Você está na página 1de 19

LI 1 : MM Retaradasi Mental

LO 1.1: Definisi
Menurut Grossman retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara
bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi
selama masa perkembangan. Menurut definisi ini penurunan fungsi intelektual yang bermakna
berarti pada pengukuran uji intelegensia berada pada dua deviasi standar di bawah rata-rata.
Periode perkembangan menurut definisi ini adalah mulai dari lahir sampai umur 18 tahun.
Gangguan adaptasi sosial menurut definisi ini secara langsung disebabkan oleh penurunan fungsi
intelektual.
Prasadio T. Gangguan psikiatrik pada anak-anak dengan retardasi mental. Disertasi. Surabaya: Universitas Airlangga, 1976.

LO 1.2: Epidemiologi
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen
penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi mental kadangkadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf
ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun.
Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan. Prevalens retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di negara maju
diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang berkisar 4,6%. Insidens retardasi mental
di negara maju berkisar 3-4 kasus baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir.
Ramelan W. Tuna grahita bawaan: latar belakang genetic dan deteksi dini pada orangtua. Disampaikan pada seminar
sehari jangan sampai anakku tuna grahita, Jakarta, 21 November, 1992.

LO 1.3: Klasifikasi
William Stern pada tahun 1912 membuat konsep intelligence quotient (IQ) sebagai suatu
perbandingan antara mental age (MA) dan chronological age (CA):
IQ = MA x 100
CA

Intelligence Quotient Percentile Chart


IQ Score
Range
0-24
25-39
40-54

Category
Profound Mental
Retardation

Typical Ability
Limited or no ability to communicate, eat, bath, dress and toilet.

Severe Mental

Limited ability to communicate, eat, bath, dress and toilet. No

Retardation

academic skills.

Moderate Mental
Retardation

Some independent self-help skills and very basic academic skills.

55-69

Mild Mental

Usually able to dress/bath independently and can do simple jobs.

Retardation

Elementary school academics.


May live independently with difficulties. Can perform simple

70-79

Border Line

80-89

Low Average

Can complete vocational education and live independently.

90-109

Average

Can complete high school graduation and college with difficulty.

110-119

High Average

Typical level of college graduates.

120-129

Superior

Typical level of persons with doctoral degrees.

130-144

Gifted

Capable of understanding highly, complex academic material.

145-159

Genius

160-175

Extraordinary genius

and repetitive jobs.

Exception intellectual ability and capable of looking beyond


known facts.
Extraordinary talent like Albert Einstein

Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders, WHO, Geneva
tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69.


Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49.
Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34.
Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20.

Retardasi mental ringan


Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dididik (educable). Anak
mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu menguasainya untuk keperluan bicara
sehari-hari dan untuk wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri
secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung
kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan
utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang bermasalah dalam
membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan
akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan sosial,
akan terlihat bahwa mereka mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah
perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik kelas, selalu
memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang
berkaitan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi.
80 % dari anak RM termasuk pada golongan ini. Dapat menempuh pendidikan Sekolah Dasar

kelas VI hingga tamat SMA. Ciri-cirinya tampak lamban dan membutuhkan bantuan tentang
masalah kehidupannya.
Retardasi mental sedang
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih (trainable). Pada
kelompok ini anak mengalami keterlambatan perkembangan pemahaman dan penggunaan
bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan
ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya membutuhkan
pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih bisa belajar
dasar membaca, menulis dan berhitung.
Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam perkembangan,
misalnya perkembangan wicara atau perkembangan fisik lainnya. Anak ini hanya mampu dilatih
untuk merawat dirinya sendiri, pada umumnya tidak mampu menyelesaikan pendidikan
dasarnya, angka kejadian sekitar 12% dari seluruh kasus RM. Anak pada golongan ini
membutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus dan dukungan pelayanan.
Retardasi mental berat
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang dalam hal
gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah
pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya
defisit neurologis.
Sudah tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan kemampuan bicara yang
sangat minim, anak ini hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan keterampilan untuk
pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian 8% dari seluruh RM.
Retardasi mental sangat berat
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas kemampuannya dalam
mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya anak sangat terbatas dalam hal
mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.
Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motorik, dan komunikasi yang pervasif.
Mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik sejak awal masa kanak-kanak, individu pada
tahap ini memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan self care yang sangat mendasar
seperti makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan supervisi total dan perawatan sepanjang
hidupnya, karena pada tahap ini pasien benar-benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
WHO. Primary prevention of mental neurological and psychosocial disorders. Geneva, WHO 1998: h. 8-53.

LO 1.4: Etiologi
Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan postnatal. Ditinjau
dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:

Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat.


Tampak sejak lahir atau usia dini.
Secara fisis tampak berkelainan/aneh.
Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal.
Tidak berhubungan dengan kelas sosial

Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Biasanya merupakan retardasi mental ringan.


Diketahui pada usia sekolah.
Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium.
Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah).
Ada hubungan dengan kelas sosial

