Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Definisi
Ameloblastoma merupakan suatu tumor epitelial odontogenik yang berasal dari
jaringan epitel enamel organ (ameloblast) yang merupakan sel pembentuk gigi, bersifat
jinak, tumbuh lambat, penyebarannya lokal invasif dan destruktif serta mengadakan
proliferasi ke dalam stroma jaringan ikat (Syafriadi, 2008).
Tumor ini terdiri dari ameloblast yang telah berdiferensiasi dari epithelium
ektodermal. Lesi ini berkembang dari organ enamel, dental lamina, epitel lining dari kista
odontogenik, atau dari sel basal dari mukosa oral (Neville dkk., 2002 ).
Tumor ini mempunyai kecenderungan untuk kambuh apabila tindakan operasi tidak
memadai. Sifat yang mudah kambuh dan penyebarannya yang ekspansif dan infiltratif ini
memberikan kesan malignancy dan oleh karena sifat penyebarannya maupun
kekambuhannya lokal maka tumor ini sering disebagai locally malignancy (Shafer
dkk.,1983).
Neville dkk. (2002) mengemukakan bahwa ameloblastoma dibagi menjadi tiga tipe
klinikoradiografi berdasarkan pertimbangan terapi dan prognosis pada masing-masing
tipe yang berbeda, terdiri dari:
1. solid atau multikistik (prevalensi tipe ini sekitar 86% dari seluruh kasus)
2. Unikistik (prevalensinya sekitar 13% dari seluruh kasus)
3. periferal (di luar tulang), (prevalensi sekitar 1% dari seluruh kasus)
B. Etiologi dan Patogenesis
Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa
ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi,
pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut. Patogenesis dari tumor ini,
melihat adanya hubungan dengan jaringan pembentuk gigi atau sel-sel yang
berkemampuan untuk membentuk gigi tetapi suatu rangsangan yang memulai terjadinya
proliferasi sel-sel tumor atau pembentuk ameloblastoma belum diketahui. Shafer dkk
(1983) mengemukakan kemungkinan ameloblastoma berasal dari sumber-sumber; sisa sel
organ enamel (hertwig's sheat, epitel rest of mallassez), gangguan pertumbuhan organ
enamel, epitel dinding kista odontogenik terutama kista dentigerous dan sel epitel basal
permukaan rongga mulut.
C. Insiden
Ameloblastoma dapat terjadi pada segala usia, tidak ada perbedaan jenis kelamin,
tetapi predileksi pada golongan penderita kulit berwarna. (Stafne, 1985). Ameloblastoma
dapat mengenai mandibula maupun maksila, paling sering pada mandibula sekitar 81%98%, predileksi di daerah mandibula; 60% terjasi di regio molar dan ramus, 15% regio
premolar dan 10% regio simpisis (Suharjo,dkk., 2009).
Ameloblastoma tipe solid atau multikistik biasanya ditemukan pada penderita usia
lanjut, jarang pada usia dibawah 10 tahun atau pada kelompok umur antara 10-19 tahun,
sebagian besar didapatkan pada usia dekade ketiga sampai ketujuh, dapat melibatkan
laki-laki dan perempuan, frekuensinya terlihat tinggi pada penderita kulit hitam, tetapi
beberapa peneliti lainnya tidak ada mendapatkan perbedaan rasial, perkembangan tumor
lambat dan asimtomatik, pembesaran tumor menyebabkan ekspansi rahang, tetapi tidak
sakit dan tidak disertai parastesia, 85% terjadi di mandibula terutama pada daerah ramus
asendens (regio molar), 15% terjadi di maksila regio posterior. Prevalensi tipe ini sekitar
86% dari seluruh kasus (Cawson dan Odell, 2005).
Prevalensi ameloblastoma tipe unikistik sekitar 10-15% dari seluruh kasus
ameloblastoma intra osseus, umumnya terjadi pada penderita usia muda, 50% dari
seluruh kasus ditemukan pada akhir dekade ke dua dengan rata-rata usia 23 tahun, 90%
tumor ini terdapat di mandibula, khususnya regio posterior (Cawson dan Odell, 2005).
Dan tipe periferal (di luar tulang), prevalensinya sekitar 1% dari seluruh kasus
ameloblastoma, ditemukan pada pasien usia lanjut, tetapi paling sering pada usia
setengah baya, sering ditemukan pada gingiva posterior atau mucosa alveolar, Kadang
kala lebih sering tejadi pada mandibula (Cawson dan Odell, 2005).
