Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PEMBAHASAN
2.2 Epidemiologi
Kwashiorkor paling sering terjadi di negara yang belum berkembang atau masih dalam
garis kemiskinan. Negara-negara yang paling sering terdeteksi penyakit ini adalah negara-negara
di benua Afrika. Kwashiorkor cenderung terjadi di negara-negara dimana serat dan makanan
digunakan untuk menyapih bayi (misalnya umbi jalar, singkong, beras, kentang dan pisang)
sedikit mengandung protein dan sangat banyak mengandung zat tepung, misalnya di pedesaan
Afrika, kepulauan Karibia, kepulauan Pasifik, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Asia Selatan,
dan Asia Tenggara. Masyarakat yang berpenghasilan rendah jarang mengkonsumsi protein yang
bermutu baik terutama pada bahan makanan yang berasal dari hewan seperti protein, susu, keju,
telur, daging, dan ikan karena harganya yang mahal.
Biasanya, kwashiorkor ini lebih banyak menyerang bayi dan balita pada usia enam bulan
sampai tiga tahun. Usia paling rawan terkena defisiensi ini adalah dua tahun. Pada usia itu
berlangsung masa peralihan dari ASI ke pengganti ASI atau makanan sapihan.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi MEP ditetapkan dengan perbandingan berat badan terhadap umur anak
sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
2.4 Etiologi
Kwashiorkor terjadi karena adanya defisiensi protein pada anak karena kandungan
karbohidrat makanan tersebut tinggi, tapi mutu dan kandungan proteinnya sangat rendah. Faktor
yang paling mungkin adalah menyusui, ketika ASI digantikan oleh asupan yang tidak adekuat
atau tidak seimbang. Selain makanan yang tidak mengandung protein, penyakit kwashiorkor juga
dapat ditimbulkan karena gangguan penyerapan protein, misalnya pada keadaan diare kronik,
kehilangan protein secara tidak normal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau lukaluka bakar, serta kegagalan melakukan sintesis protein pada penyakit hati yang kronis.
Kompartemen protein visceral akan mengalami deplesi yang lebih parah pada kwashiorkor.
Kehilangan kompartemen protein visceral yang nyata pada kwashiorkor akan menimbulkan
hipoalbuminemia sehingga terjadi edema yang menyeluruh atau edema dependen.
Faktor yang dapat menyebabkan inadekuatnya intake protein antara lain sebagai berikut.
a. Pola makan
Protein (asam amino) sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nurisi anak akan berperan penting terhadap terjadinya
Kwashiorkor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
b. Faktor sosial
Negara dengan tingkat penduduk tinggi, keadaan sosial dan politik yang tidak stabil, atau adanya
pantangan untuk makan makanan tertentu dapat menyebabkan terjadinya Kwashiorkor.
c. Faktor ekonomi
Penghasilan yang rendah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan
nutrisi anak yang tidak terpenuhi.
d. Faktor infeksi dan penyakit lain
Infeksi dan MEP saling berhubungan. Infeksi dapat memperburuk keadaan gizi. MEP akan
menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi. Misalnya, gangguan penyerapan protein karena
diare.
yang dapa dilihat pada muka dan tungkai. Aliran plasma ginjal, angka filtrasi glomerulus, dan
fungsi tubuler ginjal menurun. Manifestasi klinis yang lain adalah dermatitis. Penggelapan kulit
tampak pada daerah yang teriritasitetapi tidak ada pada daerah yang terpapar sinar matahari.
Penyebaran rambut jarang dan tipis serta kehilangan sifat elastisitasnya. Pada anakyang
berambut hitam, dispigmentasi menyebabkan warna merah atau abu-abu seperti coretan pada
rambut (hipokromtrichia). Rambur menjadi kasar pada fase kronik. Anak juga mengalami
anoreksi, muntah, dan diare terus menerus. Otot menadi lemah, tipis dan atrofi, tetapi kadangkadang mungkin ada kelebihan lemak subkutan. Perubahan mental tertama iritabilitas dan apati
sering terjadi.
Perubahan-perubahan pada kwashiorkor sebagai berikut.
a.
Wujud umum: secara umum, penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada
ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita seperti moon face
g.