Etiologi retardasi mental tipe klinis atau biological dapat dibagi dalam:
1. Penyebab prenatal: Kelainan kromosom, Kelainan genetik /herediter, Gangguan
metabolic, Sindrom dismorfik, Infeksi intrauterine, Intoksikasi.
2. Penyebab perinatal: Prematuritas, Asfiksia, Kernikterus, Hipoglikemia, Meningitis,
Hidrosefalus, Perdarahan intraventrikular.
3. Penyebab postnatal: Infeksi (meningitis, ensefalitis), Trauma, Kejang lama, Intoksikasi
(timah hitam, merkuri).
Penyebab Pranatal
1. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom penyebab retardasi mental yang terbanyak adalah sindrom Down. Disebut
demikian karena Langdon Down pada tahun 1866 untuk pertama kali menulis tentang gangguan
ini, yaitu bayi yang mempunyai penampilan seperti mongol dan menunjukkan keterbelakangan
mental seperti idiot. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena sebagian besar dari golongan ini
termasuk retardasi mental sedang. Sindrom Down merupakan 10-32% dari penderita retardasi
mental. Diperkirakan insidens dari sindrom Down antara 1-1,7 per 1000 kelahiran hidup per
tahun. Risiko timbulnya sindrom Down berkaitan dengan umur ibu saat melahirkan. Ibu yang
berumur 20-25 tahun saat melahirkan mempunyai risiko 1:2000, sedangkan ibu yang berumur 45
tahun mempunyai risiko 1:30 untuk timbulnya sindrom Down. Analisis kromosom pada sindrom
Down 95% menunjukkan trisomi 21, sedangkan 5% sisanya merupakan mosaik dan translokasi.
Kelainan kromosom lain yang bermanifestasi sebagai retardasi mental adalah trisomi-18 atau
sindrom Edward, dan trisomi-13 atau sindrom Patau, sindrom Cri-du chat, sindrom Klinefelter,
dan sindrom Turner. Berdasarkan pengamatan ternyata kromatin seks, yang merupakan kelebihan
kromosom -X pada laki-laki lebih banyak ditemukan di antara penderita retardasi mental
dibandingkan laki-laki normal. Diperkirakan kelebihan kromosom-X pada laki-laki memberi
pengaruh tidak baik pada kesehatan jiwa, termasuk timbulnya psikosis, gangguan tingkah laku
dan kriminalitas.

Kelainan kromosom-X yang cukup sering menimbulkan retardasi mental adalah Fragile-X
syndrome, yang merupakan kelainan kromosom-X pada band q27. Kelainan ini merupakan Xlinked, dibawa oleh ibu. Penampilan klinis yang khas pada kelainan ini adalah dahi yang tinggi,
rahang bawah yang besar, telinga panjang, dan pembesaran testis. Diperkirakan prevalens
retardasi mental yang disebabkan fragile-X syndrome pada populasi anak usia sekolah adalah 1 :
2610 pada laki-laki, dan 1: 4221 pada perempuan.
2. Kelainan metabolik
Kelainan metabolik yang sering menimbulkan retardasi mental adalah Phenylketonuria (PKU),
yaitu suatu gangguan metabolik dimana tubuh tidak mampu mengubah asam amino fenilalanin
menjadi tirosin karena defisiensi enzim hidroksilase. Penderita laki-laki tenyata lebih besar
dibandingkan perempuan dengan perbandingan 2:1. Kelainan ini diturunkan secara autosom
resesif. Diperkirakan insidens PKU adalah 1:12 000-15 000 kelahiran hidup. Penderita retardasi
mental pada PKU 66,7% tergolong retardasi mental berat dan 33,3% retardasi mental sedang.
Galaktosemia adalah suatu gangguan metabolism karbohidrat disebabkan karena tubuh tidak
mampu menggunakan galaktosa yang dimakan. Dengan diet bebas galaktosa bayi akan
bertambah berat badannya dan fungsi hati akan membaik, tetapi menurut beberapa penulis
perkembangan mental tidak mengalami perubahan.
Penyakit Tay-Sachs atauinfantile amaurotic idiocy adalah suatu gangguan metabolisme lemak,
dimana tubuh tidak bisa mengubah zat-zat pralipid menjadi lipid yang diperlukan oleh sel-sel
otak. Manifestasi klinis adalah nistagmus, atrofi nervus optikus, kebutaan, dan retardasi mental
sangat berat.
Hipotiroid kongenital adalah defisiensi hormon tiroid bawaan yang disebabkan oleh berbagai
faktor (agenesis kelenjar tiroid, defek pada sekresi TSH atau TRH, defek pada produksi hormon
tiroid). Kadang-kadang gejala klinis tidak begitu jelas dan baru terdeteksi setelah 6-12 minggu
kemudian, padahal diagnosis dini sangat penting untuk mencegah timbulnya retardasi mental
atau paling tidak meringankan derajat retardasi mental.
Gejala klasik hipotiroid kongenital pada minggu pertama setelah lahir adalah miksedema, lidah
yang tebal dan menonjol, suara tangis yang serak karena edema pita suara, hipotoni, konstipasi,
bradikardi, hernia umbilikalis. Prevalens hipotiroid kongenital berkisar 1:4000 neonatus di
seluruh dunia. Defisiensi yodium secara bermakna dapat menyebabkan retardasi mental baik di
negara sedang berkembang maupun di negara maju. Akibat defisiensi yodium pada masa
perkembangan otak karena asupan yodium yang kurang pada ibu hamil meyebabkan retardasi
mental pada bayi yang dilahirkan. Kelainan ini timbul bila asupan yodium ibu hamil kurang dari
20 ug ( normal 80-150 ug) per hari. Dalam bentuk yang berat kelainan ini disebut juga
kretinisme, dengan manifestasi klinis adalah miksedema, kelemahan otot, letargi, gangguan
neurologis, dan retardasi mental berat.
3. Infeksi
Infeksi rubela pada ibu hamil triwulan pertama dapat menimbulkan anomali pada janin yang
dikandungnya. Risiko timbulnya kelainan pada janin berkurang bila infeksi timbul pada triwulan

