Você está na página 1de 29

BAB 2.

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kwashiorkor


Kwashiorkor adalah sindrom klnis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan kalori
tidak cukup. Akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti
tinggi dan berat bedan tidak sesuai dengan anak seusianya dari kekurangan masukan atau dari
kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik.
Walaupun penambahan tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak akan
pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak yang secara tetap bergizi baik (Behrman et all,
2000). Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein (Ratna Indrawati,
1994). Kwashiorkor juga disebut sebagai defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien
lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita) (Ngastiyah,
1997). Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan yang
dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP).
Kwashiorkor atau biasa lebih dikenal busung lapar", pertama kali diperkenalkan oleh Dr
Cecile Williams pada tahun 1933 ketika ia berada di Gold Coast, Afrika. Saat itu, Dr Cecile
Williams banyak menemui anak-anak mengalami gejala busung lapar atau kwashiorkor. Istilah
kwashiorkor berasal dari bahasa setempat yang artinya penyakit anak pertama yang timbul
begitu anak kedua muncul". Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein yang berat
akibat mengkonsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan. Defisiensi
protein sangat parah meskipun konsumsi energi atau kalori tubuh mencukupi kebutuhan.

2.2 Epidemiologi
Kwashiorkor paling sering terjadi di negara yang belum berkembang atau masih dalam
garis kemiskinan. Negara-negara yang paling sering terdeteksi penyakit ini adalah negara-negara
di benua Afrika. Kwashiorkor cenderung terjadi di negara-negara dimana serat dan makanan
digunakan untuk menyapih bayi (misalnya umbi jalar, singkong, beras, kentang dan pisang)
sedikit mengandung protein dan sangat banyak mengandung zat tepung, misalnya di pedesaan

Afrika, kepulauan Karibia, kepulauan Pasifik, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Asia Selatan,
dan Asia Tenggara. Masyarakat yang berpenghasilan rendah jarang mengkonsumsi protein yang
bermutu baik terutama pada bahan makanan yang berasal dari hewan seperti protein, susu, keju,
telur, daging, dan ikan karena harganya yang mahal.
Biasanya, kwashiorkor ini lebih banyak menyerang bayi dan balita pada usia enam bulan
sampai tiga tahun. Usia paling rawan terkena defisiensi ini adalah dua tahun. Pada usia itu
berlangsung masa peralihan dari ASI ke pengganti ASI atau makanan sapihan.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi MEP ditetapkan dengan perbandingan berat badan terhadap umur anak
sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.

Berat badan 60-80% standar tanpa edema


: gizi kurang (MEP ringan).
Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat).
Berat badan <60% standar tanpa edema
: marasmus (MEP berat).
Berat badan <60% standar dengan edema
: marasmik kwashiorkor
(MEP berat)

2.4 Etiologi
Kwashiorkor terjadi karena adanya defisiensi protein pada anak karena kandungan
karbohidrat makanan tersebut tinggi, tapi mutu dan kandungan proteinnya sangat rendah. Faktor
yang paling mungkin adalah menyusui, ketika ASI digantikan oleh asupan yang tidak adekuat
atau tidak seimbang. Selain makanan yang tidak mengandung protein, penyakit kwashiorkor juga
dapat ditimbulkan karena gangguan penyerapan protein, misalnya pada keadaan diare kronik,
kehilangan protein secara tidak normal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau lukaluka bakar, serta kegagalan melakukan sintesis protein pada penyakit hati yang kronis.
Kompartemen protein visceral akan mengalami deplesi yang lebih parah pada kwashiorkor.
Kehilangan kompartemen protein visceral yang nyata pada kwashiorkor akan menimbulkan
hipoalbuminemia sehingga terjadi edema yang menyeluruh atau edema dependen.
Faktor yang dapat menyebabkan inadekuatnya intake protein antara lain sebagai berikut.
a. Pola makan
Protein (asam amino) sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nurisi anak akan berperan penting terhadap terjadinya
Kwashiorkor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

b. Faktor sosial
Negara dengan tingkat penduduk tinggi, keadaan sosial dan politik yang tidak stabil, atau adanya
pantangan untuk makan makanan tertentu dapat menyebabkan terjadinya Kwashiorkor.
c. Faktor ekonomi
Penghasilan yang rendah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan
nutrisi anak yang tidak terpenuhi.
d. Faktor infeksi dan penyakit lain
Infeksi dan MEP saling berhubungan. Infeksi dapat memperburuk keadaan gizi. MEP akan
menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi. Misalnya, gangguan penyerapan protein karena
diare.

2.5 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang terjadi pada anak dengan Kwashiorkor antara lain sebagai berikut.
a. Edema, umunya seluruh tubuh terutama pada punggung kaki (dorsum pedis).
b. Wajah membulat dan sembab.
c. Pandangan mata sayu.
d. Rambut tipis kemerahan seperti warna jagung, mudah di cabut tanpa rasa sakit dan rontok. Anak
e.
f.
g.
h.
i.
j.

yang rambutnya keriting dapat menjadi lurus.


Perubahan status mental, apatis, dan rewel.
Tidak nafsu makan.
Pembesaran Hati.
Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata diperiksa pada posisi berdiri atau duduk.
Warna kulit pucat.
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat

kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis).


k. Sering disertai: penyakit infeksi, umumnya akut; anemia; dan diare.

