Você está na página 1de 22

1

DAFTAR ISI

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
A.
B.
C.
D.
A.
B.

Halaman Judul...................................................................................................................

Kata Pengantar..................................................................................................................

ii

Daftar Isi............................................................................................................................

iii

Pembahasan.......................................................................................................................

Definisi dan Penjelasan Strabismus................................................................................


Etiologi...........................................................................................................................
Klasifikasi.......................................................................................................................
Patofisiologi.....................................................................................................................
Manifestasi Klinik...........................................................................................................
Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................................
Penatalaksanaan...............................................................................................................
Komplikasi......................................................................................................................
Test Tambahan................................................................................................................
Kosep Asuhan Keperawatan..............................................................................................
Pengkajian.......................................................................................................................
Diagnosa ........................................................................................................................
Intervensi........................................................................................................................
Evaluasi...........................................................................................................................
PENUTUP.........................................................................................................................
Kesimpulan......................................................................................................................
Saran ..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

1
2
3
6
7
8
9
10
10
12
12
14
14
15
16
16
16
18

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Strabismus merupakan efek penglihatan kedua mata tidak tertuju pada satu obyek, yang menjadi
pusat perhatian. Satu mata bisa terfokus satu obyek, pada satu obyek sedangkan mata yang lain
dapat bergulir kearah dalam, luar, atas, atau bawah.seseorang dengan mata juling tidak dapat
melihat suatu obyek dengan kedua mata secara serentak.
Dalam beberapa kasus, otot mata sering menjadi salah satu penyebab strabismus/juling. Untuk
menggerakkan bola mata digunakan enam macam otot mata. Bila otot itu tidak bekerja normal,
maka kedua mata itu tidak berfungsi secara seimbang. Sehingga jika diantara otot atau saraf yang
tidak normal, keadaan itu bisa menyebabkan seorang menjadi juling. Ada pula kasus juling
akibat infeksi toksoplasma yang ditularkan melalui kucing atau daging yang mengandung kuman
toksoplasma tidak dimasak dengan baik.
B. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang gangguan mata
khususnya strabismus penulis berharap pembaca mengerti akan pengertian dari strabismus,
gejala, tanda, penyebab, pemeriksaan, pengobatan dan lain-lain.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Definisi dan Penjelasan Strabismus


Strabismus atau juling berarti suatu kelainan posisi bola mata dan bisa terjadi pada arah atau
jarak penglihatan tertentu saja, misalnya kelainan posisi untuk penglihatan jarak jauh saja atau ke
arah atas saja, atau terjadi pada semua arah dan jarak penglihatan.
Kata strabismus pada saat ini sering digunakan dalam pengertian suatu cabang ilmu penyakit
mata yang nempelajari kelainan penglihatan binokular yang disebabkan oleh tidak adanya satu
atau lebih persaratan tersebut tersebut di atas. Nama lain yang lebih tepat untuk strabismus
adalah VISUAL SENSORIMOTOR ANOMALIES.
Telah dikemukakan bahwa untuk dapat melihat secara normal diperlukan sarat bahwa visus
kedua mata adalah sama baiknya, faal ototnya baik dan susunan saraf pusat cukup baik untuk
mensitesa bayangan yang dikirimkan oleh kedua mata kita. Pengobatan terhadap penderita
dengan strabismus adalah bertujuan untuk mengembalikan penglihatan birokuler yang normal,
hingga pengobatan terhadap strabismus adalah memenuhi persyaratan untuk mencapai
penglihatan binokuler tersebut diatas : dengan kata lain secara terhadap memperbaiki visus kedua
matanya, kemudian memperbaiki posisi kedua mata hingga mencapai kedudukan orthophoria
dan terakhir melatih penderita menyatukan dua bayangan dari kedua matanya.
Usaha memperbaiki visus dimulai pada umur yang sedini mungkin, semenjak saat terlihat bahwa
si anak mempunyai keinginan melatih untuk menggunakan hanya satu matanya.
Apabila pada keadaan tersebut diatas mata yang baik ditutup atau diberi obat tetes atropin, maka
si anak akan terpaksa memakai mata yang malas dan pada anak yang berumur dibawah 6 tahun,
akan memperbaiki kemampuan penglihatannya . pengobatan di hentikan bila tercapai keadaan
fiksasi yang bergantian antara mata kanan dan kiri.
Perbaikan posisi bola mata dilakukan pada umur dimana pemeriksaan mengenai otot-otot
matanya sudah dapat dilakukan dengan lebih teliti, karena pemeriksaan tersebut memerlukan
kerja sama yang baik antara si anak dengan dokternya.
Dasar daripada perbaikan posisi bola mata adalah melakukan pembedahan pada otot-otot mata
dengan melemahkan otot yang bekerja terlalu kuat dan memperkuat otot yang bekerja terlalu
lama. Perbaikan posisi bola mata ini dilakukan pad umur sekitar 4-5 tahun agar strabismus yang
4

