Você está na página 1de 13

Komsatun Fitriana, J1B114016, VII, Titrasi Kompleksometri dan Redoks, 2015

TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN REDOKS


(ASIDI ALKALIMETRY AND PRECIPITATION)
KOMSATUN FITRIANA& EKA YULIYANTI
Program S-1 Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru
Abstract
The purpose of this experiment was to determine the level of baking soda
is Na2CO3 in asidi alkalimetry and determine the content of aceticacid in vinegar
sample using neutralization titration with standard sodium hydroxide solution.
There are two kinds are recognized titration acidimetry and alkalimetry.
Neutralization reaction, acidimetry and alkalimetry a reaction between a strong
acid with a weak base and a strong base with a weak acid hydrolysis will be
produce salt. Argentometry a titration method based on the precipitation reaction
by a standard solution of silver nitrate. The purpose of this experiment was to
determine the levels of NaCl in the salt are argentometry by Mohr method,
method of Volhard and Fajans methods. In the Mohr method, AgNO3 solution is
used to determine the levels of NaCl in the salt. In the Volhard method , the
solution to be assayed were given silver nitrate reagent excess, then titrated back
with a standard solution KCNS/NH4CNS with indicator Fe(NO3)3 or Fe(NH4)
(SO4)2. And the Fajans method, determination of chloride standard solution of
AgNO3 performed with titrated with fluorescein samples are added indicator.
Keyword :Asidi-Alkalimetry, Mohr method, Volhard method, Fajans method.
Abstrak
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar Na2CO3 dalam
soda kue secara asidi alkalimetri dan menentukan kandungan asam asetat dalam
sampel cuka menggunakan titrasi penetralan dengan larutan baku natrium
hidroksida. Asidimetri merupakan titrasi asam terhadap basa, sedangkan
alkalimetri merupakan kebalikannya yaitu titrasi basa terhadap asam. Reaksi
penetralan, asidimetri dan alkalimetri merupakan reaksi antara asam kuat dengan
basa lemah dan basa kuat dengan asam lemah yang nantinya akan mengahasilkan
hidrolisis garam. Argentometri merupakan metode titrasi yang didasarkan pada
reaksi pengendapan oleh larutan baku perak nitrat. Tujuan dari percobaan ini
adalah untuk menentukan kadar NaCl dalam garam dapur secara argentometri
dengan metode Mohr, metode Volhard dan metode Fajans. Pada metode Mohr,
digunakan larutan AgNO3 untuk menentukan kadar NaCl dalam garam dapur.
Pada metode Volhard, larutan yang akan ditentukan kadarnya diberi pereaksi
perak nitrat berlebih, kemudian dititrasi kembali dengan larutan baku
KCNS/NH4CNS dengan indikator Fe(NO3)3 atau Fe(NH4)(SO4)2. Dan pada
metode Fajans, penentuan kadar klorida dilakukan dengan larutan baku AgNO 3
yang dititrasi dengan sampel yang ditambahkan indikator fluoresein.
Kata kunci : Asidi alkalimetri, metode Mohr, metode Volhard, metode Fajans.

Komsatun Fitriana, J1B114016, VII, Titrasi Kompleksometri dan Redoks, 2015

PENDAHULUAN
Titrasi kompleksometri meliputi
reaksi pembentukan ion-ion kompleks
ataupun pembentukan molekul netral
yang terdisosiasi dalam larutan.
Persyaratan terbentuknya kompleks
demikian adalah kelarutan yang
tinggi. Contoh dari kompleks tersebut
adalah logam dengan EDTA. Titrasi
dengan merkuro nitrat dan perak
sianida juga dikenal sebagai titrasi
kompleksometri[3].
Reaksi pengompleksan dengan
suatu
ion
logam,
melibatkan
penggantian satu molekul pelarut atau
lebih yang terkoordinasi, dengan
gugus-gugus nukleofilik lain. Gugusgugus yang terikat pada ion pusat,
disebut ligan dan dalam larutan air.
Reaksinya dapat dinyatakan oleh
persamaan :
M(H2O)n + L
M(H2O)(n-1)L
+ H2O
Di sini ligan L dapat berupa
sebuah molekul netral atau sebuah ion
bermuatan,
dengan
penggantian
molekul-molekul air berturut-turut
selanjutnya dapat terjadi, sampai
terbentuk kompleks MLn dengan n
adalah bilangan koordinasi dari ion
logam itu, dan menyatakan jumlah
maksimum ligan monodentat yang
dapat terikat padanya[5].
Pembentukkan suatu spesi
kompleks yang tunggal ketimbang
dihasilkannya spesi-spesi demikian
tahap demi tahap, jelas akan
menyederhanakan
titrasi
kompleksometri, dan memudahkan
deteksi titik akhir. Schwarzenbch
menyadari bahwa ion asetat mampu
membentuk komplek-kompleks asetat
yang rendah kestabilannya dengan
hampir semua kation polivalen, dan
bahwa jika sifat ini dapat diperkuat
dengan efek sepit, maka komplekskompleks yang jauh lebih kuat akan