kedua dan ketiga. Manifestasi klinis rubela kongenital adalah berat lahir rendah, katarak,
penyakit jantung bawaan, mikrosefali, dan retardasi mental.
Infeksi cytomegalovirus tidak menimbulkan gejala pada ibu hamil tetapi dapat memberi dampak
serius pada janin yang dikandungnya. Manifestasi klinis antara lain hidrosefalus, kalsifikasi
serebral, gangguan motorik, dan retardasi mental.
4. Intoksikasi
Fetal alcohol syndrome (FAS) merupakan suatu sindrom yang diakibatkan intoksikasi alkohol
pada janin karena ibu hamil yang minum minuman yang mengandung alkohol, terutama pada
triwulan pertama.
Penyebab Perinatal
Koch menulis bahwa 15-20% dari anak retardasi mental disebabkan karena prematuritas.
Keadaan fisis anak-anak tersebut baik, kecuali beberapa yang mempunyai kelainan neurologis,
dan gangguan mata. Penulis-penulis lain berpendapat bahwa semakin rendah berat lahirnya,
semakin banyak kelainan yang dialami baik fisis maupun mental.
Asfiksia, hipoglikemia, perdarahan intraventrikular, kernikterus, meningitis dapat menimbulkan
kerusakan otak yang ireversibel, dan merupakan penyebab timbulnya retardasi mental.
Penyebab Postnatal
Faktor-faktor postnatal seperti infeksi, trauma, malnutrisi, intoksikasi, kejang dapat
menyebabkan kerusakan otak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental.
Etiologi pada Kelompok SosioKultural
Proses psikososial dalam keluarga dapat merupakan salah satu penyebab retardasi mental.
Sebenarnya bermacam-macam sebab dapat bersatu untuk menimbulkan retardasi mental. Proses
psikososial ini merupakan factor penting bagi retardasi mental tipe sosio-kultural, yang
merupakan retardasi mental ringan.
Payne JS, Patton JR. Mental retardation. Columbus: Bell & Howell Company,1981. h. 1-466.

LO 1.5: Manifestasi klinis

Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ),


Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa.
Gagal melewati tahap perkembangan yang utama.
Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil
dari ukuran normal ).
Kemungkinan lambatnya pertumbuhan.
Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ).
Kemungkinan ciri-ciri dismorfik.
Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar

Terdapat ciri klinis lain yang dapat terjadi sendiri atau menjadi bagian dari gangguan retradasi
mental , yaitu hiperakivitas, toleransi frustasi yang rendah, agresi, ketidakstabilan efektif ,
perilaku motorik stereotipik berulang, dan perilaku melukai diri sendiri.
LO 1.6: Diagnosis dan diagnosis banding
Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas tes intelegensia saja, melainkan juga dari
riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari sekolah, pemeriksaan fisis, laboratorium,
pemeriksaan penunjang. Yang perlu dinilai tidak hanya intelegensia saja melainkan juga adaptasi
sosialnya. Dari anamnesis dapat diketahui beberapa faktor risiko terjadinya retardasi mental.
Pemeriksaan fisis pada anak retardasi mental biasanya lebih sulit dibandingkan pada anak
normal, karena anak retardasi mental kurang kooperatif. Selain pemeriksaan fisis secara umum
(adanya tanda-tanda dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu dilakukan pemeriksaan
neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada anak yang berumur diatas 3 tahun
dilakukan tes intelegensia. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan retardasi mental dapat
ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala:
mikrosefali, hidrosefali, dan down syndrome. Wajah pasien dengan retardasi menral sangan
mudah dikenali seperti hiper-telorisme, yaitu lidah yang menjulur keluar, gangguan
pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah yang tampak tumpul.
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu menilai adanya kalsifikasi serebral,
perdarahan intra kranial pada bayi dengan ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium
dilakukan atas indikasi, pemeriksaan ferriklorida dan asam amino urine dapat dilakukan sebagai
screening PKU.
Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai adanya kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental tersebut. Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk
membantu seperti pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI.
Kesulitan yang dihadapi adalah kalau penderita masih dibawah umur 2-3 tahun, karena kebanyakan tes psikologis ditujukan pada anak yang lebih besar.
Pada bayi dapat dinilai perkembangan motorik halus maupun kasar, serta perkembangan bicara
dan bahasa. Biasanya penderita retardasi mental juga mengalami keterlambatan motor dan
bahasa.
American Psychiatric Association (APA) pada tahun 1994, mensyaratkan tiga diagnosis
keterbelakangan mental, yaitu:
1. Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata: IQ sekitar 70 atau kurang menurut
tes IQ yang diadakan secara individu.
2. Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan dengan fungsi adaptasi saat ini
(yakni efektivitas seseorang dalam memenuhi standar yang diharapkan pada usianya
dengan kelompok budayanya) setidaknya dalam bidang berikut ini: yaitu komunikasi,
perhatian diri sendiri, kehidupan rumah tangga, keterampilan sosial-interpersonal, peng-

gunaan sumber dalam komunitas, self dierection, keterampilan akademik fungsional,


pekerjaan, waktu luang, kesehatan dan keamanan.
3. Terjadi sebelum berusia 18 tahun.
Perubahan perilaku terkait usia pada anak dengan keterbelakangan mental :
Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70)

Anak prasekolah (0 5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam berjalan, makan
sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil lalu tidak melihat keterbelakangan ini.
Usia sekolah (6 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-pemahaman dan kognisi
(mem-baca dan arithmatic) di kelas tiga sampai kelas enam oleh remaja tahap ini, dapat
belajar untuk menyesuaikan diri secara sosial.
Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial dan kejuruan yang
diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan bimbingan dan bantuan ketika berada pada
kondisi ekonomi sulit atau stress sosial.

Keterbelakangan Mental menengah (IQ = 35 49)

Anak prasekolah (0 5 tahun): sebagian besar perkembangan kelihatan dengan jelas terlambat.
Usia sekolah (6 21 tahun): belajar berkomunikasi dan merawat kesehatan dasar dan
kebutuhan keamanan.
Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa keterampilan atau semi terampil
sederhana pada kondisi yang diawasi, berpartisipasi pada permainan sederhana dan melakukan perjalanan sendiri di tempat yang dikenal, mampu merawat diri sendiri.

Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20 34)

Anak prasekolah (0 5 tahun): perkembangan motorik sangat tertunda, sedikit atau tidak
berbicara, mendapat manfaat dari pelatihan mengerjakan sendiri.
Usia sekolah (6 21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika terdapat ketidakmampuan
motorik, dapat memahami dan merespon pembicaraan, dapat mengambil mamfaat dari
pelatihan mengenai kesehatan dan kebiasaan lain yang dapat diterima.
Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan memperbesar
perawatan diri sendiri, memerlukan petunjuk dan pengawasan ketat dalam lingkungan
yang dapat dikendalikan.

Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)

Anak prasekolah (0 5 tahun): keterbelakangan ekstrem disemua bidang, kemampuan


sensorik minimal, membutuhkan bantuan perawatan diri.
Usia sekolah (6 21 tahun): semua bidang perkembangan tampak jelas tertunda, respon
berupa emosi dasar dan mendapatkan manfaat dari pelatihan dalam penggunaan anggota
badan dan mulut, harus diawasi dengan ketat.

Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan berbicara dengan cara
primitive, mendapatkan mamfaat dari aktivitas fisik regular, tidak dapat merawat diri
sendiri, tetapi membutuhkan bantuan perawatan diri.

Pemeriksaan penunjang:
a. Kromosom kariotipe
b. EEG (Elektro Ensefalogram)
c. CT (Cranial Computed Tomography)
atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
d. Titer virus untuk infeksi congenital.
e. Serum asam urat (Uric acid serum).
f. Laktat dan piruvat.
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang.

h. Serum seng (Zn)


i. Logam berat dalam darah
j. Serum tembaga dan ceruloplasmin
k. Serum asam amino/ asam organik
l. Plasma ammonia
m. Analisa enzim lisozom pada
lekosit atau biopsy kulit
n. Urin mukopolisakarida

Diagnosis banding: penyakit dengan gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan


bicara, cerebral palsy, early infatil autisme, atau skizofrenia.
Lumbantobing SM. Anak dengan mental terbelakang. 177. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1997. h. 1-85.

LO 1.7: Tatalaksana
Tatalaksana Medis
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental adalah terutama untuk
menekan gejala-gejala hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki keseimbangan
emosi dan fungsi kognitif. Imipramin, dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin
kadang-kadang dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan kemampuan belajar pada
umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin, asam glutamat, gamma
aminobutyric acid (GABA).
Rumah Sakit/Panti Khusus
Penempatan di panti-panti khusus perlu dipertimbangkan atas dasar: kedudukan sosial keluarga,
sikap dan perasaan orangtua terhadap anak, derajat retardasi mental, pandangan orangtua
mengenai prognosis anak, fasilitas perawatan dalam masyarakat, dan fasilitas untuk
membimbing orangtua dan sosialisasi anak.
Kerugian penempatan di panti khusus bagi anak retardasi mental adalah kurangnya stimulasi
mental karena kurangnya kontak dengan orang lain dan kurangnya variasi lingkungan yang
memberikan kebutuhan dasar bagi anak.
Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada orangtua anak tersebut.
Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan
dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku dan adaptasi sosialnya.
Konseling

Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan ada atau tidaknya
retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi mengenai sistem kekeluargaan dan
pengaruh retardasi mental pada keluarga, kemungkinan penempatan di panti khusus, konseling
pranikah dan pranatal.
Pendidikan
Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah, namun bagaimana mendapatkan
pendidikan yang cocok bagi anak yang terbelakang ini. Terdapat empat macam tipe pendidikan
untuk retardasi mental:

Kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa.


Sekolah luar biasa C.
Panti khusus.
Pusat latihan kerja (sheltered workshop).

Sularyo TS. Tumbuh kembang anak dengan minat khusus pada aspek pencegahan Tuna grahita. Disampaikan pada seminar sehari
jangan sampai anakku tuna grahita, Jakarta, 21 November, 1992.

LO 1.8: Komplikasi
Serebral palsi, Gangguan kejang, Gangguan kejiwaan, Gangguan konsentrasi / hiperaktif, Deficit
komunikasi, Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan).
LO 1.9: Pencegahan
1. Pencegahan Primer:
Pendidikan kesehatan pada masyarakat.
perbaikan keadaan sosial-ekonomi
Konseling genetic
Tindakan kedokteran, antara lain: perawatan prenatal dengan baik, pertolongan persalinan yang baik, dan pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua.
2. Pencegahan Sekunder
Dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.
3. Pencegahan Tertier.
Rehabilitasi: pendidikan, latihan khusus (SLB).
Perkembangan hidup emosinya mempengaruhi hubungan antara manusia dan ketidakmampuan untuk bersaing menyebabkan trauma bayinya.
Tuntutan dan harapan orang tuanya (orangtua yang tidak mengerti/mengetahui).
Sikap umum masyarakat terhadap RM sangat mempengaruhi reaksi orangtua
terhadap adanya anak dengan RM dalam keluarga mereka.
LO 1.10: Prognosis
Penelitian menemukan bahwa mereka memiliki harapan hidup yang lebih kecil. Kecenderungan
dari keterbelakangan invidu cenderung menetap selama hidup. Misalkan seorang anak
didiagnosa memiliki keterbelakangan mental berat (severe) pada usia 5 tahun, maka ia akan

