Você está na página 1de 23

MAKALAH

Bahasa Indonesia dan Teknik Penulisan Ilmiah


BAHASA INDONESIA SERTA KEDUDUKAN,
FUNGSI DAN RAGAMNYA

Disusun Oleh :
Kelompok 1 / Ekonomi Islam / Kelas M2
1.
2. Sandia Sundari ( C1F015051 )

Dosen Pembimbing :
Rengki Afria, S.Pd., M. Hum

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JAMBI TAHUN 2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makalah ini saya tujukan khususnya untuk kalangan remaja, pelajar dan generasi muda
yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa agar kita semua mengenal akan
bahasa yang telah ada sejak zaman dahulu, untuk itu kami harapkan bagi teman sebaya
sekalian agar dapat memahami dan mengerti apa itu kedudukan, fungsi dan ragam
bahasa Indonesia dari apa yang telah dapat kami rangkum sedemikian rupa didalam
makalah ini.
1.2.Tujuan Penulisan
Sebagai media sosialisasi dan informasi tentang ihwal bahasa indonesia
sebagai referensi bagi kalangan remaja sekaligus dalam rangka untuk memenuhi tugas
kuliah.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang ihwal bahasa
indonesia dan budaya berbahasa didalam masyarakat.
1.4 Sumber Data
1. Referensi buku penulisan ilmiah bahasa Indonesia.
2. Referensi buku teori aplikasi bahasa Indonesia.
1.5. Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan
metode tinjauan dari beberapa sumber dan buku-buku mengenai bahasa Indonesia.

BAB II
ISI
1. KEDUDUKAN BAHASA

Bahasa, masyarakat, dan budaya adalah tiga etinitas yang


erat terpadu. Ketiadaan yang satu menyebabkan ketiadaan yang
lainnya. Di dalam sebuah wadah masyarakat pasti hadir etinitas
bahasa. Demikian pula, etinitas bahasa itu pasti akan hadir kalau
masyarakatnya ada.
Budaya dan masyarakat ada dua hal yang juga tidak saling
terpisahkan. Dimana ada masyarakat di situ ada budaya, demikian
juga sebaliknya. Kendatinya demikian pernyataan di atas bisa
saja tidak disetujui oleh banyak kalangan, setidaknya penulis
mengimani hal itu, maka sangat di harapkan pemahaman ihwal
interelasi bahasa, budaya, dan masyarakat seperti yang
disebutkan di depan oleh pembaca sekalian.
Kaitan yang disampaikan di atas ini, sosok bahasa yang sering
kita sebut penanda (Previoe) ekstitensi budaya dari masyarakat
yang bersangkutan. Masyarakat yang maju budayanya pasti juga
berkembang etinitas bahasanya. Bahasa yang baik juga dipadapt
tercermin dari persatnya perkembangan budaya masyarakat
tersebut, oleh karena itu bahasa sering pula di sebut sebagai
cerminan dari suatu masyarakat.
Selain previor atau penanda keberadaan bagi budaya, bahasa
juga merupakan cermin (mirror) bagi masyarakat. Itulah sebabnya
sering dikatakan bahwa penggunaan bahasa yang baik telah
menunjukkan bahwa suatu bangsa tersebut merupakan bangsa
yang berbudaya, maju dan mencintai tanah airnya.
Bahasa sebagai sistem lambang yang artinya adalah bahwa
masyarakat yang menuturkan bahasa dalam kesehariannya harus
memahami sistem atau akidah dengan baik. Berikutnya adalah
masyarakat yang menguasai sistem lambang dari bahasa tersebut
akan menjaga dan melestarikan bahasa yang telah diwariskan
kepadanya.
Ada beberapa pengertianarti bahasa atau hakitat bahasa
menurut para ahli, diantara lain adalah :
a. Menurut Anderson (1972) : menyebutkan bahwa ada delapan
prinsip dasar yang merupakan hakikat Bangsa Bahasa, yaitu :
Merupakan alat komunikasi
Bersifat kesemestaan
Bersifat kemanuasian
Berkaitan dengan masyarakat dan budaya
Memiliki makna konvensional
Bersifat vokal
Merupakan simbot arbitrer

b. Sementa Brown (1960) menyebutkan delapan prinsip dasar


yang merupakan hakikat pembentuk bangsa, yaitu :
Merupakan kebiasaan
Bersifat berubah-ubah
Berhubungan dengan budaya
Merupakan alat untuk berkomunikasi
Bersifat khas dan unik
Merupakan lambang arbiter,
Bersifat vokal
Dan merupakan suatu kesatuan sistem
Jadi jelas sekali bahwa kedua pendapat diatas memiliki
kesamaan. Ada beberapa ciri yang membedakan, tetapi pada
hakikatnya kedua pendapat para ahli di atas memiliki kesamaan

