Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SYAPARUDDIN HARAHAP
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
NALENI INDRA
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
1. Pendahuluan
Setiap bentuk perusahaan mempunyai tujuan yang harus dicapai oleh semua pihak yang
ada di dalam perusahaan. Proses penetapan tujuan membutuhkan kemampuan manajemen dalam
mengelola perusahaan. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva
lancar yang relatif besar di neraca dan sebagian aktivitas utama perusahaan berhubungan dengan
persediaan.
Pemesanan untuk persediaan barang dagangan yang terlalu besar hanya merupakan
pemborosan dalam bentuk biaya dana yang tertanam dalam persediaan. Disamping adanya
kemungkinan resiko kerusakan juga mengakibatkan bertambahnya biaya penyimpanan, biaya
pemeliharaan digudang, turunnya kualitas barang dan keusangan. Sebaliknya, pemesanan yang
relatif kecil dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk tidak terpenuhinya kebutuhan
pelanggan, sehingga pelanggan tidak akan percaya pada perusahaan. Keadaan ini dapat
menyebabkan pelanggan akan beralih ke perusahaan lain yang melakukan kegiatan sejenis. Agar
perencanaan yang dibuat dapat berjalan secara efektif dan efisien perlu dilakukan pengawasan.
Pengawasan dapat dilakukan secara fisik dengan menjaga barang tidak rusak atau dicuri,
pengawasan dapat juga dilakukan melalui pengawasan akuntansi dengan melihat adanya
pemisahan fungsi antara bagian pemesanan, bagian penerimaan, bagian penyimpanan, bagian
pengiriman, dan bagian pencatatan. Selain itu, pengawasan juga perlu untuk menjaga agar
persediaan berada pada tingkat persediaan sesuai dengan kebutuhan agar kelancaran operasi
perusahaan tidak terganggu.
Metode Economic Order Quantity (EOQ) bertujuan untuk menentukan seberapa besar
persediaan barang dagangan yang akan dipesan dan kapan waktu pemesanan akan dilakukan
sehingga dapat mengoptimalkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan persediaan. Bila
persediaan menumpuk terlalu banyak ini berpengaruh pada kualitas barang dan bila persediaan
terlalu sedikit inipun akan berpengaruh pada tingkat penjualan. Persediaan juga memberikan
kontribusi yang besar terhadap pendapatan karena pengefisienan biaya persediaan dapat
mengurangi biaya.
2. Telaah Literatur
2. 1 Pengertian Persediaan
Pengertian menurut PSAK (IAI 2007:14.1) mendefinisikan persediaan sebagai berikut :
persediaan adalah aset :
a.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa persediaan merupakan suatu aktiva yang
meliputi barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu kegiatan normal
perusahaan atau bahan-bahan yang masih dalam proses produksi untuk diolah menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi atau barang yang masih harus diterima perusahaan dan semua
bahan dan perlengkapan yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Ilmu akuntansi
memberikan pengertian yang amat luas mengenai persediaan yaitu segala sesuatu yang dapat
dikategorikan sebagai persediaan jika memenuhi kriteria sebagaimana yang disebut diatas. Sifat
barang yang diklasifikasikan sebagai persediaan sangat bervariasi sesuai dengan aktivitas
perusahaan dan dalam beberapa hal yang meliputi aktiva yang biasanya tidak dianggap sebagai
persediaan.
b. permintaan konsumen, biaya pemesanan, biaya transportasi dan waktu antara pemesanan
barang sampai barang tersebut dikirim dapat diketahui secara pasti, dan bersifat konstan,
c. harga per unit barang adalah konstan dan tidak mempengaruhi jumlah barang yang akan
dipesan nantinya, dengan asumsi ini maka harga beli menjadi tidak relevan untuk
menghitung EOQ, karena ditakutkan pada nantinya harga barang akan ikut dipertimbangkan
dalam pemesanan barang,
d. pada saat pemesanan barang, tidak terjadi kehabisan barang atau back order yang
menyebabkan perhitungan menjadi tidak tepat. Oleh karena itu, manajemen harus menjaga
jumlah pemesanan agar tidak terjadi kehabisan barang,
e.
pada saat penentuan jumlah pemesanan barang kita tidak boleh mempertimbangkan
Besarnya EOQ dapat ditentukan dengan berbagai cara, menurut Hansen dan Mowen
(2005:472) Economic Order Quantity akan menentukan jumlah pesanan persediaan yang
meminimumkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
Rumus EOQ :
EOQ =
Atau ;
EOQ =
TC
DxC+
xS+
TC
xH
Persediaan rata-rata
Dengan adanya hal diatas, maka persediaan pengaman merupakan suatu sarana pencegah
terjadinya kekurangan persediaan. Persediaan pengaman yang paling optimal adalah jumlah
yang menghasilkan biaya paling rendah dalam suatu periode.
