Você está na página 1de 8

Dafianto, et al, Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada Pasien..

Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Risiko Ulkus Kaki


Diabetik pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember (The Effect of
Progressive Muscle Relaxation on the Risk of Diabetic Foot
Ulcer in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus at Working Area
of Jelbuk Health Center Jember Regency).
Riski Dafianto, Murtaqib, Nur Widayati
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
e-mail: riskidafianto93@gmail.com
ABSTRACT
Diabetes Mellitus is a metabolic disease characterized by hyperglycemia. Foot ulcer is one of diabetic
complications which can lead to amputation if not treated properly. Progressive muscle relaxation is a
technique that can decrease blood glucose levels and improve blood circulation. The objective of this
research was to analyze the effect of progressive muscle relaxation on the risk of diabetic foot ulcer in
patients with type 2 diabetes mellitus. This research employed non-randomized pretest-postest
control group design. The sampling technique was purposive sampling involving 15 respondents as
intervention group and 15 respondents as control group. Progressive muscle relaxation was done
twice a day with the duration of 25-30 minutes within 14 days. The data were analyzed using
dependent t test and independent t test with significant level of 0.05. The results revealed a significant
difference between pretest and posttest in the intervention group (p value=0.007), but there was no
difference in the control group (p value=1.000). The result of independent t test showed a significant
difference between intervention and control group (p value=0.045). This result indicates that there is a
significant effect of progressive muscle relaxation on the risk of diabetic foot ulcer in patient with type
2 diabetes mellitus.
Keywords: type 2 diabetes mellitus, progressive muscle relaxation, risk of diabetic foot ulcer
Abstrak
Diabetes melitus adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia. Ulkus kaki merupakan
salah satu komplikasi yang dapat menyebabkan amputasi jika tidak ditangani dengan baik. Relaksasi
otot progresif merupakan teknik yang dapat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan
sirkulasi darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh relaksasi otot progresif
pada risiko ulkus kaki diabetik pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini
menggunakan nonrandomized pretest-postest control group design. Teknik pengambilan sampel
adalah purposive sampling melibatkan 15 responden sebagai kelompok intervensi dan 15 responden
sebagai kelompok kontrol. relaksasi otot progresif dilakukan dua kali dalam satu hari dengan durasi
25-30 menit dalam waktu 14 hari. Data dianalisis menggunakan uji t dependen dan uji t independen
dengan tingkat signifikan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan antara pretest dan posttest
pada kelompok intervensi (p value = 0,007) dan tidak ada perbedaan pada kelompok kontrol (p value
= 1.000). hasil uji t independen menunjukkan perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol (p value = 0,045). Hasil ini menunjukkan bahwa ada efek relaksasi otot progresif pada risiko
ulkus kaki diabetik pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2.
Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, relaksasi otot progresif, risiko ulkus kaki diabetik

Pendahuluan
Diabetes Melitus merupakan suatu
kelompok
penyakit
metabolik
dengan

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), Juni 2016

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena


kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya [1]. Hiperglikemia didefinisikan
sebagai kondisi kadar glukosa puasa yang

Dafianto, et al, Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada Pasien..

