memicu muncul-nya konflik.
Oleh karena itu, kita harus selalu menghormati dan menghargai perbedaan yang ada dalam
masyarakat agar dapat mencegah munculnya konflik.
1. Masalah Keberagaman di Masyarakat
Keberagaman bangsa Indonesia yang terdiri dari ada- nya perbedaan suku bangsa, bahasa, status
sosial; mata pencaharian dapat berpontensi negatif terhadap mun- culnya masalah. Keberagaman
yang ada di masyarakat dapat berpotensi menimbulkan, seperti:
Segmentasi kelompok.
Konsesus yang lemah.
Munculnya konflik.
Integrasi yang dipaksakan.
2. Solusi untuk Mengatasi Masalah Keberagaman di Masyarakat
Upaya untuk menghindari adanya perpecahan di masyarakat yang diakibatkan adanya
keberagaman yaitu melalui pembangunan yang merata di semua lapisan masyarakat.
Pembangunan tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah semata, namun juga dibutuhkan adanya
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara keduanya.
Pembangunan harus diperuntukan bagi semua lapisan masyarakat, sehingga dapat mencapai
kesejahteraan bersama.

G. Mengembangkan Sikap Harmonis terhadap Keberagaman Sosial di Masyarakat


Perbedaan memang wajar dalam kehidupan sosial di masyarakat. Perbedaan tersebut menjadikan
karak- teristik masyarakat menjadi beragam.
Manusia dengan segala perbedaan tersebut berfikir bahwa harus membentengi dan
menghindarinya.
Adanya pebedaan tersebut harus kita sikapi dengan baik dan sudah seharusnya menjadikan hal
tersebut menjadi perubahan yang lebih baik.
Sebagai anggota masyarakat, kamu wajib menjaga keharmonisan dalam lingkungan masyarakat.
Beberapa sikap yang dapat dilakukan untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat, antara
lain:

Adanya kesadaran mengenai perbedaan sikap, watak, dan sifat.


Menghargai berbagai macam karakteristik masyarakat

Bersikap ramah dengan orang lain


Selalu berfikir positif.

Kesetaraan gender dan status sosial

PENGERTIAN KESETARAAN GENDER


Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan
nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan
gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik terhadap lakilaki maupun perempuan.
Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki.
Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi,
marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.
Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara
perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan
berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil
dari pembangunan.
Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan
sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan
dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk
mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat
yang sama dari pembangunan.
Arti Definisi/Pengertian Status Sosial & Kelas Sosial Stratifikasi/Diferensiasi Dalam
Masyarakat

Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada pembeda-bedaan yang berlaku dan
diterima secara luas oleh masyarakat. Di sekitar kita ada orang yang menempati jabatan tinggi
seperti gubernur dan wali kota dan jabatan rendah seperti camat dan lurah. Di sekolah ada kepala
sekolah dan ada staf sekolah. Di rt atau rw kita ada orang kaya, orang biasa saja dan ada orang
miskin.
Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja, namun juga
terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan dan lain-lain. Perbedaan ras, suku, agama,
pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan lain
sebagainya juga membedakan manusia yang satu dengan yang lain.
Beragamnya orang yang ada di suatu lingkungan akan memunculkan stratifikasi sosial
(pengkelas-kelasan) atau diferensiasi sosial (pembeda-bedaan).
Arti Definisi / Pengertian Status Sosial :
Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya
(menurut Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih
tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.
Arti Definisi / Pengertian Kelas Sosial :
Kelas sosial adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi (menurut Barger). Ekonomi dalam hal ini
cukup luas yaitu meliputi juga sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan dan pekerjaan
seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan / perekonomian individu.
Arti Definisi / Pengertian Stratifikasi Sosial :
Stratifikasi sosial adalah pengkelasan / penggolongan / pembagian masyarakat secara vertikal
atau atas bawah. Contohnya seperti struktur organisasi perusahaan di mana direktur berada pada
strata / tingkatan yang jauh lebih tinggi daripada struktur mandor atau supervisor di perusahaan
tersebut.
Arti Definisi / Pengertian Diferensiasi Sosial :
Diferensiasi sosial adalah pengkelasan / penggolongan / pembagian masyarakat secara horisontal
atau sejajar. Contohnya seperti pembedaan agama di mana orang yang beragama islam
tingkatannya sama dengan pemeluk agama lain seperti agama konghucu, budha, hindu, katolik
dan kristen protestan.
HUBUNGAN STATUS SOSIAL DAN PERAN SOSIAL
Status dan peran sosial tidak dapat dipisahkan dari interaksi sosial. Interaksi sosial membentuk
aktivitas seseorang untuk mencapai status sosial di masyarakat. Sedangkan status sosial yang
dimiliki oleh seseorang dalam masyarakat akan menuntut dan menimbulkan peran sosial bagi
dirinya.
Pada bahasan terdahulu sudah dibahas mengenai status dan peran sosial dalam masyarakat.
Antara status dan peran sosial tidak dapat dipisahkan dari interaksi sosial. Interaksi sosial
membentuk kegiatan dan tindakan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Semua aktivitas