2.6 Manifestasi Klinis


Pada awalnya, bukti klinik awal malutrisi protein tidak jelas tetapi meliputi letargi, apatis,
atau iritabilitas. Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan tidak cukup, kurang stamina,
kehilangan jaringan muskuler, bertambahnya kerentanan terhadap infeksi, dan udem. Salah satu
manifestasi yang paling serius dan konstan adalah imunodefisiensi sekunder. Misalnya, campak
dapat memburuk dan mematikan pada anak malnutrisi. Pada anak dapat terjadi anoreksia,
kekenduran jaringan subkutan, dan kehilangan tonus otot. Hati membesar dapat terjadi awal atau
lambat serta sering terjadi infiltrasi lemak. Udem biasanya terjadi di awal, penurunan berat badan

yang dapa dilihat pada muka dan tungkai. Aliran plasma ginjal, angka filtrasi glomerulus, dan
fungsi tubuler ginjal menurun. Manifestasi klinis yang lain adalah dermatitis. Penggelapan kulit
tampak pada daerah yang teriritasitetapi tidak ada pada daerah yang terpapar sinar matahari.
Penyebaran rambut jarang dan tipis serta kehilangan sifat elastisitasnya. Pada anakyang
berambut hitam, dispigmentasi menyebabkan warna merah atau abu-abu seperti coretan pada
rambut (hipokromtrichia). Rambur menjadi kasar pada fase kronik. Anak juga mengalami
anoreksi, muntah, dan diare terus menerus. Otot menadi lemah, tipis dan atrofi, tetapi kadangkadang mungkin ada kelebihan lemak subkutan. Perubahan mental tertama iritabilitas dan apati
sering terjadi.
Perubahan-perubahan pada kwashiorkor sebagai berikut.
a.

Wujud umum: secara umum, penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada
ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita seperti moon face

akibat terjadinya edema.


b. Retardasi pertumbuhan: gejala yang paling penting adalah pertumbuhan yang terganggu. Selain
berat badan, tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
c. Perubahan mental: biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan, dan rewel. Pada stadium
lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun dan anak menjadi pasif.
d. Edema: sebagian besar anak dengan Kwashiorkor ditemukan edema, baik ringan maupun berat.
Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding
kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
e. Kelainan rambut: perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture)
maupun warnanya. Rambut kepala mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor
lanjut, rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih.
f. Kelainan kulit: kulit biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam
dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada sebagian besar penderita
ditemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement
dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan
pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan, terutama bila tekanan terus-menerus dan
disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada fosa politea, lutut, buku kaki, paha,
lipat paha, pantat, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil
merah yang dalam waktu singkat bertambah dan menjadi hitam. Pada suatu saat, bercak-bercak
ini akan mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen
dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi.

g.

Kelainan gigi dan tulang: pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi,

osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
h. Kelainan hati: pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan semua sela hati
mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi
sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor lipotropic.
i. Kelainan darah dan sumsum tulang: anemia ringan selalu ditemukan pada penderita
kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis dan
amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya
nutrien yang penting untuk pembentukan darah seperti ferum dan vitamin B kompleks (B12,
folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang
disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan
gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh, akibatnya terjadi defek umunitas seluler dan
gangguan sistem komplimen.
j. Kelainan pankreas dan kelenjar lain: di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis,
lakrimal, saliva, dan usus halus terjadi perlemakan.
k. Kelainan jantung: bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan
hipokalemi dan hipmagnesemia.
l. Kelainan gastrointestinal: terjadi anoreksia sampai semua pemberian makanan ditolak dan
makanan hanya dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar
penderita. Hal ini terjadi karena tiga masalah utama, yaitu berupa infeksi atau infestasi usus,
intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase.
Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konjugasi hati, defisiensi lipase
pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus.

2.7 Patofisiologi
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainanan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edema dan lemak
dalam hati. Kekurangan protein dalam diet akan terjadi karena kekurangan berbagai asam amino
esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme yang akan disalurkan ke
jaringan otot. Semakin asam amino berkurang dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya
produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat edema. Lemak dalam hati terjadi karena

gangguan pembentukan beta-lipoprotein sehingga transport lemak dari hati terganggu dan
berakibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.

2.8 Komplikasi dan Prognosis


Kwashiorkor yang tidak cepat diatasi akan mengakibatkan marasmus bahkan marasmuskwashiorkor. Anak akan mudah terserang infeksi, seperti diare, ISPA (infeksi saluran pernapasan
atas), TBC, polio, dan lain-lain. Lebih dari 40% anak-anak yang menderita Kwashiorkor
meninggal

karena

gangguan

elektrolit,

infeksi,

hipotermia,

dan

kegagalan

jantung.

Keterbelakangan mental yang bersifat ringan bisa menetap sampai anak mencapai usia sekolah
dan mungkin lebih. Anak dengan Kwashiorkor dapat terjadi penurunan IQ secara permanen.
Diperlukan waktu sekitar 2-3 bulan agar berat badan anak kembali ke berat badan ideal.
Komplikasi jangka pendek yang akan terjadi bagi penderita kwashiorkor adalah diare,
hipoglikemia, anemia, hipokalemia, shock, hipotermi, dehidrasi, gangguan fungsi vital,
gangguan keseimbangan elektrolit asam-basa, infeksi berat, serta hambatan penyembuhan
penyakit penyerta. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah tubuh pendek dan
berkurangnya potensi tumbuh kembang.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada anak dengan Kwashiorkor antara lain
sebagai berikut.
a. Pemeriksaan laboratorium: 1) penurunan kadar albumin serum merupakan perubahan yang
paling khas. Pada stadium awal kekurangan makan sering terdapat ketonuria tetapi sering
menghilang pada stadium akhir; 2) glukosa dalam darah rendah; 3) ekskresi hidroksiprolin urin
yang berhubungan dengan kreatinin dapat turun; 4) asam amino esensial plasma turun terhadap
angka asam amino non esensial dan dapat menambah aminoasiduria; 5) defisiensi kalium dan
magnesium; 6) kadar kolesterol serum rendah; 7) angka amilase, esterase, kolinesterase,
transaminase, lipase, dan alkalin fosfatase serum turun; 8) penurunan aktivitas enzim pankreas
dan sanhin oksidase; 9) pertumbuhan tulang biasanya lambat; serta 10) sekresi hormon
pertumbuhan mungkin bertambah.

b. Pemeriksaan air kemih menunjukkan peningkatan ekskresi hidroksiprolin dan adanya amino
asidulia.
c. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi sel
mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua sel hati mengandung vakuol lemak yang
besar.
d. Pemeriksaan autopsi penderita kwashiorkor menunjukkan kelainan pada hampir semua organ
tubuh, seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi vilus usus, atrofi sistem
limfoid, dan atrofi kelenjar timus.