lebih tinggi dari 110 mg/dl [2]. Hiperglikemia


atau peningkatan gula darah adalah efek
umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan
dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan
serius pada banyak sistem tubuh, terutama
sistem saraf dan pembuluh darah [3].
International Diabetes Federation menyatakan
bahwa ada 415 juta jiwa berusia dewasa yang
menyandang penyakit DM di dunia pada tahun
2015 dan diperkirakan akan meningkat sampai
642 juta pada tahun 2040 [4].
Prevalensi diabetes pada kelompok
umur 15 tahun di Provinsi Jawa Timur pada
tahun 2013 menempati peringkat ke-10
prevalensi diabetes tertinggi, yaitu sekitar
2,5% [5]. Data di Puskesmas Jelbuk pada
bulan Juni sampai Desember 2015 terdapat
109 kunjungan pasien DM. Pasien DM tipe 2
yang tercatat di Puskesmas Jelbuk sebanyak
65 orang dan 5 diantaranya mengalami ulkus
kaki diabetik. Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 13 Februari 2016 pada
10 penyandang diabetes melitus tipe 2 di
wilayah kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten
Jember didapatkan hasil bahwa keluhan yang
sering dialami adalah kesemutan di kaki (10
orang), kekakuan jari kaki (6 orang), mati rasa
(6 orang), dan ada juga yang mengeluhkan
panas di kaki (1 orang).
Ulkus kaki diabetik merupakan salah
satu komplikasi yang dapat yang dapat
menyebabkan amputasi jika tidak ditangani
dengan baik. Prevalensi penderita ulkus
diabetik di Indonesia sekitar 15% dengan
angka kejadian amputasi 30%, angka
mortalitas 32% dan ulkus diabetik merupakan
penyebab perawatan rumah sakit terbanyak,
yaitu sekitar 80% [6,7].
Relaksasi otot progresif merupakan
teknik yang digunakan untuk mengurangi stres
dan kecemasan melalui penegangan dan
mengendurkan otot. Beberapa manfaat dari
relaksasi otot progresif adalah menurunkan
stres, kadar gula darah, dan tekanan darah [8].
Kondisi hiperglikemia dapat memicu terjadinya
disfungsi dari sel endotel. Hal tersebut akan
mengakibatkan penurunan dari eNOS dan
berdampak pada berkurangnya nitric oxide
(NO) [9,10,11]. Gangguan dari sistesis NO
atau penurunan NO berhubungan dengan
kejadian aterosklerosis [12]. Penurunan kadar
gula darah yang terjadi setelah dilakukan
relaksasi otot progresif diharapkan dapat
meningkatkan
fungsi
endotel
untuk
mensekresi eNOS, sehingga kadar NO akan
meningkat.
NO memiliki peran dalam profilaksis
aterosklerosis, sehingga ketika kadar NO
meningkat maka akan terjadi perbaikan pada
aterosklerosis dan pembuluh darah yang

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), Juni 2016

kemudian akan meningkatkan sirkulasi darah


ke jaringan [13,14]. Peningkatan suplai darah
dan oksigen di kaki akan mencegah terjadinya
kesemutan, rasa tidak nyaman, dan nekrosis
jaringan, sehingga diharapkan risiko terjadinya
ulkus kaki diabetik akan menurun [7].

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan nonrandomized pretest-posttest control group
design. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 yang
berada di Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk
Kabupaten Jember, yaitu 65 orang. Kriteria
inklusi pada penelitian ini yaitu didiagnosis
diabetes melitus tipe 2, berusia 40-65 tahun,
kadar gula darah berada pada rentang 70
300 mmHg, tidak mengalami hipotensi,
bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas
Jelbuk, dan bersedia menjadi responden
penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian ini
yaitu mempunyai gangguan pada ekstermitas
bawah seperti ulkus diabetik, fraktur pada kaki;
mempunyai penyakit penyerta seperti gagal
ginjal kronik dan penyakit jantung; mempunyai
keterbatasan fisik seperti tidak mampu melihat
dan tidak mampu mendengar; mengundurkan
diri sebagai responden penelitian; dan
responden tidak mengikuti latihan lebih dari 2
kali berturut-turut. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dengan
jumlah sampel 30 orang yang dibagi menjadi
15 orang pada kelompok perlakuan dan 15
orang pada kelompok kontrol.
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah
Kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember.
Waktu Penelitian dilakukan pada bulan
Februari 2016 sampai dengan Juni 2016.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan April
2016 sampai Mei 2016. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan lembar
observasi Inlows 60-second Diabetic Foot
Screen Screening Tool. Relaksasi otot
progresif dilakukan 2 kali sehari dalam 14 hari
dengan durasi 25-30 menit. Data dianalisis
dengan menggunakan uji t dependen dan uji t
independen dengan derajat kepercayaan 95%
(=0,05). Etika penelitian pada penelitian ini
adalah informed consent, kerahasiaan,
keadilan, dan kemanfaatan.

Dafianto, et al, Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada Pasien..