hidup manusia digunakan untuk mencapai status sosial di masyarakat. Dengan status sosial yang
dimilikinya akan terdapat peran sosial yang harus dilakukannya.
Sebagai contoh seseorang berjualan di pasar dengan tujuan untuk mendapatkan uang. Dengan
uang tersebut ia akan mencari status sosialnya di masyarakat. Semakin banyak uang yang ia
dapatkan, maka akan semakin tinggi pula status sosial yang akan ia peroleh. Begitu pula,
semakin tinggi status sosial yang ia peroleh, maka semakin besar peran sosial yang harus ia
jalankan.
Seorang pejabat tentu mempunyai status sosial yang tinggi sehingga peran sosialnya juga sangat
besar dalam masyarakat. Agar dapat melakukan perannya dengan baik, maka ia harus melakukan
interaksi sosial dengan masyarakatnya. Bila ia dapat berperan untuk mengubah keadaan
masyarakat menjadi lebih baik dan maju, maka ia telah berperan besar sebagai agen perubahan
(agent of change).
Begitu pula seorang polisi, agar tugas dan kewajibannya dapat dilaksanakan dengan baik maka ia
harus menjalin kerja sama (berinteraksi) dengan berbagai pihak yang terkait, seperti warga
masyarakat, hakim, tersangka, jaksa, pengacara, dan sebagainya.
Status dan peran sosial tidak dapat dipisahkan dari interaksi sosial. Interaksi sosial membentuk
aktivitas seseorang untuk mencapai status sosial di masyarakat. Sedangkan status sosial yang
dimiliki oleh seseorang dalam masyarakat akan menuntut dan menimbulkan peran sosial bagi
dirinya.
HUBUNGAN PERAN DAN STATUS SOSIAL DENGAN KESETARAAN GENDER
Konsep gender berbeda dengan sex, sex merujuk pada perbedaan jenis kelamin yang pada
akhirnya menjadikan perbedaan kodrati antara laki-laki dan perempuan, berdasar pada jenis
kelamin yang dimilikinya, sifat biologis, berlaku universal dan tidak dapat diubah. Adapun
gender (Echols dan Shadily, 1976, memaknai gender sebagai jenis kelamin) adalah sifat yang
melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural (Faqih,
1999), dengan begitu tampak jelas bahwa pelbagai pembedaan tersebut tidak hanya mengacu
pada perbedaan biologis, tetapi juga mencakup nilai-nilai sosial budaya. Nilai-nilai tersebut
menentukan peranan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan pribadi dan dalam setiap bidang
masyarakat (Kantor Men. UPW, 1997). Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa gender adalah
perbedaan fungsi dan peran laki-laki dan perempuan karena konstruksi sosial, dan bukan sekadar
jenis kelaminnya. Dengan sendirinya gender dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai kontruksi
masyarakat yang bersangkutan tentang posisi peran laki-laki dan perempuan.
Berikut ini beberapa pengertian gender menurut para ahli, antara lain :
1)
Gener adalah peran social dimana peran laki-laki dan peran perempuan ditentukan
(Suprijadi dan Siskel, 2004)
2)
Gender adalah perbedaan status dan peran antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk
oleh masyarakat sesuai dengan nila budaya yang berlaku dalam periode waktu tertentu
(WHO,2001).
3)
Gender adalah perbedaan peran dan tanggung jawab social bagi perempuan dan laki-laki
yang dibentuk oleh budaya (Azwar, 2001).