2. FUNGSI BAHASA
2.1. Fungsi Bahasa Secara Umum

Bahasa memiliki fungsi yang beragam. Setiap pakar atau ahli


bahasa pasti memiliki rumusan fungsi dari bahasa yang berbedabeda menurut pendapat mereka sendiri. Bahasa sendiri memiliki
fungsi utama yang sampai sekarang diyakini oleh parah ahli yang
merupakan fungsi mendasar dari sebuah bahasa yaitu: fungsi
komunikasi dan interaksi. Bahasa Indonesia merupakan bahasa
kenegaraan yang kita pakai di negara Indonesia untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Sebenarnya Bahasa Indonesia
tidak semudah yang terlihat. Bahasa ini memiliki aturan yang
cukup detail dalam pengaturan tatabahasa yang digunakan.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa formal yang ditetapkan di
negara kita.
Dalam literatur bahasa, para ahli merumuskan fungsi bahasa
secara umum ada empat, yaitu:
1. Sebagai
alat
untuk
mengungkapkan
perasaan
atau
mengekspresikan diri.
2. Sebagai sarana komunikasi.
3. Sebagai adaptasi dan integrasi pada suatu lingkungan
masyarakat.
4. Sebagai alat kontrol sosial.
Secara rinci fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau
mengekspresikan diri.
Mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, dan
perasaan. Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara
terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran
kita, dengan kata lain Sebagai sarana ekspresi diri dalam arti

media yang dapat kita gunakan untuk mencurahkan isi pikiran


kita kepada orang lain, sebagai contoh berupa karya ilmiah,
kreatifitas, ataupun curahan isi hati kita, Sehingga kita dapat
mempublikasikan pendapat kita mengenai suatu hal.
Ada dua unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan
diri, yaitu:
1) Agar menarik perhatian orang lain terhadap diri kita.
2) Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua
tekanan emosi
b. Sebagai sarana komunikasi
Sebagai sarana komunikasi dalam arti media yang anda
gunakan sebagai penghubung antara anda dengan orang lain.
Dalam berkomunikasi anda tentu saja mengharapkan timbal
balik dari lawan bicara anda. Jika anda tidak memiliki bahasa
(dalam kasus ini Bahasa Indonesia) yang baik maka lawan
bicara anda tidak akan mengerti apa yang anda maksudkan.
Sehingga mereka tidak bisa memberikan timbal balik kepada
anda. Bila hal ini terjadi maka komunikasi tidak dapat
berjalan. Dengan kata lain Bahasa merupakan saluran maksud
seseorang, yang melahirkan perasaan dan memungkinkan
masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan
akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat
menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki
tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran
utama perhatian seseorang. Bahasa yang dikatakan
komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang
memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia
memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal.
Berkomunikasi
secara
verbal
dilakukan
menggunakan
alat/media bahsa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi
cesara non verbal dilakukan menggunakan media berupa
aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu
lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa
manusia. Contoh dari penerapan fungsi ini yang paling
sederhana adalah saat anda mengobrol dengan teman,orang
tua, guru, dan lain-lain.
c. Sebagai adaptasi dan integrasi pada suatu lingkungan
masyarakat.
Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan
memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi
yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang
non standar pada saat berbicara dengan teman- teman dan
menggunakan bahasa standar pada saat berbicara dengan
orang tua atau yang dihormati. Dengan menguasai bahasa