Hasil Penelitian
Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Umur
dan Lama Mengalami DM pada
Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember
(April-Mei 2016, n = 30)
Variabel
Mean
Umur
Kelompok
54,07
Perlakuan
Kelompok
56,73
Kontrol
Total (n = 55,4
30)
Lama Mengalami DM
Kelompok
7,20
Perlakuan
Kelompok
7,07
Kontrol
Total (n = 7,13
30)

SD

Min-Maks

8,013

42-65

6,262

44-65

7,195

42-65

3,764

3-17

3,105

3-14

3,391

3-17

Tidak
Mengkonsums
i

2 (13,3)

5 (33,3)

7 (23,3)

15 (100)

15 (100)

30
(100)

Tidak Bekerja

4 (26,7)

6 (40)

PNS
Wiraswasta
Pensiunan
Petani
Lain-lain

1 (6,7)
4 (26,7)
2 (13,3)
2 (13,3)
2 (13,3)
15 (100)

0 (0)
3 (20)
0 (0)
4 (26,7)
2 (13,3)
15 (100)

Total
Pekerjaan

Total

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui


bahwa responden pada penelitian ini berusia
rata-rata 55,4 tahun dengan usia termuda 42
tahun dan usia tertua 65 tahun. Rata-rata usia
kelompok perlakuan adalah 54,07 tahun,
sedangkan kelompok intervensi adalah 56,7
tahun. Rata-rata mengalami DM selama 7,13
tahun dengan waktu paling lama 17 tahun dan
paling pendek 3 tahun. Kelompok perlakuan
rata-rata mengalami DM selama 7,20 tahun,
sedangkan pada kelompok kontrol adalah 7,07
tahun.

10
(33,3)
1 (3,3)
7 (23,3)
2 (6,8)
6 (20)
4 (13,3)
30
(100)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui


bahwa responden perempuan lebih banyak
dari pada laki-laki, yaitu 18 orang (60 %).
Kebanyakan responden tidak merokok yaitu
23 orang (76,7 %). Sebagian besar responden
(76,7 %) mengkonsumsi obat OHO. Pekerjaan
responden paling banyak adalah ibu rumah
tangga/tidak bekerja (33,3 %).
Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Tabel 3 Rata-rata Nilai Risiko Ulkus Kaki
Diabetik pada Kelompok Perlakuan
dan Kelompok Kontrol
Kelompok
Perlakuan
Kontrol

Pretest

Posttest

11,13
11,93

10,27
11,93

Mean
Difference
-0,86
0

Kelompok
Perlakua
n
Jumlah
(%)

Kelompo
k Kontrol

Total

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui


bahwa terjadi penurunan rata-rata risiko ulkus
kaki diabetik pada kelompok perlakuan
sebesar 0,86 setelah dilakukan relaksasi otot
progresif. Namun, tidak terjadi perbedaan ratarata risiko ulkus kaki diabetik pada kelompok
kontrol dengan ditunjukkan total nilai
difference sebesar 0.

Jumlah
(%)

Jumlah
(%)

Tabel 4 Kategori Risiko Ulkus Kaki Diabetik


pada Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol

6 (40)
9 (60)
15 (100)

6 (40)
9 (60)
15 (100)

12 (40)
18 (60)
30
(100)

Status Merokok
Merokok

4 (26,7)

3 (20)

7 (23,3)

Tidak Merokok

11 (73,3)

12 (80)

15 (100)

15 (100)

23
(76,7)
30
(100)

Konsumsi Obat DM
Mengkonsums
13 (86,7)
i

10 (66,7)

Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Jenis


Kelamin, Status Merokok, Konsumsi
Obat DM, dan Pekerjaan pada
Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas
Jelbuk
Kabupaten
Jember (April-Mei 2016, n = 30)
Variabel

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Total

23
(76,7)

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), Juni 2016

Kategori
Sangat
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat
Tinggi
Total

Kelompok
Perlakuan
Pretest Posttest
(%)
(%)
0 (0)
0 (0)
2
(13,3)
12 (80)
1 (6,7)
0 (0)
15
(100)

Kelompok Kontrol
Pretest
(%)
0 (0)

Posttest
(%)
0 (0)

6 (40)

3 (20)

3 (20)

8 (53,3)
1 (6,7)
0 (0)

9 (60)
3 (20)
0 (0)

9 (60)
3 (20)
0 (0)

15 (100)

15
(100)

15 (100)

Dafianto, et al, Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada Pasien..