masih tidak terkoreksi oleh pembedahan masih bisa diperbaiki dengan pemberian latihan-latihan
menggunakan kedua matanya
Pengobatan sukar dilakukan untuk membuat mata menjadi lurus kembali pada mata juling yang
sudah ambliotia atau sudah terjadi korespondensi pada retina abnormal dimana telah terjadi
penglihatan tunggal pada mata yang juling tersebut.oleh sebab itu bila kita menemukan mata
juling dengan korespondensi retina abnormal atau terdapat ambliopia, sebaiknya segera
memberikan perawatan untuk mencegah keadaan menjadi menetap. Dalam keadaan ini perlu
pengawasan yang baik pada anak bila terlihat juling.
Bila telah terjadi juling maka dilakukan:

Latihan

Kaca mata bila ada kelainan refraksi

Tindakan pembedahan pada otot yang mengakibatkan kedudukan bola mata tidak normal
Bila mata baru mengalami juling akan tejadi keluhan diplopia atau penglihatan ganda. Bila satu
mata dengan esotropia atau juling kedalam maka bayangan pada mata tersebut akan terletak
disebalah nasal makula lutea sehingga benda tersebut seakan-akan terletak diluar atau jauh
bersebelahan dengan benda yang dilihat dengan mata yang baik. Akibatnya, akan terjadi
gangguan penglihatan bayangan kedua benda sekaligus secara tunggal. Kadang-kadang kedua
bayangan ini sangat mengganggu penderita. Untuk menghindari hal ini mata yang tidak
berfiksasi akan melakukan supresi. Bila hal ini terjadi bergantian maka mata terus-menerus akan
terjadi skotoma supresi pada mata yang juling, maka mata ini akan mengalami ambliopia.
Ambliopia akan mudah terjadi bila mata juling terdapat pada anak berusia dibawah 5 tahun.
Penyulit juling yang lain ialah rerjadinya korespondensi retina yang abnormal. Korespondensi
retina abnormal terjadi bila kortek serebri sudah dapat menyesuaikan diri terhadap dua titik yang
tidak sekoresponden menjadi

B. Etiologi
1. Faktor Keturunan
Genetik Patternnya belum diketahui dengan pasti, tetapi akibatnya sudah jelas. Bila orang tua
yang menderita strabismus dengan operasi berhasil baik, maka bila anaknya menderita
strabismus dan operasi akan berhasil baik pula.

2. Kelainan Anatomi
Kelainan otot ekstraokuler

Over development

Under development

Kelainan letak insertio otot

3. Kelainan pada vascial structure


Adanya kelaian hubungan vascial otot-otot ekstraokuler dapat menyebabkan penyimpangan
posisi bola mata.
4. Kelainan dari tulang-tulang orbita

Kelainan pembentukan tulang orbita menyebabkan bentuk dan orbital abnormal, sehingga
menimbulkan penyimpangan bola mata.

Kelainan pada saraf pusat yang tidak bisa mensintesa rangsangan.

Fovea tidak dapat menangkap bayangan.

Kelainan kwantitas stimulus pada otot bola mata.