Kelainan gigi dan tulang: pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi,
osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
h. Kelainan hati: pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan semua sela hati
mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi
sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor lipotropic.
i. Kelainan darah dan sumsum tulang: anemia ringan selalu ditemukan pada penderita
kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis dan
amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya
nutrien yang penting untuk pembentukan darah seperti ferum dan vitamin B kompleks (B12,
folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang
disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan
gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh, akibatnya terjadi defek umunitas seluler dan
gangguan sistem komplimen.
j. Kelainan pankreas dan kelenjar lain: di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis,
lakrimal, saliva, dan usus halus terjadi perlemakan.
k. Kelainan jantung: bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan
hipokalemi dan hipmagnesemia.
l. Kelainan gastrointestinal: terjadi anoreksia sampai semua pemberian makanan ditolak dan
makanan hanya dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar
penderita. Hal ini terjadi karena tiga masalah utama, yaitu berupa infeksi atau infestasi usus,
intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase.
Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konjugasi hati, defisiensi lipase
pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus.
2.7 Patofisiologi
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainanan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edema dan lemak
dalam hati. Kekurangan protein dalam diet akan terjadi karena kekurangan berbagai asam amino
esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme yang akan disalurkan ke
jaringan otot. Semakin asam amino berkurang dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya
produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat edema. Lemak dalam hati terjadi karena
gangguan pembentukan beta-lipoprotein sehingga transport lemak dari hati terganggu dan
berakibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
karena
gangguan
elektrolit,
infeksi,
hipotermia,
dan
kegagalan
jantung.
Keterbelakangan mental yang bersifat ringan bisa menetap sampai anak mencapai usia sekolah
dan mungkin lebih. Anak dengan Kwashiorkor dapat terjadi penurunan IQ secara permanen.
Diperlukan waktu sekitar 2-3 bulan agar berat badan anak kembali ke berat badan ideal.
Komplikasi jangka pendek yang akan terjadi bagi penderita kwashiorkor adalah diare,
hipoglikemia, anemia, hipokalemia, shock, hipotermi, dehidrasi, gangguan fungsi vital,
gangguan keseimbangan elektrolit asam-basa, infeksi berat, serta hambatan penyembuhan
penyakit penyerta. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah tubuh pendek dan
berkurangnya potensi tumbuh kembang.
b. Pemeriksaan air kemih menunjukkan peningkatan ekskresi hidroksiprolin dan adanya amino
asidulia.
c. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi sel
mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua sel hati mengandung vakuol lemak yang
besar.
d. Pemeriksaan autopsi penderita kwashiorkor menunjukkan kelainan pada hampir semua organ
tubuh, seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi vilus usus, atrofi sistem
limfoid, dan atrofi kelenjar timus.
2.10 Penatalaksanaan
Dalam mengatasi kwashiorkor adalah dengan memberikan makanan bergizi secara
bertahap. Bila bayi menderita kwashiorkor, maka bayi tersebut diberi susu yang diencerkan.
Secara bertahap keenceran susu dikurangi, sehingga suatu saat mencapai konsistensi yang
normal seperti susu biasa kembali. Jika anak sudah agak besar, bisa mulai dengan makanan
encer, kemudian makanan lunak (bubur) dan bila keadaan membaik, maka baru diberikan
makanan padat biasa. Dalam melaksanakan hal ini selalu diberikan pengobatan sesuai dengan
penyakit yang diderita. Bila keadaan kesehatan dan gizi sudah mencapai normal, perlu diteruskan
dengan imunisasi. Makanan yang dihidangkan diet tinggi kalori, protein, cairan, vitamin, dan
mineral. Bila diperlukan dilakukan pemberian cairan dan elektrolit.
2.11 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah anak terkena Kwashiorkor adalah
mencukupi kebutuhan protein yang lengkap dengan mengkonsumsi sumber protein yang
dikombinasikan antara sumber protein hewani dan sumber protein nabati sehingga saling
melengkapi jumlah protein yang harus dikonsumsi bayi setiap hari. Hal ini bergantung pada
umur, berat badan, jenis kelamin, mutu protein yang dikonsumsi, serta keadaan tertentu,
misalnya sedang sakit atau baru sembuh dari sakit, yang mengharuskan anak untuk
mengkonsumsi protein dalam jumlah yang lebih besar. Umumnya tingkat kebutuhan protein anak
dalam keadaan sehat normal membutuhkan sekitar 40-60 gram protein tiap hari. Ada pula ahli
yang menyebutkan konsumsi protein 1 gr/kgBB perhari. Anak diterapkan diet yang seimbang
dengan cukup karbohidrat, cukup lemak, dan protein untuk mencegah terjadinya kwashiorkor.