memiliki diagnosa yang sama pada usia 21 tahun. Hal ini mungkin tidak akan terlalu terlihat
oleh keluarga mereka, dimana anak-anak dengan keterbelakangan memiliki kemampuan yang
mirip dengan rekan-rekan mereka, namun akan nampak bahwa mereka akan semakin tertinggal
dengan sejalan-nya usia mereka.
LI 2: MM Gizi Anak dan Remaja
LO 2.1: Kebutuhan dan peran gizi anak dan remaja
Kebutuhan gizi anak
1. Energi
Kalori yang dibutuhkan anak dalam masa pertumbuhan ini adalah sekitar 1.900 kalori. Menu
yang diberikan untuk mereka sebaiknya tidak terlalu padat tetapi berserat. Makanan yang
mengandung karbohidrat tinggi seperti : nasi, roti, dan kentang adalah sumber karbohidrat yang
bagus. Gula bukanlah merupakan sumber enrgi yang baik karena tidak mengandung vitamin dan
mineral. Pemberian gula yang terlalu banyak pada anak akan menyebabkan kerusakan pada gigi.
2. Protein
Protein harus dikonsumsi secara seimbang agar anak mendapat asupan kombinasi asam amino
yang tepat. Protein dibutuhkan anak untuk perkembangan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
Berikut adalah angka kecukupan protein dalam sehari menurut kisaran umur anak :

3. Lemak
Lemak dibutuhkan oleh anak untuk berbagai fungsi tubuh dan penyediaan energi, proses
produksi hormon, dan perlindungan tubuh. Lemak juga dapat menjamin ketersediaan vitamin
A,D,E,K pada anak karena lemak dapat melarutkan vitamin tersebut.
4. Kalsium
Kalsium untuk pembentukan tulang dan gigi, pembekuan darah, serta kontaksi otot.
5. Kolin
Kolin merupakan nutrisi penting bagi membran otak dalam meningkatkan kemampuan daya
ingat dan konsentrasi. Anak telah memasuki masa sekolah sehingga dalam proses ini mereka
mem-butuhkan asupan makanan untuk membantu pemikiran.
6. Zat Besi

Penting bagi anak-anak yang sedang tumbuh serta meningkatkan kesehatan darah. Banyak jenis
sayuran yang merupakan sumber zat besi yang bagus meskipun zat besi yang berasal dari nonhewan lebih sulit diserap tubuh. Dalam hal ini harus diberikan pula supan zat besi dari susu.
7. Seng
Seng merupakan mineral penting yang menyususn banyak enzim pada tubuh. Seng berperan
untuk memerangi infeksi, untuk pertumbuhan, perkembangan aspek seksualitas, dan indera
perasa, serta pemulihan luka.
8. Vitamin D
Vitamin D penting dalam proses penyerapan kalsium. Vitamin D ditemukan pada produk susu,
telur, dan makanan yang difortifikasi seperti margarin, sereal, dan dapatdiproduksi tubuh melalui
proses penyerapan sinar matahari pada kulit.
9. Antioksidan dan Buah
Makan 3-5 porsi buah atau sayuran bervitamin C dan beta karotin tinggi, dapat meningkatkan
daya tahan tubuh anak pada serangan penyakit.
Kebutuhan gizi remaja
Nutrisi pada masa remaja hendaknya dapat memenuhi beberapa hal di bawah ini:

Mengandung nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan


kognitif serta maturasi seksual.
Memberikan cukup cadangan bila sakit atau hamil.
Mencegah awitan penyakit terkait makanan seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,
osteoporosis dan kanker.
Mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.

Pada remaja yang sedang mengalami pertumbuhan fisik pesat serta perkembangan dan maturasi
seksual, pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan hal yang mutlak dan hakiki. Defisiensi energi
dan nutrien yang terjadi pada masa ini dapat berdampak negatif yang dapat melanjut sampai
dewasa.
1. Energi
Kebutuhan energi remaja dipengaruhi oleh aktivitas, metabolisme basal dan peningkatan
kebutuhan untuk menunjang percepatan tumbuh-kembang masa remaja. Metabolisme basal
(MB) sangat berhubungan erat dengan jumlah massa tubuh tanpa lemak (lean body mass)
sehingga MB pada lelaki lebih tinggi daripada perempuan yang komposisi tubuhnya
mengandung lemak lebih banyak. Karena usia saat terjadinya percepatan tumbuh sangat
bervariasi, maka perhitungan kebutuhan energi berdasarkan tinggi badan (TB) akan lebih sesuai.
Percepatan tumbuh pada remaja sangat rentan terhadap kekurangan energi dan nutrien sehingga
kekurangan energi dan nutrien kronik pada masa ini dapat berakibat terjadinya keterlambatan
pubertas dan atau hambatan pertumbuhan.

