Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
HARYANI, S.Kep
0806457060
UNIVERSITAS INDONESIA
HARYANI, S.Kep
0806457060
Nama
: Haryani, S.Kep
NPM
: 0806457060
Tanda Tangan :
Tanggal
: 5 Juli 2013
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
:
:
:
:
:
Haryani
0806457060
Ilmu Keperawatan
Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masalah
Perkotaan (KKMP) Pada Kasus Spondilitis
Tuberkulosis (TB) di Gedung Profesor Dr.
Soelarto Lantai 1 Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
Penguji
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: 5 Juli 2013
iii
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
ramat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Akhir-Ners ini. Penulisan
Karya Tulis Akhir-Ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada Karya Tulis Akhir-Ners ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu,
saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawati, MA., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan;
2. Kuntarti, SKp., M.Biomed sebagai koordinator Program Profesi 20122013;
3. Riri Maria, SKp., MN sebagai sebagai koordinator Mata Ajar KKMP
4. Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati S.Kp.,MARS sebagai dosen pembimbing Karya
Tulis Akhir-Ners yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi;
5. Ns. Sri Sasongkowati, S.Kep sebagai pembimbing klinik yang telah
memberikan banyak masukan agar Karya Tulis Akhir-Ners saya menjadi
lebih baik;
6. Kepada perawat ruangan di gedung Prof. Dr. Soelarto lantai 1 RSUP
Fatmawati yang telah membimbing selama praktik KKMP;
7. Orang tua dan kakak saya yang telah memberikan dukungan material dan
moral dalam menyelesaikan Karya Tulis Akhir-Ners ini;
8. Sahabat MAGIC yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
Karya Tulis Akhir-Ners ini; dan
iv
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan
pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Akhir-Ners ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Haryani, S.Kep
Dibuat di
: Depok
Pada tanggal
: 5 Juli 2013
Yang menyatakan
(Haryani, S.Kep)
vi
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Haryani
: Ilmu Keperawatan
: Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masalah
Perkotaan (KKMP) Pada Kasus Spondilitis Tuberkulosis
(TB) di Gedung Profesor Dr. Soelarto Lantai 1 Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati
Name
Study Program
Title
: Haryani
: Nursing
: Analysis of Clinical Nursing Practice of Urban Health for
spondylitis tuberculosis case in one floor Profesor Dr.
Soelarto building Fatmawati hospital
vii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
1
1
5
6
6
19
19
22
24
25
27
27
28
31
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
ix
Universitas Indoenesia
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 1 berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
dan manfaat penulisan. Rumusan masalah berisikan tentang masalah yang akan
dibahas. Tujuan penulisan terdiri dari dua sub bahasan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Sedangkan manfaat penulisan terdiri dari manfaat yang didapat
dari karya ilmiah ini untuk pelayanan keperawatan, rumah sakit, dan ilmu
keperawatan.
Peristiwa urbanisasi dapat memberikan pengaruh negatif pada suatu kota. Tellnes
(2005) menyatakan bahwa dampak negatif yang ditimbulkan akibat urbanisasi
salah satunya adalah perubahan gaya hidup kearah masalah kesehatan seperti
merokok.
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
Ischak
(2001)
Pencemaran udara pada suatu kota dapat menimbulkan masalah kesehatan berupa
masalah pernapasan pada penduduk kota. Penyakit pernapasan seperti ISPA
merupakan salah satu faktor akibat pencemaran udara (Brunner, Suddart, &
Smeltzer, 2008). Keadaan kota dengan tercemarnya udara menimbulkan
mudahnya mycobacterium masuk kedalam tubuh manusia. Salah satu penyakit
Universitas Indonesia
yang disebabkan oleh mycobacterium dan mudah ditularkan melalui udara pada
suatu kota yaitu penyakit tuberkulosis (Arias, 2009).
Universitas Indonesia
Spondilitis TB dapat terjadi pada level manapun dari tulang belakang . Tulang
belakang tubuh manusia terdiri dari 7 servikal, 12 thorakal, 5 lumbal dan 5
sakrum (Bono & Garfin, 2004). Lokalisasi yang paling sering terjadi yaitu pada
daerah vertebra torakal bawah dan daerah lumbal (T8-L3), kemudian daerah
torakal atas, servikal dan daerah sakrum (Garfin & Vaccaro, 1997 dalam Moesbar
2006). Abbasi dan Beshara (2011) menyatakan bahwa dari 25 responden
penderita TB sebagian besar sekitar 37,5 % lokalisasi spondilitis TB pada area
torakal dan sebagian kecil sekita 10% pada area servikal.
Agrawal, Patgaonkar dan Nagariya (2010) menyatakan bahwa tanda dan gejala
dari spondilitis TB meliputi tubuh merasa lemas, kurang nafsu makan, penurunan
berat badan, kenaikan suhu dan berkeringat dimalam hari dan nyeri punggung jika
Universitas Indonesia
bergerak. Hal yang sama juga dikemukaan oleh Alavi dan Sharifi (2010)
menyatakan bahwa dari 69 responden didapatkan hasil 98,5% mengalami nyeri
punggung, 26% merasa demam dimalam hari, 28,9% bentuk tubuh kifosis, 17,4%
berkeringat dimalam hari dan sekitar 14,5% mengalami penurunan berat badan.
Dapat dikatakan bahwa tanda gejala yang khas pada penderita spondilitis TB yaitu
bentuk tubuh nyeri punggung.
Tindakan medis yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri karena adanya abses
pada tulang belakang adalah dengan prosedur operasi. Agrawal, Patgaonkar dan
Nagariya (2010) menyatakan bahwa prosedur operasi yang dilakukan pada
penderita spondilitis TB meliputi debridemen posterior dan anterior untuk
mengeluarkan abses ataupun pus yang berada pada tulang belakang. Chanplakorn
et al (2011) menyatakan bahwa prosedur operasi lain yang dilakukan untuk
mengurangi nyeri penderita spondilitis TB yaitu dengan spinal shortering
osteotomy yang ditujukan untuk penderita spondilitis TB dengan kifosis.
Sli, Setyoadi, dan Widastra (2009) menyatakan bahwa terjadi penurunan skala
nyeri pada masing-masing responden setelah melakukan tehnik relasasi napas
dalam. Varvogli dan Darviri (2011) dalam penelitiaanya tentang tehnik
managemen stres ditemukan hasil bahwa menggunakan tehnik napas dalam dapat
mengurangi kecemasan. Dengan demikian, tindakan keperawatan berupa tehnik
napas dalam dapat digunakan atau di implementasikan kepada klien spondilitis
TB dengan keluhan nyeri punggung sebelum dan sesudah operasi serta untuk
mengurangi tingkat kecemasan klien sebelum operasi.