suatu bangsa memudahkan seseorang untuk berbaur dan


menyesuaikan diri dengan bangsa.
Sebagai adaptasi dan integrasi pada suatu lingkungan
masyarakat, fungsi kali ini memiliki makna bila kita ingin
mempelajari suatu kebudayaan, lingkungan sosial, ataupun
tinggal pada suatu negara tertentu kita harus mempelajari
bahasa yang digunakan di negara tersebut. Agar kita dapat
mengetahui kapan kita menggunakan suatu kata dalam
bentuk formal ataupun bahasa sehari-hari. Karena bahasa
merupakan media yang kita gunakan untuk berhubungan
dengan orang lain jadi kita harus menguasai bahasa tersebut
agar bisa beradaptasi pada suatu lingkungan.
d. Sebagai alat kontrol sosial.
Sebagai alat kontrol sosial memiliki arti sebagai suatu
media yang dapat mempengaruhi sikap, tingkah laku, maupun
kepribadian seseorang. Dengan Bahasa Indonesia kita dapat
mengubah sifat ataupun kepribadian seseorang hanya dengan
kata-kata. misalkan anda ingin merokok di suatu tempat
namun pada saat itu anda membaca suatu pemberitahuan
yang menyatakan bahwa di tempat ini dilarang merokok, maka
anda akan mencari tempat lain ataupun tidak jadi merokok di
tempat itu. Contoh sederhana seperti ini suda bisa
membuktikan bahwa Bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai
alat kontrol sosial yang dapat mengubah sifat, tingkah laku,
maupun kepribadian suatu individu ataupun kelompok.

2.2. Fungsi bahasa secara Khusus

Bagi bangsa Indonesia ada dua fungsi bahsa Indonesia secara


khusus dan sangat penting bagi kita pahami, yaitu sebagai bahasa
nasional dan sebagai bahasa Negara.
a. Fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional.
Bahasa Indonesia digunakan sebagai pemersatu Bangsa
Indonesia. Hal ini merupakan suatu terobosan yang sangat besar
yang dilakukan oleh persatuan pemuda-pemuda Indonesia.mereka
menjadikan Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Nasional Bangsa
Indonesia. Kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah
Pemuda, bahasa melayu dipakai sebagi lingua franca di seluruh
kawasan tanah air kita. Hal itu sudah terjadi berabad-abad
sebelumnya.Dengan adanya kondisi semacam itu, masyarakat
kita sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi.
Sebalikanya, mereka telah menyadari bahwa bahasa daerahnya
tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat perhubungan antar
suku, sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai bahasa

daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai


lingua franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa
daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam situasi kedaerahan
dan tetap berkembang. Kesadaran masyarakat yang semacam
itulah,
khususnya
pemuda-pemudanya
yang
mendukung
lancarnya inspirasi tersebut. "Hasil Perumusan Seminar Politik
Bahasa Nasional" yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
25-28 Febuari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam
kedudukannya bahasa nasional, Bahasa Indonesia berfungsi
sebagai :
a) Lambang Kebanggaan Nasional
Sebagai lambang kebanggan nasional, Bahasa Indonesia
memancarkan nilai-nilai sosial budaya luhur Bangsa Indonesia.
Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan Bangsa Indonesia,
kita harus bangga dengannya, kita harus menjunjungnya, kita
harus mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan kita
terhadap Bahasa Indonesia, kita harus memakainya tanpa ada
rasa rendah diri melainkan kita harus berbangga hati
menggunakan dan memelihara Bahasa indonesia.
b) Lambang Identitas Nasional
Sebagai lambang identitas nasional, Bahasa Indonesia
merupakan lambang Bangsa Indonesia. Ini berarti, dengan
Bahasa indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat,
peringai, dan watak kita sebagai Bangsa Indonesia. Karena
fungsinya yang demikian itu, maka kita harus menjaganya
jangan sampai ciri kepribadian kita tidak tercemin di
dalamnya. Jangan sampai Bahasa Indonesia tidak menunjukan
gambaran Bangsa Indonesia yang sebenarnya.
c) Sebagai Alat Pemersatu Berbagai Masyarakat yang
Berbeda Latar belakang Sosial, Budaya dan Bahasanya.
Dengan adanya fungsi ini maka seluruh masyarakat
Indonesia dari berbagai suku bisa bersatu padu. Dengan
Bahasa Indonesia akan merasa serasi dan aman hidupnya
karena mereka tidak merasa dijajah oleh suku bangsa lain.
Ditambah lagi adanya fakta bahwa identitas dan nilai-nilai
budaya dari suku lain masih tercemin pada bahasa daerah
masing-masing, bahkan diharapkan dapat memperkaya
khazanah Bahasa Indonesia.
d) Sebagai Penghubung Antar Budaya Antar Daerah.
Warga Indonesia terkenal dengan keragaman penduduknya
yang berasal dari berbagai suku bangsa yang memiliki adat
berbeda. Dengan adanya fungsi ini maka seluruh masyarakat
Indonesia dapat bersatu walupun berasal dari suku bangsa
yang berbeda. Kita dapat mempelajari ataupun mengetahui