terbentuk oleh kebanyakan kation


logam. Ia menemukan bahwa asamasam
aminopoli
karboksilat
merupakan zat-zat pengkompleks
yang baik sekali, yang paling penting
dari
ini
adalah
asam
1,2diaminoetanatetraasetat (asam etilena
diaminatetraasetat)[1].
EDTA mendapat aplikasi yang
paling luas dalam analisis karena aksi
mengkompleksnya yang sangat kuat,
dan tersedianya secara komersial.
Struktur ruang dari anionnya, yang
mempunyai enam atom penyumbang,
memungkinkan untuk memenuhi
bilangan koordinasi enam yang sering
dijumpai diantara ion-ion logam, dan
untuk membentuk cincin beranggota
lima, yang tanpa tegangan, pada
penyepitan.
Kompleks-kompleks
yang dihasilkan mempunyai struktur
serupa, tetapi berbeda satu sama lain
dalam hal muatan yang mereka bawa.
Satu struktur semacam ini dihasilkan
untuk kompleks dengan suatu ion
divalent[1].
Agar tidak merepotkan bentuk
asam bebas EDTA sering disingkat
sebagai H4Y. Dalam larutan yang
agak asam, dapat terjadi protonasi
parsial EDTA tanpa pematahan
sempurna kompleks logam, yang
menghasilkan spesies CuHY-, namun
pada kondisi yang lazim keempat
hidrogen itu dilepaskan bila ligan itu
berkoordinasi dengan ion logam. Pada
nilai pH yang sangat tinggi, ion
hidroksida dapat menembus bola
koordinasi logam itu, dan dapat
terjadi kompleks Cu(OH)Y3-[2].
Kestabilan suatu kompleks
ditandai oleh tetapan kestabilannya
(tetapan pembentuk K) :

Mn+ + Y4- (MY)(n-4)+


K = [(MY) (n-4)+] / [Mn+] [Y4-]
Dalam
persamaan
kesetimbangan di atas, hanya bentuk