2. Protein
Kebutuhan protein pada remaja ditentukan oleh jumlah protein untuk rumatan masa tubuh tanpa
lemak dan jumlah protein yang dibutuhkan untuk peningkatan massa tubuh tanpa lemak selama
percepatan tumbuh. Kebutuhan protein tertinggi pada saat puncak percepatan tinggi terjadi
(perempuan 11-14 tahun, lelaki 15-18 tahun) dan kekurangan asupan protein secara konsisten
pada masa ini dapat berakibat pertumbuhan linear berkurang, keterlambatan maturasi seksual
serta berkurangnya akumulasi massa tubuh tanpa lemak.
3. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan, selain juga sebagai sumber serat
makanan. Jumlah yang dianjurkan adalah 50% atau lebih dari energi total serta tidak lebih dari
10-25% berasal dari karbohidrat sederhana seperti sukrosa atau fruktosa.
Di Amerika Serikat, konsumsi minuman ringan (soft drinks) memasok lebih dari 12% kalori
yang berasal dari karbohidrat dan konsumsinya meningkat 3 kali lipat pada dua dekade terakhir
ini. Penelitian Josep di Jakarta (2010) pada remaja siswa SMP didapatkan bahwa siswa yang
mengonsumsi minuman bersoda 3-4 kali per minggu berisiko untuk terjadi gizi lebih.
4. Lemak
Tubuh manusia memerlukan lemak dan asam lemak esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Pedoman makanan di berbagai negara termasuk Indonesia (gizi seimbang),
menganjurkan konsumsi lemak tidak lebih dari 30% dari energi total dan tidak lebih dari 10%
berasal dari lemak jenuh. Sumber utama lemak dan lemak jenuh adalah susu, daging (berlemak),
keju, mentega / margarin, dan makanan seperti cake, donat, kue sejenis dan es krim, dan lainlain.
5. Mineral
Kalsium (Ca). Kebutuhan kalsium pada masa remaja merupakan yang tertinggi dalam kurun
waktu kehidupan karena remaja mengalami pertumbuhan skeletal yang dramatis. Sekitar 45%
dari puncak pembentukan massa tulang berlangsung pada masa remaja, sehingga kecukupan
asupan kalsium menjadi sangat penting untuk kepadatan masa tulang serta mencegah risiko
fraktur dan osteoporosis. Pada usia 17 tahun, remaja telah mencapai hampir 90% dari masa
tulang dewasa, sehingga masa remaja merupakan peluang (window of opportunity) untuk
perkembangan optimal tulang dan kesehatan masa depan.
Angka kecukupan asupan kalsium yang dianjurkan untuk kelompok remaja adalah 1.300 mg per
hari. Susu merupakan sumber kalsium terbaik, disusul keju, es krim, yogurt. Kini banyak
makanan dan minuman yang difortifikasi dengan kalsium yang setara dengan kandungan
kalsium pada susu (300mg per saji). Terdapat pula kalsium dalam bentuk sediaan farmasi (dalam
bentuk karbonat, sitrat, laktat atau fosfat) dengan absorpsi sekitar 25-35%. Preparat kalsium akan
diabsorpsi lebih efisien bila dikonsumsi bersama makanan dengan dosis tidak lebih dari 500 mg.
Zat besi (Fe). Seperti halnya kalsium, kebutuhan zat besi pada remaja baik perempuan maupun
lelaki meningkat sejalan dengan cepatnya pertumbuhan dan bertambahnya massa otot dan

volume darah. Pada remaja perempuan kebutuhan lebih banyak dengan adanya menstruasi.
Kebutuhan pada remaja lelaki 10-12 mg/hari dan perempuan 15 mg/hari. Besi dalam bentuk
heme yang terdapat pada sumber hewani lebih mudah diserap dibanding besi non-heme yang
terdapat pada biji-bijian atau sayuran.
Seng (Zn).Seng berperan sebagai metalo-enzyme pada proses metabolisme serta penting pada
pembentukan protein dan ekspresi gen. Konsumsi seng yang adekuat penting untuk proses
percepatan tumbuh dan maturasi seksual. Seperti halnya dengan kekurangan energi dan protein,
kekurangan seng dapat mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan dan kematangan seksual.
Daging merah, kerang dan biji-bijian utuh merupakan sumber seng yang baik.
6. Vitamin
Vitamin A. Selain penting untuk fungsi penglihatan, vitamin A juga diperlukan untuk pertumbuhan, reproduksi dan fungsi imunologik. Kekurangan vitamin A awal ditandai dengan adanya buta
senja. Sumber vitamin A utama : serealia siap saji, susu, wortel, margarin dan keju. Sumber karoten sebagai pro-vitamin A yang sering dikonsumsi remaja berupa wortel, tomat, bayam dan
sayuran hijau lain, ubi jalar merah dan susu.
Vitamin E. Vitamin E dikenal sebagai antioksidan yang penting pada remaja karena pesatnya
pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin E merupakan
tantangan karena makanan sumber vitamin E umumnya mengandung lemak tinggi.
Vitamin C . Keterlibatannya dalam pembentukan kolagen dan jaringan ikat menyebabkan
vitamin ini menjadi penting pada masa percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Status
vitamin C pada remaja perokok lebih rendah walaupun telah mengonsumsinya dalam jumlah
cukup dikarenakan stres oksidatif sehingga mereka memerlukan tambahan vitamin C hingga 35
mg per hari.
Folat. Folat berperan pada sintesis DNA, RNA dan protein sehingga kebutuhan folat meningkat
pada masa remaja. Kekurangan folat menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik dan
kecukup-an folat pada masa sebelum dan selama kehamilan dapat mengurangi kejadian spina
bifida pada bayi.
Lain-lain
Serat (fiber). Serat makanan penting untuk menjaga fungsi normal usus dan mungkin berperan
dalam pencegahan penyakit kronik seperti kanker, penyakit jantung koroner dan diabetes
mellitus tipe-2. Asupan serat yang cukup juga diduga dapat menurunkan kadar kolesterol darah,
menjaga kadar gula darah dan mengurangi risiko terjadinya obesitas. Kebutuhan serat per hari
dapat dihitung dengan rumus : ( umur + 5 ) gram dengan batas atas sebesar ( umur + 10 ) gram.
http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/nutrisi-pada-remaja.html

Periode pertumbuhan anak dan remaja


1. Periode Sebelum Kelahiran (Prenatal)

Periode ini merupakan kehidupan individu dimulai dari masa konsepsi (pembuahan) hingga
kelahiran, sekitar 9 bulan dalam kandungan. Periode ini merupakan saat pertumbuhan yang
sangat luar biasa, dari satu sel tunggal (yang bertanya kira-kira1/20 juta ons) menjadi organisme
yang sempurna dengan kemampuan otak dan tingkah lakunya. Periode ini meskipun relative
singkat namun memiliki arti penting bagi perkembangan selanjutnya. Ada enam ciri penting
masa pra kelahiran, yaitu sebagai berikut:

Pada saat ini sifat-sifat bauran, yang berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnya di turunkan sekali untuk selamanya.
Kondisi-kondisi baik dalam tubuh ibu dapat menunjang perkmbangan sifat bawaan,
sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat perkembangnnya, bahkan sampai
mengganggu pola perkembangan yang akan datang.
Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada saat pembuahan, dan
kondisi-kondisi pada tubuh ibu tidak akan memengaruhinya, sama halnya dengan sifat
bawaan.
Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama periode prantal
dibandingkan dengan periode-periode lain dalam seluruh kehidpan individu.
Periode pra kelahiran merupakan masa yang banyak mengandung bahaya, baik fisik maupun psikologis.

