Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SKRIPSI
RATNA INDRIASTI
H34104055
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
i
ABSTRACT
Hydroponic is a technology of growing plants using mineral nutrient
solutions in water, without soil. Hydroponic technology produces more hygienic,
non pesticide, crisper and fresher vegetables. Hydroponic vegetables price is far
more expensive than conventional vegetables, however the investment and
operating costs are higher. Therefore, in hydroponic cultivation need to consider
the type of vegetables produced are high value vegetables or exclusive. The aim of
this research is to analyze the cost structure, revenue, profit, and efficiency of
hydroponic vegetables business in PT KSS. This research was conducted from
December 2012 to February 2013. The results of the research showed that
although the PT KSS producing the same type vegetables with conventional
vegetables (such as spinach, water spinach, caysim, and pakcoy), the business
remain profitable and efficient because of the higher price and higher
productivity of hydroponic vegetables that can cover the cost. The R/C ratio
obtained by each commodity is ranging from 1,3 to 2,9. Hydroponic water
spinach commodity is the most efficient and profitable commodity compare to the
other.
Keywords : hydroponic, cost structure, profit, efficiency
RINGKASAN
RATNA INDRIASTI. Analisis Usaha Sayuran Hidroponik Pada PT Kebun
Sayur Segar Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan
NUNUNG KUSNADI).
Teknologi hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah,
tetapi menggunakan larutan nutrisi di dalam air. Sayuran hidroponik yang
dihasilkan lebih higienis, tanpa pestisida, lebih renyah dan segar. Harga jual
sayuran hidroponik jauh lebih mahal dibandingkan dengan sayuran konvensional,
namun biaya investasi dan operasional juga tinggi. Oleh karena itu, pengusahaan
hidroponik perlu memperhatikan jenis sayuran yang diproduksi yaitu sayuran
yang memiliki nilai jual tinggi atau sayuran yang tergolong eksklusif.
PT Kebun Sayur Segar (PT KSS) merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang produksi sayuran hidroponik. PT KSS mengusahakan sayuran
hidroponik yaitu bayam, kangkung, pakcoy, dan caysim. Sayuran yang diproduksi
oleh PT KSS merupakan jenis sayuran yang biasa diproduksi dengan
menggunakan teknologi konvensional yang dicirikan dengan harga jual murah di
pasaran dan bukan tergolong sayuran yang memiliki nilai jual tinggi (high value).
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis struktur biaya,
penerimaan, keuntungan, dan efisiensi usaha sayuran hidroponik pada PT KSS.
Penelitian ini dilaksanakan di PT KSS yang berada di Kecamatan Parung,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Waktu pengambilan dan pengolahan data
dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan program aplikasi komputer seperti Microsoft
Excel. Konsep dan alat analisis yang digunakan yaitu analisis struktur biaya,
analisis keuntungan dan efisiensi usaha serta analisis titik impas.
Berdasarkan analisis struktur biaya, biaya tetap yang dikeluarkan terdiri
dari biaya sewa lahan, penyusutan greenhouse persemaian, penyusutan
greenhouse pembesaran, penyusutan sarana irigasi, penyusutan peralatan, tenaga
kerja tetap, listrik, distribusi. Komponen biaya tetap tertinggi yaitu biaya tenaga
kerja dan biaya distribusi. Persentase total biaya tetap terhadap total biaya pada
masing-masing komoditas sayuran berkisar antara 60-71 persen. Pada usaha
hidroponik biaya investasi yang dibutuhkan tinggi sehingga biaya tetap
merupakan komponen terbesar dalam biaya produksi. Biaya variabel yang
dikeluarkan terdiri dari biaya tenaga kerja harian, biaya penggunaan benih,
rockwool, nutrisi, dan kemasan. Komponen biaya variabel tertinggi yaitu biaya
tenaga kerja harian. Persentase total biaya variabel terhadap total biaya berkisar
antara 28-40 persen. Biaya produksi yang paling kecil yaitu pada komoditas
kangkung. Penggunaan metode substrat dengan media kerikil pada komoditas
kangkung dapat menghemat biaya.
Jumlah produksi sayuran hidroponik PT KSS tinggi dikarenakan
produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan konvensional. Harga jual sayuran
hidroponik juga memiliki harga premium yaitu Rp 38.000 per kilogram,
sementara itu pada pengamatan di lapangan harga jual sayuran konvensional
hanya berkisar Rp 5.600 10.000 per kilogram. Apabila sayuran hidroponik
ii
dijual dengan harga konvensional maka PT KSS tidak dapat menutupi biaya yang
dikeluarkan. Harga jual yang tinggi juga dikarenakan tingginya kualitas sayuran
hidroponik.
