Você está na página 1de 5

Antena Pada Sistem Seluler

2.1 Antena System Seluler

Antena adalah elemen sistem komunikasi radio yang berfungsi untuk


mentransfer energi listrik ke bentuk radiasi elektromagnetik melalui udara dan
sebaliknya untuk menerima radiasi elektromagnetik di udara ke bentuk sinyal
listrik. Antena merupakan perangkat perantara antara saluran transmisi dan
udara, maka antena harus mempunyai sifat yang sesuai (match) dengan saluran
pencatunya.
Jadi di kedua sisi sistem telekomunikasi RF itu , pengirim (transmitter) dan
penerima (receiver) dilengkapi antenna.

Antena dengan sebutan lain,aerial (biasa nama ini digunakan di Inggris dan
Australia) terbuat dari bahan logam yang umumnya tembaga atau aluminium
yang tersusun sedemikian sehingga mempunyai
sifat spesifik untuk sistem telekomunikasi tersebut.

Sifat yang spesifik yang dimaksudkan, adalah pola radiasinya, yaitu pola
penyebaran energi gelombang elektromagnetik tersebut ke udara (di sisi
transmiter), atau pola tangkap energi gelombang elektromagnetik dari udara (di
sisi penerima). Sistem komunikasi point-to-point misalnya, sistem antenanya
akan mempunyai pola radiasi yang sempit mengarah pada satu arah ke depan
tanpa terdapat pola radiasinya yang ke belakang. Sebaliknya, untuk sistem
penyiaran, sistem antenanya harus mempunyai pola radiasi mengarah kesemua
arah dengan sama rata atau yang disebut dengan omnidirectional. Dari sudut
pembahasan saluran transmisi, antena
dapat dipandang sebagai beban di sisi pemancar, akan tetapi dianggap
generator-sinyal di sisi penerima.

Dalam hubungan ini, maka berlaku satu kondisi, yaitu, keadaan matching
impedance, atau kesesuaian beban,dimana impedansi antena harus sama
dengan impedansi karakteristik saluran transmisi atau impedansi output
transmiter untuk sisi pengirim. Di sisi penerima, impedansi antena harus sama
dengan impedansi tahap awal

sistem penerima. Bila tidak dipenuhi keadaan matching, maka akan terjadi
pantulan balik sebagian energi yang dikirim. Ini merupakan kerugian (losses)
yang kemudian kita kenal dengan istilah return loss.

Banyak faktor yg dapat menurunkan kualitas sistem komunikasi wireless, di


antaranya Fading , rugi-rugi udara bebas dan rugi-rugi propogasi. Untuk
mengatasi faktor ini, Pada komunikasi wireless biasa di gunakan antena
diversitas.

2.1.1. Parameter antena untuk implementasi :

a). Penguatan (Gain)


Penguatan pada antena merupakan perbandingan intensitas radiasi pada
arah tertentu terhadap intensitas radiasi yg di terima jika daya yg di terima
berasal dari antena isotropik.
Sebuah antenna isotropic adalah sebuah antenna ideal yang mendistribusikan
daya secara merata ke segala arah.
Antenna isotropic dapat di dekati dengan sebuah dipole, tapi sebuah antenna
isotropic tidak mungkin dapat dibuat pada kenyataannya. Sebuah model antenna
isotropic sangat bermanfaat untuk menjelaskan penguatan relatif sebuah
antenna di dunia nyata.

Gambar 2.1 One isotropic omnidirectional antenna untuk distribution GEM

Gambar :2.2 Banyak antenna Untuk distribution GEM


b). VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)

VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (standing


wave) maksimm dengan minimum. Pada saluran transmisi ada dua komponen
gelombang tegangan, yaitu tegangan yg di kirimkan dan tegangan yg di
refleksikan. Dan perbandingan anatara tegangan yg di refleksikan dgn tegangan
yg di kirimkan di sebut sebagai koefisien refleksi tegangan. Kondisi yang paling
baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yg berarti tidak ada refleksi ketika
saluran dlm keadaan matching sempurna. Tapi actual kondisi ini sulit terjadi.
Sehingga umunya nilai standard VSWR yg sering di gunakan utk antena adalah
VSWR 2.
c). Return Loss
adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yg di refleksikan
terhadap amplitudo gelombang yg di kirimkan. Return Loss di gambarkan
sebagai peningkatan amplitudo dari gelombang yg di refleksikan di bandingkan
dgn gelombang yg di kirim. Sedangkan nilai return loss yg sering di gunakan di
bawah -9,54 dB. Untuk menentukan lebar band width shg nilai gelombang yg
refleksikan tidak terlalu besar di bandingkan gelomabng yg di kirimkan.
d). Impedansi Masukan
Impedansi masukan dari suatu antena dpt di lihat dari impedansi antena
tersebut pada terminalnya. Zin = Rin + jXin W
dimana :
Zin

(impedansi masukan),

Rin (resistansi masukan),


JXin (imajinier)
Komponen imajinier mewakili dari antena dan daya yg tersimpan pd medan
dekat antena.
Kondisi matching harus di buat sedemikian rupa sehingga mendekati 50 + jo W
e). Bandwidth Antena
Bandwidth antena di definisikan sebagai rentang frekuensi, di mana kinerja
antena yg berhubungan dgn beberapa karaketeristik (spt impedansi
masukan,pola, beamwidth,polarisasi, gain VSWR dll) memenuhi standard.
Rentang Frekuensi utk penentuan bandwidth ditunjukan pada di bawah.
2.1.2. Antena berdasarkan fungsi penempatannya
2.1.2.1. Antena Base Station
adalah antena yg di pasang pd BTS, antena tersebut bisa menggunakan omni
ataupun directional. Utk perencanaan tingkat awal, biasanya di gunakan omni.
Untuk permintaan traffik, biasanya digunakan antena sektoral untuk

mendapatkan trafik yg lebih banyak pd sisi sel terntentu, dan akan mengurangi
dampak interferensi dari sel lain. Seorang RF planner harus memilih
menggunakan antena Omni atau
Directional utk mencakup area yg di inginkan.
b). Antena Subscriber Unit (MS)

Antena Subscriber Unit atau antena MS bisanya memiliki nilai gain dan
sensitivitas yg telah di tentukan oleh standard CDMA Gain antena MS adalah 0
dBi atau -2,14 dBd tanpa adanya body loss. Gain akan lebih rendah ketika MS
berada di dalam gedung dan sebaliknya akan lebih baik jika berada di luar
gedung. Penggunaan antena utk meningkatkan kualitas system adalah dengan
konsep sektorial. Sektorisasi pada antena adalah pengarahan daya pancar
antena BTS pada arah tertentu dan tergantung kepada kebutuhan. Biasanya
sektoral 600 dan 1200.
600 untuk pengarahan antena 6 arah dan 1200 untuk
3 arah

Gambar 2.6. Sectoral antenna

2.1.2.2. Bentuk Dasar Antena


Struktur dasar antena adalah sebuah dipole pendek (short dipole), yaitu
tersusun dari dua potong logam, padat atau berlubang, yang terbentang masingmasing sepanjang seperempat l dimana dari ujung keduanya yang berdekatan
merupakan input daya yang berasal dari pemancar. Karena ukuran panjangnya,
maka struktur antena ini disebut dengan half-dipole.
Struktur tersebut ditunjukkan pada Gbr-2.7

Gbr-2.7 Struktur antenna Half-Dipole.

Ukuran l merupakan ukuran teoritis antena tersebut yang dinamakan


free space halfwavelength, yang dapat ditentukan besarnya dari hubungan,
l teoritis = c/f

meter ........................................

dimana :
c = kecepatan rambat cahaya di ruang hampa = 3 x 108 m/det
f = frekuensi kerja sinyal, Hz

Sementara ukuran fisik sebenarnya antena tersebut kurang dari nilai yang
dinyatakan pada rumus diatas, melainkan harus dikalikan dengan faktor koreksi,
K, yang besarnya tergantung pada ukuran diameter bahan konduktor antena
(rod), atau,
L fisik = K x 0,5 meter ......................................
Nilai K sendiri tergantung dari L/D, yaitu perbandingan antara nilai l dengan
diameter bahan konduktor antena, yang ditunjukkan hubungannya pada grafik K
vs L/D Gbr-2.8 berikut ini.

Você também pode gostar