Universitas Indonesia
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati merupakan salah satu rumah sakit
pendidikan di Jakarta. Hal ini sesuai dengan misi RSUP Fatmawati yaitu
meningkatkan mutu pendidikan di seluruh disiplin ilmu. Salah satu institusi
pendidikan yang berkontribusi adalah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (FIK UI) Program Profesi 2012-2013. Pada bulan Mei 2013 selama 4
minggu mahasiswa FIK UI praktik di lantai I Gedung Professor DR. Soelarto
untuk mata ajar Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan. Berdasarkan hasil
observasi mahasiswa, kasus terbanyak di ruangan tersebut adalah fraktur dan
spondilitis TB.
masalah
kesehatan
tuberkulosis.
Penyebaran
tuberkulosis
secara
Universitas Indonesia
klien
dengan spondilitis TB di rumah sakit. Penulisan ini juga dapat dijadikan dasar
dalam memberikan materi dalam pemberian asuhan keperawatan klien dengan
spondilitis TB.
mahasiswa keperawatan
dalam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Indonesia
nomor dua terbesar setelah penyakit jantung (Muttaqin, 2008). Indonesia tercatat
memiliki Annual Risk of Tuberkulosis Infection (ARTI) bervariasi antara 1-3%
dimana 1% diperkirakan diantara 100.000 penduduk terjadi 1000 orang terinfeksi
TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB. Dengan kata lain,
TB di Indonesia merupakan penyakit menular tertinggi di Indonesia.
yang lemah seperti HIV mengakibatkan kerusakan sistem daya tahan tubuh seluler
sehingga mudah terserang penyakit penyerta seperti TB (Kemenkes, 2011)
Universitas Indonesia
10
11
Ruas tulang belakang mengatur sistem kerja pada bagian tubuh lain. Ruas servikal
mengatur kerja melebar dan mengerutkan mata dan pengeluaran air liur serta
ekstremitas (Bono & Garfin, 2004). Ruas thorakal berfungsi mengatur
mengerutkan bronkiolus, mempercepat dan melambatkan denyut jantung dan
meningkatkan sekresi asam lambung (Vaccaro & Albert, 2009). Ruas lumbal
mengatur menurunkan dan meningkatkan gerak peristaltik usus (Bono & Garfin,
2004). lima ruas sakrum mengatur dalam pengosongan kandung kemih (Vaccaro
& Albert, 2009).
Universitas Indonesia
12
2. Fase Miliar
Kompleks primer mengalami penyebaran miliar, suatu penyebaran hematogen
yang menimbulkan infeksi diseluruh paru dan organ lain. Penyebaran bronkogen
menyebarkan secara langsung kebagian paru lain melalui bronkus dan
menimbulkan bronkopneumonia tuberkulosa. Fase ini dapat berlangsung terus
sampai menimbulkan kematian, mungkin juga dapat sembuh sempurna atau
menjadi laten atau dorman.
3. Fase Laten
Kompleks primer ataupun reaksi radang ditempat lain dapat mengalami resolusi
dengan pembentukan jaringan parut sehingga basil menjadi dorman. Fase ini
berlangsung pada semua organ yang terinfeksi selama bertahun tahun. Bila terjadi
perubahan daya tahan tubuh maka kuman dorman dapat mengalami reaktivasi
memasuki fase ke 4, fase reaktivasi. Bila bakteri TB memasuki tulang belakang
maka bakteri TB berdublikasi dan berkoloni kemudian mendestruksi korpus
vetebra dan terjadi penyempitan ringan pada diskus. Setelah itu, terjadi destruksi
massif pada korpus vetebra dan terbentuk abses dingin yang kemudian terjadi
kerusakan pada diskus intervetebralis dan terbentuk gibus (penonjolan tulang)
sehingga bentuk badan kifosis (Agrawal, Patgaonkar, & Nagariya, 2010).
4. Fase Reaktivasi
Fase reaktivasi dapat terjadi di paru atau diluar paru. Pada paru, reaktifasi
penyakit ini dapat sembuh tanpa bekas, sembuh dengan fibrosis dan kalsifikasi
atau membentuk kaverne dan terjadi bronkiektasi. Reaktivasi sarang infeksi dapat
menyerang berbagai organ selain paru. Ginjal merupakan organ kedua yang
paling sering terinfeksi ; selanjutnya kelenjar limfe, tulang, sendi, otak, kelenjar
adrenal, dan saluran cerna. Tuberkulosa kongenital dapat ditemukan pada bayi,
ditularkan melalui vena umbilical atau cairan amnion ibu yang terinfeksi.
13
tanpa sebab yang jelas, demam lama tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjar
limfe superfisial yang tidak sakit, batuk lebih dari 30 hari, terjadi diare berulang
yang tidak sembuh dengan pengobatan diare disertai benjolan/masa di abdomen
dan tanda-tanda cairan di abdomen. Hasil penelitian lain yang dikemukakan oleh
Alavi dan Sharifi (2010) menyatakan bahwa dari 69 responden didapatkan hasil
98,5% mengalami nyeri punggung, 26% merasa demam dimalam hari, 28,9%
bentuk tubuh kifosis, 17,4% berkeringat dimalam hari dan sekitar 14,5%
mengalami penurunan berat badan.
Moesbar (2006) menyatakan bahwa kelainan yang sudah berlangsung lama pada
penderita spondilitis TB dapat disertai dengan paraplegia ataupun tanpa
paraplegia. Agrawal Patgaonkar dan Nagariya (2010) menyatakan hal yang sama
dimana tanda lain dari spondilitis TB dapat berupa defisit neurologi yang
mengakibatkan paraplegia. Paraplegia pada pasien spondilitis TB dengan penyakit
aktif atau yang dikenal dengan istilah Potts paraplegi, terdapat 2 tipe defisit
neurologi ditemukan pada stadium awal dari penyakit yaitu dikenal dengan onset
awal, dan paraplegia pada pasien yang telah sembuh yang biasanya berkembang
beberapa tahun setelah penyakit primer sembuh yaitu dikenal dengan onset lambat
(Paramarta et al., 2008).