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui


bahwa responden kelompok perlakuan dengan
kategori risiko ulkus sedang berkurang setelah
dilakukan relaksasi otot progresif, dari 12
orang (80 %) menjadi 8 orang (53,3 %).
Sebanyak 4 responden yang sebelumnya
berada pada kategori risiko ulkus kaki diabetik
sedang berubah menjadi rendah. Kelompok
kontrol tidak mengalami perubahan kategori
risiko ulkus kaki diabetik. Sebagian besar
responden kelompok kontrol memiliki risiko
ulkus kaki diabetik kategori sedang (60 %)
baik pada saat pretest maupun posttest.
Perbedaan Pretest-Posttest Risiko Ulkus
Kaki Diabetik pada Kelompok Perlakuan
dan Kelompok Kontrol
Tabel 5 Hasil Uji t Dependen Risiko Ulkus Kaki
Diabetik pada Kelompok Perlakuan
dan Kelompok Kontrol
Kelompok
Perlakuan
Kontrol

Mean Difference
0,867
0,000

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui


bahwa hasil uji t dependen pada kelompok
perlakuan menunjukkan nilai p value = 0,007
(p value < ), artinya terdapat perbedaan risiko
ulkus kaki diabetik sebelum dan sesudah
dilakukan relaksasi otot progresif. Hasil uji t
dependen
pada
kelompok
kontrol
menunjukkan nilai p value = 1 (p value > ),
artinya tidak terdapat perbedaan risiko ulkus
kaki diabetik pada pretest dan posttest.
Perbedaan Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada
Kelompok Perlakuan dengan Kelompok
Kontrol
Tabel 6 Hasil Uji t Independen Risiko Ulkus
Kaki Diabetik pada Kelompok
Perlakuan dengan Kelompok Kontrol
Variabel

Mean
Difference

df

p
value

Perlakuan
Kontrol

0,867

28

2,101

0,045

Berdasarkan tabel 6 diketahui hasil uji


t independen terhadap variabel risiko ulkus
kaki diabetik pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol menunjukkan nilai p= 0,045
(p < ) artinya terdapat perbedaan signifikan
risiko ulkus kaki diabetik antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Penurunan
risiko ulkus kaki diabetik lebih tinggi pada
kelompok perlakuan dibandingkan pada
kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap
penurunan risiko ulkus kaki diabetik.

Pembahasan

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), Juni 2016

Karakteristik Responden
Rata-rata usia pada penelitian ini
adalah 55,4 tahun. Hasil tersebut sesuai
dengan Guyton & Hall yang menyatakan
bahwa penyakit diabetes melitus tipe 2 sering
terjadi pada usia diatas 30 tahun dan sering
terjadi pada usia 50-60 tahun [15]. Manusia
dengan usia 40 tahun atau lebih akan
mengalami penurunan fungsi fisiologis secara
dramatis, dimana penurunan ini akan berisiko
untuk menurunnya fungsi endokrin pada
kelenjar pankreas untuk memproduksi insulin
[16]. Rata-rata usia pada penelitian ini berada
diatas 40 tahun dan dapat menjadi faktor risiko
terjadinya diabetes pada responden tersebut.
Responden
pada
penelitian
ini
sebagian besar adalah perempuan dengan
jumlah responden sebesar 60 %. Hasil yang
sama didapatkan oleh Riskesdas dimana
perempuan lebih banyak mengalami diabetes
melitus dibandingkan dengan laki-laki [17].
Riskesdas juga menyatakan bahwa kadar
kolesterol, trigliserida, dan LDL perempuan
ditemukan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Lemak merupakan materi yang dapat
membentuk jaringan adiposa. Seseorang
dengan jaringan adiposa yang tinggi akan
mengurangi jumlah reseptor insulin pada sel
sehingga mengakibatkan sulitnya glukosa
untuk masuk ke dalam sel yang kemudian
meningkatkan kadar glukosa dalam darah [15].
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Nurlaily
yang menyatakan bahwa tingginya kadar LDL
perempuan merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya diabetes melitus [18].
Berdasarkan tabel 2, sebagian besar
responden penelitian ini tidak merokok yaitu
76,7 % dan rata-rata risiko ulkus kaki diabetik
pada responden yang tidak merokok lebih
tinggi dibandingkan yang merokok, yaitu
11,87. Hasil ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nanda yang menyatakan
bahwa 53 % dari seluruh responden diabetes
berstatus merokok [19]. Merokok bukan faktor
risiko utama untuk terjadinya ulkus diabetik
dan ada faktor lainnya yang mendukung [20],
sehingga
peneliti
berasumsi
walaupun
responden yang tidak merokok memiliki risiko
ulkus yang tinggi, bukan berarti responden
yang tidak merokok merupakan risiko ulkus
kaki diabetik.
Responden
pada
penelitian
ini
mengalami diabetes melitus rata-rata selama
7,13 tahun. Data karakteristik lama mengalami
DM menunjukkan bahwa penyandang yang
mengalami diabetes melitus lebih dari 5 tahun
memiliki rerata risiko ulkus kaki diabetik lebih
tinggi yaitu 11,69 dibandingkan dengan
penyandang yang kurang dari 5 tahun yaitu