Kelainan Sensoris

5.

Kelainan Inervasi

Gangguan proses transisi dan persepsi

C.

Klasifikasi
Menurut Arah Deviasi
1. 1Exotropia (Strabismus Divergen)

Frekuensi lebih sedikit daripada esotropia

Sering suatu exotropia dimulai dari exoforia yang kemudian mengalami progresifitas
menjadi intermittent exotopia yang pada akhirnya menjadi exotropia yang konstan, bila
tidak diberi pengobatan

Paling sering terjadi monokuler, tetapi mungkin pula alternating.

Pengobatan : tergantung penyebabnya, yang sering kasus ini memerlukan tindakan


operasi.

2. Esotropia

Non Paralytic (Comitant)

Non Akomodatif Esotropia Dibagi menjadi :


-

Esotropia Infantil
Paling sering dijumpai. Sesuai kesepakatan agar memenuhi syarat batasan, maka
terjadinya esotropia harus sebelum umur 6 bulan. Penyebab belum diketahui
secara pasti.

Esotropia Didapat
Timbulnya pada masa anak-anak, tetapi tidak ada faktor akomodasi. Sudut
strabismusnya mula-mula lebih kecil daripada esotropia kongenital tetapi akan
bertambah besar.

Esotropia Miopia
Timbulnya pada orang dewasa muda dan ada diplopia untuk memandang jauh, yang
lambat laun akan untuk memandang dekat.

Tanda klinik :

Pada yang monokuler : anomali refraksinya sering lebih menyolok pada satu mata
(anisometropia).

Pada yang alternating : anomali refraksinya hampir sama pada kedua mata.

Pengobatan :
Oklusi : tujuannya adalah menyamakan visus kedua mata yang ditutup ialah mata
yang baik. Oklusi ini dapat dikombinasikan dengan Orthoptica untuk
mengembagkan fungsi binokuler
Operasi

Akomodatif Esotropia
Terjadi bila ada mekanisme akomodasi fisiologis yang normal, tetapi ada divergensi

fusi relatif yang kurang untuk mempertahankan mata supaya tetap lurus.
8

D.

Pathofisiologi

E.

Manifestasi Klinik ( Tanda & Gejala )


10

a. Gerak mata terbatas, pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja. Hal ini menjadi nyata pada
kelumpuhan total dan kurang nampak pada parese. Ini dapat dilihat, bila penderita diminta
supaya matanya mengikuti suatu obyek yang digerakkan ke 6 arah kardinal, tanpa menggerakkan
kepalanya (excurtion test). Keterbatasan gerak kadang-kadang hanya ringan saja, sehingga
diagnosa berdasarkan pada adanya diplopia saja.
b. Deviasi
Kalau mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang lumpuh bekerja, mata yang sehat akan
menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata yang sakit tertinggal. Deviasi ini akan tampak
lebih jelas, bila kedua mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh bekerja. Tetapi bila
mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh ini tidak berpengaruh, deviasinya tak tampak.
c. Mata melihat lurus kedepan, esotropia mata kanan nyata. Mata melihat kekiri tak tampak
esotropia. Mata melihat kekanan esotropia nyata sekali.
d. Parese m.rektus lateral mata kanan Mata kiri fiksasi (mata sehat) mata kanan ditutup (mata sakit)
deviasi mata kanan=deviasi mata primer Mata kiri yang sehat ditutup, mata kanan yang sakit
fiksasi, deviasi mata kiri = deviasi sekunder, yang lebih besar dari pada deviasi primer.
e. Diplopia : terjadi pada lapangan kerja otot yang lumpuh dan menjadi lebih nyata bila mata
digerakkan kearah ini.
f. Ocular torticollis (head tilting).Penderita biasanya memutar kearah kerja dari otot yang lumpuh.
Kedudukan kepala yang miring, menolong diagnosa strabismus paralitikus. Dengan
memiringkan kepalanya, diplopianya terasa berkurang.
g. Proyeksi yang salah. Mata yang lumpuh tidak melihat obyek pada lokalisasi yang benar. Bila
mata yang sehat ditutup, penderita disuruh menunjukkan suatu obyek yang ada didepannya
dengan tepat, maka jarinya akan menunjukkan daerah disamping obyek tersebut yang sesuai
dengan daerah lapangan kekuatan otot yang lumpuh. Hal ini disebabkan, rangsangan yang nyata
lebih besar dibutuhkan oleh otot yang lumpuh, untuk mengerjakan pekerjaan itu dan hal ini
menyebabkan tanggapan yang salah pada penderita.
h. Vertigo mual-mual, disebabkan oleh diplopia dan proyeksi yang salah. Keadaan ini dapat
diredakan dengan menutup mata yang sakit.

