Você está na página 1de 4

Penilaian Risiko (Risk Assesment)

Setiap tempat kerja mempunyai risiko terjadinya kecelakaan, dimana besarnya risiko
yang terjadi tergantung dari jenis industry, teknologi serta upaya pengendalian risiko yang
dilakukan. Secara garis besar, ada dua faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu
tindakan manusia yang tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan
lingkungan yang tidak aman (unsafe condition) (Sumamur dalam Socrates, 2013). Risiko
adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang mengakibatkan
kemungkinan kerugian menjadi lebih besar.
Menurut Kerzner (2001), manajemen risiko sebagai semua rangkaian kegiatan yang
berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya termasuk perencanaan (planning),
penilaian (assessment), identifikasi dan dianalisa, penanganan (handling) dan pemantauan
(monitoring) risiko. Penilaian risko adalah proses evaluasi risiko-risiko yang diakibatkan
adanya bahaya-bahaya, dengan memperhatikan kecukupan pengendalian yang dimiliki, dan
menentukan apakah risikonya dapat diterima atau tidak (Operasional Procedure No.31519
dalam Puspitasari, 2010). Pengertian lain dari risk assessment (penilaian risiko) merupakan
tahapan untuk menganalisa semua jenis resiko bahaya yang telah terkumpul dalam tahapan
sebelumnya (Emanuel, 2006). Berikut tahapan penilaian resiko menurut Puspitasari (2010) :
1. Estimasi tingkat kekerapan
Estimasi terhadap tingkat kekerapan atau keseringan terjadinya kecelakaan/ sakit
akibat kerja, harus mempertimbangkan tentang seberapa sering dan berapa lama
seorang tenaga kerja terpapar potensi bahaya.
2. Estimasi tingkat keparahan
Penentuan tingkat keparahan dari suatu kecelakaan juga memerlukan suatu
pertimbangan tentang beberapa banyak kejadian dalam populasi yang terkena
dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian tubuh mana saja yang dapat terpapar
potensi bahaya.
3. Penentuan tingkat risiko
Menentukan tingkat risiko dari masing-masing hazard yang telah diidentifikasi dan
dinilai.
4. Prioritas risiko
Membuat skala resiko untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi dalam upaya
menyusun rencana pengendalian resiko yang tepat. Potensi bahaya dengan tingkat
resiko URGENT yang menjadi prioritas utama, HIGH", MEDIUM, dan LOW.
Sedangkan tingkat resiko NONE untuk sementara dapat diabaikan dari rencana
pengendalian resiko (Tarwaka, 2008).

(Health and Safety Authority,


2006)

Setelah dinilai, maka risiko tersebut perlu untuk dikendalikan agar tidak menjadi lebih
parah. Ada beberapa tahapan metode dalam mengendalikan risiko, antara lain :
1. Eliminasi (Elimination)
Eliminasi dapat didefinisikan sebagai upaya menghilangkan bahaya. Eliminasi
merupakan langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan utama
dalam melakukan pengendalian risiko bahaya.
2. Substitusi (Substitution)
Substitusi didefinisikan sebagai penggantian bahan yang berbahaya dengan
bahan yang lebih aman. Prinsip pengendalian ini adalah menggantikan sumber
risiko dengan sarana atau peralatan lain yang lebih aman.
3. Rekayasa (Engineering)
Rekayasa/ Engineering merupakan upaya menurunkan tingkat risiko dengan
mengubah desain tempat kerja, mesin, peralatan atau proses kerja menjadi lebih
aman.
4. Administrasi
Dalam upaya sacara administrasi difokuskan pada penggunaan prosedur seperti
SOP (srandart operating procedurs) sebagai langkah mengurangi tingkat risiko.
Seperti sistem rotasi shift kerja.
5. Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri merupakan langkah terakhir yang dilakukan yang berfungsi
untuk mengurangi keparahan akibat dari bahaya yang ditimbulkan. (Operasional
Procedure No.31519 dalam Puspitasari, 2010).
Perusahaan GE lighting, telah menerapkan sistem K3 yang baik melalui berbagai
manjemen risiko untuk semua potensi bahaya. Penerapan K3 tersebut di bawah komite

P2K3 atau HSE yang dipimpin dokter perusahaan. Berikut salah satu contoh tahapan risk
assesment untuk potensi suatu bahaya.
1. Tim P2K3 perusahaan membentuk tim monitoring untuk menentukan tujuan dan
format dari analisa risiko..
2. Setelah disepakati oleh bagian manajemen perusahaan tim melakukan monitoring,
identifikasi bahaya, inventarisasi berbagai kondisi dan faktor risiko yang ada melalui
survey jalan lintas atau walk through, observasi dan dokumentasi
3. Tim melakukan monev terhadap potensi bahaya yang ada, menentukan populasi
terpajan, membentuk program atau kebijakan untuk mengatasi, serta melakukan
pengukuran secara kuantitatif untuk pelaporan.
Pada GE Lighting tim tersebut di bawah komite P2K3 atau HSE yang dipimpin dokter
perusahaan. Dari proses monitoring diketahui salah satu identifikasi bahaya di GE Lighting
adalah lingkungan fisik kebisingan dari proses produksi. Populasi terpajan merupakan
seluruh karyawan produksi di pabrik lampu tersebut. Kemudian salah satu kebijakan untuk
mengatasinya yaitu penggunaan APD yaitu ear plug. Pengukuran pemantauan pun
dilakukan secara berlanjut berupa cek kesehatan bagi para pekerja yang dilakukan oleh tim
P2K3, sebagai bentuk monitoring dan evaluasi bagi terciptanya K3 bagi para pekerja.
Pemeriksaan kesehatan selalu dilakukan pada awal masuk perusahaan sebagai pekerja dan
selalu dilakukan secara berulang. Perusahaan GE juga memiliki klinik kesehatan yang
cukup lengkap sehingga mudah untuk melakukan cek kesehatan bagi pekerja dan
meminimalisir terjadinya kecelakaan pada saat bekerja.

SUMBER :
Emanuel, Andi Wahyu Rahardjo. 2006. Penerapan Risk Management Plan dalam
Pengembangan Perangkat Lunak Skala Enterprise. Jurnal Sistem Informasi Vol. 1 No.
2.
Health and Safety Authority. 2006. Guidelines on Risk Assessments and Safety Statements.
Hogan

Place,

Dublin.

[diakses

melalui

http://www.hsa.ie/eng/Publications_and_Forms/Publications/Safety_and_Health_Mana
gement/Guidelines_on_Risk_Assessments_and_Safety_Statements.pdf

pada

22/05/16 21.30]
Kerzner, Harold.

2001. Project Management: A System to Planning, Scheduling and

Controlling. (7th Edition , John Wiley & Sons).


Puspitasari, Nindya. 2010. Hazard Identifikasi Dan Risk Assesment Dalam Upaya
Mengurangi Tingkat Risiko Di Bagian Produksi Pt. Bina Guna Kumia Ungaran
Semarang. Laporan Khusus. Program D.III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Socrates, Muhammad Fil. 2013. Analisis Risiko Keselamatan Kerja dengan Metode
HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) Pada Alat
Suspension Preheater Bagian Produksi di Plant 6 dan 11 Field Citeureup PT
Indocement Tunggal Prakarsa, Tahun 2013. Skripsi. Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah.

Você também pode gostar