Untuk mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari protein hewan
seperti susu, keju, daging, telur dan ikan dan protein nabati seperti kacang hijau dan kacang
kedelei.
BAB 3. PATHWAY
4.1 Pengkajian
4.1.1 Identitas Pasien
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, suku/bangsa, golongan
darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no medrec, diagnosa medis, alamat.
Kwashiorkor paling seringnya pada usia antara 1 4 tahun, namun dapat pula terjadi pada bayi.
4.1.2 Riwayat sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama:
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan
semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
2. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan kwashiorkor biasanya mengalami gangguan pertumbuhan (BB < 80% dari BB
normal seusianya), bengkak, serta mengalami keterbelakangan mental yaitu apatis dan rewel.
Pada anak kwarshiorkor juga mengalami penurunan nafsu makan ringan sampai berat.
3. Riwayat Peri natal
a. Tahap Prenatal:
Hal yang dikaji adalah terkait asupan nutrisi pada ibu selama kehamilan. Kekurangan nutrisi
pada ibu selama kehamilan jugan memungkinkan anak juga akan mengalami malnutrisi. Setelah
itu, infeksi yang mungkin dapat timbul pada ibu dan menyalur ke anak dan menjadi infeksi
kronis bagi anak.
b. Tahap Intranatal:
Hal yang dikaji adalah proses selama persalinan. Bayi mungkin dapat lahir dengan berat badan
rendah, dan karena pengetahuan ibu yang kurang sehingga kwarshiorkor dapat timbul saat bayi.
c. Tahap Post natal
Hal yang dikaji adalah asupan nutrisi seperti pemberian ASI eksklusif dan pemberian nutrisi
setelah asi eksklusif. Beberapa ibu terkadang tidak memberikan asi eksklsif pada bayinya setelah
melahirkan. Hal ini beresiko anak mengalami malnutrisi.
4. Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya kwarshiorkor.
Namun, sebagian besar tidak ada pengaruh genetik yang dapat menyebabkan kwarshiorkor.
Penyebab kwarshiorkor dikaitkan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat.
5. Pengkajian Psikososial :
Ibu dengan anak yang menderita kwarshiorkor dapat mengalami cemas dikarenakan penurunan
berat badan anak, penurunan nafsu makan serta anak yang sering rewel.
6. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas:
Lingkungan yang buruk, dapat memicu timbulnya infeksi. Anak dapat terkena kwarshiorkor
dikarenakan infeksi yang kronik misalnya diare yang membuatnya mengalami gangguan
penyerapan protein.
7. Riwayat nutrisi :
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami malnutrisi terutama defisiensi protein. Ana juga
kekurangan asupan karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral penting yang diperlukan tubuh.
Vitamin yang kurang diantaranya pembentuk darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12,
folat, B6) dan vitamin A yang penting untuk pertumbuhan mata.
8. Riwayat pertumbuhan perkembangan :
a) Anak yang menderita kwarshiorkor mengalami keterlambatn pertumubuhan akibat defisiensi
protein dan gangguan penglihatan
b) Kecerdasan anak dengan kwarshiorkor juga akan menurun akibat keterbelakangan pertumbuhan
dan perkembangan
c) Anak CP yang mengalami gangguan anoreksia dapat memperberat gangguan nutrisi sehingga
intake nutrisi semakin berkurang
4.1.3 Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon:
Berat badan menurut usia < 80 % dari berat badan normal usianya. LLA (Lingkar Lengan Atas)
<14cm
c. Otot
Atrofi otot selalu ada hingga penderita tampak lemah terus-menerus, tidak mampu berjalan
dengan baik.
d. Kontrol Sistem Saraf
Kurang perhatian, iritabilitas, bingung.
e. Sistem gastrointestinal
Terjadi anoreksia, diare tampak pada sebagian besar penderita.
f. Sistem kardiovaskular
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi dan
hipomagnesemia.
g. Rambut
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa
sakit, warna menjadi kemerahan. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam,
halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih.
h. Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan
lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Perubahan kulit lain pun dapat
ditemui, seperti kulit yang keringdengan garis kulit yang mendalam. Kadang-kadang pada kasus
yang sangat lanjut ditemui petehia tanpa trombositopenia dengan prognosis yang buruk bagi si
penderita.
i. Gigi
Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
j. Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan hambatan
pertumbuhan.
k. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya bersifat
pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan
hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
l. Hati
Hati yang membesar merupakan gejala yang sering ditemukan. Kadang-kadang batas hati
terdapat setinggi pusar. Hati yang membesar dengan mudah dapat diraba.
m.Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain,
terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat.
Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan darah
seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari
hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun.
Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya
terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.
n. Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus
terjadi perlemakan.
4.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom
karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di samping
karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi.
Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
Selain itu juga ditemukan:
a. Penurunan kadar albumin (Kadar Albumin normal : 3.5-5.0 g/dl)
b. Penurunan kadar kreatinin
c. Kurangnya kadar kalsium, kalium dan magnesium
d. Penurunan kolesterol (Kadar Kolesterol normal : < 200 mg/dl)
e. Kadar globulin dalam serum kadang-kadang menurun akan tetapi tidak sebanyak menurunnya
albumin serum, hingga pada kwashiorkor terdapat rasio albumin/globulin yang biasanya 2
menjadi lebih rendah, bahkan pada kwashiorkor yang berat ditemukan rasio yang terbalik (Kadar
globulin normal: 2.0- 3.5 g/dl)
f. Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam amino non
essiensial.
g. Kadar amylase, esterase, kolinasterase, transaminase, lipase dan alkali fostase menurun
h. Anemia
Data
Masalah Keperawatan
.
1.
dan
protein
tidak
pertumbuhan
sehat.
Anak dengan kwashiorkor mengalami Perubahan nutrisi kurang
anoreksia dan diare sehingga nutrisi dalam dari kebutuhan tubuh
tubuh kurang dari kebutuhan tubuh. Faktor
yang paling mungkin adalah menyusui
ketika ASI digantikan oleh makanan
pengganti ASI yang tidak adekuat atau
3.
kekurangan
persepsi
6.
asupan
kalsium
sehingga
7.
aktivitas sehari-hari.
Anak dengan kwashiorkor mengalami Kerusakan gigi
penurunan asupan kalsium sehingga terjadi
8.
9.
10.
11.
tepat
bagi
anak
sehingga
tertentu
memiliki
beberapa
1.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan protein yang
2.
tidak adekuat.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat,
Diagnosa
Tujuan/ kriteria
Perencanaan/ Intervensi
Rasion
Keperawatan
Gangguan
hasil
Setelah dilakukan1.
pertumbuhan dan
tindakan asuhan
perkembangan
keperawatan
berhubungan
selama 3 x 24
dengan asupan
jam, pasien
mampu
yang tidak
bertumbuh dan
adekuat.
berkembang
sesuai usianya.
uisa anak.
2. Kaji keadaan fisik kemampuan
anak.
3.
3. Lakukan pemberian
makanan/minuman sesuai terapi
diit pemulihan.
klien.
5. Stimulasi diperlukan unt
keterlambatan perkemba
Perubahan nutrisi
(puskesmas/posyandu)
Setelah dilakukan1. Kaji antropometri.
kurang dari
tindakan asuhan
kebutuhan tubuh
keperawatan
berhubungan
selama 3 x 24
dengan asupan
yang tidak
nutrisi pasien
adekuat,
adekuat.
kebutuhan memenuhi me
meningkatkan penyembu
potein, kalori, mineral, dan vitamin.4. Untuk menentukan diet
4. Timbang berat badan.
keefektifan terapi.
5. Pemberian ASI yang ade
anoreksia dan
diare.
mempengaruhi kebutuha
pada ibu
meningkatkan produksi A
6. Untuk merencanakan m
Gangguan
kekurangan
tindakan asuhan
cairan
keperawatan
berhubungan
selama 2 x 24
dengan intake
cairan tidak
cairan pasien
adekuat.
terpenuhi
pengisian kapiler.
cairan.
cairan.
3. Menunjukkan kehilanga
cairan elektrolit
Gangguan
persepsi sensori
tindakan asuhan
(penglihatan)
keperawatan
berhubungan
dengan defisiensi
vitamin A.
menangani
keterbatasan
sehubungan dengan p
pengelihatan,
contoh
pupil
5.
pengelihatan malam.
Kolaborasikan untuk dilakukan
4.
Test adaptasi gelap.
Lakukan
kolaborasi
dari
fun
klien.
untuk
5. Pemberian vitamin A
teratur
dapat
untuk
6.
mengembeli
pengelihatan yang be
Gangguan
integritas kulit
tindakan asuhan
berhubungan
keperawatan
dengan gangguan
selama 2 x 24
metabolik.
gangguan
ekskoriasi.