4)
Gender adalah jenis kelamin social atau konotasi masyarakat untk menentukan peran social
berdasarkan jenis kelamin (Suryadi dan Idris, 2004).
Berikut ini adalah teori tentang gender, antara lain :
1) Teori Kodrat Alam
Menurut teori ini perbedaan biologis yang membedakan jenis kelamin dalam memandang gender
(Suryadi dan Idris, 2004). Teori ini dibagi menjadi 2 yaitu :
a)Teori Nature
Teori ini memandang perbedaan gender sebagai kodrat alam yang tidak perlu dipermasalhkan
b)Teori Nurture
Teori ini memandang perbedaan gender sebagai hasil rekayasa budaya dan bukan kodrati,
sehingga perbedaan gender tidak berlaku universal dan dapat dipertukarkan.
2) Teori Kebudayaan
Teori ini memandang gender sebagai akibat dari kontruksi budaya (Suryadi dan Idris, 2004).
Menurut teori ini terjadi keunggulan laki-laki terhadap perempuan karena kontruksi budaya,
materi, atau harta kekayaan. Gender itu merupakan hasil proses budaya masyarakat yang
membedakan peran social laki-laki dan perempuan. Pemilahan peran social berdasarkan jenis
kelamin dapat dipertukarkan, dibentuk dan dilatihkan.
3) Teori Fungsional Struktural
Berdasarkan teori ini munculnya tuntutan untuk kesetaraan gender dalam peran social di
masyarakat sebagai akibat adanya perubahan struktur nilai social ekonomi masyarakat. Dalam
era globalisasi yang penuh dengan berbagai persaingan peran seseorang tidak mengacu kepada
norma-norma kehidupan social yang lebih banyak mempertimbangkan factor jenis kelamin, akan
tetapi ditentukan oleh daya saing dan keterampilan (Suryadi dan Idris, 2004)
Dalam banyak budaya tradisional, perempuan ditempatkan pada posisi yang dilirik setelah
kelompok laki-laki. Fungsi dan peran yang diemban perempuan dalam mayarakat tersebut secara
tidak sadar biasanya dikonstruksikan oleh budaya setempat sebagai warga negara kelas dua. Pada
posisi inilah terjadi bias gender dalam masyarakat. Meski disadari bahwa ada perbedaanperbedaan kodrati makhluk perempuan dan laki-laki secara jenis kelamin dan konstruksi tubuh,
namun dalam konteks budaya peran yang diembannya haruslah memiliki kesetaraan. Hingga saat
ini masih ditengarai terjadi ketidaksejajaran peran antara laki-laki dan perempuan, yang
sebenarnya lebih didasarkan pada kelaziman budaya setempat.Terkait dalam kehidupan
keseharian, konstruksi budaya memiliki kontribusi yang kuat dalam memposisikan peran lakilaki - perempuan. Banyaknya ketidaksetaraan ini pada akhirnya memunculkan gerakan feminis
yang menggugat dominasi laki-laki atas perempuan.
Hal ini terjadi pada perempuan di Dusun Kalitengah Lor, Glagahardjo, Cangkringan, Sleman,
seluruhnya ikut bekerja dengan mengandalkan kekuatan fisik untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perempuan ikut melakukan kegiatan pertanian, peternakan bahkan mencari pasir dan
batu. Lahan pertanian merupakan sumberdaya andalan sebagai sumber pendapatan guna
memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Seluruh lahan garapan berupa lahan kering ditanami
rumput dan kayu, lahan dekat pemukiman biasan ditanami polowijo seperti ketela, jagung dan
sedikit sayuran untuk konsumsi sendiri. Seluruh perempuan mempunyai mata pencaharian

sebagai petani dan peternak sebagai mata pencaharian pokok dan perempuan yang mempunyai
mata pencaharian tambahan mencapai 48,2 persen, kelompok perempuan ini berarti mempunyai
peran multiple role sebagai ibu rumahtangga, petani dan peternak masih mempunyai kegiatan
tambahan sebagai pedagang, buruh serabutan, mencari pasir, batu dan hasil hutan.
Perbedaan laki- laki dan perempuan dalam konstruksi sosial budaya telah merugikan perempuan
seperti melahirkan pembagian kerja yang tidak seimbang, perempuan mempunyai beban kerja
lebih berat apabila harus bekerja mencari nafkah. Subordinasi terhadap perempuan dengan
anggapan perempuan memiliki kualitas rendah telah merugikan perempuan sehingga perempuan
didorong untuk bertanggungjawab pada tugas rumahtangga. Kegiatan rumahtangga tidak
menghasilkan uang/ upah dan kegiatan tersebut identik dengan perempuan bahkan selayaknya
menjadi kewajiban dan tanggung jawab perempuan. Kenyataan bahwa perempuan harus
bertanggung jawab atas seluruh beban kerja di rumahtangga meskipun perempuan mampu
memberikan sumbangan pendapatan dari pekerjaan di luar rumah tangga.
Kerancuan dalam mempersepsi perbedaan seks dalam kontek sosial budaya dan status, serta
peran yang melakat pada relai laki-laki perempuan pada akhirnya menumbuhsuburkan banyak
asumsi yang memposisikan perempuan sebagai subordinat laki-laki. Ketimpangan relasi laki-laki
perempuan ini muncul dalam anggapan, laki-laki memiliki sifat misalnya assertif, aktif, rasional,
lebih kuat, dinamis, agresif, pencari nafkah utama, bergerak di sektor publik, kurang tekun.
Sementara itu di lain sisi, perempuan diposisikan tidak assertif, pasif, emosional, lemah, statis,
tidak agresif, penerima nafkah, bergerak di sektor domestik, tekun, dll
Contoh peran gender berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain sebagai
berikut:
(1). Masyarakat Bali menganut sistem kekerabatan patrilineal, berarti hubungan keluarga dengan
garis pria (ayah) lebih penting atau diutamakan dari pada hubungan keluarga dengan garis wanita
(ibu).
(2). Masyarakat Sumatera Barat menganut sistem kekerabatan matrilineal, berarti hubungan
keluarga dengan garis wanita (ibu) lebih penting dari pada hubungan keluarga dengan garis pria
(ayah).
(3). Masyarakat Jawa menganut sistem kekerabatan parental/ bilateral, berarti hubungan keluarga
dengan garis pria (ayah) sama pentingnya dengan hubungan keluarga dengan garis wanita (ibu).
Jadi status dan peran pria dan wanita berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat
yang lain, yang disebabkan oleh perbedaan norma sosial dan nilai sosial budaya. Contoh peran
gender berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan jaman sebagai berikut. Pada
masa lalu, menyetir mobil hanya dianggap pantas dilakukan oleh pria, tetapi sekarang wanita
menyetir mobil sudah dianggap hal yang biasa. Contoh lain, pada masa silam, jika wanita ke luar
rumah sendiri (tanpa ada yang menemani) apalagi pada waktu malam hari, dianggap tidak
pantas, tetapi sekarang sudah dianggap hal yang biasa.
Contoh peran gender yang dapat ditukarkan antara pria dengan wanita sebagai berikut.
Mengasuh anak, mencuci pakaian dan lain-lain, yang biasanya dilakukan oleh wanita (ibu) dapat