2.2.4 Pemeriksaan Diagnostik Spondilitis TB
Pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan untuk menentukan adanya infeksi
mycobacterium tuberkulosis adalah dengan menggunakan uji tuberkulin (Mantoux
tes) (Paramarta et al., 2008). Uji tuberkulin merupakan tes yang dapat mendeteksi
adanya infeksi tanpa adanya menifestasi penyakit, dapat menjadi negatif oleh
karena alergi yang berat atau kekurangan energi protein (Corwin, 2008). Uji
tuberkulin ini tidak dapat untuk menentukan adanya TB aktif. Selai itu,
pemeriksaan laju endap darah (LED) yang ditemukan LED meningkat (Moesbar,
2006). Pemeriksaan radiologi pada tulang belakang sangat mutlak dilaksanakan
untuk melihat kolumna vertebralis yang terinfeksi (Alavi & Shafiri, 2010).
Universitas Indonesia
14
Pada beberapa kasus, infeksi terjadi di bagian anterior dari badan vertebrae
sampai ke diskus intervertebrae yang ditandai oleh destruksi dari end plate.
Elemen posterior biasanya juga terkena. Penyebaran ke diskus intervertebrae
terjadi secara langsung sehingga menampakkan erosi pada badan vertebra anterior
yang disebabkan oleh abses jaringan lunak (Moesbar, 2006). Ketersediaan
computerized tomography scan (CT scan) yang tersebar luas dan magnetic
resonance scan (MR scan) telah meningkat penggunaannya pada manajemen TB
tulang belakang (Burgener, Kormano, & Pudas, 2008). CT Scan memperlihatkan
bagian-bagaian vertebra secara rinci dan melihat kalsifikasi jaringan lunak dan
membantu mencari fokus yang lebih kecil, menentukan lokasi biopsi dan
menetukan luas kerusakan (Moesbar, 2006). Biopsi tulang juga dapat bermanfaat
pada kasus yang sulit, namun memerlukan tingkat pengerjaan dan pengalaman
yang tinggi serta pemeriksaan histologi yang baik (Paramarta et al., 2008).
2010).
Dasar
penatalaksanaan
spondilitis
tuberkulosa
adalah
15
istirahat ditempat tidur yang bertujuan untuk mengurangi nyeri, dan spasme otot
serta mengurangi destruksi tulang belakang (Wilkinson & Ahhern, 2009). Terapi
konsevatif lain yaitu dengan mengkonsumsi obat OAT untuk mencegah bakteri
untuk resisten (Nawas, 2010). Selain itu, terapi konservatif yang lain dapat
dilakukan dengan imobilisasi dengan pemasangan gips bergantung pada level lesi,
pada daerah servikal dapat dilakukan immobilisasi dengan jaket minerva,
torakolumbal dan lumbal atas immobilisasi dengan body jacket atau gips korset
disertai fiksasi pada salah satu panggul (Moesbar, 2006).
16
dimalam hari dan nyeri punggung jika bergerak. Akibat pembentukan abses ini
dapat menimbulkan komplikasi yang dapat menyerang sistem lain yaitu sistem
neurologis. Alavi dan Sharifi (2010) menyatakan bahwa dari 69 responden
didapatkan
dimalam hari, 28,9% bentuk tubuh kifosis, 17,4% berkeringat dimalam hari dan
sekitar 14,5% mengalami penurunan berat badan
17
2.4 Tehnik Relaksasi: Tarik Napas Dalam untuk Mengatasi Nyeri dan
Kecemasan pada Penderita Spondilits Tuberkulosis (TB)
Tarik napas dalam merupakan salah satu tehnik relaksasi yang digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri dan mengurangi kecemasan klien. Tujuan dilakukan tehnik
napas dalam adalah untuk merelaksasikan otot-otot yang tegang dan menormalkan
sirkulasi oksigen akibat cemas dan tahanan saat nyeri (Duma, Swardt, &
Khanyile, 2008). Metode relaksasi napas dalam selain dapat mengurangi nyeri
juga dapat menurunkan tingkat kecemasan.
Tehnik relaksasi napas dalam terdiri dari empat tahapan (Gabbrielle & Karen
2009). Langkah pertama yaitu posisikan klien dalam kondisi yang nyaman.
Langkah yang kedua tarik napas dalam secara perlahan melalui hidung. Tahan
dalam waktu 1-3 detik atau senyaman mungkin. Langkah terakhir keluarkan napas
Universitas Indonesia
18
melalui mulut secara perlahan. tehnik relaksasi napas dalam dapat dilakukan
berulang-ulang sampai klien merasa tenang sehingga nyeri dapat berkurang.
Sli, Setyoadi, dan Widastra (2009) menyatakan bahwa terjadi penurunan skala
nyeri pada masing-masing responden setelah melakukan tehnik relaksasi napas
dalam. Varvogli dan Darviri (2011) dalam menyatakan bahwa menggunakan
tehnik napas dalam dapat mengurangi kecemasan. Dengan demikian, tindakan
keperawatan berupa tehnik napas dalam dapat digunakan atau diimplementasikan
kepada klien spondilitis TB dengan keluhan nyeri punggung sebelum dan sesudah
operasi serta untuk mengurangi tingkat kecemasan klien sebelum operasi
Universitas Indonesia
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
BAB 3 berisi asuhan keperawatan pada kasus kelolaan. Asuhan keperawatan yang
diberikan meliputi pengkajian, analisis data, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
3.1 Pengkajian
Identitas klien:
1. Nama
: Nn.A
: 01221390
: Jawa Tengah
6. Status
: Belum Menikah
7. Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Nn. A datang dari Poli bedah toraks ke Fatmawati pada tanggal 7 Mei 2013. Klien
datang diantar oleh keluarga pada pukul 10.11 WIB. Klien datang ke RS dengan
keluhan nyeri punggung pada area tulang belakang sejak 5 hari yang lalu seperti
tertekan dengan skala nyeri 3 dan lamanya rasa nyeri kurang dari 30 menit. Nyeri
berkurang setelah istirahat. Hasil pemeriksaan rontgen tanggal 1 April 2012
didapatkan hasil spondilitis thoracal 9-10 dengan abses para vertebra sugesti
spondilitis TB dan pulmo minimal infiltrate lapangan atas kedua paru.
Berdasarkan data rekam medis diketahui bahwa klien direncanakan untuk operasi
debridement anterior torakal 9-10 pada tanggal 8 Mei 2013.