F. Pemeriksaan Diagnostik
11

a. E-chart / Snellen Chart


Pemeriksaan dengan e-chart digunakan pada anak mulai umur 3 - 3,5 tahun, sedangkan diatas
umur 5 6 tahun dapat digunakan Snellen chart.
b. Untuk anak dibawah 3 th dapat digunakan cara
1.

Objektif dengan optal moschope

2.

Dengan observasi perhatian anak dengan sekelilingnya

3.

Dengan oklusi / menutup cat mata

c. Menentukan anomaly refraksi


Dilakukan retroskopi setelah antropinisasidengan atropin 0,5 % - 1 %
d. Retinoskopi
Sampai usia 5 tahun anomali refraksi dapat ditentukan secara objectif dengan retinoskopi setelah
atropinisasi dengan atropin 0,5 % - 1 %, diatas usia 5 tahun ditentukan secara subbjektif seperti
pada orang dewasa.
e. Cover Test : menentukan adanya heterotropia
f. Cover Uncovertest : menentukan adanya heterophoria
g. Hirsberg Test
Pemeriksaan reflek cahaya dari senter pada permukaan kornea.
Cara :
1. Penderita melihat lurus ke depan
2. Letakkan sebuah senter pada jarak 1/3 m = 33 cm di depan setinggi kedua mata pederita
3. Perhatika reflek cahaya dari permukaan kornea penderita.
4. Prisma + cover test
h. Uji Krimsky
i. Pemeriksaan gerakan mata
Pemeriksaan pergerakan monokuler
Satu mata ditutup dan mata yang lainnya mengikuti cahaya yang digerakkan kesegala arah
pandangan,sehingga adanya kelemahan rotasi dapat diketahui. Kelemahan seperti ini biasanya
karena para usis otot atau karena kelainan mekanik anatomic.
Pemeriksaan pergerakan binokuler
Pada tiap-tiap mata ,bayangan yang ditangkap oleh fovea secara subjektif terlihat seperti terletak
lurus didepan .apabila ada 2 objek yang berlainan ditangkap oleh 2 fovea, kedua objek akan
12

terlihat seperti terletak lurus didepan .apabila ada 2 objek akan terlihat saling tindih,tetapi jika
ada ketidak samaan menyebabkan fusi tidak memberikan kesan tunggal.
G. Penatalaksanaan
a. Orthoptic
1. Oklusi
Mata yang sehat ditutup dan diharuskan melihat dengan mata yang ambliop.oklusi sebagian juga
harus bisa dilakukan dengan membrane plastik, pita, lensa, atau mata ditutup dengan berbagai
cara.
2.

Pleotic

3.

Obat-obatan

4.

Latihan dengan synoptophone

b. Memanipulasi akomodasi
1. Lensa plus / dengan miotik
Menurunkan beban akomodasi dan konvergensi yang menyertai
2. Lensa minus dan tetes siklopegik
Merangsang akomodasi pada anak-anak
c. Penutup Mata
Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter akan merekomendasikan untuk melatih
mata yang lemah dengan cara menutup mata yang normal dengan plester mata khusus (eye
patch). Penggunaan plester mata harus dilakukan sedini mungkin dan mengikuti petunjuk dokter.
Sesudah berusia 8 tahun biasanya dianggap terlambat karena penglihatan yang terbaik
berkembang sebelum usia 8 tahunPrisma
d. Suntikan toksin botulin
e.