Dafianto, et al, Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada Pasien..

11. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian


Roza et al. yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara lama mengalami diabetes
dengan kejadian ulkus kaki diabetik (p =
0,491), namun responden dengan ulkus kaki
lebih banyak terjadi pada responden dengan
lama diabetes lebih dari 5 tahun [21].
Sebesar 76,6 % (23 orang) dari
seluruh
responden
penelitian
ini
mengkonsumsi obat diabetes melitus yang
didapatkan
dari
Puskesmas
Jelbuk.
Pengendalian kadar gula darah yang kurang
merupakan faktor risiko untuk terjadinya ulkus
kaki diabetik [1,22]. Salah satu cara
pengendalian kadar gulah darah adalah
mengkonsumsi obat diabetes atau obat
hiperglikemia. OHO dibagi menjadi 5 golongan
berdasarkan cara kerjanya, yaitu pemicu
sekresi insulin seperti sulfonilurea dan glinid,
peningkat sensitivitas terhadap insulin seperti
metformin,
penghambat
glukoneogenesis
seperti metformin, penghambat absorpsi
glukosa seperti penghambat glukosidase alfa
dan DPP-IV inhibitor [23].
Pekerjaan responden paling banyak
dalam penelitian ini tidak bekerja atau menjadi
ibu rumah tangga (33,3 %). Hasil tersebut
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ferawati bahwa sebagian besar responden
penelitian tidak berkerja atau menjadi ibu
rumah tangga [20]. Peneliti berasumsi bahwa
seseorang yang tidak bekerja memiliki
aktivitas fisik yang kurang, sehingga terjadi
penurunan proses metabolisme. Hal tersebut
didukung oleh Mongisidi yang menyatakan
bahwa kelompok kategori tidak bekerja
cenderung kurang melakukan aktivitas fisik,
sehingga
proses
metabolisme
atau
pembakaran kalori tidak berjalan dengan baik
[24].
Pengaruh
Relaksasi
Otot
Progresif
terhadap Risiko Ulkus Kaki Diabetik
Hasil uji t independen pada tabel 6
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan risiko
ulkus kaki diabetik antara kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol. Nilai risiko ulkus kaki
diabetik kelompok perlakuan mengalami
penurunan sebesar 0,867, sedangkan pada
kelompok kontrol tetap. Adanya pengaruh
relaksasi otot progresif terhadap risiko ulkus
kaki diabetik didukung oleh Surwit & Bauman
yang mengatakan bahwa relaksasi otot
progresif adalah antidotum untuk stres dimana
penurunan hormon stres akan mengakibatkan
penurunan ketegangan otot, tekanan darah,
nadi, dan gula darah [25]. Hal tersebut
didukung oleh penelitian Maghfiroh yang
menyatakan
bahwa
terdapat
pengaruh