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 7 Mei 2013. Hasil wawancara dengan
klien didapatkan hasil bahwa klien mempunyai riwayat TB sejak 1-2 tahun yang
19
Universitas Indonesia
20
lalu. Klien mengatakan tidak merokok namun klien merupakan perokok pasif
dikarenakan lingkungan kerja dan pergaulan banyak yang merokok dan klien
tidak mengetahui jika ada dilingkungan kerja dan pergaulan yang memiliki
penyakit TB. Selain itu, klien bekerja sebagai pegawai swasta di Jakarta. Klien
mengatakan setiap harinya klien menggunakan kereta dan kendaraan umum untuk
bekerja. Klien mengatakan pernah di rawat di RS dikarenakan penyakit TB. Saat
ini klien masih mengkonsumsi obat-obatan OAT seperti rifampisin dan Isoniasid
masing-masing satu kali per hari.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data tanda-tanda vital klien meliputi tekanan
darah=110/70mmHg, nadi=85x/menit, Suhu=36,50C, dan frekuensi napas
19x/menit. Bunyi napas rochi +/+ bagian apek kedua paru. Klien terlihat sering
batuk. Klien mengatakan bahwa dapat mengeluarkan dahaknya secara mandiri.
Klien mengatakan terkadang demam dimalam hari dan suka merasa lemas. Klien
BAB dan BAK dengan normal. Frekuensi BAB 1x/hari, warna kuning dan
lembek. Frekuensi BAK > 5x/hari dengan warna kuning jernih. Berat badan klien
40 kg dan tinggi badan 160 cm. klien terlihat kurus. Klien mengatakan berat
badannya mengalami puenurunan sekitar lima kg sejak 2 tahun terakhir. Bentuk
tubuh terlihat sedikit membungkuk.
Klien mengatakan merasa takut ketika akan dilakukan operasi. Klien mengatakan
sudah diberitahukan tentang prosedur operasinya oleh dokter. Namun, klien masih
merasa takut akan hal-hal yang tidak diinginkan seperti rasa sakit dan tidak bisa
sembuh itu ada. Klien juga mengatakan mengenai penanganan apa saja yang
dilakukan setelah dilakukan operasi. Klien juga berharap agar setelah operasi
kesehatannya menjadi lebih baik.
Klien menjalani operasi pada tanggal 8 Mei 2013 pukul 08.00. Berdasarkan hasil
data rekam medis, setelah operasi klien harus menjalani perbaikan keadaan umum
di ruang ICU. Selain itu, berdasarkan hasil data rekam medis juga ditemukan data
klien berada di ruang ICU selama dua hari. Tanggal 11 Mei 2013 pukul 16.15
klien dijemput dari ruang ICU ke ruang rawat inap GPS lantai 1.
Universitas Indonesia
21
Saat dilakukan pengkajian post operasi tanggal 13 Mei 2013 didapatkan hasil data
berupa klien merasa nyeri pada bagian punggung luka operasi 5 hari yang lalu,
rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk. Skala nyeri 4. Klien mengatakan lamanya rasa
nyeri sampai kurang dari 30 menit. Klien tampak meringis saat nyeri itu timbul.
Klien mengatakan rasa nyerinya berkurang setelah tarik napas dalam dan
diberikan obat pengurang rasa nyeri. Obat pengurang rasa nyeri yang diberikan
klien yaitu ketorolac 1 ampul (1 cc) diberikan jika klien merasa rasa nyerinya
timbul dengan skala nyeri diatas 5. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien
meliputi tekanan darah= 100/70 mmHg, Nadi= 80x/menit, RR=20x/menit,
S=360C.
Aktivitas klien post operasi dibantu oleh keluarga. Klien mengatakan jika ingin
miring masih terasa sakit pada luka operasi dibagian punggung Klien mengatakan
jika ingin miring kanan dan kiri masih dibantu keluarga. Aktivitas seperti mandi
dan makan juga masih dibantu oleh keluarga. Pergerakan klien terlihat perlahanlahan dan terbatas. Klien mengatakan tidak mampu duduk secara mandiri dan
diperlukan bantuan alat berupa brace yang berfungsi menopang bagian tulang
belakang klien. Klien terpasang infus RL/8jam. Terpasang oksigen 2 liter/menit.
Klien mengatakan karena masih terasa sakit pada luka operasinya klien hanya
dapat tiduran ditempat tidur. Kekuatan otot klien pada ekstremitas atas dan bawah
mampu melawan tahanan namun secara maksimal.
Luka post operasi pada area punggung sepanjang kurang lebih 20 cm. Luka
tampak terbalut perban. Tidak ada warna kemerahan, bengkak dan cairan disekitar
area luka. Berdasarkan data rekam medik diketahui bahwa perencanaan perawatan
luka operasi per 3 hari setelah operasi. Berdasarkan hasil data laboraturium
tanggal 9 Mei 2013 didapatkan hasil kadar leukosit Nn.A dalam batas normal
yaitu 6,3 ribu/ul. Terapi farmakologis yang diberikan untuk mengurangi
peradangan yaitu ceftriaxone 3x1gr/hari.
Universitas Indonesia
22
Masalah keperawatan berupa nyeri akut pada klien terjadi pada saat sebelum dan
setelah operasi. Nyeri akut sebelum operasi didapatkan data berupa klien
mengatakan alasan masuk rumah sakit dikarenakan merasa nyeri pada punggung
area tulang belakang sejak 5 hari yang lalu. Klien merasakan sakit pada area
punggung seperti tertekan dan merasa sakit sampai kurang lebih satu jam. Selai
itu, klien mengatakan rasa nyerinya pada skala 3. Hasil pemeriksaan tekanan
darah klien 110/70 mmHg. Klien tampak meringis ketika nyeri itu timbul. Klien
mengatakan jika rasa nyeri kambuh hal yang dilakukan yaitu istirahat. Setelah
menjalani operasi debridement anterior, klien mengatakan nyeri pada punggung
area tulang belakang. Klien mengatakan skala nyeri 4. Klien mengatakan rasa
nyerinya seperti ditusuk-tusuk. Klien tampak meringis jika nyerinya timbul dan
lamanya nyeri yang dirasakan klien kurang dari 30 menit. Berdasarkan hasil datadata tersebut, didapatkan diagnosa keperawatan sebelum operasi yaitu nyeri akut
berhubungan dengan patologis penyakit spondilitis TB dan diagnosa setelah
operasi yaitu nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi debridement
anterior 9-10 (Nanda, 2012).
Klien mengatakan merasa takut ketika akan dilakukan operasi. Klien mengatakan
sudah diberitahukan tentang prosedur operasinya oleh dokter. Namun, klien masih
merasa takut akan hal-hal yang tidak di inginkan seperti rasa sakit dan tidak bisa
sembuh itu ada. Klien juga mengatakan mengenai penanganan apa saja yang
dilakukan setelah dilakukan operasi. Klien berharap kesehatannya akan menjadi
lebih baik setelah operasi. Dari data-data tersebut didapatkan masalah
keperawatan ansietas. Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu ansietas
berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan yaitu tindakan operasi
debridement anterior pada torakal 9-10 (Nanda, 2012).