Komsatun Fitriana, J1B114016, VII, Titrasi Kompleksometri dan Redoks, 2015

EDTA yang terionisasi penuh yaitu


juga mengalami perubahan. Dari
ion Y-4 yang dipertimbangkan, tetapi
gambar di atas terlihat bahwa pada
pada nilai-nilai pH rendah mungkin
pH 5-7 pembentukan senyawa
3saja terdapat spesi HY , H2Y , H3Y ,
kompleks [Fe(EDTA)] terjadi secara
dan
bahkan
H4Y
yang
tak
maksimal[4].
berdisosiasi, dengan kata lain hanya METODE PERCOBAAN
sebagian dari EDTA yang tak
bergabung dengan logam, dapat A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
berada sebagai Y4-. Selanjutnya dalam
persamaan tersebut ion logam ion praktikum ini adalah gelas arloji,
logam
Mnn+
dianggap
tak neraca analitik, pipet volume, labu
terkomplekskan yaitu dalam larutan ukur, erlenmeyer, buret, erlenmeyer
air ia berada hanya sekedar sebagai 250 ml, gelas piala 100 ml, buret,
ion-terhidrasi. Namun, jika larutan itu neraca analitik, dan corong.
juga mengandung zat-zat lain dapat
B. Bahan
berkompleks dengan ion logam,
Bahan-bahan yang digunakan dalam
disamping EDTA, maka keseluruhan
ion-ion ini, yang tak bergabung praktikum ini adalah Na tetraboraks
dengan EDTA, mungkin tak lagi (Na2B2O7.10H2O), akuades, indikator
berada sebagai ion terdehidrasi metil orange, larutan HCl, cuka makan
sederhana. Jadi, dalam praktek jeruk nipis,soda kue cap lomo,
kestabilan kompleks-kompleks logam larutan NaCl 0,1 N, larutan AgNO 3 0,1
EDTA
dapat
diubah
dengan N, larutan KCNS, HNO3 6 N,
mengubah-ubah pH dan adanya zat- nitrobenzen, kalium kromat 5%,
zat pengkompleks lain. Maka tetapan indikator feri, indikator fluoresein,
kestabilan kompleks EDTA akan garam dapur cap miwon, dan
berbeda dari nilai yang dicatat, untuk akuades.
suatu pH tertentu dalam larutan air
murni; nilai yang dicatat untuk
kondisi-kondisi baru ini dinamakan C. Cara Kerja
tetapan kestabilan nampak atau 1. Pembakuan Larutan EDTA
tetapan kestabilan menurut kondisi[1].
Sebanyak 0,3 - 0,4 gram ZnCl 2
Pembentukan
senyawa
ditimbang dengan teliti, kemudian
kompleks sangat dipengaruhi oleh
dilarutkan air ke dalam labu takar
pH. Pada penelitian ini telah
250 mL, diencerkan sampai tanda
dilakukan pembentukan senyawa
batas. Sebanyak 25,0 mL larutan ini
kompleks pada pH yang bervariasi,
dipipet kedalam erlenmeyer 250
yaitu dari pH 2 sampai pH 11 dengan
mL, ditambahkan 2 mL larutan
menambahkan NH4OH dan HOAc
buffer pH 10 dan air hingga volume
untuk mengontrol pHnya. Absorbansi
100 mL, ditambahkan 50 mg
maksimum pembentukan senyawa
indikator
EBT-NaCl.Kemudian
kompleks terdapat pada pH 6. Hal ini
dititrasi dengan larutan 0,01 M
berarti pada pH 6 konsentrasi
EDTA sampai warna berubah dari
senyawa kompleks [Fe(EDTA)] yang
merah ke biru. Setelah itu dilakukan
terbentuk
paling
banyak
duplo atau triplo dan hitung
dibandingkan pH lainnya. Dengan
konsentrasi EDTA.
perubahan pH larutan, konsentrasi 2. Penentuan Kesadahan Total
senyawa kompleks yang terbentuk