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), Juni 2016

relaksasi otot progresif terhadap penurunan


stres psikologis pada pasien diabetes melitus
tipe 2 [26].
Pada saat melakukan relaksasi otot progresif
maka kondisi tubuh akan rileks dan kemudian
terjadi perubahan impuls syaraf pada jalur
aferen ke otak dimana aktivasi menjadi inhibisi
[27]. Sistem parasimpatis akan mendominasi
pada keadaan seseorang yang rileks dan
tenang dimana beberapa efek yang dapat
ditimbulkan adalah menurunkan kecepatan
kontraksi jantung dan merangsang sekresi
hormon insulin [28]. Dominasi dari sistem
parasimpatis akan merangsang hipotalamus
untuk menurunkan sekresi corticotropinreleasing hormon (CRH).
Penurunan
CRH
juga
akan
mempengaruhi
adenohipofisis
untuk
mengurangi
sekresi
hormon
adenokortikotropik (ACTH). Keadaan tersebut dapat
menginhibisi
korteks
adrenal
untuk
melepaskan hormon kortisol. Penurunan
hormon kortisol akan menghambat proses
glukoneogenesis
dan
meningkatkan
pemakaian glukosa oleh sel, sehingga kadar
gula darah yang tinggi (hiperglikemia) akan
menurun dan kembali dalam batas normal
[15]. Teori tersebut sejalan dengan penelitian
Radarhonto yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap
penurunan kadar gula darah [29]. Oleh karena
itu, penelitian ini menunjukkan penurunan
kadar gula darah pada kelompok perlakuan
dengan rata-rata penurunan sebesar 34,40
mg/dl.
Kondisi hiperglikemia dapat memicu
terjadinya disfungsi dari sel endotel [9,10,11].
Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan
dari eNOS dan berdampak pada berkurangnya
nitric oxide (NO). Gangguan dari sistesis NO
atau penurunan NO berhubungan dengan
kejadian aterosklerosis [12]. Penurunan kadar
gula darah yang terjadi setelah dilakukan
relaksasi otot progresif diharapkan dapat
meningkatkan
fungsi
endotel
untuk
mensekresi eNOS, sehingga kadar NO akan
meningkat.
NO memiliki peran dalam profilaksis
aterosklerosis, yaitu pada regulasi fungsi
trombosit (menghambat agregasi dan adhesi
trombosit),
peningkatan
dan
perbaikan
pembuluh
darah
(menekan
proliferasi
abnormal dari sel-sel otot polos pembuluh
darah, yang berkontribusi pada penyempitan
dinding aterosklerosis), berperan dalam adhesi
sel inflamasi pada permukaan endotel,
berperan dalam modulasi dari stres oksidatif,
menghambat oksidasi low-density lipoprotein
(LDL) dan juga regulasi apoptosis dalam
aterosklerosis [13,14]. Apabila kadar NO

Dafianto, et al, Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada Pasien..

meningkat maka peran dalam profilaksis


aterosklerosis akan berjalan maksimal dan
hasil akhirnya akan memperbaiki penyempitan
akibat aterosklerosis. Ketika aterosklerosis
mengalami perbaikan atau plaque yang
menempel di dinding pembuluh darah menipis,
maka suplai darah dan oksigen pada jaringan
akan meningkat. Peningkatan suplai darah
dan oksigen di kaki akan mencegah terjadinya
kesemutan, rasa tidak nyaman, dan nekrosis
jaringan, sehingga diharapkan risiko terjadinya
ulkus kaki diabetik akan menurun [7].

Simpulan dan Saran


Kesimpulan dari penelitian ini adalah
ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap
risiko ulkus kaki diabetik pada pasien diabetes
melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
Jelbuk Kabupaten Jember. Pada penelitian
selanjutnya
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan sampel yang lebih besar untuk
melihat perbedaan nilai risiko ulkus kaki
diabetik. Pengontrolan terhadap variabel
confounding seperti status merokok, diet, dan
konsumsi OHO juga dapat dilakukan.
Penelitian
selanjutnya
juga
dapat
menggunakan teknik random sampling,
sehingga memberikan kesempatan yang sama
bagi seluruh populasi penelitian. Selain itu,
penambahan waktu penelitian dapat dilakukan
untuk memaksimalkan hasil penelitian. Profesi
keperawatan diharapkan dapat memberikan
edukasi dan pelatihan terhadap pasien terkait
latihan relaksasi otot progresif sehingga
pasien dapat melakukannya secara mandiri
untuk menurunkan risiko ulkus kaki diabetik.

Ucapan Terima Kasih


Peneliti menyampaikan terima kasih kepada
responden penelitian dan Puskesmas Jelbuk
Kabupaten Jember.