Universitas Indonesia
23
Klien mengalami hambatan mobilitas fisik setelah post operasi. Klien mengatakan
jika klien bergerak, luka operasi di punggung masih terasa sakit. Klien
mengatakan untuk aktivitas seperti mandi dan berubah posisi miring dibantu oleh
keluarga. Pergerakan klien terlihat perlahan-lahan dan terbatas. Klien mengatakan
tidak mampu duduk secara mandiri dan diperlukan bantuan alat berupa brace
yang berfungsi menopang bagian tulang belakang klien. Klien terpasang infus
RL/8jam. Terpasang oksigen 2 liter/menit. Klien mengatakan karena masih terasa
sakit pada luka operasinya klien hanya dapat tiduran ditempat tidur. Kekuatan otot
klien pada ekstremitas atas dan bawah mampu melawan tahanan namun secara
maksimal. Dengan demikian, diagnosa post operasi yang ditemukan berdasarkan
data-data tersebut yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
(Nanda, 2012).
Masalah keperawatan lain yang ditemukan pada klien setelah operasi yaitu risiko
infeksi. Masalah keperawatan risiko infeksi ditegakkan berdasarkan data adanya
luka post operasi pada area punggung sepanjang kurang lebih 20 cm. Luka
tampak terbalut perban. Tidak tampak warna kemerahan, bengkak dan cairan
disekitar area luka. Berdasarkan data rekam medik diketahui bahwa perencanaan
perawatan luka operasi per 3 hari setelah operasi. Berdasarkan hasil data
laboraturium tanggal 9 Mei 2013 didapatkan hasil kadar leukosit Nn.A dalam
batas normal yaitu 6,3 ribu/ul. Berdasarkan data-data tersebut didapatkan
diagnosa yaitu risiko infeksi (Nanda, 2012)
Universitas Indonesia
24
fisik berhubungan dengan nyeri luka post operasi debridement anterior dan risiko
infeksi.
3.3.1 Ansietas
Tindakan keperawan yang dilakukan bertujuan agar ansietas klien berkurang atau
hilang dengan kriteria hasil klien mengatakan ansietas berkurang dan mampu
mengatasi kecemasan yang dirasakan (Wilkinson & Ahhern, 2009). Implementasi
yang dilakukan adalah dengan mendorong klien untuk mengekspresikan
perasaannya,
menjelaskan
persiapan
sebelum
operasi
dan
memvalidasi
Universitas Indonesia
25
3.4 Evaluasi
Penulis melakukan evaluasi terhadap setiap tindakan keperawatan yang dilakukan
pada klien. Evaluasi keperawatan yang dilakukan meliputi apa yang dirasakan
klien dan kondisi klien setelah diberi tindakan keperawatan. Pendokumentasian
evaluasi keperawatan klien dilakukan setelah tindakan keperawatan dilakukan
pada klien.
1. Ansietas
Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada masalah keperawatan ansietas
teratasi. Hal ini didapatkan data klien mengatakan rasa cemasnya berkurang
setelah diberi penjelasan dan diajarkan metode tarik napas dalam oleh
Universitas Indonesia
26
penulis. Selain itu, operasi yang dilakukan berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan.
2. Nyeri akut
Klien mengatakan rasa nyeri sebelum operasi mulai berkurang dan tidak
selama sebelum diberitahukan mengurangi nyeri dengan tarik napas dalam.
Nyeri akut setelah operasi dirasakan klien mulai berkurang dan klien
mengatakan dapat mengontrol rasa nyerinya dengan istirahat dan tarik napas
dalam. Klien mengatakan pada awal post operasi klien diberikan obat
pengurang rasa nyeri oleh perawat.
4. Risiko infeksi
Masalah risiko infeksi pada klien teratasi dimana ditemukan data bahwa
tidak ditemukan tanda-tanda infeksi pada luka operasi klien. Suhu tubuh
klien selama setelah operasi berada pada batas normal. Perawatan luka
operasi dilakukan per 3 hari.
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
BAB empat berisi pembahasan yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama yaitu
analisa KKMP dengan kasus kelolaan. Bagian kedua yaitu analisa kasus kelolaan.
Sedangkan bagian ketiga yaitu analisa salah satu intervensi yang diberikan pada
kasus kelolaan (tehnik relakasasi napas dalam).
27
Universitas Indonesia
28
sebayak 21 pasien
diakibatkan adanya riwayat penyakit TB paru. Hal ini sesuai dengan hasil
pengkajian klien bahwa klien mengatakan memiliki riwayat penyakit TB sejak
dua tahun yang lalu.
Universitas Indonesia
29
30
Universitas Indonesia
31
4.3 Analisis Tehnik Relaksasi Napas Dalam yang dilakukan pada Kasus
Kelolaan
Penulis melakukan salah satu intervensi berdasarkan hasil salah satu evidence
based yaitu tehnik relaksasi napas dalam untuk melihat keefektifan tehnik tersebut
kepada klien kelolaan. Tarik napas dalam merupakan salah satu tehnik relaksasi
yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi kecemasan klien.
Tujuan dilakukan tehnik napas dalam adalah untuk merelaksasikan otot-otot yang
tegang dan menormalkan sirkulasi oksigen akibat cemas dan tahanan saat nyeri
(Duma, Swardt, & Khanyile, 2008). Metode relaksasi napas dalam selain dapat
mengurangi nyeri juga dapat menurunkan tingkat kecemasan. Hal ini dilakukan
merujuk pada hasil pengkajian klien ditemukan bahwa klien mengalami nyeri
punggung dan kecemasaan sebelum operasi.
Tenhik relaksasi napas dalam terdiri dari 4 tahapan (Gabbrielle & Karen 2009).
Langkah pertama yaitu posisikan klien dalam kondisi yang nyaman. Langkah
yang kedua tarik napas dalam secara perlahan melalui hidung. Tahan dalam waktu
1-3 detik atau senyaman mungkin. Langkah terakhir keluarkan napas melalui
mulut secara perlahan. tehnik relaksasi napas dalam dapat dilakukan berulangulang sampai klien merasa tenang sehingga nyeri dapat berkurang. Pada tanggal 7
Mei penulis mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam kepada klien dengan
langkah-langkah yang sama sesuai teori di atas. Kemudian klien mencoba tehnik
relaksasi napas dalam tersebut berulang kali sampai merasa lebih nyaman dan
tenang.