Komsatun Fitriana, J1B114016, VII, Titrasi Kompleksometri dan Redoks, 2015

Sebanyak 50 mL cuplikan air HASIL DAN PEMBAHASAN


dipipet, ditambahkan 1 mL buffer
pH 10 dan 50 mg indikator EBT- A. Hasil
NaCl.Kemudian dikocok dengan
baik dan dititrasi dengan larutan 1. Larutan EDTA
No. ProsedurPerco
HasilPenga
baku EDTA sampai warna berubah
baan
dari merah menjadi biru.Setelah itu
matan
Ditimbang
dilakukan
duplo.
Dihitung
1.
- Larutansudah
0,4 g
kesadahan air yang dinyatakan
dibuatterlebi
ZnCl2dilarutk
dengan ppm kalsium oksida.
hdahuluoleh
andalam air
3. Penentuan Kesadahan Tetap
asistenprakti
dandimasukk
Sebanyak 250 mL air cuplikan
kum.
ankedalamlab
diambil ke dalam gelas kimia,
utakar.
didihkan
selama
30
menit,
dinginkan dan saring dengan kertas
- Warnamerah
- Dipipet12,5
saring, filtrat ditampung ke dalam
muda
ml kedalam
labu takar 250 mL tanpa pembilasan
2.
Erlenmeyer +
kertas saring.Sebanyak 50 mL
2 mL buffer
dipipet, ditambahkan 1 mL larutan
pH10 hingga
buffer pH 10 dan ditambahkan 50
volume air
mg EBT-NaCl.Kemudian dititrasi
100 mL +
dengan EDTA hingga larutan
indikator
berwarna biru jelas,
dilakukan
EBT-NaCl. - V= 1 ml
duplo atau triplo.
- Dititrasi
4. Penentuan
Kesadahan
dengan
Sementara
larutan EDTA
Kesadahan sementara diperoleh
3.
- Warnaberubah
0,01M
dari kesadahan total dikurangi
darimerahm
kesadahan tetap.
5. Na2S2O3 dengan larutan baku
udamenjadib
KIO3
iru.
Sebanyak 0,35 gram KIO3,
larutkan dalam akuades, kemudian 2. Penentuan Kesadahan Total
dilarutan air kedalam labu takar 50
No Prosedur
Hasil
ml, diencerkan sampai tanda batas.
Percobaan
Pengamatan
Pipet 12,5 ml larutan baku KIO 3.
1. - 10 mL
-Larutan
Tambahkan 1,5 ml H2SO4 dan 5 ml
cuplikan air
berwarna
larutan KI 1% kemudian kocok,
+1mL buffer beningkeru
larutan dititrasi dengan larutan baku
pH 10 +
hmenjadim
Na2S2O3sampai larutan berwarna
sedikitindika
kuning muda, encerkan dengan
2.
erahmuda
tor EBTakuades 20 ml, tambahkan 2 ml
NaCl.
larutan
amilum
1%.
Titrasi
- V= 0,9 ml
dilanjurkan sampai warna biru tepat
- Dititrasi
hilang.
dengan
Larutanberu
Penentuan Kadar Cu dengan
6.
larutan baku bahdarimera
Larutan Baku Na2S2O3
EDTA 0,01
hmuda
M

Komsatun Fitriana, J1B114016, VII, Titrasi Kompleksometri dan Redoks, 2015

menjadi
warna biru
3. Penentuan Kesadahan Tetap
No Prosedur
Hasil
Percobaan
Pengamatan
1. - 250
mL Larutan
cuplikan air berwarna
dididihkan bening
selama 30
menit,
kemudian
didinginkan
2.
dan
disaring
Larutanber
- 10 mL filtrat warnamerah
+ 1 ml muda
buffer pH
10 + sedikit
3.
indikator
EBT-NaCl
- Dititrasi
dengan
-V1 = 4,3
larutan
mL
baku EDTA -V = 3,3
2
0,01 M
mL
Vrata-rata= 3,8
mL
-Larutan
berubahdari
merahmuda
menjadi
warna biru.

=0,01 M . 0,001 L . 56,08


g/mol
= 0,00056gram
=0,56mg
berat CaO
ppm
Vsampel air

0,56mg
11,2 ppm
0,05 L

b. Penentuan Kesadahan Tetap


Diketahui :
Vsampel = 50 mL = 0,05 L
Molaritas EDTA= 0,01 M
VEDTA = 0,9 mL= 0,0009 L
BM CaO= 56,08 g/mol
Ditanya:Kesadahan Tetap sebagai
CaO ?
Penyelesaian :
m CaO = M EDTA.Vtitrasi.BM
CaO
= 0,01 M . 0,0009 L . 56,08
g/mol
= 0,00050 gram
= 0,50 mg
beratCaO
ppm
Vsampel air

0,5 mg
10 ppm
0,05L

c. Penentuan Kesadahan Sementara


Diketahui:
Kesadahan Total= 11,2 ppm
Kesadahan Tetap= 10 ppm
Ditanya:Kesadahan Sementara?
A. Perhitungan
Penyelesaian :
a. Penentuan Kesadahan Total
Kesadahan Sementara =
Diketahui :
Kesadahan Total Kesadahan
Vsampel = 50 mL = 0,05 L
Tetap
M EDTA = 0,1 M
= 11,2 ppm 10 ppm
VEDTA = 1 ml = 0,001 L
= 1,2ppm
BM CaO= 56,08 g/mol
4.
Pembuatan
Larutan Baku KIO3
Ditanya: Kesadahan Total
Diketahui: m KIO3 = 0,35 gram
sebagai CaO ?
BM KIO3= 214,0064 g/mol
Penyelesaian :
V pengenceran = 50 ml = 0,05 L
m CaO= M EDTA.Vtitrasi.BM
Ditanya: N KIO3...?
CaO