2.10 Penatalaksanaan
Dalam mengatasi kwashiorkor adalah dengan memberikan makanan bergizi secara
bertahap. Bila bayi menderita kwashiorkor, maka bayi tersebut diberi susu yang diencerkan.
Secara bertahap keenceran susu dikurangi, sehingga suatu saat mencapai konsistensi yang
normal seperti susu biasa kembali. Jika anak sudah agak besar, bisa mulai dengan makanan
encer, kemudian makanan lunak (bubur) dan bila keadaan membaik, maka baru diberikan
makanan padat biasa. Dalam melaksanakan hal ini selalu diberikan pengobatan sesuai dengan
penyakit yang diderita. Bila keadaan kesehatan dan gizi sudah mencapai normal, perlu diteruskan
dengan imunisasi. Makanan yang dihidangkan diet tinggi kalori, protein, cairan, vitamin, dan
mineral. Bila diperlukan dilakukan pemberian cairan dan elektrolit.

2.11 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah anak terkena Kwashiorkor adalah
mencukupi kebutuhan protein yang lengkap dengan mengkonsumsi sumber protein yang
dikombinasikan antara sumber protein hewani dan sumber protein nabati sehingga saling
melengkapi jumlah protein yang harus dikonsumsi bayi setiap hari. Hal ini bergantung pada
umur, berat badan, jenis kelamin, mutu protein yang dikonsumsi, serta keadaan tertentu,
misalnya sedang sakit atau baru sembuh dari sakit, yang mengharuskan anak untuk
mengkonsumsi protein dalam jumlah yang lebih besar. Umumnya tingkat kebutuhan protein anak
dalam keadaan sehat normal membutuhkan sekitar 40-60 gram protein tiap hari. Ada pula ahli

yang menyebutkan konsumsi protein 1 gr/kgBB perhari. Anak diterapkan diet yang seimbang
dengan cukup karbohidrat, cukup lemak, dan protein untuk mencegah terjadinya kwashiorkor.
Untuk mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari protein hewan
seperti susu, keju, daging, telur dan ikan dan protein nabati seperti kacang hijau dan kacang
kedelei.

BAB 3. PATHWAY

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian
4.1.1 Identitas Pasien
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, suku/bangsa, golongan
darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no medrec, diagnosa medis, alamat.
Kwashiorkor paling seringnya pada usia antara 1 4 tahun, namun dapat pula terjadi pada bayi.
4.1.2 Riwayat sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama:
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan
semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan kwashiorkor biasanya mengalami gangguan pertumbuhan (BB < 80% dari BB
normal seusianya), bengkak, serta mengalami keterbelakangan mental yaitu apatis dan rewel.
Pada anak kwarshiorkor juga mengalami penurunan nafsu makan ringan sampai berat.
3. Riwayat Peri natal
a. Tahap Prenatal:
Hal yang dikaji adalah terkait asupan nutrisi pada ibu selama kehamilan. Kekurangan nutrisi
pada ibu selama kehamilan jugan memungkinkan anak juga akan mengalami malnutrisi. Setelah
itu, infeksi yang mungkin dapat timbul pada ibu dan menyalur ke anak dan menjadi infeksi
kronis bagi anak.
b. Tahap Intranatal:

Hal yang dikaji adalah proses selama persalinan. Bayi mungkin dapat lahir dengan berat badan
rendah, dan karena pengetahuan ibu yang kurang sehingga kwarshiorkor dapat timbul saat bayi.
c. Tahap Post natal
Hal yang dikaji adalah asupan nutrisi seperti pemberian ASI eksklusif dan pemberian nutrisi
setelah asi eksklusif. Beberapa ibu terkadang tidak memberikan asi eksklsif pada bayinya setelah
melahirkan. Hal ini beresiko anak mengalami malnutrisi.
4. Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya kwarshiorkor.
Namun, sebagian besar tidak ada pengaruh genetik yang dapat menyebabkan kwarshiorkor.
Penyebab kwarshiorkor dikaitkan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat.
5. Pengkajian Psikososial :
Ibu dengan anak yang menderita kwarshiorkor dapat mengalami cemas dikarenakan penurunan
berat badan anak, penurunan nafsu makan serta anak yang sering rewel.
6. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas:
Lingkungan yang buruk, dapat memicu timbulnya infeksi. Anak dapat terkena kwarshiorkor
dikarenakan infeksi yang kronik misalnya diare yang membuatnya mengalami gangguan
penyerapan protein.
7. Riwayat nutrisi :
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami malnutrisi terutama defisiensi protein. Ana juga
kekurangan asupan karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral penting yang diperlukan tubuh.
Vitamin yang kurang diantaranya pembentuk darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12,
folat, B6) dan vitamin A yang penting untuk pertumbuhan mata.
8. Riwayat pertumbuhan perkembangan :
a) Anak yang menderita kwarshiorkor mengalami keterlambatn pertumubuhan akibat defisiensi
protein dan gangguan penglihatan
b) Kecerdasan anak dengan kwarshiorkor juga akan menurun akibat keterbelakangan pertumbuhan
dan perkembangan
c) Anak CP yang mengalami gangguan anoreksia dapat memperberat gangguan nutrisi sehingga
intake nutrisi semakin berkurang
4.1.3 Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon:

1. Persepsi kesehatan dan Pola manajemen


Orang tua pasien mengetahui bahwa anaknya mengalami gangguan malnutrisi atau kwarshiorkor
namun tidak mengetahui perawatan pada anak dan bagaiamana mengasuh anak yang menderita
kwarshiorkor.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami defisiensi nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak,
dan mineral yang penting untuk tubuh.metabolisme akan terganggu akibat zat zat yang tidak
tersedia, contohnya adalah pembesaran hati karena kekurangan asam amino.
3. Pola eliminasi
Pasien dapat memiliki gangguan gastointestinal seperti diare dan anoreksia. Diare dapat
disebabkan oleh 3 hal yaitu infeksi dapa saluran cerna, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi
lemak
4. Pola aktivitas dan latihan
Anak akan mengalami gangguan aktivitas akibatstatus mental yang apatis dan rewel. Aktifitas
jugan akan terganggu akibat udem yang ada pada ekstremitas, serta penurunan fungsi otot.
5. Pola istirahat dan tidur
Anak akan mengalami gangguan tidur akibat edema.
6. Pola persepsi dan kognitif
Anak akan mengalami gangguan kgonitif akibat asupan nutrisi yang kurang, keterbelakangan
pertumbuhan dan perkembangan serta gangguan penglihatan akibat defisiensi vitamin A.
7. Pola konsep diri
Anak akan merasa malu untuk berkomunikasi dengan dunia luar akibat gangguan penglihatan
dan ketidaknormalan tubunhnya.
8. Pola peran dan hubungan
Hubungan sosial anak dengan dunia luar akan terhambat akibat keterbelakangan mental dan
gangguan pertumbuhan yang dirasakan.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien tidak mengalami kelainan apapun.
10. Pola keyakinan dan nilai
Keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan pasien
4.1.4 Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya
edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya
edema. Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa
menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.
b. Pengukuran Antopometri