2. Periode Bayi
Periode bayi merupakan masa perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24
bulan. Masa ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

Masa dasar pembentukan pola perilaku, sikap, dan ekspresi emosi.


Masa pertumbuhan dan perubahan berjalan cepat, baik fisik maupun psikologis.
Masa kurangnya ketergantungan.
Masa meningkatnya individualitas, yaitu saat bayi mengembangkan hal-hal yang sesuai
dengan minat dan kemampuannya.
Masa permulaan sosialisasi.
Masa permulaan berkembangnya penggolongan peran seks, seperti terkait dengan
pakaian yang di pakaikannya.
Masa yang menarik, baik bentuk fisik maupun perilakunya.
Masa permulaan kreativitas.
Masa berbahaya, baik fisik (seperti kecelakaan) atau psikilogis (karena perlakuan yang
buruk).

3. Periode Awal Anak


Periode awal anak adalah periode perkembangan yang merentang dari akhir masa bayi hingga
usia 5 atau 6 tahun; periode ini kadang-kadang disebut juga tahun-tahun prasekolahpreschool
years. Selama masa ini, anak belajar untuk mejadi lebih mandiri dan memerhatikan dirinya.

Mereka me-ngembangkan kesiapan sekolah (seperti mengikuti perintah, dan mengenal huruf)
dan menghabis-kan banyak waktnya untuk bermain dengan teman sebayanya.
4. Periode Pertengahan dan Akhir Anak
Periode ini adalah masa perkembangan yang terentang dari usia sekitar 6 hingga 10 atau 11
tahun. Masa ini sering juga disebut tahun-tahun sekolah dasar. Anak pada masa ini sudah
menguasai keterampilan dasar membaca, menulis, dan matematik. Yang menjadi tema sentral
periode ini adalah prestasi (achievement) dan perkembangan pengendalian diri (self-control).
5. Periode Remaja
Periode remaja adalah masa transisi antara masa anak dengan masa dewasa,terentang dari usia
sekitar 12/13 tahun sampai usia 19/20 tahun, yang ditandai dengan perubahan dalam aspek
biologis, kognitif, dan sosioemosional. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,
pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan
karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan
dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol
(pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di
luar keluarga.
6. Periode Dewasa
Period ini terdiri atas tiga masa, yaitu awal, pertengahan, dan akhir dewasa. Masa awal dewasa
dimulai dari usia sekitar 20 tahun hingga 30/35 tahunan. Masa ini merupakan saatnya individu
membangun independensi (kemandirian) pribadi dan ekonomi, serta peningkatan perkembangan
karier.
Masa pertengahan dewasa dimulai sekitar usia 35 hingga 45 tahun, dan berakhir pada usia 55 dan
65 tahun. Periode ini merupakan saat peningkatan minat untuk menanamkan nilai-nilai ke
generasi berikutnya, mengingkatkan refleksi tentang makna kehidupan, dan meningkatkan
perhatian terhadap tubuhnya sendiri.
Akhir dewasa adalah rentang dari usia 60 atau 70 sampai mati. Periode ini merupakan saat
penye-suaian diri terhadap melemahnya kekuatan dan kesehatan fisik, masa pensiun, dan
berkurangnya penghasilan.
http://www.psikologizone.com/fase-fase-perkembangan-manusia/06511465

Masalah gizi pada remaja


1. Defisiensi besi, anemia defisiensi besi dan defisiensi mikronutrien lain.
Anemia merupakan masalah nutrisi utama pada remaja dan umumnya pola makan salah sebagai
penyebabnya di samping infeksi dan menstruasi. Prevalensi anemia pada remaja cukup tinggi.
Sukarjo dkk di Jawa Timur (2001) mendapatkan prevalensi sebesar 25.8% pada remaja
perempuan dan 12.1% pada remaja lelaki usia 12-15 tahun, sedangkan laporan Sunarno dan
Untoro (2002) pada SKRT 1995 menunjukkan angka 45.8% dan 57.1% masing-masing pada
anak sekolah lelaki dan perempuan usia 10-14 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan adanya