Komsatun Fitriana, J1B114016, VII, Titrasi Kompleksometri dan Redoks, 2015

Jawab:

m KIO3
M KIO3 =
Vpengenceran BM KIO3

0,35 g
0,05 L 214,0064 g / mol

= 0,033 M

Reaksi : IO3- + 5I- + 6H+ 3I2 +


3H2O
N KIO3

= M KIO3 x e KIO3
= 0,033 M x 6
= 0,198 N
5. Pembakuan Larutan Na2S2O3
dengan KIO3
Diketahui : N KIO3 = 0,198 N
V Na2S2O3
= 4,45ml
V KIO3 = 0,7ml
Ditanya
: N Na2S2O3...?
Jawab
:
N KIO3 x V KIO3 = N Na2S2O3 x V
Na2S2O3
N KIO3 V KIO3
V Na 2 S 2 O 3
N Na2S2O3 =
0,198 N 4,45 mL
0,7 mL
=
= 1,26 N
5. Penentuan Kadar Cu dengan
Larutan Baku Na2S2O3
Diketahui: V Na2S2O3 = 0,7ml= 0,0007
L
N Na2S2O3
= 1,26 N
m sampel
= 1 gram
BA Cu = 63,55 gr/mol
Vpengenceran
= 50ml
Vdipipet = 10 ml
Ditanya : % Cu dalam sampel...?
Jawab :
Reaksi : 2 S2O32- + I2
S4O62- + 2Imgrek S2O42= 2 mgrek I2
(V S2O42- x N S2O42-) = 2( mol I2 x e
I2)

1,26 x 0,0007
2 x2

mol I2 =
mol I2 = 2,2 x 10-4 mol
Reaksi : 2Cu2+ + 4I- 2CuI + I2
mol Cu2+
= 2 mol I2
-4
= 2 x 2,2 x 10 mol
= 4,4 x 10-4 mol
massa Cu2+
= mol Cu2+ x BA Cu2+
-4
= 4,4 x 10 molx 63,55 gr/mol
= 0,028 gram
m Cu 2
100 %
m garam
% Cu2+ =
0,028 gram
100 %
1 gram
=
= 1,4 %
B. Pembahasan
1.

Penent
uan kadar Na2CO3
Untuk dapat menentukan
kadar Na2CO3 terlebih dahulu
dibuat larutan baku boraks 0,1 N.
Pembuatan larutan baku ini
dilakukan
dengan
cara
melarutkan sebanyak 1,7 gram
Na tetraboraks (Na2B2O7.10H2O)
dengan akuades 25 mL, ke
dalam labu takar 100 mL,
diencerkan sampai tanda batas,
dan
kocok
hingga
homogen.Standarisasi dilakukan
untuk mengetahui konsentrasi
pasti suatu reagen sesaat sebelum
direaksikan, karena biasanya
konsentrasi suatu reagen sangat
mudah
berubah
akibat
penguapan, absorbsi uap air dari
udara dan sebagainya. Pada
percobaan ini yang merupakan
larutan standar primer adalah
larutan boraks 0,1 N, sedangkan
larutan standar sekunder adalah
larutan HCl 0,1 N dan larutan
NaOH 0,1 N.

Komsatun Fitriana, J1B114016, VII, Titrasi Kompleksometri dan Redoks, 2015

Setelah konsentrasi HCl


yang akan digunakan diketahui,
maka
konsentrasi
(kadar)
Na2CO3 dalam sampel soda kue
dapat ditentukan secara titrasi
asidi-alkalimetri
(penetralan).
Titrasi
Na2CO3oleh
HCl
menggunakan indikator metil
orange agar titik ekivalen jelas
teramati.Penggunaan
metil
orange dalam percobaan ini
dikarenakan pH ekivalen berada
diantara 35.
Penentuan kadar Na2CO3
dalam soda kue dilakukan
dengan menitrasi larutan sampel
dengan HCl 0,1 N. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut.
Na2CO3 + 2HCl2NaCl + H2O +
CO2
Dari hasil perhitungan dapat
diketahui bahwa besarnya kadar
Na2CO3 dalam
soda
kue
adalah36,2%.
Jumlah
yang
sangat kecil dibandingkan total
keseluruhan soda kue. Hal ini
berarti selain Na2CO3, di dalam
soda kue terdapat senyawa lain
yang persen massanya jauh lebih
besar dibanding Na2CO3 sendiri.
2.