Berat badan menurut usia < 80 % dari berat badan normal usianya. LLA (Lingkar Lengan Atas)
<14cm
c. Otot
Atrofi otot selalu ada hingga penderita tampak lemah terus-menerus, tidak mampu berjalan
dengan baik.
d. Kontrol Sistem Saraf
Kurang perhatian, iritabilitas, bingung.
e. Sistem gastrointestinal
Terjadi anoreksia, diare tampak pada sebagian besar penderita.
f. Sistem kardiovaskular
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi dan
hipomagnesemia.
g. Rambut
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa
sakit, warna menjadi kemerahan. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam,
halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih.
h. Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan
lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Perubahan kulit lain pun dapat
ditemui, seperti kulit yang keringdengan garis kulit yang mendalam. Kadang-kadang pada kasus
yang sangat lanjut ditemui petehia tanpa trombositopenia dengan prognosis yang buruk bagi si
penderita.
i. Gigi
Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
j. Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan hambatan
pertumbuhan.
k. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya bersifat
pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan
hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
l. Hati
Hati yang membesar merupakan gejala yang sering ditemukan. Kadang-kadang batas hati
terdapat setinggi pusar. Hati yang membesar dengan mudah dapat diraba.
m.Kelainan Darah dan Sumsum Tulang

Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain,
terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat.
Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan darah
seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari
hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun.
Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya
terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.
n. Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus
terjadi perlemakan.
4.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom
karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di samping
karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi.
Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
Selain itu juga ditemukan:
a. Penurunan kadar albumin (Kadar Albumin normal : 3.5-5.0 g/dl)
b. Penurunan kadar kreatinin
c. Kurangnya kadar kalsium, kalium dan magnesium
d. Penurunan kolesterol (Kadar Kolesterol normal : < 200 mg/dl)
e. Kadar globulin dalam serum kadang-kadang menurun akan tetapi tidak sebanyak menurunnya
albumin serum, hingga pada kwashiorkor terdapat rasio albumin/globulin yang biasanya 2
menjadi lebih rendah, bahkan pada kwashiorkor yang berat ditemukan rasio yang terbalik (Kadar
globulin normal: 2.0- 3.5 g/dl)
f. Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam amino non
essiensial.
g. Kadar amylase, esterase, kolinasterase, transaminase, lipase dan alkali fostase menurun
h. Anemia

4.2 Analisa Data


No

Data

Masalah Keperawatan

.
1.

Anak dengan kwashiorkor dalam asupan Gangguan


kalori

dan

protein

tidak

pertumbuhan

adekuat. dan perkembangan

Umumnya kandungan karbohidrat pada


makanan yang dikonsumsi anak tinggi,
namun mutu dan kandungan proteinnya
rendah. Berat dan tinggi badan anak
kwashirkor akan berbeda dengan anak
2.

sehat.
Anak dengan kwashiorkor mengalami Perubahan nutrisi kurang
anoreksia dan diare sehingga nutrisi dalam dari kebutuhan tubuh
tubuh kurang dari kebutuhan tubuh. Faktor
yang paling mungkin adalah menyusui
ketika ASI digantikan oleh makanan
pengganti ASI yang tidak adekuat atau

3.

tidak seimbang (kurang protein).


Anak dengan kwashiorkor mengalami Gangguan

kekurangan

intake cairan yang tidak adekuat. Hal ini cairan


dikarenakan penyerapan tidak berjalan
4.

dengan baik, terutama penyerapan protein.


Anak dengan kwashiorkor mengalami Gangguan

persepsi

perubahan dalam penerimaan sensori di sensori (penglihatan)


5.

mata karena defisiensi vitamin A.


Anak dengan kwashiorkor mengalami Gangguan integritas kulit
gangguan nutrisi dan status metabolik.
Kulit biasanya kering dengan garis-garis
kulit yang lebih mendalam dan lebar serta

6.

crazy pavement dermatosis.


Anak dengan kwashiorkor mengalami Intoleransi aktivitas
penurunan

asupan

kalsium

sehingga

mengalami kelemahan dalam melakukan

7.

aktivitas sehari-hari.
Anak dengan kwashiorkor mengalami Kerusakan gigi
penurunan asupan kalsium sehingga terjadi

8.

caries pada gigi.


Anak dengan kwashiorkor mengalami Diare
inflamasi GI dan malabsorbsi dalam
menyerap protein. Hal ini dikarenakan
infeksi atau infestasi usus, intoleransi

9.

laktosa, dan malabsorbsi lemak.


Anak dengan kwashiorkor mengalami Ansietas

10.

perubahan mental dan anoreksia.


Anak dengan kwashiorkor memiliki daya Resiko infeksi
tahan tubuh yang rendah sehingga mudah
terserang infeksi, baik bakteri maupun
virus. Infeksi dapat memperburuk keadaan
gizi anak dan MEP akan menurunkan
imunitas tubuh terhadap infeksi. Anak
akan udah terserang infeksi seperti ISPA,

11.

TBC, polio, dan lain-lain.


Orang tua anak dengan kwashiorkor Kurang pengetahuan
umumnya memiliki pengetahuan yang
terbatas tentang asupan kebutuhan nutrisi
yang

tepat

bagi

anak

sehingga

menyebabkan keseimbangan nutrisi anak


tidak terkontrol dengan baik. Selain itu,
keluarga

tertentu

memiliki

beberapa

pantangan dalam mengkonsumsi makanan


tertentu yang sebenarnya bermanfaat bagi
anak.
4.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:

1.