Dari hasil analisis efisiensi usaha (R/C rasio) menunjukkan bahwa usaha
sayuran hidroponik PT KSS efisien untuk dijalankan (R/C > 1). Nilai R/C rasio
pada komoditas caysim yaitu 1,27, pakcoy 1,49, bayam 1,61, dan kangkung 2,71.
Penerimaan kangkung hidroponik paling tinggi dengan penggunaan biaya yang
paling rendah sehingga menghasilkan usaha yang sangat efisien. Berdasarkan
analisis titik impas memperlihatkan bahwa jumlah minimum sayuran hidroponik
yang harus dijual pada tiap komoditas berbeda sesuai dengan besarnya jumlah
biaya variabel rata-rata per kilogramnya. Komoditas kangkung memiliki jumlah
minimum/titik impas yang paling rendah, sedangkan komoditas caysim memiliki
titik impas yang paling tinggi. Pada komoditas kangkung jumlah minimum
produksi yaitu 3.473 kg, sedangkan jumlah produksi aktual mencapai 13.300 kg.
Semakin jauh nilai titik impas produksi dengan jumlah produksi aktual, maka
dapat dikatakan bahwa keuntungan yang diperoleh semakin besar.
Meskipun sayuran hidroponik yang diproduksi oleh PT KSS merupakan
jenis sayuran yang biasa diproduksi dengan konvensional, namun usaha sayuran
hidroponik yang dijalankan tetap efisien dan menguntungkan. Hal ini dikarenakan
harga jual serta produktivitas sayuran hidroponik yang tinggi. Komoditas
kangkung hidroponik merupakan komoditas yang paling efisien dan
menguntungkan dibandingkan dengan sayuran hidroponik lainnya. Kangkung
hidroponik memiliki jumlah produksi yang tinggi serta penggunaan metode
substrat kerikil yang dapat lebih menghemat biaya.
iii
RATNA INDRIASTI
H34104055
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
iv
Judul Skripsi
Nama
: Ratna Indriasti
NIM
: H34104055
Disetujui,
Pembimbing
Diketahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Usaha
Sayuran Hidroponik Pada PT Kebun Sayur Segar Kabupaten Bogor adalah karya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Ratna Indriasti
H34104055
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Juni 1989. Penulis adalah anak
ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Widayat dan Ibu Waltiyah.
Pendidikan SD ditempuh penulis dari tahun 1994 di SDN Peninggilan 01
Tangerang sampai pada tahun 2000. Penulis kemudian menempuh pendidikan
SMP dari tahun 2000 di SMPN 3 Tangerang sampai pada tahun 2003. Penulis
melanjutkan pendidikan pada tahun berikutnya di SMA Yadika 5 Jakarta dan
lulus pada tahun 2006 dengan jurusan IPA.
Penulis diterima di Program Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan
dan Gizi, Program Diploma Institut Pertanian Bogor, pada tahun 2006 melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis pernah melakukan Praktek
Kerja Lapang (PKL) di RSUD Cibinong Bogor dan Hotel Pangrango 2 Bogor
pada tahun 2008-2009. Pada tahun 2009-2010, penulis bekerja di Mayapada
Hospital Tangerang sebagai ahli gizi.
Penulis melanjutkan studi ke program Sarjana Alih Jenis Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur tes pada
tahun 2010. Penulis pernah berpartisipasi dalam kepanitiaan acara siang
keakraban mahasiswa alih jenis agribisnis pada tahun 2011. Pada tahun yang
sama, penulis juga sempat bekerja pada sebuah CV yang bergerak di bidang
kuliner.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul Analisis Usaha Sayuran Hidroponik Pada PT Kebun Sayur
Segar Kabupaten Bogor. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di PT Kebun Sayur Segar
sebagai salah satu perusahaan penghasil sayuran hidroponik. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur biaya, keuntungan, dan efisiensi
usaha sayuran hidroponik pada PT KSS.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dikemudian hari.
viii
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, ilmu,
arahan dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis hingga penyusunan
skripsi ini selesai.
2.
Dr. Ir. Ratna Winandi, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama.
Terima kasih atas koreksi dan masukan yang telah diberikan.
Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah
memberikan saran dan masukan untuk penyempurnaan dalam penyusunan
skripsi ini.
5.
Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si yang telah menjadi pembimbing akademik
selama perkuliahan dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis.
6.