kebudayaan dari daerah lain karena sudah ada media


komunikasi formal yang menjebatani kita sehingga kita bisa
berkomunikasi dengan baik.
b. Fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara.
Pada awalnya yaitu pada zaman penjajahan Belanda, bahasa
yang digunakan untuk bahasa negara adalah bahasa melayu. Selain
itu, bahasa melayu merupakan bahasa negara (resmi) kedua yang
dipakai untuk golongan-golongan rendah. Bahasa Indonesia belum
bisa tersebar bebas pada saat itu. Hanya segelintir orang yang
berjiwa nasionalis yang menggunakan Bahasa Indonesia.
Bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia diangkat
pula Bahasa indonesia menjadi bahasa negara. Hal ini tercantum
dalam UUD 1945, Bab XV, pasal 36. Pengangkatan Bahasa Indonesia
menjadi bahasa negara bukanlah hal mudah, banyak hal yang harus
dipertimbangkan. Karena bila terjadi kesalahan dapat berakbat
ketidak stabilan suatu negara. Dalam "Hasil Perumusan Seminar
Politik Bahasa Nasional" yang diselenggarakan di Jakarta tanggal 25
sampai dengan 28 Febuari 1975 dikemukakan bahwa di dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia sebagai
berikut :
a. Bahasa Resmi Kenegaraan.
Pembuktian bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaraan ialah digunakannya Bahasa Indonesia dalam naskah
proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah
Bahasa indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis
b. Bahasa Pengantar Resmi di Dunia Pendidikan.
Bahasa Indonesia digunakan dalam penyampaian pendidikan
di Indonesia dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi,
walaupun ada beberapa lembaga pendidikan dengan dasar
kepraktisan
menggunakan
bahasa
daerah
untuk
penyampaiannya. Hal itu pun hanya sampai kelas tiga sekolah
dasar. Oleh karena itu sebaiknya buku-buku yang digunakan juga
menggunakan Bahasa Indonesia sehingga membantu pelajar
dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia.
c. Bahasa Resmi dalam Perhubungan pada Tingkat Nasional
untuk
Kepentingan
Perencanaan
dan
Pelaksanaan
Pembangunan serta Pemerintah.
Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antar badan
pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat.
Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman
sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan

penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau


pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima
oleh masyarakat.
d.

Bahasa Resmi dalam Pengembangan Kebudayaan dan


Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan Serta Teknologi Modern.
Sebagai fungsi pengembangan kebudayaan, ilmu, dan
teknologi, Bahasa Indonesia sangat terasa sekali manfaatnya.
Karena Bahasa Indonesia digunakan dalam penyebarannya di
negara kita. misalkan seorang pengajar tari Bali tidak mungkin
mengajarkan tari Bali kepada orang Jawa, Aceh, ataupun orang
suku lain menggunakan bahasa Bali. Karena mereka belum tentu
mengerti bahasa Bali. Oleh karena itu digunakan Bahasa
Indonesia untuk menjebatani hal tersebut. Sehingga informasi
yang berisi ilmu, kebudayaan, ataupun teknologi bisa dimengerti
oleh orang lain. Hal ini juga berlaku dalam penyebaran ilmu
modern.

3. RAGAM BAHASA
3.1.
Pengertian Ragam Bahasa

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang


berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap
sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa
digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan
teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam
surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa
baku atau ragam bahasa resmi.
Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua
masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak
baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam
pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi
tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut
menggunakan bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan
bahasa, ragam bahasa terdiri dari:

Ragam bahasa lisan


Ragam bahasa tulis

Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech)


dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan,
sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan

dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa


tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita menggunakan lafal, dalam
ragam bahasa tulis, kita menggunakan tata cara penulisan (ejaan).
Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam
itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur
dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu,
sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama.
Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjdi sistem
bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar,
meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada kedekatan aspek
tata bahasa dan kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat
kaidah yang berbeda satu dari yang lain.

3.2.

Sebab Terjadinya Ragam Bahasa

Ragam bahasa timbul seiring dengan perubahan masyarakat.


Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai
keperluannnya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul
mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk
keperluan tertentu yang disebut ragam standar.

3.3.