Daftar Pustaka
[1]

[2]
[3]

American
Diabetes
Association.
Standards of medical care in diabetes.
The Journal of Clinical And Applied
Research And Education Diabetes Care
Volume 39 Suplement 1. [internet]. 2016.
[diambil pada 10 Februari 2016]. dari:
http://care.diabetesjournals.org/content/di
acare/suppl/2015/12/21/39.Supplement_1
.DC2/2016-Standards-of-Care.pdf
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi:
konsep klinis proses-proses penyakit
edisi 6. Jakarta: EGC; 2005.
World Health Organization (WHO).
Diabetes fact sheet. [internet]. 2015.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), Juni 2016

[diambil pada 19 Januari 2016]. dari:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets
/fs312/en/.
[4] International Diabetes Federation (IDF).
IDF diabetes atlas seventh edition.
[internet]. 2015. [diambil pada 19 Januari
2016]. dari: http://www.diabetesatlas.org/
[5] Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia. Profil kesehatan Indonesia
tahun 2013. [internet]. 2014. [diambil
pada
12
Februari
2016].
dari:
http://www.depkes.go.id/resources/downlo
ad/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia2013.pdf
[6] Frykberg RG. Diabetic foot ulcers:
pathogenesis
and
management.
[internet]. 2002. [diambil pada 14 Februari
2016].
dari:
http://www.aafp.org/afp/2002/1101/p1655.
pdf
[7] Misnadiarly. Diabetes mellitus : ulcer,
infeksi, ganggren. Jakarta: Penerbit
Populer Obor; 2006.
[8] Varvogli L, Darviri C. Stress management
techniques: evidence-based procedures
that reduce stress and promote health.
Health Science 2011 [internet]. 2011.
[diambil pada 19 Januari 2016]; 5 (2).
dari:
http://www.hsj.gr/medicine/stressmanagement-techniques-evidencebasedprocedures-that-reduce-stress-andpromote-health.pdf
[9] Du XL, Edelstein D, Dimmeler S, Ju Q,
Sui C, Brownlee M. Hyperglycemia
inhibits endothelial nitric oxide synthase
activity by posttranslational modification
at the Akt site. [internet]. 2001. [diambil
pada
29
Maret
2016].
dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
MC209429/
[10] Tanaka J, Qiang L, Banks AS, Welch CL,
Matsumoto M, Kitamura T, et al. Foxo1
links hyperglycemia to ldl oxidation and
endothelial
nitric
oxide
synthase
dysfunction in vascular endothelial cells.
[internet]. 2009. [diambil pada 29 Maret
2016].
dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
MC2750207/
[11] Kemeny SF, Figueroa DS, Clyne AM.
Hypoand
hyperglycemia
impair
endothelial cell actin alignment and nitric
oxide synthase activation in response to
shear stress. [internet]. 2013. [diambil
pada
12
Februari
2016]
dari:
http://journals.plos.org/plosone/article/ass
et?id=10.1371/journal.pone.0066176.PDF
[12] Tousoulis D, Kampoli AM, Tentolouris C,
Papageorgeou N, Stefanadis C. The role

Dafianto, et al, Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada Pasien..

[13]

[14]

[15]
[16]

[17]

[18]

[19]

[20]

[21]

of nitric oxide on endothelial function.