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan protein yang

2.

tidak adekuat.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat,

anoreksia dan diare.


3. Gangguan kekurangan cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat.
4. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan defisiensi vitamin A.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi atau status metabolik.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan faktor sekunder akibat malnutrisi.
7. Kerusakan gigi berhubungan dengan penurunan asupan kalsium.
8. Diare berhubungan dengan inflamasi GI, malabsorbsi lemak.
9. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai penyakit.
10. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh rendah.
11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan nutrisi.

4.4 Intervensi Keperawatan


No
1

Diagnosa

Tujuan/ kriteria

Perencanaan/ Intervensi

Rasion

Keperawatan
Gangguan

hasil
Setelah dilakukan1.

pertumbuhan dan

tindakan asuhan

standar pertumbuhan fisik dan

keluarga tentang keterlam

perkembangan

keperawatan

tugas-tugas perkembangan sesuai

pertumbuhan dan perkem

berhubungan

selama 3 x 24

dengan asupan

jam, pasien

kalori dan protein

mampu

yang tidak

bertumbuh dan

adekuat.

berkembang
sesuai usianya.

Ajarkan kepada orang tua tentang 1. Untuk meningkatkan pe

uisa anak.
2. Kaji keadaan fisik kemampuan

2. Untuk mengetahui pertu

tugas perkembangan ana

anak.
3.
3. Lakukan pemberian
makanan/minuman sesuai terapi
diit pemulihan.

4. Lakukan program antropometrik


secara berkala.
5. Lakukan stimulasi tingkat

tercapai sesuai umur.


Diit khusus untuk pemu

diprogramkan secara ber

dengan kebutuhan anak d

toleransi system pencern


4. Untuk menilai perkemba

klien.
5. Stimulasi diperlukan unt

keterlambatan perkemba

aspek motorik, bahasa, d


6. Mempertahankan kesina
perkembanngan sesuai dengan usia
stimulasi pertumbuhan d
klien.
anak dengan membe

6. Lakukan rujukan ke lembaga

pendukung yang ada.

pendukung stimulasi pertumbuhan


dan perkembanagan
2

Perubahan nutrisi

(puskesmas/posyandu)
Setelah dilakukan1. Kaji antropometri.

kurang dari

tindakan asuhan

kebutuhan tubuh

keperawatan

berhubungan

selama 3 x 24

dengan asupan

jam, kebetuhan 3. Berikan intake makan tinggi

yang tidak

nutrisi pasien

adekuat,

adekuat.

2. Kaji pola makan klien.

1. Untuk menentukan bera

dan resiko berat berlema


2. Untuk mengetahui kebia
3. Untuk mempertahankan

kebutuhan memenuhi me

meningkatkan penyembu
potein, kalori, mineral, dan vitamin.4. Untuk menentukan diet
4. Timbang berat badan.
keefektifan terapi.
5. Pemberian ASI yang ade

anoreksia dan
diare.

5. Tingkat pemberian ASI dengan

mempengaruhi kebutuha

pemasukan nutrisi yang adekuat

dan pemasukan nutrisi p

pada ibu

meningkatkan produksi A
6. Untuk merencanakan m

Gangguan

6. Kolaborasi dengan ahli gizi.


Setelah dilakukan1. Pantau Tanda-tanda vital.

kekurangan

tindakan asuhan

cairan

keperawatan

berhubungan

selama 2 x 24

dengan intake

jam, kebutuhan 3. Kaji terjadinya kulit kering,

cairan tidak

cairan pasien

membran mukosa kering dan

adekuat.

terpenuhi

pengisian kapiler.

2. Ukur intake dan output.

cairan.

1. Untuk mengetahui keada


2. Untuk mengetahui status

cairan.
3. Menunjukkan kehilanga

4. Edema dapat terjadi kare

cairan dan berkenaan den

kadar albunim serum / p


5. Untuk meminimalkan te
6. Untuk mempertahankan

4. Pantau adanya edema.

cairan elektrolit

5. Berikan cairan yang adekuat sesuai


dengan kondisi.
6. Kolaborasikan untuk adanya
4

Gangguan

pemberian cairan parental.


Setelah dilakukan1. Kaji ketajaman pengelihatan.

persepsi sensori

tindakan asuhan

(penglihatan)

keperawatan

berhubungan
dengan defisiensi
vitamin A.

1. Untuk mengetahui ketaj

klien dan sumber pen

ukuran yang baku.


2.
Pada saat intervens
selama 2 x 24
2.
Dorong
agar
pasien
kebutaan,
pasien
jam, tidak terjadi
mengekspresikan perasaan tentang
kemungkinan kehilang
gangguan
kehilangan atau kemungkinan
sebagian atau total, me
persepsi sensori
kehilangan pengelihatan.
pengelihatan telah ter
(penglihatan)
diperbaiki meskipun d
3.
3. Lakukan tindakan untuk membantu
klien

menangani

keterbatasan

kehilangan lanjut dapat d


Untuk menurunkan

sehubungan dengan p

pengelihatan,

contoh

kurangi pandang atau kehilangan

kekacauan, atur prabot, perbaiki akomodasi

pupil

sinar yang suram dan masalah lingkungan.


4.

5.

pengelihatan malam.
Kolaborasikan untuk dilakukan
4.
Test adaptasi gelap.
Lakukan

kolaborasi

Untuk mengetahui ada


abnormalitas

dari

fun

klien.
untuk
5. Pemberian vitamin A

pemberian obat sesuai indikasi, dapat mengatasi gangg


pemberian vitamin A dalam dosis secara

teratur

dapat

terapeutik yaitu vitamin A oral pengelihatan pada mata.


50.000-75.000 IU/kgBB tidak lebih
6.

dari 400.000-500.000 IU.