Sli, Setyoadi, dan Widastra (2009) menyatakan bahwa terjadi penurunan skala
nyeri pada masing-masing responden setelah melakukan tehnik relasasi napas
dalam. Varvogli dan Darviri tahun 2011 dalam penelitiaanya tentang tehnik
managemen stres ditemukan hasil bahwa menggunakan tehnik napas dalam dapat
mengurangi kecemasan. Hal ini sesuai dengan hasil yang dilakukan oleh penulis
dimana ditemukan data evaluasi klien mengatakan rasa cemasnya berkurang
diajarkan metode tarik napas dalam oleh penulis. Selain itu, mengenai nyeri yang
Universitas Indonesia
32
dirasakan klien mengatakan rasa nyeri sebelum operasi mulai berkurang dan tidak
selama sebelum diberitahukan mengurangi nyeri dengan tarik napas dalam.
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
BAB lima berisi kesimpulan dan saran yang terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama yaitu kesimpulan. Bagian kedua yaitu saran.
5.1 Kesimpulan
Hasil penulisan mengenai Analisis Praktik KKMP pada Kasus Spondilitis TB di
Gedung Profesor DR. Soelarto Lantai 1 RSUP Fatmawati dapat disimpulkan
bahwa kasus spondilitis TB Nn. A merupakan salah satu masalah kesehatan
perkotaan dengan ditemukannya hasil pengkajian klien tinggal didaerah perkotaan
yang berisiko terpajannya masalah kesehatan akibat pencemaran udara. Selain itu,
spondilitis TB pada klien merupakan salah satu fase penyebaran bakteri TB ke
tulang belakang dengan tanda dan gejala nyeri punggung, kifosis, demam
dimalam hari, penurunan berat badan, sering batuk dan merasa lemas.
yang
dilakukan
mengacu
pada
masing-masing
diagnosa
33
Universitas Indonesia
34
5.2 Saran
Saran yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat
Masyarakat perkotaan khususnya lebih menanamkan kesadaran dan
merubah gaya hidup terhadap pentingnya kesehatan dikarenakan dampak
negatif yang diakibatkan adanya urbanisasi akibat perkembangan kota.
2. Penulisan Selanjutnya
Penulisan selanjutnya dapat memperluas area penulisan seperti bukan
hanya menganalisa salah satu intervensi keperawatan tetapi lebih dari satu
intervensi pada satu kasus masalah kesehatan perkotaan.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Abbasi, f., & Besharat, M. (2011). Tuberculosis Spondylitis (Potts Disease) in
Iran, Evaluation of 40 cases. Journal of
Chanplakon,N.,
Laohacharoensombat,W.
Kraiwattanapong,
(2011).
Treatment
C.,
of
Wajanavisit,W.
Acute
&
Tuberculosis
35
Universitas Indonesia
36
Kesehatan
RI.
(2011).
Pemdoman
nesional
pengendalian
37
(2012).
Peran
pengetahuan
terhadap
perilaku
pencarian
Lampiran 1
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Klien
a) Nama
: Nn.A
b) Tanggal lahir
c) No. RM
: 01221390
d) Jenis kelamin
: Perempuan
e) Suku
: Jawa Tengah
f) Status
: Belum Menikah
g) Pekerjaan
: Pegawai Swasta
seperti
tertekan dengan skala nyeri 3 dan lamanya rasa nyeri kurang dari 30 menit.
Nyeri berkurang setelah istirahat.
c.
e.
g. Pola Eliminasi: Klien BAB dan BAK dengan normal. Frekuensi BAB
1x/hari, warna kuning dan lembek. Frekuensi BAK > 5x/hari dengan
warna kuning jernih.
h. Pola Aktivitas:
-
i. Pola Respiratorik: Bunyi napas rochi +/+ bagian apek kedua paru. Klien
terlihat sering batuk. Klien mengatakan bahwa dapat mengeluarkan
dahaknya secara mandiri
k. Pola Kenyamanan:
-
Setelah operasi: nyeri pada bagian punggung luka operasi 5 hari yang
lalu, rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk. Skala nyeri 4. Klien mengatakan
lamanya rasa nyeri sampai kurang dari 30 menit. Klien tampak
meringis saat nyeri itu timbul.
l.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen: tanggal 1 April 2012 didapatkan hasil spondilitis thoracal 910 dengan abses para vertebra sugesti spondilitis TB dan pulmo
minimal infiltrate lapangan atas kedua paru.
b. Pemeriksaan Laboraturium:
Tanggal 9 Mei 2013: Hb: 8,5 g/dl, Ht: 27%, Leukosit: 6,3 ribu/ul,
trombosit 271 ribu/ul, eritrosit: 3,24 juta/ul.
3. Terapi Farmakologis:
a. Sebelum Operasi: OAT: rifampisin 1x1 tablet dan INH 1x1 tablet
b. sesudah operasi: tanggal 13 Mei 2013 ketorolak 3x1 amp, ceftriaxone
3x1gr, dan ranitidine 3x1amp (Parenteral). Rifampisin 1x1 tablet dan
INH 1x1 tablet ( Non parenteral).
Masalah
Keperawatan
Nyeri Akut
Ansietas
Universitas Indonesia
Masalah
Keperawatan
Nyeri Akut
Hambatan mobilitas
fisik
Risiko Infeksi
Universitas Indonesia
Diagonsa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam nyeri
klien berkurang atau
dapat diadaptasi oleh lien
Kriteria Hasil:
- Secara verbal klien
nyatakan nyeri
hilang/berkurang
- Klien dapat melakukan
tehnik mengurangi nyeri
- Klien tidak gelisah
- Skala nyeri 0-1 atau
teradaptasi
Rasional
Suhu=36,5 C, dan
frekuensi napas
19x/menit
Ansietas berhubungan
dengan perubahan dalam
status kesehatan , kritis
situasional (Wilkinson &
Ahern, 2009)
Subjektif: Klien
mengatakan merasa takut
ketika akan dilakukan
- Kolaborasi:
Pemberian analgesik
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam ansietas
berkurang atau hilang:
Kriteria Hasil:
- Klien secara verbalisasi
menyatakan ansietas
berkurang
No.
