Você está na página 1de 4

Senyum Indah Gigi Implan

Setiap hari terjadi reaksi kimiawi dan fisika di dalam mulut manusia. Kesehatan gigi perlu
dijaga dengan baik. Jika kita tidak merawat dan menjaga kesehatan gigi, maka plak-plak sisa
makanan akan tersisa dan menimbulkan kerusakan pada gigi. Mencabut gigi adalah solusi
terakhir apabila gigi mengalami kerusakan parah yang tidak dapat disembuhkan.
Mencabut gigi memiliki beberapa dampak buruk bagi terutama dari segi estetika. Setelah gigi
dicabut akan terjadi penurunan massa tulang rahang di sekitar gigi. Penurunan kuantitas dan
kualitas tulang rahang semakin lama menyebabkan terjadinya penyusutan pada bagian rahang.
Bagi orangtuanya yang giginya sudah banyak yang hilang, hal ini akan menyebabkan pipi
menjadi turun.
Dari segi estetika, gigi dicabut akan berpengaruh pada psikologis manusia. Seseorang yang
giginya dicabut terutama pada gigi anterior cenderung menjadi malu untuk tersenyum. Selain
itu, gigi yang dicabut akan berakibat terjadinya penurunan fungsi pengunyahan dan fungsi bicara
mulut. Salah satu penyebab manusia bisa melafalkan kata adalah gigi. Cara untuk mengatasi hal
tersebut adalah dental implant atau implan gigi.
Menurut Kamus Kedokteran Gigi (2012 : 162), implan gigi adalah gigi yang telah ditanamkan
kembali dengan menggunakan pin, bilah, atau tuangan logam yang dimasukkan ke dalam tulang
alveolar untuk menyediakan penjangkaran atau stabilisasi gigi atau protesa.
Pada prinsipnya implan gigi memerlukan bahan yang dapat diterima oleh jaringan tubuh, kuat,
dan dapat berfungsi bersama-sama dengan restorasi protesa di atasnya. Menurut Boskar (1986)
dan Reuther (1993), syarat implant gigi adalah sebagai berikut :
1. Biokompatibel
Yang dimaksud dengan biokompatibel adalah non toksik, non alergik, non karsinogenik,
tidak merusak dan menganggu penyembuhan sekitar serta tidak korosif.
2. Cukup kuat untuk menahan beban pengunyahan.
3. Resistensi tinggi terhadap termal dan korosi.
4. Elastisitasnya sama atau hamper sama dengan jaringan sekitar.
5. Dapat dilihat dalam berbagai bentuk.

Kesuksesan pemasangan implan gigi pada pasien diawali dengan metode pemasangan yang
baik, tidak menimbulkan rasa sakit, dan hasil akhir yang didapatkan gigi yang lebih baik secara
estetika. Cara fungsional ini memberikan rangkaian gigi yang sehat agar pasien dapat
mengunyah makanan dengan baik dan terlihat menawan, sehingga metode pemasangan implan
menjadi pilihan yang baik bagi pasien yang kehilangan gigi (Misch. 2005 cit Poernomo 2011).
Menurut Fonseca (dalam Pedersen, 1996: 141) bahwa selain kriteria subjektif, terdapat juga
kriteria objektif dalam menentukan keberhasilan pemasangan implan gigi. Kriteria objektif
keberhasilan implan adalah sebagai berikut :
1. Kerusakan tulang tidak melebihi 1/3 ketinggian vertikal protesa.
2. Keseimbangan oklusal dan dimensi vertikal yang baik.
3. Keradangan gingival bisa dirawat.
4. Mobilitas tidak melebihi 1 mm dalam segala arah.
5. Tidak adanya gejala infeksi.
6. Tidak terjadi kerusakan pada gigi di dekatnya.
7. Tidak terjadi parestesi pada canalis mandibularis, sinus maksilaris, atau dasar rongga
hidung.
Keuntungan implan gigi adalah restorasi tersebut sangat menyerupai gigi asli karena
tertanam di dalam jaringan sehingga mendukung dalam hal estetik, perlindungan gigi tetangga
serta pengembangan rasa percaya diri (Srinivasan, 2005). Selain itu, implan gigi juga
mempunyai daya tahan yang cukup tinggi dibandingkan dengan gigi tiruan lainnya. Dengan
kekokohan yang dihasilkan, membuat para pengguna implan lebih nyaman dan percaya diri.
Implan gigi juga dapat mencegah terjadinya penyusutan pada tulang rahang. Tulang rahang
biasanya akan menyusut pada saat gigi hilang. Penyusutan bentuk rahang ini secara perlahan
akan mempengaruhi bentuk wajah. Rahang yang menyusut akan membuat seseorang terlihat
lebih tua dari usia sebenarnya.
Menurut Grossman (1995:373), implan gigi mempunyai kekurangan yang dapat
menyebabkan kegagalan. Kerugian implan gigi adalah: (1) penutupan apikal jelek yang
menyebabkan rarefaksi periapikal di sekitar apeks akar; (2) ekstrusi siler yang berlebihan melalui
foramel apikal ke dalam jaringan periapikal, yang menyebabkan iritasi; (3) pembatasan dalam
panjang bagian oseus implan oleh faktor-faktor anatomik lokal pada rahang atas dan rahang
bawah, seperti sinus maksilaris, fossa nasal, dan saluran mandibular, atau labio- atau linguoversi
gigi pada rahang; (4) perforasi permukaan lateral atau perforasi akar yang bengkok dekat apeks
akar; dan (5) gigi yang secara structural lemah, diinstrumentasi sampai ukuran yang jauh lebih
besar daripada biasanya, untuk menerima implan keras, yang mungkin patah waktu berfungsi.

