Você está na página 1de 8

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Definisi kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi
protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi
kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan
yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa karakteristik berupa
edema dan kegagalan pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis. Penyakit ini merupakan
bentuk malnutrisi paling banyak didapatkan di dunia ini, pada dewasa ini,terutama sekali pada
wilayah-wilayah yang masih terkebelakangan bidang industrinya.
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Cicely D. Williams pada rangkaian saintifik
internasional melalui artikelnya Lancet 1935 (1,9). Beliau pada tahun 1933 melukiskan suatu
sindrom tersebut berhubungan dengan defisiensi dari nutrien apa. Akhirnya baru diketahui
defisiensi protein menjadi penyebabnya.
Walaupun sebab utama penyakit ini ialah defisiensi protein, tetapi karena biasanya bahan
makanan yang dimakan itu juga kurang mengandung nutrien lainnya, maka defisiensi protein
disertai defisiensi kalori sehingga sering penderita menunjukkan baik gejala kwashiorkor
maupun marasmus.
B. Etiologi
Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun ,namun dapat pula
terjadi pada bayi .Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah sebagai
komplikasi dari parasit atau infeksi lain.

Banyak hal yang menjadi penyebab kwashiorkor, namun faktor paling mayor adalah
menyusui, yaitu ketika ASI digantikan oleh asupan yang tidak adekuat atau tidak seimbang.
Setelah usia 1 tahun atau lebih ,kwashiorkor dapat muncul bahkan ketika kekurangan bahan
pangan bukanlah menjadi masalahnya, tetapi kebiasaan adat atau ketidak tahuan (kurang nya
edukasi) yang menyebabkan penyimpangan keseimbangan nutrisi yang baik.
Walaupun kekurangan kalori dan bahan-bahan makanan yang lain memepersulit polapola klinik dan kimiawinya, gejala-gejala utama malnutrisi protein disebabkan oleh kekurangan
pemasukan protein yang mempunyai nilai biologik yang baik.Bisa juga terdapat gangguan
penyerapan protein,misalnya yang dijumpai pada keadaan diare kronik,kehilangan protein secara
tidak normal pada proteinuria (nefrosis), infeksi,perdarahan atau luka-luka bakar serta kegagalan
melakukan sintesis protein , seperti yanga didapatkan pula pada penyakit hati yang kronis.
C. Insidens dan Epidemiologi
Kwashiorkor dijumpai terutama pada golongan umur tertentu yaitu bayi pada masa
menyusui dan pada anak prasekolah, 1 hingga 3 tahun yang merupakan golongan umur yang
relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik-baiknya. Sindrom demikian
kemudian dilaporkan oleh berbagai negeri terutama negeri yang sedang berkembang seperti
Afrika, Asia, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan bagian-bagian termiskin di Eropa (1,2).
Penyakit ini banyak terdapat anak dari golongan penduduk yang berpenghasilan rendah. Ini
dapat dimengerti karena protein yang bermutu baik terutama pada bahan makanan yang berasal
dari hewan seperti protein, susu, keju, telur, daging, dan ikan (3). Bahan makanan tersebut cukup
mahal , sehingga tidak terjangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah.
Akan tetapi faktor ekonomi bukan merupakan satu-satunya penyebab penyakit ini. Ada
berbagai protein nabati yang bernilai cukup baik, misalnya kacang kedele, kacang hijau, dan

sebagainya, akan tetapi karena tidak diketahui atau tidak disadari, bahan makanan tersebut tidak
digunakan sebagaimana mestinya (2). Pengetahuan yang kurang tentang nilai bahan makanan,
cara pemeliharaan anak, disamping ketakhyulan merupakan faktor tambahan dari timbulnya
penyakit kwashiorkor. Keadaan higiene yang buruk, sehingga mereka mudah dihinggapi infeksi
dan infestasi parasit dan timbulnya diare mempercepat atau merupakan trigger mechanisme dari
penyakit ini.
D. Patogenesis
Pada kwashiorkor yang klasik, terjadi edema dan perlemakan hati disebabkan gangguan
metabolik dan perubahan sel. Kelainan ini merupakan gejala yang menyolok. Pada penderita
defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan yang berlebihan, karena persediaan energi
dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya. Namun, kekurangan protein dalam
dietnya akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk
sintesis.
Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan
meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan
disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebabnya kurang
pembentukan albumin oleh hepar, sehingga kemudian timbul edema.
Perlemakan

hati

disebabkan

gangguan

pembentukan

lipoproteinbeta

sehingga

transportasi lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi
lemak dalam hepar.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi dini pada kwashiorkor cukup samar-samar mencakup letargi,apati, dan
iritabilitas. Manifestasi lanjut yang berkembang dapat berupa pertumbuhan yang tidak memadai,

kurangnya stamina, hilangnya jaringan otot, menjadi lebih peka terhadap serangan infeksi dan
edema. Nafsu makan berkurang ,jaringan bawah kulit mengendor dan lembek serta ketegangan
otot menghilang. Pembesaran hati dapat terjadi secra dini atau kalau sudah lanjut, infiltrasi lemak
lazim ditemukan. Edema biasanya terjadi secara dini,kegagalan mencapai penambahan BB ini
dapat terselubungi oleh edema yang terjadi ,yang kerap kali telah terdapat pada organ-organ
dalam,sebelum ia dapat terlihat pada muka dan anggota gerak.
1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya
edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya
edema.
2. Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi badan juga kurang
dibandingkan dengan anak sehat.
3. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa menjadi
apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.
4. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya bersifat
pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan
hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
5. Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun warnanya.
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa
sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan
berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi panjang.
6. Kelainan Kulit

Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan
lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada sebagian besar penderita
dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement
dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan
pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan
disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea, lutut, buku
kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak
kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu
saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi
oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi.
7. Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan hambatan
pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
8. Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir semua sela
hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, da
infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor lipotropik.
9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain,
terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat.
Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan darah
seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari
hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun.
Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya
terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.
10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain

Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus terjadi
perlemakan.
11. Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi dan
hipmagnesemia.
12. Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang demikian
hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan
dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita (5,6). Hal ini terjadi karena
3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi
lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi akibat
defisiensi garam empedu, konyugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus
halus. Dermatitis juga lazim ditemukan.Penggelapan kulit terjadi pada tempat-tempat yang
mengalami iritasi,namun tidak pada daerah-daerah yang terkena sinar matahari.. Rambutnya
biasanya jarang dan halu-halus serta kehilangan elastisitasnya. Pada anak-anak yang berambut
gelap dapat terlihat jalur-jalur rambut berwarna merah atau abu-abu.Otot-otonya tampak lemah
dan atrofi,tetapi sesekali dapat ditemukan lemak dibawah kulit yang berlebihan.
F. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis kwashiorkor ini bias kita lihat melalui pemeriksaan fisis
dan pemeriksaan laboratorium. Dari pemeriksaan fisis yang pertama adalah inspeksi, dapat kita
lihat fisik penderita secara umum seperti yang telah dijelaskan diatas antara lain edema dan
kurus, pucat,moon face, kelainan kulit misalnya hiperpigmentasi, crazy pavement dermatosis.
Pada palpasi ditemukan hepatomegali.
G. Pencegahan
Pencegahannya dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang tepat dari
karbohidrat, lemak (minimal 10% dari total kalori), dan protein (12 % dari total kalori). Sentiasa

mengamalkan konsumsi diet yang seimbang dengan cukup karbohidrat, cukup lemak dan protein
bisa mencegah terjadinya kwashiorkor. Protein terutamanya harus disediakan dalam makanan.
Untuk mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari protein hewan
seperti susu, keju, daging, telur dan ikan. Bisa juga mendapatkan protein dari protein nabati
seperti kacang ijo dan kacang kedelei.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asupan makanan harus selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dan
juga tidak berlebihan sehingga menyebabkan obesitas. Juga, karena makanan yang berbeda
mengandung proporsi protein, karbohidrat, dan lemak yang berbeda-beda, maka keseimbangan
yang wajar juga harus dipertahankan di antara semua jenis makanan ini sehingga semua segmen
sistem

metabolisme

tubuh

dapat

dipasok

dengan

bahan

yang

dibutuhkan.

Melaksanakan pemberian makan yang sebaik-baiknya kepada bayi dan anak bertujuan untuk
memberikan nutrien yang cukup untuk kebutuhan; memelihara kesehatan dan memulihkannya
bila sakit, melaksanakan berbagai jenis aktifitas, pertumbuhan jasmani serta psikomotor,
mendidik

kebiasaan

yang baik tentang memakan, menyukai dan menentukan makanan yang diperlukan.
B.
1.
2.
3.
4.

Saran
Perlu pengawasan khusus untuk mengembalikan anak ke kondisi normal
Perlu keseimbangan gizi untuk tumbuh kembang anak
Perlu dilakukan edukasi pada keluarga penderita agar memperhatikan gizi
Perlu diberikan penyuluhan untuk mengurangi kasus serupa
DAFTAR PUSTAKA

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Buku Kuliah ilmu
Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985
Dr. Lisal Sp.A., Diktat Kuliah Ilmu Gizi Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Universitas Hasanuddin
Robert M. Kliegman MD, Hal B. Jenson MD, Nelson Essential of Pediatrics 5th Edition, Elsevier
Saunders, 2000
Scheinfeld

NS.

Protein

Energy

Malnutrition.

Emedicine.com.

http://www.emedicine.com/derm/topic797.htm
Benjamin W. Van Voorhees, MD, MPH, Assistant Professor of Medicine and Pediatrics, Article on
Kwashiorkor, University of Chicago, Verimed Healthcare Network, http//www.medlineplus.com
Repulika Company, Kwasiorkor, Republika Online, http://www.republika.co.id

Você também pode gostar