Macam-Macam Ragam Bahasa

Ragam bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena


penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari latar
budaya penuturnya yang berbeda-beda. Selain itu, pemakaian bahasa
juga bergantung pada pokok persoalan yang dibicarakan serta
keperluan pemakainya.
Ragam bahasa di bagi berdasarkan beberapa cara yang pertama
berkomunikasi yaitu: (1) Ragam Lisan, dan (2) ragam tulisan, kedua
berdasarkan cara pandang penutur yaitu: (1) Ragam Dialek, (2)
ragam terpelajar, (3) ragam resmi, dan (4) ragam tak resmi,
berdasarkan pesan komunikasi yaitu (1) ragam politik, (2) ragam
hukum, (3) ragam pendidikan, (4) ragam sastra, dan sebagainya.
3.3.1.
Ragam Bahasa Menurut Cara Berkomunikasi
1. Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi
pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan
kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya.
Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk
kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan

unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri


kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi
pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna
gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan
kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi
tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis,
tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja
diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang
dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis,
walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa
serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua
ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan
memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
1. Memerlukan orang kedua/teman bicara;
2. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya
perlu intonasi serta bahasa tubuh.
4. Berlangsung cepat;
5. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah
serta intonasi.
8. Di pengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Contoh ragam lisan
Penggunaan Bentuk Kata
Nia sedang baca surat kabar.
Ari mau nulis surat.
Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
Mereka tinggal di Medan.
Jalan layang itu untuk mengatasi kamacetan lalu lintas
Penggunaan Kosa Kata
Alzeta bilang kalau kita harus belajar.
Kita harus bikin karya tulis.
Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
Penggunaan Struktur Kalimat
Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
Dalam Asah Terampil ini dihadiri juga oleh Gubernur
Jakarta
2. Ragam Tulis

Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna


kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi
pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna
kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi
pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan
unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam
bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di
dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur
bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsurunsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan
dengan memanfaatkan media tulis seperti kertas dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita
berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata.
Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut
adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata
atau pun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata,
kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca
daam mengungkapkan ide. Ragam tulis yang standar kita
temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat
kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam
tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
Ciri-ciri ragam tulis :
1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.
2. Bersifat objektif.
3. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.
4. Mengemban konsep makna yang jelas.
5. Harus memperhatikan unsur gramatikal.
6. Berlangsung lambat.
7. Jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya juga jeas,
dan runtut.
8. Selalu memakai alat bantu;
9. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
10.
Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik
muka, hanya terbantu dengan tanda baca.
Ketentuan-ketentuan ragam tulis :
1. Memakai ejaan resmi.
2. Menghindari unsur kedaerahan.
3. Memakai fungsi gramatikal secara eksplisit.
4. Memakai bentuk sintesis.
5. Pemakaian partikel secara konsisten.
6. Menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa
daerah
Kelebihan ragam bahasa tulis :

1. Informasi yang disajikan bisa pilih untuk dikemas


sebagai media atau materi yang menarik dan
menyenangkan.
2. Umumnya
memiliki
kedekatan
budaya
dengan
kehidupan masyarakat.
3. Sebagai sarana memperkaya kosakata.
4. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud,
membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur
emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan
pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
1. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti
bahasa lisan tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus
disusun lebih sempurna.
2. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih
dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa
yang dianggap cendrung miskin daya pikat dan nilai
jual.
3. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat
diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa
tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Contoh ragam tulis adalah Saya sudah membaca buku
itu.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam
bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata):
Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
1. Ragam bahasa lisan:
Nia sedang baca surat kabar
Ari mau nulis surat
2. Ragam bahasa tulis:
Nia sedang membaca surat kabar.
Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
Mereka bertempat tinggal di Menteng
Akan saya tanyakan soal itu.
Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:
1. Ragam Lisan
Ariani bilang kalau kita harus belajar
Kita harus bikin karya tulis

Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak


2. Ragam Tulis
Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
Kita harus membuat karya tulis.
Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah
ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar. Bahasa ragam
standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap.
Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap
luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata,
peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras
yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar
dilakukan berdasarkan:
1.
Topik yang sedang dibahas,
2.
Hubungan antarpembicara,
3.
Medium yang digunakan,
4.
Lingkungan, atau
5.
Situasi saat pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan
nonstandard adalah sebagai berikut:

Penggunaan
Penggunaan
Penggunaan
Penggunaan
Penggunaan

kata sapaan dan kata ganti,


kata tertentu,
imbuhan,
kata sambung (konjungsi), dan
fungsi yang lengkap.