Kekurangan implan gigi lainnya yakni tidak semua orang bisa menggunakan implan. Penderita
diabetes dan kelainan tulang tidak bisa melakukan teknik ini bila gigi mereka hilang. Untuk
pasien yang mempunyai riwayat penyakit diabetes, harus juga mengontrol kadar gulanya dulu
sebelum melakukan pemasangan implan gigi. Sementara itu, pasien dengan riwayat penyakit
sistemik tertentu sebaiknya melakukan konsultasi kepada dokter spesialis penyakit dalam.
Perokok juga tidak bisa melakukan teknik implan karena rokok akan cepat merusak gigi implan
tersebut. Teknik implan gigi juga tidak disarankan untuk anak-anak karena masih dalam masa
pertumbuhan tulang rahang. Oleh karena itu, dokter gigi harus melakukan pertimbangan sebelum
melakukan implan gigi. (http://okezone.com/read/2009/05/07/195/217326/senyum-indah-si-gigiimplan 16/06/2015 pukul 18:45 WIB)
Dengan demikian, kita dapat simpulkan bahwa implan gigi merupakan salah satu cara untuk
mengganti gigi hilang yang dapat diperoleh fungsi pengunyahan, estetik, dan kenyamanan yang
ideal bagi pasien. Seorang dokter gigi harus mempertimbangkan syarat-syarat dalam melakukan
implan, kriteria-kriteria dalam menentukan kesuksesan keberhasilan pemasangan implan gigi,
dan pertimbangan kesehatan dan biaya pasien.

Daftar Pustaka
Grossman, dkk . Ilmu Endodontik dalam Praktek . Alih bahasa. Rafiah Abyono . Jakarta : EGC .
1995
Harty, F.J , R. Ogston . Kamus Kedokteran Gigi . Alih bahasa. Narlan Sumawinata . Jakarta :
EGC . 2012
http://okezone.com/read/2009/05/07/195/217326/senyum-indah-si-gigi-implan 16/06/2015
diakses pada 16 Juni 2015 pukul 18:45 WIB
Kuppusamy, R . 2011 . Implan Gigi diakses melalui
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28589/4/Chapter%20II.pdf pada 15 Juni 2015
Pukul 17:15 WIB
Misch, C.E, 2005, Dental Implan Prosthetic. Mosby.
Pedersen, G.W . Buku Ajar Praktis Bedah Mulut . Alih bahasa. Purwanto, Basoeseno. Jakarta :
EGC.
Srinivasan, B . 2005 . Introduction to dental implantologi . Textbook of Oral and Maxillofacial
Surgery. 2nd ed. Elsevier: Churchill Livingstone.

Você também pode gostar

  • Ajdjeusj
    Ajdjeusj
    Documento16 páginas
    Ajdjeusj
    hanapfadhilah
    Ainda não há avaliações
  • Fungsi Bahasa Indonesia
    Fungsi Bahasa Indonesia
    Documento5 páginas
    Fungsi Bahasa Indonesia
    hanapfadhilah
    Ainda não há avaliações
  • Alsk 2 Okskw
    Alsk 2 Okskw
    Documento4 páginas
    Alsk 2 Okskw
    hanapfadhilah
    Ainda não há avaliações
  • Rurirjfjrs
    Rurirjfjrs
    Documento3 páginas
    Rurirjfjrs
    hanapfadhilah
    Ainda não há avaliações
  • Sdsdsds
    Sdsdsds
    Documento82 páginas
    Sdsdsds
    hanapfadhilah
    Ainda não há avaliações
  • SDMKWSMDKSMF
    SDMKWSMDKSMF
    Documento21 páginas
    SDMKWSMDKSMF
    hanapfadhilah
    Ainda não há avaliações
  • MFKSMFDK
    MFKSMFDK
    Documento15 páginas
    MFKSMFDK
    hanapfadhilah
    Ainda não há avaliações
  • GFFDSGFD
    GFFDSGFD
    Documento9 páginas
    GFFDSGFD
    hanapfadhilah
    Ainda não há avaliações
  • Skdksmdksmks
    Skdksmdksmks
    Documento1 página
    Skdksmdksmks
    hanapfadhilah
    Ainda não há avaliações
  • Sdujdnsjdis
    Sdujdnsjdis
    Documento11 páginas
    Sdujdnsjdis
    hanapfadhilah
    Ainda não há avaliações
  • DGFBDSFDBDFG
    DGFBDSFDBDFG
    Documento23 páginas
    DGFBDSFDBDFG
    hanapfadhilah
    Ainda não há avaliações