Diagonsa Keperawatan
operasi. Klien
mengatakan sudah
diberitahukan tentang
prosedur operasinya oleh
dokter. Namun, klien
masih merasa takut akan
hal-hal yang tidak di
inginkan seperti rasa
sakit dan tidak bisa
sembuh itu ada
Objektif: klien lebih
banyak diam
Tujuan
Intervensi
- Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab yang
mempengaruhinya
mengungkapkan kecemasaanya
- Beri privasi untuk klien dan keluarga
terdekat
Rasional
diekspresikan
- Memberi waktu untuk
mengekspresikan perasaan
Universitas Indonesia
Diagonsa Keperawatan
Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam nyeri
klien berkurang atau
dapat diadaptasi oleh
lien
Kriteria Hasil:
- Secara verbal klien
nyatakan nyeri
hilang/berkurang
- Klien dapat
melakukan tehnik
mengurangi nyeri
- Klien tidak gelisah
- Skala nyeri 0-1 atau
teradaptasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam klien
dapat melakukan
mobilisasi secara
optimal:
Kriteria hasil :
- Klien dapat ikut
serta dalam program
latihan
- Mencari bantuan
Intervensi
Rasional
- Kolaborasi:
Pemberian analgesik
- Kaji mobilitas yang ada dan observasi
terhadap peningkatan kerusakan
- Bantu klien dalam melakukan latihan
ROM
- Ubah posisi setiap 2 jam
- Pantau kulit dan membran mukosa
terhadap iritasi dan tanda inflamasi
- Bantu klien ambulasi
Kolaborasi:
Universitas Indonesia
No.
Diagonsa Keperawatan
Klien mengatakan jika ingin
miring kanan dan kiri masih
dibantu keluarga.
Objektif: Pergerakan klien
terlihat perlahan-lahan dan
terbatas
Risiko Infeksi
Karakteristik:
Subjektif: Klien mengatakan
lukanya masih terasa sakit
Objektif: Luka post operasi
kurang lebih 20 cm. Luka
tampak terbalut perban.
Tidak ada warna
kemerahan, bengkak dan
cairan disekitar area luka.
laboraturium tanggal 9 Mei
2013 didapatkan hasil kadar
leukosit Nn.A dalam batas
normal yaitu 6,3 ribu/ul.
Terapi farmakologis yang
diberikan untuk mengurangi
peradangan yaitu
ceftriaxone 3x1gr/hari
Tujuan
Intervensi
Rasional
sesuai kebutuhan
- Mempertahankan
koordinasi dan
mobilitas sesuai
tingkat optimal
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam
faktor resiko infeksi
akan hilang
Kriteria hasil :
- Menunjukkan faktor
resiko individu
- Mengidentifikasi
intervensi untuk
mencegah resiko
infeksi
- Menunjukkan teknik
untuk meningkatkan
lingkungan aman
- Suhu tubuh normal:
36,7-37,50C
Universitas Indonesia
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan
dengan penyakit patologis
spondilitis TB torakal 9-10
(Nanda, 2012)
Karakteristik:
Subjektif: O: 5 hari yll P:
patologis penyakit Q:
seperti tertekan R:sekitar
punggung tulang belakang
S: skala nyeri 3 T: lamanya
rasa nyeri kurang dari 30
menit
Objektif : tekanan
darah=110/70mmHg,
nadi=85x/menit,
Implementasi
Mengkaji skala nyeri yang
dirasakan pasien
Mengukur tanda-tanda vital klien
Mengajarkan kepada pasien cara
mengurangi nyeri dengan cara
tehnik napas dalam
Memberikan kesempatan klien
untuk lebih banyak beristirahat
untuk mengurangi nyeri
Suhu=36,5 C, dan
frekuensi napas 19x/menit
7-5- 2013
Pukul:
11.30
Evaluasi
S:
- klien mengatakan nyerinya masih terasa walau agak
sedikit berkurang setelah mencoba tehnik napas dalam
- klien mengatakan akan mencoba tehnik napas dalam
untuk mengurangi rasa sakit
O: O: nyeri punggung 5 hari yang lalu
P:
Q: nyeri seperti di tekan
R: rasa sakit di punggung
S: skala nyeri: 2-3
T: kurang dari 30 menit
Tanda-tanda vital: tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi:
80x/menit, RR: 18x/ment, S: 36,50C
A: nyeri
P:
- Kaji skala nyeri
- Evaluasi tehnik relaksasi napas
- Berikan waktu istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi
yang nyaman
S:
- Klien mengatakan cemasnya berkurang setelah
perasaannya bisa tercurahkan dan dengan tarik napas
dalam
O:
Universitas Indonesia
No
Tanggal
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
mengatakan merasa takut
nyaman dan suasana penuh istirahat
ketika akan dilakukan
- Beri kesempatan klien untuk
operasi. Klien mengatakan
mengungkapkan kecemasaanya
sudah diberitahukan
tentang prosedur
operasinya oleh dokter.
Namun, klien masih merasa
takut akan hal-hal yang
tidak di inginkan seperti
rasa sakit dan tidak bisa
sembuh itu ada
Objektif: klien lebih
banyak diam
Evaluasi
- Klien lebih banyak diam
A: Ansietas teratasi
P: -
Universitas Indonesia
Tanggal
14-5-2013
06.30
Implementasi
Mengkaji skala nyeri
yang dirasakan pasien
Mengukur tanda-tanda
vital klien
Mengajarkan kepada
pasien cara
mengurangi nyeri
dengan cara tehnik
napas dalam
Memberikan
kesempatan klien
untuk lebih banyak
beristirahat untuk
mengurangi nyeri
Mengajarkan tehnik
distraksi:
mendengarkan musik
Kolaborasi ketorolak 1
amp
Pukul 04.30
Evaluasi
S:
- Klien mengatakan nyerinya mulai berkurang dan terkadang timbul
dan hilang
- klien mengatakan nyerinya masih terasa namun mulai berkurang
dengan tehnik napas dalam dan beristirat
- klien mengatakan akan mencoba mendengarkan music jika terasa
nyeri
O: O: sakit karena luka operasi 6 hari yang lalu
P: sakit karena luka operasi
Q: nyeri seperti berdenyut
R: rasa sakit hanya sekitar luka
S: skala nyeri: 3
T: kurnag dari 30 menit
Klien terlihat sedikit meringis ketika rasa nyerinya mulai timbul.