Orangtua (Bapak Widayat dan Ibu Waltiyah), kedua kakak tersayang (Risad
Yanuar dan Anjar Hermawan S.Kom, MT) dan keluarga tercinta atas setiap
doa dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.
7.
8.
Sahabat dan teman seperjuangan Agribisnis Alih Jenis 1 terutama Dwi Gama
dan Tita Nursiah yang telah memberikan dukungan, semangat, serta sharing
selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini.
9.
Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberikan berbagai bantuan kepada penulis.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..............................................................................
xii
xiii
xiv
PENDAHULUAN ........................................................................
1.1 Latar Belakang ......................................................................
1.2 Perumusan Masalah ..............................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................
1
1
5
6
6
6
II
7
7
9
11
III
15
15
25
25
25
25
26
31
31
32
32
IV
15
18
20
22
28
30
34
37
41
VI
43
43
43
47
50
52
55
57
57
58
59
LAMPIRAN ...........................................................................................
62
xi
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Halaman
Nilai PDB Hortikultura di Indonesia Berdasarkan Harga
Berlaku Tahun 2007-2010 ...............................................................
2.
3.
4.
5.
6.
7.
48
8.
50
9.
10.
52
53
12.
54
13.
55
11.
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
36
10.
37
11.
12.
13.
14.
15.
21
35
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Halaman
Perhitungan Penyusutan Greenhouse Persemaian
dan Pembesaran di PT KSS .........................................................
63
64
65
...... 66
67
68
xiv
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi untuk
Kelompok
Komoditas
2007
2008
2009
2010
2008
2009
2010
Buah-buahan
42.362
47.060
48.437
45.482
11,09
2,93
-6,1
Sayuran
25.587
28.205
30.506
31.244
10,23
8,16
2,42
Tanaman Hias
4.741
5.085
5.494
6.174
7,26
8,04
12,38
Biofarmaka
4.105
3.853
3.897
3.665
-6,14
1,14
-5,95
76.795
84.203
88.334
86.565
9,65
4,91
-2,0
33,3
33,5
34,5
36,1
Kembang Kol
Paprika
96.038
101.205
5,38
4.462
5.533
24,00
Jamur
38.465
61.376
59,56
Tomat
853.061
891.616
4,52
Terung
451.654
482.305
6,81
Buncis
290.993
336.494
15,64
Ketimun
583.139
547.141
-6,17
Labu Siam
321.023
369.846
15,21
Kangkung
360.992
350.879
-2,80
10
Bayam
173.750
152.334
-12,33
juta ton. Pada kenyataannya, terdapat banyak penyakit yang ditemukan pada
produk impor sehingga produk sayuran impor tidak baik untuk dikonsumsi secara
terus menerus. Sayuran yang diimpor dari luar negeri berbagai macam jenisnya
seperti bunga kol, brokoli, bayam, pakcoy, seledri, paprika, dan kentang. Sayuran
impor dinilai memiliki penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan sayuran
produksi dalam negeri. Daya saing produk hortikultura terutama sayuran harus
ditingkatkan untuk dapat bersaing dengan produk impor yang ada1.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, dan pendidikan
masyarakat, permintaan terhadap komoditas sayuran terutama sayuran segar terus
meningkat. Konsumsi sayuran di Indonesia menurut Kementrian Pertanian pada
tahun 2010 sebesar 35 kg/kapita/tahun dan meningkat pada tahun 2011 menjadi
41,9 kg/kapita/tahun2. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
saat ini juga menyebabkan adanya pergeseran pola konsumsi dan gaya hidup ke
arah yang lebih baik. Pergeseran tersebut meningkatkan permintaan terhadap
sayuran lebih higienis dan tidak menggunakan pestisida. Beberapa tahun terakhir
sudah bermunculan industri sayuran yang berbeda dengan konvensional. Industri
ini menghasilkan sayuran yang higienis dengan menggunakan teknologi tinggi
seperti hidroponik dan aeroponik.
Teknologi hidroponik dan aeroponik sudah diterapkan oleh berbagai
perusahaan untuk menangkap peluang besar terhadap permintaan sayuran sehat
dan higienis. Perusahaan yang cukup besar antara lain PT Kebun Sayur Segar dan
PT Saung Mirwan di Bogor, PT Amazing Farm di Bandung, dan PT Horti Jaya
Lestari di Sumatera Utara. Penggunaan teknologi tinggi tersebut membutuhkan
biaya yang juga tinggi sehingga petani tradisional belum tertarik untuk
mengusahakan sayuran tersebut. Teknologi aeroponik lebih jarang diusahakan
dibandingkan dengan teknologi hidroponik.