Penent
uan Kandungan Asam Asetat
dalam Sampel
a. Pembakuan larutan NaOH
0,1 N dilakukan dengan
menggunakan larutan HCl
yang telah distandarisasi. Hal
ini diperbolehkan walaupun
HCl
merupakan
suatu
standar sekunder dan bukan
standar primer, karena HCl
yang akan digunakan pada
proses
titrasi
telah
distandarisasi dengan larutan
boraks. Adapun reaksi antara

HCl dan NaOH dapat


dituliskan sebagai berikut :
NaOH + HCl
NaCl +
H2O
Sebanyak 10 ml larutan
NaOH yang dititrasi dengan
indikator pp hingga volume
titrasi rata-rata yaitu 11 ml
dengan besarnya normalitas
NaOH hasil perhitungan
adalah 0,098 N. Indikator pp
digunakan
karena
mempunyai nilai pH yang
berada di sekitar pH pada
titik ekivalen antara pereaksi
HCl dan NaOH. Indikator
fenolphtalein jika dalam
lingkungan
basa
akan
memberikan warna merah
sedangkan dalam asam tidak
akan memberikan warna atau
larutan tetap bening. Dalam
penenetuan kadar
asam
asetat dalam cuka, sebanyak
2 ml cuka ditambahkan 25
ml
akuades,
kemudian
ditambahkan
1-2
tetes
indikator PP. Indikator PP
mempunyai trayek pH pada
suasana basa, yaitu sekitar
8,3 10,0. Indikator PP ini
akan mengalami perubahan
pada titik akhir titrasi
menjadi berwarna merah
muda dari keadaan semula
yang
tidak
berwarna
(bening). Titrasi dilakukan
dengan
menggunakan
larutan NaOH. Sebelum
titrasi dilakukan larutan
berwarna bening (asam cuka
+ PP bening), dan setelah
titrasi
larutan
berubah
menjadi warna merah muda
(basa + PP
merah muda).
Volume titrasi 25,5 ml, maka
diperoleh kadar asam asetat
dalam cuka tersebut adalah

Komsatun Fitriana, J1B114016, VII, Titrasi Kompleksometri dan Redoks, 2015

7,29%. Pada mulanya larutan


NaOH berwarna bening,
setelah ditetesi indikator
fenolphtalein larutan berubah
menjadi ungu. Kemudian
larutan ini dititrasi dengan
larutan dengan larutan HCl
0,1 N sebanyak dua kali
pengulangan.
Perubahan
warna
menjadi
bening.
Berdasarkan
hasilperhitungan,
nilai
normalitas untuk NaOH
adalah
0,098 N.Adapun
reaksi antara HCl dan NaOH
dapat dituliskan sebagai
berikut :
NaOH + HCl
NaCl
+
H2O
b. Penentuan Kadar Asam
Asetat dalam Asam Cuka
Percobaan
kali
ini
dilakukan untuk mengetahui
kadar asam asetat dalam
larutan cuka, cuka yang
digunakan
adalah
cuka
jeruknipis. Sebanyak 10 mL
asam
cuka
yang
telah
diencerkan,
kemudian
ditambahkan 3 tetes indikator
fenolphtalein.
indikator
fenolphtalein
mempunyai
trayek pH pada suasana basa,
yaitu sekitar 8,3 10,0.
Kemudian menitrasi larutan
dengan larutan NaOH 0,1 N
sebanyak
dua
kali
pengulangan.
Berdasarkan
hasil perhitungan, kadar asam
asetat (CH3COOH) sebesar
7,29%. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
CH3COOH+NaOH
CH3COONa + H2O
3. Metode Mohr