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda


ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada
orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan
menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri
kita,
dalam
ragam
standar
kita
akan
menggunakan
kata saya atau aku. Dalam
ragam
nonstandar,
kita
akan
menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai
perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam
standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau
istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain.
Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas
dan teliti.

Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan


ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat
yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung
pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat
kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita
menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?
Pulang. Sering
kali
juga
kita
menjawab Tau. untuk
menyatakan tidak tahu. Sebenarnya, pmbedaan lain, yang juga
muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Misalnya,
pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak
terwujud dalam ragam tulis. Beberapa penyusun buku seperti
E.Zaenal Arifin dan S.Amran Tasai (1999:18-19) mengatakan bahwa
pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam
baku dan ragam tidak baku.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh
sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi
dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya
atau ragam bahasa yang dipakai jika kawan bicara adalah orang yang
dihormati oleh pembicara, atau jika topik pembicaraan bersifat resmi
(mis. Surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis),
atau jika pembicara dilakukan didepan umum. Ragam tidak baku
adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri
yang menyimpang dari norma ragam baku.
Ragam baku itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau
katarasa dibubuhi
awalan pe-, akan
terbentuk
kata perasa. Kataraba dibubuhi pe-, akan
terbentuk
kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa,
kata rajin dibubuhi pe-, akan
menjadi perajin,
bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata
pengrajin tidak dapat kita terima.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Kata langganan
mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan
toko
tempat
berlangganan.
Dalam
hal
ini,
tokonya
disebutlangganan dan
orang
yang
berlangganan
itu
disebut pelanggan.
2. Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai
pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orangorang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan
pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur
pendidikan formal (sekolah).
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan
gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis.

Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas


dalam otak pendengar atau pembaca.
3. Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses
pembakuan
bahasa
ialah proses
penyeragaman
bahasa.
Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik
keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai
istilah pramugara danpramugari. Andaikata
ada
orang
yang
mengusulkan
bahwa
pelayan
kapal
terbang
disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu seragam,
kata itu menjadi ragam baku.
Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat
ini tidak disepekati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat
ialah pramugara atau pramugari.
Dalam berbahasa Indonesia, kita sudah mengenal ragam
lisan dan ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh
sebab itu muncul ragam baku tulis dan ragam baku lisan. Ragam
baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam bukubuku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah
sekarang mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha
itu dilakukan dengan menerbitkan masalah ejaan bahasa
Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa yang Disempurnakan.
Dalam masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam
baku lisan ini bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah
yang terdengar dalam ucapan. Seseorang dikatakan berbahasa
lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak terlalu
menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.
3.3.2. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang
penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi
menjadi empat, yaitu: Ragam Dialek, Ragam Terpelajar, Ragam
Resmi, dan Ragam Takresmi.
1. Ragam Dialek
Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh
kelompok banhasawan ditempat tertentu(lihat Kridalaksana,
1993:42). Dalam istilah lama disebut denganlogat.logat yang
paling menonjol yang mudah diamati ialah lafal (lihat Sugono,
1999:11). Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam
pelafalan
/b/
pada
posisi
awal
nama-nama
kota,

seperti mBandung, mBayuwangi, atau realisai pelafalan kata


seperti pendidian, tabraan, kenaian, geraan. Logat daerah
paling kentara karena tata bunyinya. Logat indonesia yang
dilafalkan oleh seorang Tapanuli dapat dikenali, misalnya, karena
tekanan kata yang amat jelas; logat indonesia orang bali dan
jawa, karena pelaksanaan bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-ciri khas yang
meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya
bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.
2. Ragam Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai
penggunaan bahasa indonesia. Bahasa indonesia yang digunakan
oleh
kelompok
penutur
berpendidikan
tampak
jelas
perbedeaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur
yang tidak berpendidikan. Terutama dalam pelafalan kata yang
berasal dari bahasa asing, seperti contoh dalam tabel berikut.
Tidak Terpelajar
Pidio
Pilem
Komplek
Pajar
Pitamin

