Você está na página 1de 4

ALIRAN-ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

Posted on April 3, 2014 - 2,900 views Psikologi adalah ilmu yang masih muda. Ia terpisah menjadi ilmu yang berdiri sendiri sejak
tahun 1879, yaitu pada waktu didirikannya laboratorium psikologi yang pertama oleh
Wilhelm Wundt (1832-1920) di Leipzig, Jerman.
Dua Pendekatan Pertama
Sebelum sampai pada Psikologi Eksperimental oleh Wilhelm Wundt, terdapat dua teori
yang mulai mengarahkan berdirinya psikologi sebagai ilmu. Kedua teori ini adalah:
1.

Psikologi Pembawaan atau Psikologi Nativistik

Teori dalam pendekatan ini mengatakan bahwa jiwa terdiri dari beberapa faktor yang
dibawa sejak lahir, yang disebut dengan pembawaan atau bakat. Pembawaan terpenting
adalah pikiran, perasaan, dan kehendak, yang masing-masing terbagi lagi ke dalam
beberapa jenis pembawaan yang lebih kecil. Perilaku jiwa ditentukan oleh pembawaan ini.
Tokoh terkenal dari aliran ini adalah Franz Joseph Gall (1785-1828), yang mencoba
menemukan lokasi pembawaan-pembawaan itu di otak. Gall mengajukan suatu metode
untuk mengenal seseorang dengan memeriksa tengkorak kepalanya dan metode ini dikenal
dengan nama phrenology. Metode ini tidak bertahan lama karena dianggap tidak akurat.
1.

Psikologi Asosiasi atau Psikologi Empirik

Menurut pendekatan ini, jiwa berisi ide-ide yang di dapatkan melalui panca indera,
dimemorikan dan saling diasosiasikan satu sama lain melalui prinsip-prisnip persamaan,
kekontrasan, dan kelangsungan. Perilaku diterangkan oleh teori ini melalui prinsip asosiasi
ide-ide, misalnya: Seorang bayi yang lapar diberi makan oleh ibunya. Melalui panca
inderanya, bayi itu mengetahui bahwa rasa lapar selalu diikuti oleh makanan (prinsip
kelangsungan) dan makanan itu menghilangkan rasa laparnya. Lama kelamaan, rasa lapar
diasosiasikan dengan makanan dan tiap kali lapar, ia akan mencari makanan.
Demikian halnya dengan ide-ide lain yang mempunyai persamaan-persamaan (misalnya,
makan dengan minum, burung dengan kupu-kupu, kursi dengan bangku) atau yang saling
berlawanan (misalnya, siang dengan malam, pria dengan wanita, air dengan api) saling
diasosiasikan satu dengan lainnya melalui prinsip asosiasi serupa.
PENGARUH-PENGARUH LAIN TERHADAP PSIKOLOGI

Francis Galton (1822-1911), perintis Psikologi Ekspe rimental di Inggris,

mempelajari untuk pertama kalinya perbedaan-perbedaan antara satu orang dengan


orang lainnya dalam berbagai kemampuan (individual differences).
Hal tersebut mempunyai peran penting dalam perkembangan tes inteligensi.
Charles Darwin (1809-1882), berasal dari Inggris dan terkenal dengan teori evolusi.

Darwin berpendapat bahwa ada kontinuitas antara hewan dengan manusia. Maka
timbullah Psikologi Komparatif (Psikologi Perbandingan).

Anton Mesmer (1734-1815), sarjana Jerman yang membawa pengaruh dari dunia

ilmu kedokteran dan pengobatan, khususnya psikiatri, terutama dalam pengobatan


penderita sakit jiwa. Ia memperkenalkan teknik mesmerisme, yang di kemudian hari
terkenal dengan teknik hipnotisme.
TEORI-TEORI DALAM PSIKOLOGI
Setelah Psikologi berdiri sendiri sebagai ilmu ilmiah, para ahli psikologi mengembangkan
sistematika dan metode-metodenya sendiri yang saling berbeda satu sama lain. Sehingga
timbullah apa yang disebut dengan aliran-aliran dalam psikologi.
1.

Elementisme atau Strukturalisme

Wilhelm Wundt (1832-1920, Jerman) sebagai pelopor aliran elementisme/ strukturalisme. Ia


sangat mengutamakan penyelidikan tentang struktur kejiwaan. Pertanyaan dalam aliran ini
mengenai jiwa adalah Apa itu jiwa? . Ia menemukan bahwa jiwa manusia itu terdiri dari
berbagai elemen (bagian) seperti penginderaan, perasaan, ingatan, dan lain-lain. Masingmasing elemen itu saling dikaitkan satu dengan yang lain oleh asosiasi. Aliran Wundt
disebut juga dengan elementisme, strukturalisme dan asosiasionisme.
William James (1842-1910) pelopor perkembangan psikologi di Amerika Serikat tidak
setuju dengan penyelidikan yang mendalam tentang struktur elemen jiwa. Mereka lebih
suka mempelajari fungsi atau kegunaan jiwa. Pertanyaan utama dari aliran ini mengenai
jiwa adalah Untuk apakah jiwa itu?. Maka aliran ini disebut sebagai aliran fungsionalisme.
1.