Reorder Point dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain dengan :
1) menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan persentase
tertentu. Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 50% dari penggunaan selama lead
time dan dtetapkan bahwa lead timenya adalah 6 hari, sedangkan kebutuhan barang setiap
(6 x 3) + 50% (6 x 3)
= 18 + 9
= 27 unit,
2) dengan menetapkan penggunaan selama lead time dan ditambah dengan penggunaan
selama periode tertentu sebagai safety stock, misalkan kebutuhan selama 4 hari.
ROP
= (6 x 3) + (4 x 3)
= 18 + 12
= 30 unit
Dari contoh yang terakhir ini dapatlah dikatakan bahwa reorder point-nya adalah pada jumlah
30 unit, ini berarti bahwa pesanan harus dilakukan pada waktu jumlah persediaan tinggal 30
unit.
2. 6 Kerangka Konseptual
o Persediaan Pengaman
o Penggunaan Persediaan
Perhari
o Waktu tunggu
Anggaran Persediaan
Biaya Penyimpanan
Biaya Pemesanan
Gambar . 2. 2
Kerangka Konseptual
3. Metode Penelitian
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis terdiri dari dokumentasi, wawancara
dan kepustakaan.
a. Dokumentasi, teknik pengumpulan data dengan melakukan pendataan langsung
terhadap dokumen-dokumen yang ada pada PT. FastFood Indonesia Cabang Medan seperti
bukti biaya pemesanan, bukti biaya penyimpanan barang dan lain sebagainya,
b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan secara lisan
dan diskusi langsung kepada pihak perusahaan. Seperti : Bagian Logistik, Bagian Akuntansi,
dan Bagian Keuangan.
c. Kepustakaan, penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data dengan
membaca dan mempelajari dari buku-buku dan teori yang berkaitan dengan judul.
Untuk menganalisis data yang diperoleh, maka penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu suatu metode yang dilakukan dimana data yang telah diperoleh dari hasil penelitian
dikumpulkan, disusun, di interpretasikan dan dianalisis sehingga memberikan keterangan yang
lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi, hasilnya kemudian dibandingkan dengan
kebijakan yang diterapkan perusahaan, jika perusahaan menggunakan Metode Economic Order
Quantity terhadap Perencanaan dan Pengawasan Persediaan untuk diambil kesimpulan dan
saran.
4. Hasil Analisis
1100 BIB
1100 BIB
Rp. 4.625,-
Rp. 70.650,-
EOQ
Jawaban ;
= Rp. 17.662,5,-
EOQ
BIB
45,8
kali
Total biaya pemesanan dan biaya penyimpanan Pepsi Cola yang paling ekonomis yang
dibutuhkan dalam 1 tahun adalah :
TC
TC24 =
DxC+
xS+
(1100 x 70.650) +
xH
x 4.625 +
Rp.
x 17.662,5
Ini berarti, cara pemesanan yang paling ekonomis ialah pemesanan Pepsi Cola sebanyak
24 BIB setiap kali pesan, yang ini berarti bahwa kebutuhan akan Pepsi Cola sebanyak 1100 BIB
selama 1 tahun akan dipenuhi dengan 46 kali pesanan dengan jumlah pesanan 24 BIB. Pada
jumlah pesanan inilah tercapainya biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang minimal.
Dari hasil perhitungan diatas penulis akan mencoba menganalisa hasil perhitungannya,
apakah total biaya persediaan tersebut merupakan biaya yang paling rendah, apabila setiap kali
pesan jumlah persediaan Pepsi Cola yang dipesan di bawah atau diatas EOQ (24 BIB).
Jika, Perhitungan TC pada pemesanan Pepsi Cola = 20 BIB
TC20 =
(1100 x 70.650) +
x 4.625 +
Rp.
x 17.662,5
(1100 x 70.650) +
x 4.625 +
Rp.
x 17.662,5
Dari data diatas, terlihat bahwa perhitungan pesanan persediaan barang dengan
menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) akan meminimalkan pengeluaran biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan. Total biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang
juga dapat digunakan seefisien mungkin dan menghindarkan terjadinya persediaan yang
menumpuk dan mengantisipasi kekurangan persediaan. Dari contoh Pepsi Cola diatas, total
biaya pada pesanan 20 BIB Rp. 78.146.000,- lebih rendah Rp. 7.071,- (Rp. 78.146.000 - Rp.
78.138.929) dari total biaya pada pesanan 27 BIB Rp. 78.141.870,- juga lebih rendah Rp.
2.941,- (Rp. 78.141.870 - Rp. 78.138.929). Artinya bahwa jumlah pesanan sebanyak 24 BIB
dan dengan 46 kali pesanan dalam 1 tahun dengan total biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan persediaan sebesar Rp. 78.138.929,- akan meminimalkan biaya biaya
persediaan, dimana barang yang dipesan sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan.
4.2 Penentuan Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) Persediaan Barang Dagangan
Dilihat dari contoh masalah pada PT. FastFood Indonesia cabang Medan, diketahui juga
bahwa permintaan persediaan Pepsi Cola setiap penggunaannya di asumsikan 3 BIB dan waktu
tunggunya adalah 5 hari, maka titik pemesanan ulangnya dapat ditentukan yaitu :
d
= 3 BIB
= 5 hari
Reorder Point dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain dengan :
a. menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan persentase
tertentu. Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 60% dari penggunaan selama lead
time dan dtetapkan bahwa lead timenya adalah 5 hari, sedangkan kebutuhan barang setiap
harinya adalah 3 BIB/hari.