Lakukan
kolaborasi

untuk
6.

pengobatan kelainan pada mata


5

mengembeli

pengelihatan yang be

Gangguan

terjadinya komplikasi leb


Setelah dilakukan1. Obervasi adanya kemerahan, pucat,1. Area ini meningkat resik

integritas kulit

tindakan asuhan

berhubungan

keperawatan

dengan gangguan

selama 2 x 24

nutrisi atau status

jam, tidak terjadi

metabolik.

gangguan

ekskoriasi.
2. Gunakan krim kulit 2 kali sehari

kerusakan dan memerluk

dan perawatan lebih inte


2. Melicinkan kulit dan me

setelah mandi, pijat kulit,

Pemijatan sirkulasi pada

khususnya di daerah di atas

meningkatkan tonus kuli

penonjolan tulang.
integritas kulit 3. Lakukan perubahan posisi sering. 3. Meningkatkan sirkulasi
pada pasien

Intoleransi

Terjadi

aktivitas

peningkatan

berhubungan

toleransi pada

dengan gangguan

klien setelah

faktor sekunder

dilaksanakan

akibat malnutrisi.

tindakan

dengan mencegah tekana

4. Tekankan pentingnya masukan


nutrisi/cairan adekuat.

Untuk

jaringan.
4. Perbaikan nutrisi dan hid

memperbaiki kondisi ku
1. Catat frekuensi jantung, irama, dan
1. Mengetahui kondisi terk

perubahan TD selama dan sesudah dan setelah melakukan a


2. Menurunkan kinerja me
aktifitas.
2. Tingkatkan istirahat (di tempat mengurangi penggunaan
tidur) dan batasi aktifitas pada
dasar nyeri dan berikan aktifitas

keperawatan

sensori yang tidak berat.


3. Meningkatkan pengetah
3. Jelaskan pola peningkatan bertahap
selama di RS.
perubahan bertahapa pad
dari tingkat aktifitas.
Kriteria hasil
aktivitas.
4. Mengetahui gangguan y
klien
4. Kaji ulang tanda gangguan yang
pasien tidak toleran pada
berpartisipasi
menunjukan tidak toleran terhadap
5. Meningkatkan kemampu
dalam aktifitas
aktifitas.
beraktivitas secara bertah
5. Fasilitasi klien memilih aktivitas
sesuai
mengurangi resiko kecel
yang mampu dilakukan secara
kemampuan
intoleransi aktivitas.
mandiri
dan
aktivitas
yang
klien.
memerlukan bantuan dari orang
7

Kerusakan gigi

lain.
Setelah dilakukan1. Kaji kondisi umum gigi klien.

berhubungan

tindakan

dengan
penurunan asupan
kalsium.

1. Mengetahui kondisi umu

mengalami caries gigi.


Anjurkan klien gosok gigi 2x
2. Menjaga kebersihan mu
keperawatan
sehari.
mengurangi pengeroposa
diharapkan
3.
Meningkatkan asupan kalsium
3. Kalsium merupakan bag
kerusakan gigi
klien untuk mengurangi caries gigi.
ada digigi dan jika tubuh
berkurang
kalsium maka tubuh aka
teratasi, dengan 4.
Informasikan kepada pasien
kalsium dari gigi.
kriteria hasil
pentingnya asupan kalsium bagi
4. Meningkatkan pengetah
kondisi gigi

2.

tulang dan gigi.

mengenai pentingnya ka

pasien mulai
membaik dan
caries gigi
8

Diare
berhubungan
dengan inflamasi
GI, malabsorbsi
lemak.
1.

berkurang.
Setelah dilakukan1. Observasi tanda-tanda vital klien. 1.
2. Observasi adanya demam,
tindakan
2.
takikardi, ansietas dan kelemahan.
keperawatan
3. Observasi dan catat frekuensi
diharapkan diare
BAB, karakteristik, jumlah dan
teratasi, dengan
faktor pencetus.
3.
Kriteria Hasil: 4. Berikan masukan makanan dan
Fungsi usus
stabil.

cairan per oral secara bertahap .

Mengetahui keadaan um

Tanda terjadinya perfora


megakolon.

Mengetahui keadaan kli

membedakan kondisi da

penyakit.
4. Bertahap dapat memberi

2.

BAB anak

istirahat pada kolon, sed

berkurang dan

3.

5. Elaborasi dengan tim kesehatan

konsistensi

lain terkait pemberian antibiotik

normal.
Tanda-tanda vital

(sesuai indikasi).

kembali mencegah kram


5. Mengobati infeksi supur

dalam keadaan
9

Ansietas

normal.
Setelah dilakukan
1.

berhubungan

tindakan

dengan kurang

keperawatan

pasca operasi.

pengetahuan

2.
selama 1x24 jam

mengenai

tingkat

penyakit.

kecemasan pasien

merencanakan

Ajarkan teknik relaksasi: nafas


2.
dalam
untuk
mengurangi

3.
Informasikan kondisi pasien dan
kondisi penyakit yang dialami.

proese
4.

penyakit,

Identifikasi
memerlukan

pengobatan.
2.

contoh

gejala
evaluasi

peningkatan

edema/eritema
Berpartisipasidala

10

kenyamanan .

Pemahaman mening

dengan program tera

kecemasan pasien.
4. Upaya intervensi m

pemahamannya

tanpa menimbulkan mas


Untuk membantu pa

penyembuhan dan m

Menyatakan
tentang

kembal

kecemasan pasien

menurun. Kriteria
3.
hasil:
1.

Kaji ulang pembatasan aktivitas1. Memberikan informasi

luka,

yang komplikasi

serius

medik, kecemasan pasien


nyeri,
adanya

drainase

program

Resiko infeksi

perawatan.
Setelah dilakukan
1.

berhubungan

tindakan

menggigil, berkeringat, perubahan

dengan daya

keperawatan

mental,

tahan tubuh

selama 2x24 jam abdomen.


2. Lakukan pencucian tangan yang
diharapkan resiko
2. Menurunkan resiko peny
benar dalam perawatan pasien.
infeksi berkurang.
3. Berikan informasi yang tepat, jujur,
Pasien
akan
3. Pengetahuan tentang
dan jelas pada pasien atau orang
menunjukkan
memberikan
dukung
terdekat.

rendah.