Terpelajar
Video
Film
Kompleks
Fajar
Vitamin

1. Ragam Resmi dan Tak Resmi


Kedua ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci
sebagai berikut.
1. Ragam resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam
situasi resmi, seperti pertemuan-pertemuan, peraturanperaturan, dan undangan-undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
1. Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan
konsisten;
2. Menggunakan imbuhan secara lengkap;
3. Menggunakan kata ganti resmi;
4. Menggunakan kata baku;
5. Menggunakan EYD;
6. Menghindari unsur kedaerahan.
2. Ragam tak resmi
Ragam takresmi adalah bahasa yang digunakan dalam
situasi takresmi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan
pribadi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi

(lihat Keraf,1991:6). Ciri- ciri ragam bahasa tidak resmi


kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa
bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam
situasi yang tidak normal.
Ragam bahasa resmi atau tak resmi ditentukan oleh
tingkat keformalan bahasa yang digunakan. Semakin tinggi
tingkat kebakuan suatu bahasa, derarti semakin resmi bahas
yang digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula tingkat
keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa
yang digunakan- (lihat Sugono, 1998:12-13). Contoh: Bahasa
yang digunakan oleh bawahan kepada atasan adalah bahas
resmi sedangkan bahasa yang digunakan oleh anak muda
adalah ragam bahasa santai/takresmi.
3.3.3. Ragam bahasa Indonesia menurut topik pembicaraan.
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa dibagi
menjadi: ragam politik, ragam hukum, ragam pendidikan, ragam
jurnalistik, dan Ragam sastra dan sebagainya. Kelima jenis
ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai
berikut.
1. Ragam politik
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh
penguasa dalam rangka menata dan mengatur kehidupan
masyarakat. dengan sendirinya penguasa merupakan salah
satu sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh
yang besar dalam pengembangan bahasa di masyarakat.
2. Ragam hukum
Salah satu ciri khas dari bahasa hukum adalah
penggunaan kalimat yang panjang dengan pola kalimat luas.
Diakui bahwa bahasa hukum Indonesia tidak terlalu
memperhatikan sifat dan ciri khas bahasa Indonesia dalam
strukturnya. Hal ini disebabkan karena hukum Indonesia
pada umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis pada
zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa
Belanda. Namun, terkadang sangat sulit menggunakan
kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam
bahasa hukum kejelasan norma-norma dan aturan
terkadang membutuhkan penjelasan yang lebar, jelas
kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.
3. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional

Ragam sosial dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa


yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakantan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih
kecil dalam masyarakat. Ragam sosial membedakan
penggunaan bahasa berdasarkan hubungan orang misalnya
berbahasa dengan keluarga, teman akrab dan atau sebaya,
serta tingkat status sosial orang yang menjadi lawan bicara.
Ragam sosial ini juga berlaku pada ragam tulis maupun
ragam lisan. Sebagai contoh orang takkan sama dalam
menyebut lawan bicara jika berbicara dengan teman dan
orang yang punya kedudukan sosial yang lebih tinggi.
Pembicara dapat menyebut kamu pada lawan bicara yang
merupakan teman tetapi takkan melakukan itu jika
berbicara dengan orang dengan status sosial yang lebih
tinggi atau kepada orang tua.
Ragam fungsioanal, sering juga disebut ragam
professional merupakan ragam bahasa yang diakitkan
dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan
tertentu lainnya. Sebagai contoh yaitu adanya ragam
keagamaan, ragam kedokteran, ragam teknologi dll.
Kesemuaan ragam ini memiliki fungsi pada dunia mereka
sendiri.
4. Ragam jurnalistik
Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang
dipergunakan oleh dunia persurat-kabaran (dunia pers =
media massa cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut,
bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh
seluruh media massa. Termasuk media massa audio (radio),
audio visual (televisi) dan multimedia (internet). Hingga
bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa, yang
dibentuk
karena
spesifikasi
materi
yang
disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam
ragam bahasa ringkas.
Ragam ringkas mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut.