D. Gambaran klinik
Gambaran klinik, dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena itu
tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai dengan 6
C
A
B
Gambar 1.A. gambaran klinis ameloblastoma pada mandibula, B. tampak
tumor besar pada mandibula, C. peripheral ameloblastom pada rahng atas
E. Gambaran radiologis
Gambaran radiologis berupa lesi unilokuler atau multilokuler dengan gambaran
seperti sarang tawon (honey comb appearance) pada lesi yang kecil dan gambaran busa
sabun (soap bubble appearance) pada lesi besar (Cawson dan Odell, 2005). Hal ini
merupakan proses osteolitik, karena ameloblastoma tumbuh secara lambat, secara
radiologis tepinya berbatas jelas, halus, corticated dan curved, terdapat resorpi akar dan
bergesernya gigi jauh dari tempat asal. Menurut gambaran radiologis ameloblastoma
dibagi menjadi 3 yaitu : konvensional solid/multikistik (86%), unikistik (13%) dan ekstra
osseous (1%). Selain gambaran radiografi, dapat pula dilakukan computed tomografi
(CT-scan) yang memberikan gambaran anatomi dari potongan jaringan secara 2 dimensi
dan 3 dimensi dengan akurat. Keuntungan dari teknik ini adalah tidak terjadi gambaran
yang tumpang tindih dan memberikan gambaran jaringan secara detail dari pelunasan
daerah yang terlibat (Suharjo,dkk., 2009).
1. Gambaran radiografis ameloblastoma solid atau multikistik
Gambaran radiografi sangat khas pada lesi-lesi yang radiolusen multikistik yang
apabila berkembang menjadi lokus yang besar digambarkan seperti buih sabun (soap
bubble) dan apabila lokus-lokusnya masih kecil digambarkan seperti honey combed,
Bucal dan lingual korteks terekspansi, Resorbsi akar-akar gigi sering terjadi, Dalam
beberapa kasus berhubungan dengan tidak erupsinya gigi molar ketiga (Neville dkk.,
2002)
mengandung lapisan odontogen yang sangat panjang. Lapisan epitel terdiri dari sel-sel
kolumnar atau kuboid yang tersusun sangat longgar. Tipe ini didukung jaringan stroma
yang sangat longgar dan mengandung pembuluh darah (Lynch, dkk., 1994).
B
Gambar 4.A. gambaran histopatlogi ameloblastoma tipe follikular, B.
ameloblastoma tipe flexiform
G. Diagnostik banding
Ameloblastoma mandibula dapat memperlihatkan gambaran klinis dan radiografis
yang mirip dengan kelainan pada mandibula. Sebagai diagnosis banding adalah:
1. osteosarkoma merupakan lesi ganas pada tulang rahang atas dan bawah tapi
sangat jarang ditemukan, biasanya terlihat berupa massa yang tumbuh dengan
cepat dan menyakitkan pada mandibula dan bersifat sklerosis atau osteolitik.
Secara radiografis, osteosarkoma berupa lesi radiolusen dengan batas tidak jelas
dan bergerigi, dan bercak-bercak radiopak di seluruh bagian lesi (Pedersen, 1996).
3. kista dentigerus merupakan pembesaran ruang folikuler di sekitar gigi yang belum
erupsi. Dijumpai disekitar mahkota gigi yang tidak erupsi atau gigi berlebih,
4. Odontogenik keratocyst merupakan suatu kista pada rahang yang berasal dari
epitelial odontogenik pada gigi, secara klinis bersifat agresif dan memiliki tingkat
kekambuhan yang tinggi, secara radiografis, tampak gambaran radiolusen
unilokular dengan batas sklerotik yang jelas, dapat juga memperlihatkan
gambaran multilokular (unilokular yang banyak)
ameloblastoma
unikistik.
Sedangkan
indikasi
perawatan
radikal
adalah
ameloblastoma tipe solid dengan tepi yang tidak jelas, lesi dengan gambaran soap bubble,
lesi yang tidak efektif dengan penatalaksanaan secara konservatif dan ameloblastoma
ukuran
besar.
Penatalaksanaan
secara
radikal
berupa
reseksi
segmental,
10