Awasi TTV. Perhatikan demam,


1. Dugaan adanya infeksi.
meningkatkan

nyeri

bebas

tanda
4.

infeksi/inflamasi,
drainase

Kolaborasi pemberian antibiotik membantu menurunkan


4. Mencegah dan menur
sesuai indikasi.
bakteri di rongga abdom

purulen,eritema
11

Kurang

dan edema
Setelah dilakukan1.

pengetahuan

tindakan

tentang kondisi,

keperawatan 2x24 pembelajaran

prognosis dan

jam pengetahuan menyediakan

kebutuhan nutrisi.

klien adekuat
dari mana klien dapat membuat
kriteria Hasil:
keputusan
2.
klien memahami
2. Membantu identifikasi ide, sikap,
informasi terkait
rasa takut, kesalahpahaman,dan
penyakit
kesenjangan dalam pengetahuan
kwarsiokor
tentang kwarsiokor
3.
adanya perubahan
3. Tentukan persepsi klien tentang
perilaku
dan
perawatan kwarsiokor
4.
berpartisipasi
4. Tanyakan tentang sendiri atau
pada

Memvalidasi tingkat saat ini1.


pemahaman,

Mengidentifikasi pen

mengidentifikasi sehingga
kebutuhan,
basis

dapat

mebe

dan kesehatan yang tepat.

pengetahuan

Memudahkan pendidik
oleh perawat.

Persepsi klien mem

perawatan anak.
Pengalaman membant
klien

program sebelumnya pengalaman klien atau

perawatan
identifikasi

pengalaman dengan orang lain

dangunakan

5.

sumber informasi
6.
yang tepat terkait
penyakit

yang memiliki riwayat kwarsiokor .


Memberikan informasi yang jelas
5. Meningkatkan pengetah
dan akurat secara faktual.
Menyediakan bahan-bahan tertulis
6.
Media
membantu
tentang kwarsiokor, pengobatan,
pengetahuan klien.
dan tersediasistem pendukung.

4.5 Implementasi
No
1

Diagnosa Keperawatan
Gangguan
pertumbuhan

dan
1.

Implementasi
Telah diajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuha

perkembangan berhubungan dengan


2.
asupan kalori dan protein yang tidak
3.
adekuat.
4.
5.
6.
2

Perubahan

nutrisi

kurang

dari
1.
2.
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
3.
asupan yang tidak adekuat, anoreksia
4.
5.
dan diare.
6.
cairan
1.
2.
berhubungan dengan intake cairan
3.
tidak adekuat.
Gangguan

Gangguan
(penglihatan)

kekurangan

persepsi
berhubungan

4.
5.
6.
sensori
1.
2.
dengan

tugas perkembangan sesuai uisa anak.


Telah dikaji keadaan fisik kemampuan anak.
Telah dilakukan pemberian makanan/minuman sesuai terapi diit
Telah dilakukan program antropometrik secara berkala.
Telah dilakukan stimulasi tingkat perkembanngan sesuai dengan
Telah dilakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi
perkembanagan (puskesmas/posyandu)
Telah dikaji antropometri.
Telah dikaji pola makan klien.
Telah diberikan intake makan tinggi potein, kalori, mineral, dan
Telah ditimbang berat badan.
Telah ditingkatkan pemberian ASI dengan pemasukan nutrisi

ibu
Telah dikolaborasikan dengan ahli gizi.
Telah dipantau Tanda-tanda vital.
Telah diukur intake dan output.
Telah dikaji terjadinya kulit kering, membran mukosa keri

kapiler.
Telah dipantau adanya edema.
Telah diberikan cairan yang adekuat sesuai dengan kondisi.
Telah dikolaborasikan untuk adanya pemberian cairan parental.
Telah dikaji ketajaman pengelihatan.
Telah didorong agar pasien mengekspresikan perasaan tentan

kemungkinan kehilangan pengelihatan.


3. Telah dilakukan tindakan untuk membantu klien menan

defisiensi vitamin A.

pengelihatan, contoh : kurangi kekacauan, atur prabot, perbaik

dan masalah pengelihatan malam.


4. Telah dikolaborasikan untuk dilakukan Test adaptasi gelap.
5. Telah dilakukan kolaborasi untuk pemberian obat sesuai in

vitamin A dalam dosis terapeutik yaitu vitamin A oral 50.000

tidak lebih dari 400.000-500.000 IU.


6. Telah dilakukan kolaborasi untuk pengobatan kelainan pada mat
5

Gangguan

integritas

kulit
1.
2.
berhubungan dengan gangguan nutrisi
atau status metabolik.

Intoleransi

aktivitas

Telah diobervasi adanya kemerahan, pucat, ekskoriasi.


Telah digunakan krim kulit 2 kali sehari setelah mandi, pijat k

daerah di atas penonjolan tulang.


3. Telah dilakukan perubahan posisi sering.
4. Telah ditekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adekuat.
berhubungan
1. Telah dicatat frekuensi jantung, irama, dan peruba

dengan gangguan faktor sekunder dan sesudah aktifitas.


2. Telah dilakukan peningkatkan istirahat (di tem
akibat malnutrisi.

membatasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan a

yang tidak berat.


3. Telah dijelaskan pola peningkatan bertahap dari tin
4. Telah dikaji ulang tanda gangguan yang men
5.

toleran terhadap aktifitas.


Telah difasilitasi klien memilih aktivitas yang ma

secara mandiri dan aktivitas yang memerlukan


7

orang lain.
1. Telah dikaji kondisi umum gigi klien.
Kerusakan gigi berhubungan dengan
2. Telah dianjurkan klien gosok gigi 2x sehari.
penurunan asupan kalsium.
3. Telah meningkatkan asupan kalsium klien untu
4.

caries gigi.
Telahdiinformasikan kepada pasien pentingnya a
bagi tulang dan gigi.

Diare berhubungan dengan inflamasi


1. Telah diobservasi tanda-tanda vital klien.
2. Telah diobservasi adanya demam, takikardi, ansietas dan kelem
GI, malabsorbsi lemak.
3. Telah diobservasi dan catat frekuensi BAB, karakteristik,

pencetus
4. Telah diberikan masukan makanan dan cairan per oral secara b
Telah berelaborasi dengan tim kesehatan lain terkait pemberian
9

10

Ansietas berhubungan dengan kurang


1.
2.
pengetahuan mengenai penyakit.
5.
6.

nyeri, edema/eritema luka, adanya drainase


Resiko infeksi berhubungan dengan
1. Telah diawasi TTV. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat,
daya tahan tubuh rendah.