digantikan oleh pria (ayah). Contoh lain, mencangkul, menyembelih ayam dan lain-lain yang
biasa dilakukan oleh pria (ayah) dapat digantikan oleh wanita (ibu).
Dikemukakan oleh Bemmelen (2002), beberapa ciri gender yang dilekatkan oleh masyarakat
pada pria dan wanita sebagai berikut. Perempuan memiliki ciri-ciri: lemah, halus atau lembut,
emosional dan lain - lain. Sedangkan pria memiliki ciri-ciri: kuat, kasar, rasional dan lain-lain.
Namun dalam kenyataannya ada wanita yang kuat, kasar dan rasional, sebaliknya ada pula pria
yang lemah, lembut dan emosional. Beberapa status dan peran yang dicap cocok atau pantas oleh
masyarakat untuk pria dan wanita sebagai berikut:
4) Untuk Perempuan
a)
Ibu rumah tangga
b)
Bukan pewaris
c)
Tenaga kerja domestic (urusan rumah tangga)
d) Pramugari
e)
Panen padi
5) Untuk Laki-Laki
a)
Kepala keluarga / rumah tangga
b)
Pewaris
c)
Tenaga kerja public (mencari nafkah)
d) Pilot
e)
Pencangkul lahan
Dalam kenyataannya, ada pria yang mengambil pekerjaan urusan rumah tangga, dan ada pula
wanita sebagai pencari nafkah utama dalam rumah tangga mereka, sebagai pilot, pencangkul
lahan dan lain-lain. Dengan kata-kata lain, peran gender tidak statis, tetapi dinamis (dapat
berubah atau diubah, sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi).
Berkaitan dengan gender, dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut:
1)
Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut pekerjaan yang
menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Peran ini
sering pula disebut dengan peran di sektor publik.
2)
Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatan yang
berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga,
seperti mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga, menyetrika,
membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran reproduktif ini disebut juga peran di sektor domestik.
3)
Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi di dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong dalam menyelesaikan beragam pekerjaan
yang menyangkut kepentingan bersama. (Kantor Menteri Negara Peranan Wanita, 1998 dan Tim
Pusat Studi Wanita Universitas Udayana, 2003).
SUMBER
http://www.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List=7ebaccb0-7293-4de4-bb4035afc72b1a88&View=26e68dd5-6bdd-4a5a-b870-a9b6f5cc0083&ID=8

http://ayonfriday.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-hubungan-antara-peran.html
http://bangkusekolah-id.blogspot.com/2012/12/Hubungan-antara-Interaksi-Sosial-dengan-Statusdan-Peran-Sosial.html

sejarah perjuangan kesetaraan dan keadilan gender

A. Sejarah Perjuangan Kesetaraan gender di tingkat internasional


Berdasarkan kodrati penciptaan Tuhan Yang Maha Esa, manusia diciptakan
berpasang-pasangan yang terdiri atas perempuan dan laki-laki yang saling
membutuhkan satu sama lainnya. Keduanya diciptakan berbeda agar bisa saling
melengkapi sebagai makhluk sosial guna membangun suatu kekuatan (sinergi) baru
yang lebih kuat, dan bermanfaat.
Deklarasi Hak-hak Azazi Manusia (HAM) PBB (1948) menandasi awal
mulainya

perjuangan kaum perempuan dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.