[internet]. 2012. [diambil pada 29 Maret
2016].
dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2211
2350
Suciu M. The role of nitric oxide (no) and
statins in endothelial dysfunction and
atherosclerosis. [internet]. 2009. [diambil
pada
29
Maret
2016].
dari:
http://www.revistafarmacia.ro/20092/issue
22009art01.pdf
Ugusman A, Zakaria Z, Hui CK, Nordin
NAMM. Piper sarmentosum increases
nitric oxide production in oxidative stress:
a study on human umbilical vein
endothelial cells. [internet]. 2010. [diambil
pada29
Maret
2016].
dari:
http://www.scielo.br/pdf/clin/v65n7/a10v65
n7.pdf
Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi
kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC; 2007.
Riyadi S, Sukarmin. Asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan eksokrin
dan endokrin pada pankreas. Yogyakarta:
Graha Ilmu; 2008.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian kesehatan RI;
2013.
Nurlaily. Analisis beberapa faktor risiko
terjadinya diabetes mellitus pada RSUD
dr. Mm. Dunda Limboto Kab.Gorontalo.
[internet]. 2010. [diambil pada 1 Juni
2016].
dari:
http://dc162.4shared.com/doc/nQxQGwrK
/preview.html.
Nanda A. Faktor faktor resiko yang
berhubungan dengan kejadian ulkus kaki
diabetes di Poli Klinik Khusus Penyakit
Dalam RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2010. [internet]. 2011. [diambil
pada
1
Juni
2016].
dari:
http://repo.unand.ac.id/107/1/FAKTORFAKTOR%2520RESIKO%2520YANG
%2520BERHUBUNGAN%2520DENGAN
%2520KEJADIAN%2520ULKUS
%2520KAKI%2520DIABETES%2520DI
%2520POLIKLINIK.pdf
Ferawati
I.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi terjadinya ulkus diabetik
pada pasien diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. [internet]. 2014. [diambil
pada
1
Juni
2016].
dari:
http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/def
ault/files/SKRIPSI%20IRA%20FERAWATI
%20G1D010015.pdf
Roza RL, Afriant R, Edward Z. Faktor
risiko terjadinya ulkus diabetikum pada

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), Juni 2016

[22]

[23]

[24]

[25]
[26]

[27]

[28]
[29]

pasien diabetes mellitus yang dirawat


jalan dan inap di RSUP Dr. M. Djamil dan
RSI Ibnu Sina Padang. [internet]. 2015.
[diambil pada 20 Februari 2016]. dari:
http://download.portalgaruda.org/article.p
hp?article=299916&val=7288&title=Faktor
%20Risiko%20Terjadinya%20Ulkus
%20Diabetikum%20pada%20Pasien
%20Diabetes%20Mellitus%20yang
%20Dirawat%20Jalan%20dan%20Inap
%20di%20RSUP%20Dr.%20M.
%20Djamil%20dan%20RSI%20Ibnu
%20Sina%20Padang
Purwanti OS. Analisis faktor-faktor risiko
terjadi ulkus kaki pada pasien diabetes
melitus di RSUD dr. Moewardi. [internet].
2013. [diambil pada 20 Februari 2016].
dari:
http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/20334094-T32540-Okti%20Sri
%20Purwanti.pdf
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
(PERKENI). Konsensus pengendalian
dan pencegahan diabetes mellitus tipe2
di indonesia 2011. [internet]. 2011.
[diambil pada 10 Februari 2016]. dari:
https://id.scribd.com/doc/234334110/Kons
ensus-DM-Perkeni-2011
Mongisidi G. Hubungan antara status
sosio-ekonomi dengan kejadian diabetes
melitus tipe 2 di Poliklinik Interna Blu
Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
[internet]. 2015. [diambil pada 1 Juni
2016]. dari: http://fkm.unsrat.ac.id/wpcontent/uploads/2015/02/Jurnal-GabbyMongisidi.pdf
Surwit RS, Bauman A. The mind body
diabetes revolution. New York: Free
Press; 2004.
Maghfiroh. Relaksasi otot progresif
terhadap stres psikologis dan perilaku
perawatan diri pasien diabetes mellitus
tipe 2. [internet]. 2014. [diambil pada 1
Juni
2016].
dari:
http://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/kema
s/3374
Hasaini
A.
Effectiveness
muscle
progressive relaxation (pmr) toward to
blood glucose levels of diabetes mellitus
type 2 patients group in the Martapura
Public Health Centre. Caring, Vol. 2 No.
1, September 2015. [internet]. 2015.
[diambil pada 10 Februari 2016]. dari:
http://journal.stikesmb.ac.id/index.php/caring/article/downloa
d/18/17
Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel
ke sistem edisi 6. Jakarta: EGC; 2011.
Radarhonto M, Imron M, Apriatmoko R.
Perbedaan kadar gula darah sebelum
dan setelah diberikan progressive muscle

Dafianto, et al, Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada Pasien..

relaxation di Desa Leyangan Kabupaten


Semarang. [internet]. 2015. [diambil pada
14
Juni
2016].
dari:

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), Juni 2016

http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/docu
ments/4506.pdf

Você também pode gostar