Bahasanya padat
Selalu berpusat pada hal yang dibicarakan
Banyak sifat objektifnya daripada subjektifnya
Lebih banyak unsure pikiran daripada perasaan
Lebih bersifat memberitahukan daripada menggerakkan
emosi

Tujuan utama ialah supaya pendengar/pembaca tahu atau


mengerti. Oleh karena itu, yang diutamakan ialah jelas dan
seksamanya. Kalimat-kalimatnya disusun selogis-logisnya.
Bahasa
jurnalistik ditujukan
kepada
umum,
tidak
membedakan tingkat kecerdasan, kedudukan, keyakinan,
dan pengetahuan.
5. Ragam sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter
subjektif, lentur, konotatif, kreatif dan inovatif. Dalam
bahasa yang beragam khusus terdapat kata-kata, cara-cara
penuturan, dan ungkapan-ungkapan yang khusus, yang
kurang lazim atau tak dikenal dalam bahasa umum. Bahasa
sastra ialah bahasa yang dipakai untuk menyampaikan
emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan anganangan, penghayatan batin dan lahir, peristiwa dan khayalan,
dengan bentuk istimewa. Istimewa karena kekuatan efeknya
pada pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannya.
Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan sebagai bahan
kesenian di samping alat komunikasi. Untuk memperbesar
efek penuturan dikerahkan segala kemampuan yang ada
pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara,
panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak,
asonansi, posisi kata, ulangan kata/kalimat dimana perlu
dikerahkan untuk mempertinggi efek. Misalnya, bahasa
dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam karangan
umum.
Berbeda
dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak
mengunakan kalimat yang tidak efektif. Penggambaran yang
sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi
sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan
agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
Jika ditelusuri lebih jauh, ragam berdasarkan cara
pandang penutur dapat dirinci lagi berdasarkan ciri (1)
kedaerahan, (2) pendidikan, dan (3) Sikap penutur sehingga
di samping ragam yang tertera diatas, terdapat pula ragam
menurut daerah, ragam menurut pendidikan, dan ragan
menurut sikap penutur. Ragam menurut daerah akan
muncul jika para penutur dan mitra komunikasinya berasal
sari suku/etnik yang sama. Pilihan ragam akan beralih jika
para pelakunya multietnik atau suasana berubah, misalnya
dari takresmi menjadi resmi.

Penetapan ragam yang dipakai bergantung pada


situasi, kondisi, topik pembicaraan, serta bentuk hubungan
antar pelaku. Berbagai faktor tadi akan mempengaruhi cara
pandang penutur untuk menetapkan salah satu ragam yang
digunakan (dialeg, terpelajar, resmi, takresmi).
Dalam praktek pemakaian seluruh ragam yang dibahas
diatas sering memiliki kesamaan satu sama lain dalam hal
pemakaian kata. Ragam lisan (sehari-hari) cenderung sama
dengan ragam dialek, dan ragam takresmi, sedangkan
ragam tulis (formal) cenderung sama dengan ragam resmi
dan ragam terpelajar. Selanjutnya, ragam terpelajar tentu
mirip dengan ragam ilmu.
Dibawah ini akan diberikan contuh ragam-ragam
tersebut. Ragam ilmu sengaja dipertentangkan dengan
ragam nonilmu demi kejelasan ragam ilmu itu sendiri.
Ragam
Lisan
Tulis
Dialek
Terpelajar
Resmi
Takresmi
Ragam
Non ilmu (non ilmiah)
-Ayan bukan penyakit
menular.

Contoh
Sudah saya baca buku itu.
Saya sudah membaca buku itu.
Gue udah baca itu buku.
Saya sudah membaca buku itu
Saya sudah membaca buku itu
Sudah saya baca buku itu.

-Polisi bertugas menanyai


tersangka.
Setiap agen akan
Mendapatkan
potongan.
Jalan cerita sinetron itu
membosankan.

-Polisi bertugas menginterogasi


tersangka.
Setiap
agen
akan
mendapatkan rabat.

Ilmu (ilmiah)

Epilepsi bukan
menular.

Alur cerita
membosankan

penyakit

sinetron

Ciri-ciri ragam ilmiah:


1. Bahasa Indonesia ragam baku;
2. Penggunaan kalimat efektif;
3. Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;

itu

4. Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan


menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna
kias;
5. Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga
objektivitas isi tulisan;
6. Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan
antaralinea.

Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:


1. Dia dihukum karena melakukan tindak pidana.(ragam
hukum)
2. Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan
diskon.(ragam bisnis)
3. Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
4. Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
5. Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif.
(ragam psikologi)

BAB III
PENUTUP
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam
makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan,
kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini Penulis
banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembacanya. Amin.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen MPK Bahasa Indonesia. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Ilmiah.
Jambi.
Sebelas Maret University Press. 2008. Teori Dan Aplikasi Bahasa Indonesia Di
Perguruan Tinggi. Surakarta.
Wikipedia.id
Acedemi.edu

Você também pode gostar