hubungan defisiensi besi dengan gangguan proses kognitif yang membaik setelah mendapat
suplementasi zat besi.
2. Gizi kurang dan perawakan pendek
Perawakan pendek pada remaja seringkali ditemukan pada populasi dengan kejadian malnutrisi
tinggi, prevalensi berkisar antara 27 65% pada 11 studi oleh ICRW (International Centre for
Research on Women). Gizi kurang kronik yang mengakibatkan perawakan pendek merupakan
penyebab terjadinya hambatan pertumbuhan dan maturasi, memperbesar risiko obstetrik, dan
berkurangnya kapasitas kerja.
3. Obesitas
Obesitas pada masa remaja cenderung menetap hingga dewasa dan makin lama obesitas
berlangsung makin besar korelasinya dengan mortalitas dan morbiditas. Obesitas sentral (rasio
lingkar pinggang dengan panggul) terbukti berkorelasi terbalik dengan profil lipid padal
penelitian longitudinal Bogalusa. Obesitas juga menimbulkan masalah besar kesehatan dan
sosial, dan pengobatan tidak saja memerlukan biaya tinggi tetapi seringkali juga tidak efektif.
Karenanya pencegahan obesitas menjadi sangat penting dan remaja merupakan target utama.
4. Perilaku dan pola makan remaja.
Pola makan remaja seringkali tidak menentu yang merupakan risiko terjadinya masalah nutrisi.
Bila tidak ada masalah ekonomi ataupun keterbatasan pangan, maka faktor psiko-sosial
merupakan penentu dalam memilih makanan. Gambaran khas pada remaja yaitu : pencarian
identitas, upaya untuk ketidaktergantungan dan diterima lingkungannya, kepedulian akan
penampilan, rentan terhadap masalah komersial dan tekanan dari teman sekelompok (peer group)
serta kurang peduli akan masalah kesehatan, akan mendorong remaja kepada pola makan yang
tidak menentu tersebut. Kebiasaan makan yang sering terlihat pada remaja antara lain ngemil
(biasanya makanan padat kalori), melewatkan waktu makan terutama sarapan pagi, waktu makan
tidak teratur, sering makan fast foods, jarang mengonsumsi sayur dan buah ataupun produk
peternakan (dairy foods) serta diet yang salah pada remaja perempuan. Hal tersebut dapt
mengakibatkan asupan makanan tidak sesuai kebutuhan dan gizi seimbang dengan akibatnya
terjadi gizi kurang atau malahan sebaliknya asupan makanan berlebihan menjadi obesitas.
Remaja perempuan cenderung pada asupan makanan yang kurang, terlebih bila terjadi
kehamilan.
Di negara berkembang, sering terjadi gangguan perilaku makan seperti anoreksia nervosa dan
bulimia terutama pada perempuan yang berkorelasi dengan body image yang negatif. Karenanya
penting membangun body image dan self esteem yang positif pada remaja dalam upaya promosi
kesehatan dan gizi serta pencegahan obesitas.
http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/nutrisi-pada-remaja.html

LI 3: Kewajiban orang tua pada anak menurut ajaran islam


1. Berusaha menjaga anak dari gangguan syaitan sebelum dilahirkan

Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda: "jika salah seorang dari kamu mendatangi istrinya
dan berdoa; Bismillah, Allahumma jannibasy syaithona wa jannibisy syaithona ma rozaqtana,
lalu keduanya diberikan anak, maka anak tersebut tidak diganggu syaithon"(HR. Bukhari dan
Muslim).
2. Mempunyai perhatian terhadap anak ketika masih dalam rahim ibunya
3. Menampakkan kegembiraan ketika anak dilahirkan.
4. Adzan ditelinga anak yang dilahirkan
Dari Abu Rafi ia berkata: saya melihat Rasulullah SAW adzan di telinga Hasan bin Ali, ketika
Fathimah melahirkannya"(HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi).
5. Menyuapi anak yang dilahirkan dengan kurma yang dimamah .
Asma binti Abu Bakar ra meriwayatkan bahwa dia mengandung Abdullah bin Zubair di Mekkah,
ia berkata: Saya pergi dalam keadaan sempurna kandungan, lalu saya datang ke Madinah dan
singgah di Quba, lalu melahirkan di Quba. Kemudian membawanya pada Rasulullah SAW,
beliau meletakkannya di pangkuannya. Kemudian minta dibawakan kurma, lalu mengunyah
kurma itu dan beliau meludahi mulutnya. Jadi yang masuk pertama kali ke dalam perutnya
adalah ludah Rasulullah SAW, kemudian beliau menyuapinya dan mendoakan keberkahan
kepadanya"(HR. Bukhari dan Muslim).
6. Memberikan nama yang baik.
7. Menyembelih aqiqah, mencukur rambut anak.
"Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya. Disembelih binatang baginya pada hari ketujuh (dari
hari kelahirannya), diberi nama dan dicukur rambutnya" (HR. Samirah)
8. Mengkhitan
Diriwayatkan di dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah ra. Ia mengatakan bahwa: Rasulullah
SAW bersabda: "Fitrah itu ada lima: Khitanan, mencukur bulu-bulu yang tumbuh disekitar
kemaluan, memotong kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak. (Fitrah yang dimaksud
disini adalah fitrah amaliyyah untuk mensucikan badan dan menghiasi penampilan, pangkal
fitrah badan adalah khitan)
9. Menyusui
"Para Ibu hendaklah menyusukan anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan". (QS 2:233)
10. Memberikan pendidikan dan pengajian.
11. Memberikan nafkah.
12. Menyayangi dan bersikap lemah lembut terhadap anak
"Barang siapa yang baginya mempunyai tiga anak perempuan, ia menempatkan mereka dengan
baik-baik, kasih sayang atas mereka dan memberikan pendidikan atas mereka, wajiblah baginya
masuk syurga" (Riwayat Imam Ahmad. Al Bazzar dan At-Thabarani dari sahabat Jabir ra)

13. Memperhatikan keadaannya dan mengarahkannya untuk mendapat pekerjaan yang


disukai.
14. Melatih bekerja dan menghindarinya dari malas bekerja dan menganggur
15. Menjaga kesuciannya dan menikahkannya di kala ia membutuhkan dan mampu
16. Menyamakan pemberian kepada anak
"Samakanlah pemberian kepada anak-anakmu! Sekiranya aku dibolehkan melebihkan seorang
anak dari yang lain, niscaya aku akan lebihkan pemberian kepada anak perempuan' (HR.
Thabrani)
http://www.jaist.ac.jp/~helianti/edisi14/topik14.html

Você também pode gostar