Perjuangan kesetaraan dan keadilan gender sedang menjadi isu global yang
sangat menarik perhatian dunia. .
Pada tahun 1957 diadakan sidang umum PBB untuk pertama kalinya,
mengeluarkan sebuah resolusi tentang partisipasi perempuan dalam pembangunan,
yang disusul dengan resolusi tahun 1963 yang secara khusus mengakui peranan
perempuan dalam pembangunan sosial ekonomi nasional.
Perjuangan perempuan muncul dari adanya kesadaran perempuan akan
ketertinggalannya dibandingkan dengan laki-laki dalam berbagai aspek. Untuk
mengejar ketertinggalannya tersebut telah dikembangkan konsep emansipasi
(kesamaan) antara perempuan dan laki-laki yang diawali dengan timbulnya gerakan
global yang dipelopori oleh perempuan dan berhasil mendeklarasikan melalui badan
ekonomi sosial PBB (ECOSOC) yang diakomodasi Pemerintah Indonesia dengan
dibentuknya Komite Nasional Kedudukan Wanita Indonesia (KNKWI).
Selanjutnya di Mexico City (1975) diselenggarakan Konferensi Dunia yang
Pertama tentang Perempuan World Conference International Year of Women oleh
PBB dan diperkenalkan tema perempuan dalam pembangunan (WID). Tahun 1975
dinyatakan oleh PBB sebagai tahun internasional perempuan. Dapat dikatakan
bahwa konferensi dunia I merupakan langkah awal dari consensus internasional
mengenai hak-hak perempuan.
Diperoleh gambaran bahwa di negara manapun status perempuan lebih
rendah dari pada laki-laki dan terbelakang dalam berbagai aspek kehidupan baik
sebagai pelaku maupun penikmat hasil pembangunan. Untuk meningkatkan status
dan kualitas perempuan telah dilakukan berbagai program dan kegiatan
pemberdayaan perempuan, namun hasilnya masih belum memadai. Kesempatan
kerja perempuan belum membaik,
beban kerja masih berat, dan pendidikan masih rendah. Dari keadaan tersebut lahir
pemikiran bahwa hubungan/relasi yang timpang antara perempuan dan laki-laki di
dalam dan diluar keluarga perlu dirubah. Artinya, diperlukan serangkaian perubahan
struktural yaitu perubahan relasi sosial dari yang timpang kerelasi sosial yang
setara
dimana keduanya merupakan faktor penting dalam menentukan berbagai hal yang

menyangkut kehidupan keluarga.


Tahun 1976-1985 ditetapkan oleh PBB sebagai dasawarsa PBB bagi
perempuan.
Pada tahun 1980 diselenggarakan Konferensi Dunia tentang perempuan
yang kedua World Conference UN Mid-Decade of Women di Kopenhagen, untuk
melihat
kemajuan dan
keikutsertaan

evaluasi

tentang

upaya

berbagai

negara

peserta,

tentang

perempuan dalam pembangunan. Kemudian dalam konferensi tersebut disahkan


UN
Convention On The Elimination Of All Forms Of Discrimination Against Women
(CEDAW) yang menganjurkan agar Negara anggota meratifikasi
penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.

konvensi

Pada tahun 1985 diadakan Konferensi Perempuan ketiga di Nairobi, dengan


nama
World Conference On Result Of Ten Years Women Movement yang menjelaskan
Nairobi Looking Forward Strategies for the Advancement of Women. Salah satu
kesepakatan Nairobi adalah bahwa gender digunakan sebagai alat analisis untuk
mengkaji mengapa terjadi berbagai ketimpangan antara perempuan dan laki-laki di
berbagai bidang kehidupan.
Selanjutnya PBB membentuk satu badan yang disebut The United Nations Fund for
Women (UNIFEM), untuk melakukan studi, advokasi, kolaborasi dan mendanai
kegiatan kesetaraan gender, namun hasilnya kurang memadai. Kemudian dari
berbagai studi, tema WID (Women in Development) atau perempuan dalam
pembangunan diubah menjadi WAD (Women and Development) atau perempuan
dan pembangunan. Pada perkembangan selanjutnya studi Anderson dan Moser
merekomendasikan
pemberdayaan

bahwa

tanpa

keterlibatan

laki-laki

maka

program

perempuan tidak akan berhasil dengan baik sehingga dipergunakan pendekatan

gender yang dikenal dengan Gender And Development (GAD).