H.

Operatif
1.

Recession : memindahkan insersio otot

2.

Resertion : memotong otot ekstraokuler

Komplikasi
13

1.

Supresi
Usaha yang tidak disadari dari penderita untuk menghindari diplopia yang timbul akibat adanya
devisiansi

2. Amblyopia
Menurunnya visus pada satu atau dua mata dengan atau tanpa koreksi kacamata dan tanpa
adanya kelainan organiknya.
3. Anomalus Retinal Correspondens
Suatu keadaan dimana favea dari mata yang baik (yang tidak berdeviasi) menjadi sefaal dengan
daerah favea dari mata yang berdeviasi.
4. Defect otot
Perubahan-perubahan sekunder dari striktur konjungtiva dan jaringan fascia yang ada di
sekeliling otot menahan pergerakan normal mata
5. Adaptasi posisi kepala
Keadaan ini dapat timbul untuk mengindari pemakaian otot yang mengalami efecyt atau
kelumpuhan untuk mencapai penglihatan binokuler. Adaptasi posisi kepala biasanya kearah aksi
dari otot yang lumpuh.
I. Test Tambahan
Pemeriksaan Ini dilakukan untuk mengukur derajat strabismus. Diantara nya:
1. Tes Hisch Berg
Caranya :
Penderita disuruh untuk melihat cahaya pada jarak 12 inci (30cm). perhatikan reflek cahaya
terhadap pupil. Kalau letak nya di pinggir pupil, maka deviasinya 15 derajat, tapi kalau letaknya
diantara pinggir pupil dan limbus maka deviasinya 30 derajat dan jika letak nya di limbus, maka
derajat deviasinya 45 derajat.(catt : 1 derajat= 2 prisma diopter)
2. Tes Krimsky
Caranya:
Penderita melihat kesumber cahaya yang jarak nya ditentukan. Perhatikan reflek cahaya pada
mata yang berdeviasi. Kekuata prisma yang terbesar diletakkan di depan mata yang brdeviasi,
sampai reflek cahaya yang terletak disentral korne
3. Tes Maddox Cross
14

Maddox Cross terdiri dari satu palang dengan tangan dari silang nya 1 m. pada jarak 1m dari
Maddox cross, kedua mata penderita, musle light yang terletak ditengah-tengah Maddox cross
dan ujung Maddox cross membentuk segitiga sama kaki dengan sudut dasarnya 45o
Suruh penderita melihat muscle light, kalau tidak ada strabismus, reflek cahaya terletak di
tengah-tengah pupil, namu bila strabismus, letaknya eksentrik
4. Tes Pemeriksaan Rotasi Monokuler
Caranya:
Diperiksa dengan salah satu mata ditutup, sedangkn mata yang lain mengikuti cahaya atau objek
yang diarahkan kesemua arah. Kelemahan deduksi dapat diketahui yang disebabkan oleh
kelemahan otot atau kelainan anatomis dari otot.
5. Uncover Test
Caranya:
Pasien diminta melihat objek fiksasi. Mata kanan ditutup dan mata kiri tidak.
Lalu dibuka, segera perhatikan, bila bola mata bergerak, heterophoria diam,orhoporia, exophoria
bergerak nasal.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN STRABISMUS ( MATA JULING )
A. Pengkajian
15

1. Pengkajian Ketajaman Penglihatan


Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu Snellen.
Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan satuv mata ditutup.
Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari barisv paling atas
kebawah,dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya dengan benar.
Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas (terbesar) maka dilakuan uji hitung jari dari
jarak 6 meter.
Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 6 meter, maka jarak dapat dikurangi satu meter,
sampai maksimal jarak penguji dengan pasien 1 meter.
Jika pasien tetap tidak bisa melihat,dilakukan uji lambaian tangan,dilakukan uji dengan arah
sinar.
Jika pengelihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar,maka dikatakan pengelihatanya
adalah 0 (nol) atau buta total.
Penilaian :
Tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh huruf dalam kartu
Snellen dengan benar. Bila baris yang dapat dibaca selurunya bertanda 30 maka dikatakan tajam
pengelihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal
huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 meter. Bila dalam uji hitung jari pasien hanya dapat
melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pad jarak 3 meter, maka dinyatakan
tajam pengelihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 meter.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata
hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam pengelihatan adalah
1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja,tidak dapat melihat lambaian tangan, maka
dikatakan sebagai satu per minus. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak
terhingga.
2.