2. Gunakan krim kulit 2 kali sehari
penonjolan tulang.
integritas kulit 3. Lakukan perubahan posisi sering. 3. Meningkatkan sirkulasi
pada pasien
Intoleransi
Terjadi
aktivitas
peningkatan
berhubungan
toleransi pada
dengan gangguan
klien setelah
faktor sekunder
dilaksanakan
akibat malnutrisi.
tindakan
Untuk
jaringan.
4. Perbaikan nutrisi dan hid
memperbaiki kondisi ku
1. Catat frekuensi jantung, irama, dan
1. Mengetahui kondisi terk
keperawatan
Kerusakan gigi
lain.
Setelah dilakukan1. Kaji kondisi umum gigi klien.
berhubungan
tindakan
dengan
penurunan asupan
kalsium.
2.
mengenai pentingnya ka
pasien mulai
membaik dan
caries gigi
8
Diare
berhubungan
dengan inflamasi
GI, malabsorbsi
lemak.
1.
berkurang.
Setelah dilakukan1. Observasi tanda-tanda vital klien. 1.
2. Observasi adanya demam,
tindakan
2.
takikardi, ansietas dan kelemahan.
keperawatan
3. Observasi dan catat frekuensi
diharapkan diare
BAB, karakteristik, jumlah dan
teratasi, dengan
faktor pencetus.
3.
Kriteria Hasil: 4. Berikan masukan makanan dan
Fungsi usus
stabil.
Mengetahui keadaan um
membedakan kondisi da
penyakit.
4. Bertahap dapat memberi
2.
BAB anak
berkurang dan
3.
konsistensi
normal.
Tanda-tanda vital
(sesuai indikasi).
dalam keadaan
9
Ansietas
normal.
Setelah dilakukan
1.
berhubungan
tindakan
dengan kurang
keperawatan
pasca operasi.
pengetahuan
2.
selama 1x24 jam
mengenai
tingkat
penyakit.
kecemasan pasien
merencanakan
3.
Informasikan kondisi pasien dan
kondisi penyakit yang dialami.
proese
4.
penyakit,
Identifikasi
memerlukan
pengobatan.
2.
contoh
gejala
evaluasi
peningkatan
edema/eritema
Berpartisipasidala
10
kenyamanan .
Pemahaman mening
kecemasan pasien.
4. Upaya intervensi m
pemahamannya
penyembuhan dan m
Menyatakan
tentang
kembal
kecemasan pasien
menurun. Kriteria
3.
hasil:
1.
luka,
yang komplikasi
serius
drainase
program
Resiko infeksi
perawatan.
Setelah dilakukan
1.
berhubungan
tindakan
dengan daya
keperawatan
mental,
tahan tubuh
rendah.
nyeri
bebas
tanda
4.
infeksi/inflamasi,
drainase
purulen,eritema
11
Kurang
dan edema
Setelah dilakukan1.
pengetahuan
tindakan
tentang kondisi,
prognosis dan
kebutuhan nutrisi.
klien adekuat
dari mana klien dapat membuat
kriteria Hasil:
keputusan
2.
klien memahami
2. Membantu identifikasi ide, sikap,
informasi terkait
rasa takut, kesalahpahaman,dan
penyakit
kesenjangan dalam pengetahuan
kwarsiokor
tentang kwarsiokor
3.
adanya perubahan
3. Tentukan persepsi klien tentang
perilaku
dan
perawatan kwarsiokor
4.
berpartisipasi
4. Tanyakan tentang sendiri atau
pada
Mengidentifikasi pen
mengidentifikasi sehingga
kebutuhan,
basis
dapat
mebe
pengetahuan
Memudahkan pendidik
oleh perawat.
perawatan anak.
Pengalaman membant
klien
perawatan
identifikasi
dangunakan
5.
sumber informasi
6.
yang tepat terkait
penyakit
4.5 Implementasi
No
1
Diagnosa Keperawatan
Gangguan
pertumbuhan
dan
1.
Implementasi
Telah diajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuha
Perubahan
nutrisi
kurang
dari
1.
2.
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
3.
asupan yang tidak adekuat, anoreksia
4.
5.
dan diare.
6.
cairan
1.
2.
berhubungan dengan intake cairan
3.
tidak adekuat.
Gangguan
Gangguan
(penglihatan)
kekurangan
persepsi
berhubungan
4.
5.
6.
sensori
1.
2.
dengan
ibu
Telah dikolaborasikan dengan ahli gizi.
Telah dipantau Tanda-tanda vital.