Metode Mohr merupakan


metode yang digunakan untuk
menentukan konsentasi klorida
yang rendah dalam suatu sampel.
Percobaan
pertama
membuat
larutan baku NaCl 0,1 N. Dengan
menimbang 0,58 g NaCl larutkan
25 ml akuades secara kuantitatif ke
labu ukur, diencerkan sampai tanda
batas dan dikocok hingga homogen.
Dari hasil perhitungan diperoleh
normalitas NaCl adalah 0,1 N.
Percobaan
kali
ini
menggunakan garam dapur cap
miwon yang akan ditentukan
kadar NaCl di dalamnya. Larutan
baku yang digunakan adalah
AgNO3 dengan indikator kalium
kromat 5%. Pada pembakuan
larutan AgNO3 dengan larutan baku
NaCl, pada awalnya larutan
berwarna kuning setelah ditiitrasi
dengan AgNO3 sampai warna
menjadi merah yang dihasilkan
pada praktikum ini yaitu merah
coklat.Larutan Ag dapat bereaksi
baik dengan NaCl dan kemudian
AgCl nya membentuk endapan
berwarna putih, dimana reaksinya
adalah:
AgNO3+ NaCl AgCl + NaNO3
Berdasarkan
data
hasil
pengamatan diperoleh besarnya
volume titrasi AgNO3 yaitu 5 mL
sehingga diperoleh normalitas
AgNO3 yang digunakan pada saat
melakukan titrasi sebesar 0,1 N.
Selanjutnya penentuan kadar
NaCl dalam garam dapur dengan
larutan baku AgNO3. Larutan
AgNO3 yang dipakai sebagai
larutan
penitrasinya
karena
larutan
AgNO3
mampu
membentuk NaCl menjadi AgCl
yang
ditandai
dengan
terbentuknya endapan berwarna
putih. Reaksi yang terjadi yaitu :

Komsatun Fitriana, J1B114016, VII, Titrasi Kompleksometri dan Redoks, 2015

AgNO3 + NaCl

AgCl
+
NaNO3

Berdasarkan percobaan yang


dilakukan dapat dilihat besarnya
volume rata-rata titrasi yang
diperoleh yaitu 55,6 mL, dilihat
dari hasil perhitungan besarnya
normalitas NaCl yang digunakan
pada percobaan ini yaitu 0,1 N.
Pada saat dilakukan titrasi, yang
mulanya
berwarna
kuning
berubah menjadi merah bata.
Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh N AgNO3 0,09 %
1. Metode Volhard
Pembuatan larutan baku
NaCl yang digunakan dalam
percobaan ini sama dengan
larutan baku yang digunakan
pada metode Mohr yaitu dengan
normalitas
0,1
N.
Pada
percobaan pembakuan larutan
AgNO3 dengan larutan NaCl
0,1 N, pada awalnya larutan
berwarna
bening.
Setelah
ditambahkan 2 mL HNO3 6 N,
15 mL larutan baku AgNO30,1
N, 1 mL nitrobenzene dan 0,5
ml
indikator
feri
lalu
mengocoknya,larutan menjadi
putih susu dan terdapat
endapan. Setelah menitrasi
dengan larutan baku KCNS,
terdapat endapan dan warna
hasil titrasi berubah menjadi
merah bata. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
Ag + + CNS-

AgCNS
(putih)

Fe+3 + CNS-Fe(CNS)+2(larutan
merah)
Maka
reaksinya
keseluruhan adalah :
AgNO3+ KCNS

secara
AgCNS +
KNO3

Pada pembakuan larutan


AgNO3
ini
dihasilkan
normalitas sebesar 0,066N.
Pada pembakuan larutan
KCNS dengan larutan AgNO3,
pada awalnya larutan berwarna
putih keruh dan ada endapan.
Setelah
dititrasi
larutan
berubah warna menjadi merah
bata dan terdapat endapan.
Normalitas yang dihasilkan
adalah 0,08 N.
Pada
metode
ini
digunakan titrat KCNS, dengan
indikator feri dan digunakannya
larutan baku AgNO3, dimana
larutan tersebut terlebih dahulu
distandarisasi dengan larutan
baku primer NaCl. Kemudian
larutan baku AgNO3 yang telah
distandarisasi digunakan untuk
menstandarisasi larutan KCNS.
Larutan baku AgNO3 pada tahap
ini harus distandarisasi lagi
karena AgNO3 merupakan
larutan
standar
sekunder.
Penambahan pereaksi AgNO3
berlebih bertujuan agar seluruh
NaCl yang terdapat dalam
sampel
dapat
bereaksi
sempurna
dengan
AgNO3
membentuk suatu endapan
AgCl yang berwarna putih.
2. Metode Fajans
Dalam metode Fajans
ini juga dapat ditentukan kadar
NaCl dalam sampel garam
dapur. Dalam metode Fajans ini
indikator
yang
digunakan
adalah indikator fluoresein.
Titik ekivalen titrasi ditandai
dengan
adanya
perubahan
warna menjadi merah karena
adanya adsorpsi indikator pada
permukaan larutan. Sebelum
titik ekivalen tercapai AgCl