Behaviorisme atau Psikologi S-R

Aliran Behaviorisme khususnya terdapat di Amerika Serikat. John B. Watson (1878-1958)


menentang pendapat yang umum pada saat itu bahwa dalam eksperimen-eksperimen
psikologi diperlukan introspeksi. Menurut Watson, proses-proses kesadaran tidak perlu
diselidiki, karena yang lebih penting adalah proses adaptasi, gerakan otot-otot dan aktivitas
kelenjar-kelenjar. Ia lebih mementingkan perilaku yang terbuka (overt), yang langsung dapat
diamati dan diukur daripada perilaku tertutup (covert) yang hanya dapat diketahui secara

tidak langsung. Emosi gembira atau emosi sedih adalah manifestasi dari adanya
ketegangan (tarikan) otot-otot dan syaraf tertentu. Aliran ini disebut juga dengan psikologi
S-R (Stimulus-Respons). Penganut aliran ini percaya bahwa perilaku selalu dimulai
dengan adanya rangsang (stimulus) dan diikuti oleh suatu reaksi (respons) terhadap
rangsang itu. Watson memiliki keyakinan bahwa ia dapat melatih 10 anak untuk mempunyai
sifat yang berbeda-beda (penakut, pemberani, pemalu, dan lain-lain) hanya dengan
melatihnya melalui proses kondisioning. Salah satu penganut Watson yang sangat besar
masukannya untuk perkembangan behaviorisme adalah B.F. Skinner (1904-1990).
Ivan Pavlov (1849-1936) yakin bahwa perilaku maupun kebudayaan hanyalah rangkaian
refleks terkondisi (conditioned reflex) saja. Penemuan Pavlov meletakkan dasar-dasar
behaviorisme, sekaligus melatakkan dasar-dasar bagi penelitian-penelitian mengenai
proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar.
1.

Psikologi Gestalt

Pada saat di Amerika Serikat tumbuh aliran Behaviorisme, di Jerman muncul aliran yang
disebut dengan psikologi Gestalt. Dalam bahasa Inggris Gesalt diterjemahkan sebagai
Form atau Configuration (bentuk). Aliran ini pertama kali dicetuskan oleh Max
Wertheimer (1912). Tokoh-tokoh lainnya adalah Kurt Koffka (1886-1941) dan Wolfgang
Kohler (1887-1967). Teori yang mereka ajukan adalah bahwa rangsangan ditangkap
secara keseluruhan dalam proses pengamatan atau persepsi suatu situasi. Artinya adalah,
persepsi bukanlah penjumlahan rangsang-rangsang kecil (detail) yang ditangkap oleh suatu
alat-alat indera, melainkan merupakan suatu keseluruhan yang berarti dari detail-detail tadi.

1.

Psikoanalisis

Psikoanalisis dikenalkan oleh Sigmund Freud (1856-1939) pada tahun 1909. Ia dikenal
karena teorinya mengenai alam ketidaksadaran. Teori ini merupakan penemuan baru pada
saat itu, karena para ahli hanya fokus dengan alam kesadaran. Ketidaksadaran
(unconciousness) menurut Freud berisi dorongan-dorongan yang tombul pada masa kanakkanak, yang oleh karena satu dan lain hal terpaksa ditekan sehingga tidak muncul dalam
kesadaran. Dorongan-dorongan terlarang ini, menurut Teori Freud yang klasik adalah naluri
seksual atau libido dan naluri agresi atau tanatos.
Dorongan-dorongan ini, meskipun ditekan tetap berpengaruh dan sering timbul dalam
mimpi-mimpi, kesalahan bicara (slip of tongue) atau bahkan dalam perbuatan-perbuatan
yang bisa diterima dalam masyarakat seperti karya seni, karya sastra, ilmu pengetahuan,
dan lain-lain. Sebaliknya apabila dorongan-dorongan ini sama sekali tidak dapat disalurkan,
maka akan mengganggu kepribadian orang yang bersangkutan, antara lain dapat

berbentuk gangguan-gangguan kejiwaaan yang disebut psikoneurosis. Teknik


penyembuhan penyakit-penyakit kejiwaan (psikoterapi) dalam psikoanalisis, menggunakan
metode yang dapat membongkar gangguan-gangguan dalam ketidaksadaran ini, antara lain
dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas. Dalam perkembangan teori
selanjutnya, Freud mengemukakan pula teori tentang id, ego, superego, yang masingmasing berarti dorongan-dorongan naluri (id), aku (ego), dan hati nurani (superego).
1.

Psikologi Humanistik

Paham yang dianut dalam aliran ini adalah mengutamakan manusia sebagai makhluk
keseluruhan. Manusia harus dilihat sebagai totalitas yang unik, yang mengandung semua
aspek dalam dirinya dan selalu berproses untuk menjadi dirinya sendiri (aktualisasi diri).
Psikologi bertugas untuk mendorong potensi-potensi yang baik pada diri seseorang dalam
proses aktualisasi dirinya. Manusia dipandang sebagai individu yang unik, oleh karena itu
penanganannya dalam psikoterapi juga harus unik.
Carl Rogers (1902-1987) mengembangkan teknik Non-directive Psychotherapy atau disebut
juga dengan Client Centered Psychotherapy. Abraham Maslow (1908-1970) terkenal
dengan Teori Hierarki Motivasi.

Daftar Pustaka:
King, L.A. (2010). Psikologi Umum, Sebuah PAndangan Apresiatif. Buku 1. Jakarta:
Salemba Humanika
Sarwono, S.W. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa
Sarwono, S.W. (2002). Berkenalan Dengan Aliran-Aliran Dan Tokoh-Tokoh Psikologi.
Jakarta: PT Bulan Bintang

Você também pode gostar