Telah diukur intake dan output.
Telah dikaji terjadinya kulit kering, membran mukosa keri
kapiler.
Telah dipantau adanya edema.
Telah diberikan cairan yang adekuat sesuai dengan kondisi.
Telah dikolaborasikan untuk adanya pemberian cairan parental.
Telah dikaji ketajaman pengelihatan.
Telah didorong agar pasien mengekspresikan perasaan tentan
defisiensi vitamin A.
Gangguan
integritas
kulit
1.
2.
berhubungan dengan gangguan nutrisi
atau status metabolik.
Intoleransi
aktivitas
orang lain.
1. Telah dikaji kondisi umum gigi klien.
Kerusakan gigi berhubungan dengan
2. Telah dianjurkan klien gosok gigi 2x sehari.
penurunan asupan kalsium.
3. Telah meningkatkan asupan kalsium klien untu
4.
caries gigi.
Telahdiinformasikan kepada pasien pentingnya a
bagi tulang dan gigi.
pencetus
4. Telah diberikan masukan makanan dan cairan per oral secara b
Telah berelaborasi dengan tim kesehatan lain terkait pemberian
9
10
11
indikasi).
Telah dikaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi.
Telah diajarkan teknik relaksasi: nafas dalam untuk mengurangi
Telah diinformasikan kondisi pasien dan kondisi penyakit yang
Telah didentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, c
terdekat.
4. Telah dikolaborasikan pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Kurang pengetahuan tentang kondisi,
1. Telah memvalidasi tingkat saat ini pemahaman, mengidentifi
prognosis dan kebutuhan nutrisi.
keputusan
2. Telah membantu identifikasi ide, sikap, rasa takut, ke
kesenjangan dalam pengetahuan tentang kwarsiokor
4.6 Evaluasi
No
1
Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Implementasi
S: Keluarga pasien mengatakan sus, anak saya s
berhitung
tidak adekuat.
O: BB pasien bertambah
A: Tujuan tercapai
merasa lemah.
P: tindakan di lanjutkan.
S: klien mengatakan kondisi giginya mulai memb
asupan kalsium.
lemak.
P: tindakan dihentikan.
S: Pasien mengatakan sudah merasa lebih tenang
O: Raut muka pasien tenang dan pasien ma
kondisi mengenai dirinya.
A: Masalah teratasi
10
P: Intervensi dihentikan.
S: Klien mengatakan tidak merasa nyerinya sudah
rendah.
11
P: tindakan dihentikan
S: Klien mengatakan setelah perawat membe
kebutuhan nutrisi.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kwashiorkor adalah sindrom klnis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan
kalori tidak cukup. Akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat menimbulkan tanda dan
gejala seperti tinggi dan berat bedan tidak sesuai dengan anak seusianya dari kekurangan
masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang
disebabkan oleh infeksi kronik.Kwashiorkor paling sering terjadi di negara yang belum
berkembang atau masih dalam garis kemiskinan.Biasanya, kwashiorkor ini lebih banyak
menyerang bayi dan balita pada usia enam bulan sampai tiga tahun. Usia paling rawan
terkena defisiensi ini adalah dua tahun. Pada usia itu berlangsung masa peralihan dari ASI
ke pengganti ASI atau makanan sapihan.
5.2 Saran
Perawat harus mengetahui tanda dan gejala, komplikasi, pengobatan serta asuhan
keperawatan terhadap pasien yang menderita kwarshiorkor. Hal ini sangat penting untuk
diketahui oleh perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan. Karena jika nantinya
salah dalam memberi penanganan, pasien akan mengalami beberapa perubahan,
diantaranya perubahan mental.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Behrman, et all. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 1. E/15. Alih bahasa oleh Wahab.
Jakarta: EGC.
Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan dan Manajemen. Jakarta:
EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC.
Dongoes, M.E., Mary F.M., dan Alice C. G. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
Gupte, Suraj. 2004. Panduan Perawatan Anak. Pustaka Populer Obor: Jakarta.
Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku saku pemeriksaan laboratorium dan diagnostik dengan implikasi
keperawatan. Alih bahasa Easter Nurses. Editor Monica Ester. Jakarta: EGC.
Mitchell, Richard N, dkk. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran. EGC:
Jakarta.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-1014. Jakarta:
EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan,Edisi Empat. Vol.1. Jakarta:EGC.
Schwartz, M. William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. EGC: Jakarta.
Wong, Donna, L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi Enam. Vol.1. Jakarta: EGC.