Pengkajian Gerakan Mata


Uji Menutup, salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tanganv pemeriksa, dan pasien
di minta memfokuskan mata yang tidak tertutup pada satu benda diam sementara mata yang di
tutup karton/tangan tetap terbuka. Kemudian karton atau tangan tiba-tiba di singkirkan, dan akan
16

nampak gerakan abnormal mata. Bila mata, saat di tutup bergeser ke sisi temporal, akan kembali
ke titik semula ketika penutup di buka. Sebaliknya, bila bergeser ke sisi nasal, fenomena
sebaliknya akan terjadi. Kecenderungan mata untuk bergeser, ketika di tutup, ke sisi temporal, di
namakan eksoforia; kecenderungan mata untuk bergeser ke sisi nasal di sebut esoforia.
Lirikan Terkoordinasi, benda di gerakkan ke lateral ke kedua sisiv sepanjang sumbu horizontal
dan kemudian sepanjang sumbu oblik. Masing-masing membentuk sumbu 60 derajat dengan
sumbu horizontal. Tiap posisi cardinal lirikan menggambarkan fungsi salah satu dari keenam otot
ekstraokuler yang melekat pada tiap mata. Bila terjadi diplopia (pandangan ganda), selama
transisi dari salah satu posisi cardinal lirikan, pemeriksa dapat mengetahui adanya salah satu atau
lebih otot ekstraokuler yang gagal untuk berfungsi dengan benar. Keadaan ini bias juga terjadi
bila salah satu mata gagal bergerak bersama dengan yang lain.
3. Pengkajian Lapang Pandang,
pemeriksa dan pasien duduk dengan jarak 1 sampai 2 kaki, saling berhadapan. Pasien di minta
menutup salah satu mata dengan karton, tanpa menekan, sementara ia harus memandang hidung
pemeriksa. Sebaliknya pemeriksa juga menutup salah satu matanya sebagai pembanding. Bila
pasien menutup mata kirinya, misalnya, pemeriksa menutup mata kanannya. Pasien di minta
tetap melirik pada hidung pemeriksa dan menghitung jumlah jari yang ada di medan superior dan
inferior lirikan temporal dan nasal. Jari pemeriksa di gerakkan dari posisi luar terjauh ke tengah
dalam bidang vertical, horizontal dan oblik. Medan nasal, temporal, superior dan inferior di kaji
dengan memasukkan benda dalam penglihatan dari berbagai titik perifer. Pada setiap manuver,
pasien memberi informasi kepada pemeriksa saat ketika benda mulai dapat terlihat sementara
mempertahankan arah lirikannya ke depan.

Pemeriksaan Fisik Mata


1. Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan mata
2. Buku Mata, posisi dan distribusinya
3. Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata.
4. Pemeriksaan Mata Anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama.
5. Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan cahaya seperti cermin,
terang, simetris dan tunggal.
B. Diagnosa
17

Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/gangguan status


organ indera
Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada kepala,
kelelahan pada mata)
Kurang pengetahuan/informasi berhubungan dengan kondisi, prognosis dan pengobatan

C. Intervensi
1. DX I: Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/perubahan
status organ indera
a. Kaji derajat dan durasi gangguan visual
Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien
b. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional: Memberikan peningkatan kenyamanan, kekeluargaan serta kepercayaan klien-perawat
c. Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan penglihatan
Rasional: meningkatkan kepercayaan klien-perawat dan penerimaan diri
d. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan penglihatannya
Rasional: Menurunkan kemungkinan bahaya yang akan tejadi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
2. DX II: Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada kepala,
kelelahan pada mata)
a. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional: Membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan
b.

Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya


Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya dan mengurangi ansietas

c.

Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan.


Rasional: Mengurangi ansietas klien

3. DX III: Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan


a. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan
Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien.
b. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan dilakukan
Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya.

18

c. Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton
TV dengan jarak terlalu dekat.
Rasional: Membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak
terlalu dekat dapat mengakibatkan kelelahan pada mata.

PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Strabismus atau juling berarti suatu kelainan posisi bola mata dan bisa terjadi pada arah atau
jarak penglihatan tertentu saja, misalnya kelainan posisi untuk penglihatan jarak jauh saja atau ke
arah atas saja, atau terjadi pada semua arah dan jarak penglihatan.
19

Kata strabismus pada saat ini sering digunakan dalam pengertian suatu cabang ilmu penyakit
mata yang nempelajari kelainan penglihatan binokular yang disebabkan oleh tidak adanya satu
atau lebih persaratan tersebut tersebut di atas. Nama lain yang lebih tepat untuk strabismus
adalah VISUAL SENSORIMOTOR ANOMALIES.
Telah dikemukakan bahwa untuk dapat melihat secara normal diperlukan sarat bahwa visus
kedua mata adalah sama baiknya, faal ototnya baik dan susunan saraf pusat cukup baik untuk
mensitesa bayangan yang dikirimkan oleh kedua mata kita. Pengobatan terhadap penderita
dengan strabismus adalah bertujuan untuk mengembalikan penglihatan birokuler yang normal,
hingga pengobatan terhadap strabismus adalah memenuhi persyaratan untuk mencapai
penglihatan binokuler tersebut diatas : dengan kata lain secara terhadap memperbaiki visus kedua
matanya, kemudian memperbaiki posisi kedua mata hingga mencapai kedudukan orthophoria
dan terakhir melatih penderita menyatukan dua bayangan dari kedua matanya.
Dan banyak penyebab terjadinya strabismus mata juling antara lain yaitu factor keturunan
yang biasanya kita ketahui Genetik Patternnya belum diketahui dengan pasti, tetapi akibatnya
sudah jelas. Bila orang tua yang menderita strabismus dengan operasi berhasil baik, maka bila
anaknya menderita strabismus dan operasi akan berhasil baik pula.
B. Saran
Banyak di Negara kita kasus dengan gangguan mata tersebut yaitu strabismus atau diketahui
yaitu mata juling dan kita anggap suatu kecacatan padahal gangguan mata yang satu ini bisa kita
normalkan kembali dengan cara operasi. Kita tidak harus malu dengan gangguan mata ini karena
tidak mustahil kita bisa sembuh dari gangguan mata ini.
Telah dikemukakan bahwa untuk dapat melihat secara normal diperlukan sarat bahwa visus
kedua mata adalah sama baiknya, faal ototnya baik dan susunan saraf pusat cukup baik untuk
mensitesa bayangan yang dikirimkan oleh kedua mata kita. Pengobatan terhadap penderita
dengan strabismus adalah bertujuan untuk mengembalikan penglihatan birokuler yang normal,
hingga pengobatan terhadap strabismus adalah memenuhi persyaratan untuk mencapai
penglihatan binokuler tersebut diatas : dengan kata lain secara terhadap memperbaiki visus kedua
matanya, kemudian memperbaiki posisi kedua mata hingga mencapai kedudukan orthophoria
dan terakhir melatih penderita menyatukan dua bayangan dari kedua matanya.

20

DAFTAR PUSTAKA
Tim Dokter Fakultas Unair.1984.Ilmu Penyakit Mata.Airlangga University:Surabaya
Ilyas,Sidarta.2005.Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Mata.Balai Penerbit FKUI :Jakarta
http://argitauchiha.blogspot.com/2011/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html (diakses
14 September 2012 )
http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/askep-strabismus ( diakses 14 september 2012)
21

22

Você também pode gostar