ROP
= (5 x 3) + 60% (5 x 3)
= 15 + 9
= 24 BIB
b. dengan menetapkan penggunaan selama lead time dan ditambah dengan penggunaan
selama periode tertentu sebagai safety stock, misalkan kebutuhan selama 4 hari,
ROP
= (5 x 3) + (4 x 3)
= 15 + 12
= 27 BIB
Dari contoh yang terakhir ini dapatlah dikatakan bahwa reorder point-nya adalah pada jumlah
27 BIB, ini berarti bahwa pesanan harus dilakukan pada waktu jumlah persediaan tinggal 27
BIB. Untuk titik pemesanan ulang atau Reorder Point seperti pembahasan diatas yaitu pada saat
Pepsi Cola tinggal 27 BIB artinya adalah pesanan persediaan barang akan dilakukan kembali
ketika tingkat persediaan Pepsi Cola tersisa 27 BIB.
Apabila ditinjau kembali untuk proses perencanaan dan pengawasan persediaan barang
dagang yang diterapkan oleh PT. FastFood Indonesia cabang Medan yaitu penentuan jumlah
pesanan persediaan barang dagangan didasarkan oleh apabila persediaan barang akan habis atau
berdasarkan kebutuhan pada waktu sebelumnya tanpa mempertimbangkan secara khusus jumlah
biaya biaya persediaan yang akan terjadi untuk mendapatkan persediaan barang dagangan
yang dapat memenuhi permintaan konsumen. Hal ini akan menimbulkan masalah dalam
operasional perusahaan, karena fluktuasi permintaan dan harga barang tidak selalu sama dari
waktu kewaktu.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penyajian dan hasil penelitian yang disampaikan oleh penulis pada bab
sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan memcoba menarik kesimpulan dan memberikan
saran-saran sebagai masukan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
1.
Dilihat dari total biaya pada pemesanan persediaan Pepsi Cola untuk tahun 2008
sebesar Rp. 78.146.000,- dengan 20 BIB setiap kali pesan dan frekwensi pemesanannya
sebanyak 55 kali dalam setahun, sedangkan pada perhitungan Metode Economic Order
Quantity (EOQ) jumlah pemesanan Ekonomis Persediaan Pepsi Cola sebanyak 24 BIB
setiap kali pesan dan frekwensi pemesanannya sebanyak 46 kali dalam setahun dengan
total biaya pemesanan sebesar Rp. 78.138.929,- dapat menghemat biaya sebesar Rp.
7.071,-. Hal ini menunjukkan bahwa teknik perencanaan persediaan yang diterapkan
perusahaan kurang efektif dan kurang efisien dalam meminimalkan biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan dan upaya mengurangi resiko penumpukan atau kekurangan
persediaan,
2.
PT. FastFood Indonesia cabang Medan sering tidak memperhitungkan batas
persediaan minimum. Hal ini akan mengakibatkan resiko fatal akibat kehilangan penjualan
apabila tidak dievaluasi,
3.
adalah biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost).
Saran
Dari kesimpulan kesimpulan yang dikemukakan diatas, maka penulis memberikan
beberapa saran yang mungkin akan berguna bagi perusahaan.
1.
Menurut penulis ada baiknya perusahaan menggunakan Metode Economic Order
Quantity (EOQ) ataupun metode persediaan lain untuk melaksanakan perencanaan
persediaannya. Sistem tradisional sudah dapat ditinggalkan. Apabila sistem tradisional ini
terus - menerus digunakan, biaya persediaan akan semakin besar sehingga efisiensi biaya
perusahaan tidak dapat tercapai,
REFERENCES
Ahyari, Agus, 1999. Efisiensi Persediaan Bahan, Edisi Kedua, Cetakan Kelima,
Penerbit Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
hal 35, 56 dan 48.
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Jurusan Akuntansi 2004. Buku Petunjuk
Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan.
Garrison, Ray., Noreen, Eric., 2000. Akuntansi Manajerial, Edisi Pertama, Jilid Dua,
Buku Satu, Penerjemah Totok Budisantoso, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, hal 3.
Hansen, Don R,. Mowen, Maryjanne M., 2005. Akuntansi Manajemen, Edisi Ketujuh,
Cetakan Pertama, Buku 2, Penerjemah Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta, hal 472.
Ikatan Akuntan Indonesia., 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Per September 2007,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta, hal 14.1.
Usry, Milton F., Lawrence, H. Hammer., 2004. Akuntansi Biaya Perencanaan Dan
Pengendalian, Edisi Kesepuluh, Cetakan Kelima, Jilid Satu, Penerjemah Alfonsus
Sirait dan Herman Wibowo, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal 25.
Comments
You do not have permission to add comments.
Sign in|Recent Site Activity|Report Abuse|Print Page|Powered By Google Sites