ICPD di Cairo tahun 1994, dan selanjutnya pada tahun 1995, konferensi dunia
tentang perempuan yang keempat di Beijing telah menyepakati 12 isu kritis yang
perlu mendapat perhatian dunia dan segera ditangani. Adapun kedua belas isu kritis
tersebut yaitu :
1. Perempuan dan kemiskinan
2. Perempuan dan pendidikan/ pelatihan.
3. Perempuan dan kesehaan.
4. Tindak kekerasan terhadap perempuan.
5. Perempuan dan ekonomi.
6. Perempuan dan konflik bersenjata.
7. Perempuan dan pengambilan keputusan.
8. Mekanisme kelembagaan bagi kemajuan perempuan.
9. Hak azazi perempuan.
10.Perempuan dan media massa.
11.Perempuan dan lingukungan hidup
12.Anak perempuan.
World Conference On Women Beijing menyepakati berbagai komitmen operasional
tentang perbaikan status dan peranan perempuan dalam pembangunan yang
dimulai dari perumusan kebijakan, pelaksanaan, sampai dengan menikmati hasilhasil pembangunan (Beijing Platform for Action).
Pada tahun 2000 dalam sidang tahunan PBB ditetapkan delapan tujuan yang
akan dicapai oleh Millenium Development Goals (MDGs) .Kesetaraan dan keadilan
gender merupakan salah satu tujuan dari delapan tujuan global negara-negara
sedunia yang berkomitmen dalam MDGs tersebut.
Target MDGs sampai dengan tahun 2015, yaitu:
(1) Memberantas kemiskinan dan kelaparan,
(2) Mewujudkan pendidikan dasar,
(3) Meningkatkan persamaan gender dan pemberdayaan
perempuan,
(4) Mengurangi angka kematian bayi,
(5) Meningkatkan kesehatan ibu,
(6) Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya,
(7) Pengelolaan lingkungan hidup yang

berkelanjutan, dan
(8) Mengembangkan kemitraan global dalam pembangunan
Selain itu masih ada kesepakatan internasional yang mendukung kesetaraan
gender, kesepakatan tersebut adalah :
1974

Kebijakan kependudukan (bukares) : Menetapkan peran sentral perempuan dalam


kebijakan kependudukan.
1979
( UN

Konvensi atas penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan

Convention On The Elimination Of All Forms Of Discrimination Against


Women
(CEDAW)
1979
1994

Konvensi hak-hak anak ( convention on the rights of the child)

Deklarasi Wina ( Konferensi Dunia tentang HAM, Wina) menyetujui program aksi
untuk mendesak pemerintah dan PBB agar menjamin persamaan hak dan
perempuan, serta menekankan pentingnya upaya penghapusan kekerasan terhadap
perempuan.

B. Sejarah Perjuangan Kesetaraan Gender di tingkat Nasional


Perjuangan kesetaraan dan keadilan gender sedang menjadi isu global yang
sangat menarik perhatian dunia baik di tingkat global maupun di Indonesia.
Kesetaraan dan keadilan gender merupakan salah satu tujuan dari delapan tujuan
global negara-negara sedunia yang berkomitmen dalam Millenium Development
Goals (MDGs).
Target MDGs sampai dengan tahun 2015, yaitu:
(1) Memberantas kemiskinan dan kelaparan,
(2) Mewujudkan pendidikan dasar,
(3) Meningkatkan persamaan gender dan pemberdayaan
perempuan,
(4) Mengurangi angka kematian bayi,

(5) Meningkatkan kesehatan ibu,


(6) Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya,
(7) Pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan, dan
(8) Mengembangkan kemitraan global dalam pembangunan.

Merujuk pada tujuan Internasional di atas, maka VISI Pembangunan Nasional Tahun
2004-2009 diarahkan untuk mencapai;
1. terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman, bersatu,
rukun dan damai.
2. terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum,
kesetaraan, dan hak asasi manusia.
3. terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan
penghidupan yang layak serta memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan
yang berkelanjutan.
Selanjutnya berdasarkan VISI Pembangunan Nasional tersebut ditetapkan 3 (tiga)
MISI
Pembangunan Nasional Tahun 2004-2009, meliputi:
Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai, dan Mewujudkan Indonesia
yang Adil dan Demokratis, serta Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera.
Strategi Pembangunan Indonesia diarahkan pada dua sasaran pokok yaitu
pemenuhan hak dasar rakyat serta penciptaan landasan pembangunan yang kokoh.
Hak-hak dasar rakyat dalam bentuk bebas dari kemiskinan, pengangguran,
keterbelakangan, ketidakadilan, penindasan, rasa takut, dan kebebasan
mengemukakan pikiran dan pendapatnya memperoleh prioritas untuk diwujudkan.
Pemenuhan hak dasar diantaranya adalah hak rakyat untuk memperoleh akses atas
kebutuhan pendidikan (RPJMN, tahun 2004-2009).

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN SECARA


NASIONAL :

Meningkatkan keterlibatan perempuan dalam proses politik dan


jabatan politik

Meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan dan


pembangunan lainnya untuk mempertinggi kualitas dan
sumberdaya perempuan

Meningkatkan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan


dan anak

Menyempurnakan perangkat hukum pidana dalam melindungi


setiap individu dari tindakan kekerasan, eksploitasi dan
diskriminasi termasuk KDRT

Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak


Memperkuat kelembagaan, koordinasi dan jaringan PUG dan
anak dalam tahap pembangunan dari berbagai kebijakan,
program di segala bidang termasuk komitmen internal, data
terpilah serta partisipasi masyarakat.

STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Pengarusutamaan Gender

Penyerasian hukum dan peraturan perundang-undangan

Peningkatan koordinasi dan kemitraan

Penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak di


pemerintah dan masyarakat

Pelaksanaan aksi afirmatif untuk situasi tertentu

Penguatan jejaring kelembagaan baik tingkat nasional maupun


internasional

PROGRAM PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN SECARA


NASIONAL

Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan

Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak

Peningkatan Kelembagaan PUG dan Anak

Keserasian kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan

Di Indonesia, perjuangan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan khususnya


dalam bidang pendidikan dimulai oleh RA Kartini sejak Tahun 1908. Dalam
perjalanan selanjutnya, semangat perjuangan RA Kartini ditindaklanjuti oleh
Kongres Perempuan Indonesia tanggal 22 Desember 1928 yang kemudian
ditetapkan sebagai Hari Ibu.
Selama pendudukan Jepang aktivitas aktivitas politik perempuan Indonesia praktis
mengalami kevakuman. Selama revolusi fisik sekurang-kurangnya telah diadakan
lima kali konngres perempuan . Beberapa keputusan penting pada kongres
perempuan ke-5 tahun 1948 adalah :
1.

Menuntut kemerdekaan dan kedaulatan R.I sepenuhnya

2.

Meningkatkan pelaksanaan sumpah pemuda

3.

Undang-undang perburuhan harus memuat perlindungan terhadap buruh pada


umumnya, buruh perempuan khususnya

4.

Perhatian yang lebih besar terhadap kesehatan rakyat

5.

Di bidang ekonomi perlunya membentuk badan-badan koperasi

6.

Pemberantasan
perempuan.

buta

huruf

dan

perlunya

pemberian

beasiswa

terhadap

Di Era Orde Baru (Orba), pada Tahun 1978 dibentuk Kementrian Urusan Peranan
Wanita dalam kabinet. Orde Baru melakukan penyeragaman pada banyak hal atas
nama kestabilan Negara. Kegiatan PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga)
sebagai organisasi mandiri yang sudah dibentuk sejak 1957, diselipkan di bawah
asuhan Menteri Dalam Negeri. Ideologinya adalah Panca Dharma Wanita, yaitu

perempuan sebagai pendamping setia suami, ibu pendidik anak, pengatur rumah
tangga, sebagai pekerja penambah penghasilan keluarga, dan sebagai anggota
masyarakat yang berguna. Semua kewajiban itu dilakukan dalam konteks cara
pandang sesuai dengan kodrat wanita.
Walaupun begitu, isu emansipasi menghangat, seiring dengan menguatnya
tuntutan
atas peran perempuan dalam pembangunan di tingkat internasional. Legitimasi
terhadap itu berjalan mulus lewat jargon Kemitrasejajaran perempuan dan
lakilaki,
yang tercantum wacana Peranan wanita dalam pembangunan dalam setiap
Repelita produk Orde Baru. Hanya saja, kebijakan ini ternyata menimbulkan efek
yang lebih berat pada perempuan Indonesia berupa beban ganda.
Tahun
mengakhiri

1974,

Undang-Undang

tentang

Perkawinan

akhirnya

disahkan,

pasang-surut perdebatan selama puluhan tahun sejak gagasannya dicetuskan oleh


gerakan perempuan pada masa kolonial. Tak ada reaksi yang cukup signifikan atas
pengesahan tersebut.
Disisi lain, sekitar tahun 1970-1980an, benih-benih gerakan perempuan
kontemporer mulai bersemi dikalangan menengah intelektual. Dikenal dengan
sebutan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non-Government Organization
(NGO). Kalangan ini mulai menjalin kontak dan memperluas lingkup gerak hingga
ke tingkat internasional, memberi kesempatan untuk bekerjasama dengan dunia
luar.

Periode Reformasi
Perjuangan untuk meningkatkan kualitas perempuan serta menegakkan kesetaraan
dan keadilan gender di Era Orde Baru agak tenggelam, namun semangat itu bangkit
kembali sejak Era Kabinet Persatuan Nasional. Walaupun sudah banyak upaya dan

perjuangan dalam meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender, baik di dunia


Internasional maupun di Indonesia, kondisi kesenjangan gender masih dijumpai.
Pada periode Habibie, satu hal yang perlu dicatat adalah pembentukan Komisi
Nasional Perlindungan Kekerasan terhadap Perempuan, atau yang lebih dikenal
dengan Komnas Perempuan. Lembaga yang dibentuk pada Tahun 1999 lewat
Instruksi Presiden ini merupakan jawaban atas tuntutan sejumlah tokoh perempuan
kepada Presiden Habibie untuk menyikapi upaya penyelesaian atas tragedi
kerusuhan 12-14 Mei 1998 di Jakarta. Dalam perkembangannya hingga sekarang,
Komnas
Perempuan
memasyarakatkan

