Você está na página 1de 7

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian padat yang tidak terikat antara satu
dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) dan rongga-rongga
diantara bagian-bagian tersebut berisi udara dan air. (Verhoef, 1994). Menurut
Craig (1991), tanah adalah akumulasi mineral yang tidak mempunyai atau lemah
ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan. Tanah
didefinisikan oleh Das (1995) sebagai material yang terdiri dari agregat mineralmineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan
dari bahan-bahan organik telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan
zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat
tersebut.
Tekstur tanah, biasa juga disebut besar butir tanah, termasuk salah satu
sifat tanah yang paling sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah
berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas,
berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific surface), kemudahan tanah
memadat (compressibility), dan lain-lain (Hillel, 1982).
Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat, yaitu
partikel tanah yang diameter efektifnya 2 mm. Di dalam analisis tekstur, fraksi
bahan organik tidak diperhitungkan. Bahan organik terlebih dahulu didestruksi
dengan hidrogen peroksida (H2O2). Tekstur tanah dapat dinilai secara kualitatif
dan kuantitatif. Cara kualitatif biasa digunakan surveyor tanah dalam menetapkan
kelas tekstur tanah di lapangan (Hillel, 1982).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah dapat membedakan karakteristik
beberapa mineral dan jenis mineral yang terdapat pada pasir dan batuan.

II. TINAUAN PUSTAKA


2.1 Ukuran Butir
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand)
(berdiameter 2,00 0,20 mm atau 2000 200 m), debu (silt) (berdiameter 0,20
0,002 mm atau 200 2 m), dan liat (clay) (berdiameter < 2 m). Partikel
berukuran diatas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai
fraksi tanah, tetapi harus diperhitungkan dalam evaluasi tekstur tanah (Hanafiah,
2010).
Jumlah partikel setiap unit berat tanah dan permukaan spesifik meningkat
cukup tinggi dengan menurunnya ukuran partikel. Makin kecil ukuran partikel
maka makin besar permukaan aktif. Sifat ini berperan penting dalam retensi air
dan juga pertukaran ion (Sutanto,2009).
2.2 Fraksi pasir
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar)
(disebut lebih poreus). Hal ini berbanding terbalik dengan luas permukaan yang
terbentuk. Luas permukaan mencerminkan luas daerah yang dapat bersentuhan
dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominan fraksi pasir akan
makin kecil daya menahan tanah terhadap tiga material ini (Hanafiah, 2010).
Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa (SiO2) yang sangat
tahan terhadap proses pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari
mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk, dan pada saat pelapukannya akan
membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih
subur dibandingkan tanah bertekstur pasir (Hakim, 1986).
Partikel-partikel pasir mempunyai ukuran yang lebih besar dan luas
permukaan yang kecil dibandingkan fraksi debu dan liat. Oleh karena itu, tidak
banyak berfungsi dalam mengatur kimia tanah tetapi lebih sebagai penyokong
tanah dimana sekitarnya terdapat partikel debu dan liat yang aktif (Hakim, 1986).

III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Identifikasi Mineral Fraksi Tanah dilaksanakan di Laboratorium Fisika
Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin pada
hari Jumat, 30 September 2016 pukul 13.30 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ialah mikroskop binokuler, preparat,
penuntun, dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel
pasir Mamuju, sampel pasir Barombong.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengambil sampel pasir yang telah disediakan secukupnya
2. Menempatkan sampel pasir di kaca preparat secara rata
3. Mengamati dan mengidentifikasi kenampakan mineral pada fraksi pasir
dengan menggunakan mikroskop
4. Mencatat nama mineral yang ada berdasarkan hasil pengamatan
5. Mengambil gambar mineral fraksi pasir pada mikroskop.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Tabel hasil pengamatan mineral dalam fraksi pasir
Mamuju
Kristal Kuarsa

Barombong
Olivin

Pyrit

Piroksin

Orthoklas

Kristal Kuarsa

Muskovit
Biotit
Sumber: Data primer setelah diolah, 2016.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil diatas, pada praktikum mineral dalam fraksi pasir diambil
berdasarkan lokasi atau asal usul daerah pasir. Fraksi pasir dari Mamuju yang
diamati memiliki 5 komposisi mineral yaitu kristal kuarsa, muskovit, biotit, pyrit,
dan orthoklas. Kristal kuarsa yang merupakan mineral yang tidak memiliki bidang
belah, transparan seperti kristal kecil yang bentuknya tidak beraturan. Muskovit
merupakan jenis mineral yang berwarna terang dengan kilap seperti mutiara dan
belahan satu arah. Biotit merupakan mineral berwarna hitam mengkilap dan kaya
akan besi. Pyrit merupakan mineral dengan warna emas pucat dan memiliki kristal
ismotrik. Orthoklas merupakan mineral berwarna krem sampai merah jambu.
Kristal kuarsa merupakan Kristal yang paling stabil dan susah mengalami
pelapukan sehingga jumlah pada lokasi tersebut banyak tersebar. Setelah kuarsa
ada muskovit, orthoklas dan pyrit juga stabil dan berwarna cerah pada lokasi ini
juga didapatkan mineral biotit yang dimana sifat mineral tersebut kurang stabil
sehingga jumlah mineral biotit sedikit dibandingkan dengan keempat mineral
lainnya. Ketahanan mineral terhadap pelapukan tergantung pada struktur mineral
yaitu perbandingan antara ikatan Si-O (stabil) dan ikatan tidak stabil Na-O, K-O,
Mg-O, dan Ca-O. urutan ketahanan mineral terhadap pelapukan berdasarkan
ukuran partikel yang sama.
Fraksi pasir yang berasal dari Barombong memiliki 3 komposisi mineral yaitu
olivin, piroksin, dan Kristal kuarsa. Olivin merupakan mineral berwarna hijau

kehitaman sampai hitam, mempunyai kilap gelas, tidak memiliki bidang belah,
dan pecahan konkoidal. Piroksin merupakan mineral berwarna hitam dengan
bidang belahan dua arah, dan mineral dominan pada batuan basalt. Kristal kuarsa
yang merupakan mineral yang tidak memiliki bidang belah, transparan seperti
kristal kecil yang bentuknya tidak beraturan.
Olivin dan Phiroksin merupakan mineral berwarna gelap, kedua mineral
tersebut merupakan mineral yang bersifat kurang stabil yang artinya mudah
melapuk. Pada sampel baerah Barombong ditemukan juga Kristal kuarsa
dikarenakan Kuarsa merupakan mineral yang paling stabil dan paling sering
ditemukan karena jumlahnya yang banyak dan tahan terhadap pelapukan. Olivin
dan Phiroksi di katakan mineral yang kurang stabil karena sangat tinggi tingkat
pelapukannya dan komposisi kimia yang banyak.

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada fraksi pasir Mamuju terdapat 5 komposisi mineral yaitu kristal kuarsa,
muskovit, biotit, pyrit, dan orthoklas yang merupakan mineral yang sulit melapuk
karena tergolong mineral yang stabil. Sedangkan, fraksi pasir Barombong
memiliki 3 komposisi mineral yaitu olivin, piroksin, dan Kristal kuarsa yang
merupakan mineral yang mudah melapuk karena tergolong mineral yang kurang
stabil.

Hillel, D. 1982. Introduction to Soil Rhysics. Academic Press., Inc. San


Diego, California.

Você também pode gostar