Komsatun Fitriana, J1B114016, VII, Titrasi Kompleksometri dan Redoks, 2015

akan mengendap. Hal ini


disebabkan oleh penyerapan
partikel koloid dari AgCl. Dari
kelebihan AgNO3, endapan
akan menyerap ion. Pada
akhirnya saat titik akhir titrasi,
indikator
fluoresein
yang
semula bebas pada larutan akan
diserap oleh permukaan koloid
AgCl
sehingga
endapan
tersebut tampak merah muda.
Karena
pada
saat
percobaan larutan baku AgNO3
habis, jadi penentuan kadar
klorida tidak dapat dilakukan.
Dari hasil perhitungan
diperoleh hasil yang berbedabeda untuk AgNO3 dan kadar
NaCl pada setiap metode, hal
ini dikarenakan pemakaian
indictor fluoresein yang dapat
mempengaruhi terhadap AgNO3
karena adanya adsopsi indikator
pada
permukaan
larutan
sehingga menyebabkan hasil
perhitungan AgNO3 dan kadar
NaCl pada setiap metode
berbeda-beda.
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang
dapat
diambil adalah Asidi alkalimetri
merupakan salah satu dari empat
penggolongan reaksi dalam analisis
titrimetri.Faktorfaktoryangberpengaruh
terhadap
kelarutan zat padatada 7, yaitu
temperatur, sifat pelarut, efek ion
sejenis, efek ion-ion lainnya,
pengaruh pH, pengaruh hidrolisis,
pengaruh kompleks. Kadar Na2CO3
dalam sampel soda kue yang
digunakan
adalah
36,2
%,
kandungan
CH3COOH
dalam
sampel cuka yang digunakan adalah
7,92%.

Kesimpulan
yang
dapat
diambil dari percobaan argentometri
adalah titrasi pengendapan adalah
titrasi dimana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau garam
yang sukar larut dengan prinsip
dasarnya adalah reaksi pengendapan
yang cepat mencapai kesetimbangan
pada setiap penambahan titran dan
diperlukan indikator. Metode Mohr
dilakukan dengan menggunakan
indikator kalium kromat, metode
Volhard menggunakan indikator feri,
dan metode Fajans menggunakan
indikator fluoresein. Kadar NaCl 0,1
N dalam sampel garam dapur merk
miwon dengan metode Mohr
adalah sebesar 105,15 %.
REFERENSI
1. Day, R.A. dan A.L. Underwood.
1998. Kimia Analisa Kuantitatif.
Erlangga. Jakarta.
2. Hardjadi, W. 1993. Ilmu Kimia
Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta
3. Keenan,&Wood. 1991. Kimia
Untuk
Universitas.Erlangga.
Jakarta.
4. Khopkar, SM. 1990. Konsep
Dasar Kimia Analitik. UI.
Jakarta.
5. Malone, Leo J. 2001. Basic
Concepts of Chemistry. Saints
Louis University. New York.
6. Moeller,
Therald.
1958.Qualitative
Analysis.
McGRaw-Hill Book Company.
New York.
7. Narimo. 2011. Pembuatan Asam
Cuka Dari Pepaya Solo Secara
Fermentasi.Jurnal Kimia dan
Teknologi ISSN 0216-163. Vol.
10 : 15-21.
8. Syukri. 1999. Kimia Dasar. ITB
Press. Bandung.

Komsatun Fitriana, J1B114016, VII, Titrasi Kompleksometri dan Redoks, 2015

9. Vogel. 1994. Anilisis Anorganik


Kualitatif.PT. Kalman Media
Pusaka. Jakarta.

Komsatun Fitriana, J1B114016, VII, Titrasi Kompleksometri dan Redoks, 2015

Komsatun Fitriana, J1B114016, VII, Titrasi Kompleksometri dan Redoks, 2015

Você também pode gostar