banyak

berperan

sebagai

lembaga

yang

aktif

pengakuan atas hak-hak perempuan sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM).
Dalam periode kepemimpinan Presiden Abdurrachman Wahid, dikeluarkan
Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2000 tentang Program Pengarusutamaan
Gender (PUG). Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan mulai gencar
menggemakan kampanye isu kesetaraan dan keadilan gender (KKG).
Pada kepemimpinan Presiden Megawati Sukarnoputri, Kementerian Negara
Pemberdayaan Perempuan tetap melanjutkan Inpres No. 9 Tahun 2000 dengan
fokus perhatian utama pada partisipasi perempuan dalam kehidupan publik dan
jabatan politik-strategis. Tuntutan kuota 30 persen bagi calon perempuan untuk
kursi legislative, disetujui dalam Undang-undang Pemilihan Umum yang baru pada
Pasal 65. Pemilihan Umum pada Tahun 2004, hanya 11 persen legislatif perempuan.
Pada tahun yang sama, pasangan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan
Wakil Presiden Yusuf Kalla terpilih mengangkat 4 orang perempuan dalam
kabinetnya.
Sebagai Negara anggota PBB, Indonesia berkewajiban untuk meratifikasi
konvensi Internasioal tentang perempuan. Maka konvensi pertama yang diratifikasi
adalah CEDAW dengan UU no. 7 tahun 1984. Selanjutnya upaya untuk menghapus

ketidakadilan gender juga dilakukan dengan mengeluarkan berbagai peraturan


perundang-undangan yaitu :

UU No 36 tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak Anak

UU No 39 tahun 1999 tantang Hak Azasi Manusia

UU No 26 tahun 2000 tentang pengadilan Hak Azasi Manusia

UU No 31 tahun 2002 tentang parai politik

UU No 12 tahun 2003 tentang Pemilu

UU No 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Hak Anak

UU No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga

Keputusan Presiden RI nomor 88 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional


Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak

Instruksi Presiden RI No 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam


Pembangunan Nasional (PUG)

Keputusan Bersama antara Meneg Pemberdayaan Perempuan, Menteri Kesehatan,


Menteri Sosial, dan Kepala Kepolisian Negara RI tahun mengenai pelayanan
terpadu korban kekerasan terhadap perempuan dan anak

Keputusan menteri Dalam Negeri Nomor 132 tahun 2003 tentang


pengarusutamaan gender (PUG) dalam pembangunan di daerah

pedoman

C. Sejarah Perjuangan Kesetaraan Gender di tingkat Local dan otonomi daerah


Otonomi daerah adalah kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang undangan. Kewenangan yang
dimiliki oleh daerah otonom membuka peluang besar bagi penyusunan kebijakan
public ditingkat local dalam memecahkan masalah-masalah khas yang muncul di
masing-masing daerah termasuk masalah perempuan. Kewenangan ini juga
membuka
peluang
bagi
partisipasi
seluruh
masyarakat,khusus
nya
perempuan,dalam pengambilan keputusan-keputusan public.
Namun dalam realitasnya belum semua harapan itu dapat di wujudkan.
Ada kalanya otonomi daerah semakin memperburuk keadaan perempuan,misalnya
adanya perda-perda yang dibuat yang memarginalkan perempuan. Apalagi bila
didareah tidak banyak pejuang dan pemerhati masalah perempuan,maka
diasumsikan perjuangan keadilan gendr akan semakin terabaikan. Karena cukup

banyak pemerintah daerah yang mengklaim bahwa didaerahnya tidak ada masalah
perempuan.
Menyuarakan kepentingan perempuan dalam kebijakan local seharusnya
dimaknai dengan tindakan yang juga relevan bagi kepentingan msyarakat secara
umum. Perlunya mendorong partisipasi perempuan dalam keputusan di tingkat lokla
karena saat ini dan keterwakilan perempuan dalam lembaga-lembaga politik dan
lembaga strategis penentu kebijakan public masih sangat rendah.
Tanpa partisipasi perempuan yang memadai banyak kebijakan yang
kurang berpihak pada kepentingan perempuan dan anak perempuan.
Padahal,perempuan memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus yang biasanya tidak
diperhitungkan dalam perumusan kebijakan public. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
dintaranya:
1. Pemenuhan kesehatan reproduksi,seperti cara KB yang aman,kesehatan ibu
hamil, kematian ibu/anak saat melahirkan,dll.
2. Penghapusan
perempuan.

kekerasan

terhadap

perempuan

termasuk

perdagangan

3. Pembagian rasa aman bagi perempuan di daerah wilayah konflik.


4. Penanggulan rencana yang peka gender,termasuk pelibatan perempuan dalam
tahap
tanggap darurat,rehabilitas.dan rekonstruksi.
5. Persamaan akses terhadap pekerjaan dan sumberdaya,termasuk bagi perempuan
kepala
keluarga.
6. Peningkatan keterwakilan perempuan dalam lembaga-lembaga strategis sebagai
pengambil keputusan.

Você também pode gostar