TTV: TD= 110/80mmHg Nadi: 75x/menit, RR=18x/menit, S=
360C
A: nyeri
P:
- kaji skala nyeri yang dirasakan pasien
- ukur tanda-tanda vital klien
- Mengajarkan kepada pasien cara mengurangi nyeri dengan cara
tehnik napas dalam
- Memberikan kesempatan klien untuk lebih banyak beristirahat
untuk mengurangi nyeri
- Mengajarkan tehnik distraksi: mendengarkan musik
- Kolaborasi ketorolak 1 amp
Universitas Indonesia
No
Diagnosa Keperawatan
Tanggal
15-5-2013
16.00
16-5-2013
14.00
Implementasi
- Mengkaji skala nyeri
yang dirasakan pasien
- Mengukur tanda-tanda
vital klien
- Mengajarkan kepada
pasien cara
mengurangi nyeri
dengan cara tehnik
napas dalam
- Memberikan
kesempatan klien
untuk lebih banyak
beristirahat untuk
mengurangi nyeri
- Mengajarkan tehnik
distraksi:
mendengarkan musik
- Kolaborasi Tramadol 1
tablet
Pukul 17.30
Evaluasi
S:
- Klien mengatakan nyerinya mulai berkurang dan terkadang timbul
dan hilang
- klien mengatakan jika merasa nyeri klien tarik napas dalam,
istirahat, dan mendengarkan musik
O: O: sakit karena luka operasi 7 hari yang lalu
P: sakit karena luka operasi
Q: nyeri seperti berdenyut
R: rasa sakit hanya sekitar luka
S: skala nyeri: 2-3
T: kurnag dari 30 menit
Klien terlihat sedikit meringis ketika rasa nyerinya mulai timbul.
TTV: TD= 110/70mmHg Nadi: 78x/menit, RR=18x/menit, S=
360C
A: nyeri
P:
- kaji skala nyeri yang dirasakan pasien
- ukur tanda-tanda vital klien
- evaluasi cara mengurangi nyeri dengan cara tehnik napas dalam
- berikan kesempatan klien untuk lebih banyak beristirahat untuk
mengurangi nyeri
- evaluasi tehnik distraksi: mendengarkan musik
- Kolaborasi tramadol
S:
- Klien mengatakan nyerinya mulai berkurang
- klien mengatakan jika merasa nyeri klien tarik napas dalam,
istirahat, dan mendengarkan musik
O: O: sakit karena luka operasi 8 hari yang lalu
P: sakit karena luka operasi
Universitas Indonesia
No
Diagnosa Keperawatan
Tanggal
14-5-2013
07.15
15-5-2013
15.20
Implementasi
dengan cara tehnik
napas dalam
- Memberikan
kesempatan klien
untuk lebih banyak
beristirahat untuk
mengurangi nyeri
- evaluasi tehnik
distraksi:
mendengarkan musik
Evaluasi
Q: nyeri seperti berdenyut
R: rasa sakit hanya sekitar luka
S: skala nyeri: 1-2
T: kurnag dari 30 menit
Klien terlihat sedikit meringis ketika rasa nyerinya mulai timbul.
TTV: TD= 110/70mmHg Nadi: 75x/menit, RR=18x/menit, S=
360C
A: nyeri teratasi
P:klien pulang pukul 15.15
- Mengkaji mobilitas
yang ada dan observasi
terhadap peningkatan
kerusakan
- Membantu klien dalam
melakukan latihan
ROM aktif pada
ekstremitas
- mengubah posisi
lateral kanan
S:
- Klien mengatakan aktivitas masih dibantu keluarga
- Klien mengatakan mulai mencoba miring secara dengan benar
perlahan-lahan
- Klien mengatakan badannya mulai enak setelah dilakukan ROM
- Mengkaji mobilitas
yang ada dan observasi
terhadap peningkatan
kerusakan
- Membantu klien dalam
melakukan latihan
O: terpasang RL/8jam
A: hambatan mobilitas fisik
P:
- kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan
kerusakan
- bantu klien dalam melakukan latihan ROM aktif pada ekstremitas
- ubah posisi lateral kanan
S:
- Klien mengatakan sudah mampu miring secara mandiri dengan
brace
- Klien mencoba duduk dan berjalan dengan brace perlahan
- Klien mengatakan badannya mulai enak setelah dilakukan ROM
Universitas Indonesia
No
Diagnosa Keperawatan
Tanggal
16-5-2013
14.20
Risiko Infeksi
Karakteristik:
Subjektif: Klien
mengatakan lukanya
masih terasa sakit
Objektif: Luka post
operasi kurang lebih 20
cm. Luka tampak
terbalut perban. Tidak
14-5-2013
05.40
Implementasi
ROM aktif pada
ekstremitas
- Membantu klien duduk
dan berjalan dengan
alat bantu brace
Evaluasi
O: klien dapat duduk dan berjalan 5 langkah dengan brace dengan
bantuan
A: hambatan mobilitas fisik
P:
- kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan
kerusakan
- bantu klien dalam melakukan latihan ROM aktif pada ekstremitas
- evaluasi ambulasi duduk dan berjalan dengan brace
- Mengkaji mobilitas
yang ada dan observasi
terhadap peningkatan
kerusakan
- Membantu klien dalam
melakukan latihan
ROM aktif pada
ekstremitas
- Evaluasi klien duduk
dan berjalan dengan
alat bantu brace
S:
- Klien mengatakan sudah mampu miring secara mandiri dengan
brace
- Klien mencoba duduk dan berjalan dengan brace perlahan secara
mandiri
- Klien mengatakan badannya mulai enak setelah dilakukan ROM
S:
Klien mengatakan lukanya masih terasa sakit
O:
Luka post operasi kurang lebih 20 cm. Luka tampak terbalut perban.
Tidak ada warna kemerahan, bengkak dan cairan disekitar area luka.
Suhu: 360C
A: Risiko infeksi
P:
- observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
- Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan sebelum dan
Universitas Indonesia
No
Diagnosa Keperawatan
Tanggal
ada warna kemerahan,
bengkak dan cairan
disekitar area luka.
laboraturium tanggal 9
Mei 2013 didapatkan
15-5-2013
hasil kadar leukosit Nn.A
dalam batas normal yaitu 17.00
6,3 ribu/ul. Terapi
farmakologis yang
diberikan untuk
mengurangi peradangan
yaitu ceftriaxone
3x1gr/hari
16-5-2013
15.00
Implementasi
ceftriaxone 1gr
Evaluasi
sesudah
- Pantau suhu dan istirahat
- Kolaborasi:
- Terapi antibiotic
S:
Klien mengatakan lukanya masih terasa sakit
O:
Luka post operasi kurang lebih 20 cm. Luka tampak terbalut perban.
Tidak ada warna kemerahan, bengkak dan cairan disekitar area luka.
Suhu: 360C
A: Risiko infeksi
P:
- observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
- Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah
- Pantau suhu dan istirahat
- Kolaborasi:
Terapi antibiotic
S:
Klien mengatakan lukanya masih terasa sakit
O:
Luka post operasi kurang lebih 20 cm. Luka tampak terbalut perban.
Tidak ada warna kemerahan, bengkak dan cairan disekitar area luka.
Suhu: 360C
A: Risiko infeksi
P: klien pulang pukul 15.15
Universitas Indonesia