11

indikasi).
Telah dikaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi.
Telah diajarkan teknik relaksasi: nafas dalam untuk mengurangi
Telah diinformasikan kondisi pasien dan kondisi penyakit yang
Telah didentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, c

meningkatkan nyeri abdomen.


2. Telah dilakukan pencucian tangan yang benar dalam perawatan
3. Telah diberikan informasi yang tepat, jujur, dan jelas pada

terdekat.
4. Telah dikolaborasikan pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Kurang pengetahuan tentang kondisi,
1. Telah memvalidasi tingkat saat ini pemahaman, mengidentifi
prognosis dan kebutuhan nutrisi.

kebutuhan, dan menyediakan basis pengetahuan dari mana kli

keputusan
2. Telah membantu identifikasi ide, sikap, rasa takut, ke
kesenjangan dalam pengetahuan tentang kwarsiokor

3. Telah menentukan persepsi klien tentang perawatan kwarsiokor


4. Telah menanyakan tentang sendiri atau sebelumnya penga

pengalaman dengan orang lain yang memiliki riwayat kwarsioko


5. Telah memberikan informasi yang jelas dan akurat secara faktua
6. Telah menyediakan bahan-bahan tertulis tentang kwarsiokor
tersedia sistem pendukung.

4.6 Evaluasi
No
1

Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Implementasi
S: Keluarga pasien mengatakan sus, anak saya s

berhubungan dengan asupan kalori dan protein yang

berhitung

tidak adekuat.

O: Anak mampu menebak gambar


A: Tujuan tercapai

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

P: Hentikan tindakan keperawatan


S: Keluarga pasien mengatakan sus, anak saya s

berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat,

menghabiskan porsi makannya

anoreksia dan diare.

O: BB pasien bertambah
A: Tujuan tercapai

Gangguan kekurangan cairan berhubungan dengan

P: hentikan tindakan keperawatan


S: Keluarga pasien mengatakan sus, anak saya m

intake cairan tidak adekuat.

menghabiskan 8 gelas air sehari


O: Anak terlihat tidak pucat
A: tujuan telah tercapai

Gangguan persepsi sensori (penglihatan)

P: hentikan tindakan keperawatan.


S: pasien mengatakan sus, anak saya sudah bisa

berhubungan dengan defisiensi vitamin A.

jelas jarak jauh

O: Hasil Test menunjukkan ketajaman penglihata


meningkat
A: tujuan telah tercapai
5

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan

P: hentikan tindakan keperawatan


S: pasien mengatakan sus, anak saya sudah tidak

gangguan nutrisi atau status metabolik.

O: Tidak terjadi abnormalitas pada kulit


A:tujuan telah tercapai

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan

P: hentikan tindakan keperawatan


S: klien mengatakan bahwa kondisi mulai m

faktor sekunder akibat malnutrisi.

merasa lemah.

O: klien terlihat mulai mampu beraktivitas secara


A: Masalah intoleransi teratasi sebagian
7

Kerusakan gigi berhubungan dengan penurunan

P: tindakan di lanjutkan.
S: klien mengatakan kondisi giginya mulai memb

asupan kalsium.

O: caries pada gigi klien berkurang.


A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

Diare berhubungan dengan inflamasi GI, malabsorbsi

S: klien mengatakan bahwa diare berkurang

lemak.

O: BAB klien normal (<3x/hari)


A: Masalah diare teratasi.

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan


mengenai penyakit.

P: tindakan dihentikan.
S: Pasien mengatakan sudah merasa lebih tenang
O: Raut muka pasien tenang dan pasien ma
kondisi mengenai dirinya.
A: Masalah teratasi

10

Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh

P: Intervensi dihentikan.
S: Klien mengatakan tidak merasa nyerinya sudah

rendah.

O: terlihat raut muka pasien tidak merintih menah


A: Masalah Resiko infeksi teratasi

11

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan

P: tindakan dihentikan
S: Klien mengatakan setelah perawat membe

kebutuhan nutrisi.

saya jadi tahu penyakit yang saya alami dan carap

O: Terlihat klien sudah mulai mengkonsum


bernutrisi.
A: Masalah kurang pengetahuan teratasi
P: tindakan dihentikan

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kwashiorkor adalah sindrom klnis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan
kalori tidak cukup. Akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat menimbulkan tanda dan
gejala seperti tinggi dan berat bedan tidak sesuai dengan anak seusianya dari kekurangan
masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang
disebabkan oleh infeksi kronik.Kwashiorkor paling sering terjadi di negara yang belum
berkembang atau masih dalam garis kemiskinan.Biasanya, kwashiorkor ini lebih banyak
menyerang bayi dan balita pada usia enam bulan sampai tiga tahun. Usia paling rawan
terkena defisiensi ini adalah dua tahun. Pada usia itu berlangsung masa peralihan dari ASI
ke pengganti ASI atau makanan sapihan.
5.2 Saran
Perawat harus mengetahui tanda dan gejala, komplikasi, pengobatan serta asuhan
keperawatan terhadap pasien yang menderita kwarshiorkor. Hal ini sangat penting untuk
diketahui oleh perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan. Karena jika nantinya
salah dalam memberi penanganan, pasien akan mengalami beberapa perubahan,
diantaranya perubahan mental.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Behrman, et all. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 1. E/15. Alih bahasa oleh Wahab.
Jakarta: EGC.
Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan dan Manajemen. Jakarta:
EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC.
Dongoes, M.E., Mary F.M., dan Alice C. G. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
Gupte, Suraj. 2004. Panduan Perawatan Anak. Pustaka Populer Obor: Jakarta.
Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku saku pemeriksaan laboratorium dan diagnostik dengan implikasi
keperawatan. Alih bahasa Easter Nurses. Editor Monica Ester. Jakarta: EGC.
Mitchell, Richard N, dkk. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran. EGC:
Jakarta.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-1014. Jakarta:
EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan,Edisi Empat. Vol.1. Jakarta:EGC.
Schwartz, M. William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. EGC: Jakarta.
Wong, Donna, L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi Enam. Vol.1. Jakarta: EGC.

Você também pode gostar