Teknologi hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah,
tetapi menggunakan larutan nutrisi sebagai sumber. Teknologi hidroponik ini
memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan teknik bertanam secara
1
1.2
Perumusan Masalah
Seiring dengan adanya peningkatan pengetahuan konsumen terhadap
hidroponik
memiliki
banyak
keunggulan,
namun
1.2
Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
2.
3.
1.3
Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
1.4
dan efisiensi usaha yang diperoleh pada usaha sayuran hidroponik dengan
berdasarkan struktur biaya dan harga jual produk PT KSS. Pada penelitian ini
biaya investasi tidak dianalisis dengan kriteria investasi jangka panjang. Biaya
dihitung dalam kerangka waktu jangka pendek, yang dibedakan menjadi biaya
tetap dan biaya variabel sehingga biaya investasi diperhitungkan sebagai biaya
penyusutan dan dimasukkan ke dalam komponen biaya tetap.
tanaman
hidroponik
dilakukan
di
dalam
greenhouse.
Greenhouse sering diartikan sebagai rumah kaca, namun saat ini penggunaan kaca
sudah banyak digantikan dengan penggunaan plastik karena harganya yang lebih
murah dan mudah didapat. Penggunaan greenhouse pada dasarnya untuk
melindungi tanaman dari faktor alam seperti cuaca yang ekstrim (angin kencang,
intensitas hujan dan radiasi matahari yang tinggi), gangguan hama, serta
melindungi tanaman dari kelembaban yang tinggi. Penggunaan greenhouse
membuat tanaman terlindungi dari serangan hama sehingga penggunaan pestisida
dapat dihindari dan produk yang dihasilkan menjadi lebih sehat. Menurut
Prihmantoro H dan Indriani YH (1998), meskipun greenhouse pada dasarnya
digunakan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang ideal, namun untuk usaha
komersial pemilihan lokasi juga harus diperhatikan. Beberapa syarat pemilihan
lokasi pendirian greenhouse yaitu ditempatkan di tempat terbuka, mempunyai
sirkulasi, dapat mengurangi intensitas cahaya matahari, dapat mengurangi angin,
serta steril.
Bertanam secara hidroponik memiliki berbagai keunggulan dibandingkan
dengan budidaya tanaman menggunakan media tanah. Kelebihan hidroponik
antara lain (1) serangan hama dan penyakit cenderung jarang, dan lebih mudah
untuk dikendalikan, (2) penggunaan pupuk dan air lebih efisien, (3) lebih bersih
7
dan steril, (4) pekerjaan relatif lebih ringan karena tidak harus mengolah tanah dan
memberantas gulma, (4) larutan nutrisi dapat disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman, (5) hidroponik dapat diusahakan di mana saja, tidak harus diusahakan
pada lahan luas, (6) tanaman hidroponik dapat dibudidayakan tanpa bergantung
pada musimnya (Prihmantoro H dan Indriani YH 1998; Suhardiyanto H 2011).
Dari berbagai keunggulan tersebut, teknologi hidroponik lebih efektif dan efisien
untuk dijalankan dibandingkan dengan bercocok tanam secara konvensional.
Penggunaan media air sebagai pengganti media tanah juga merupakan cara untuk
menghasilkan produk yang lebih bersih, higienis, tanpa adanya kontaminasi dari
berbagai limbah atau zat berbahaya yang mungkin terdapat di dalam tanah.
Produk yang lebih higienis dapat menjadi kekuatan utama dari produk hidroponik
yang dapat menarik minat konsumen untuk memilih produk hidroponik tersebut.
Produk konvensional yang ditanam dengan media tanah menghasilkan
pertumbuhan dan kualitas tanaman yang kurang baik karena tanah yang
digunakan secara terus menerus dan berkelanjutan akan menurun tingkat
kesuburan serta strukturnya. Teknologi hidroponik merupakan alternatif yang baik
untuk memperoleh hasil produksi yang lebih baik dari segi kualitas, kuantitas
serta kontinuitas. Nutrisi yang diberikan pada tanaman hidroponik dapat langsung
diserap sempurna dan waktu panen lebih cepat. Sebagai contoh, tingkat
pertumbuhan pakcoy yang ditanam secara hidroponik dan non hidroponik
berbeda. Pakcoy yang ditanam secara hidroponik memiliki tingkat pertumbuhan
yang paling tinggi dibandingkan dengan non hidroponik. Pakcoy hidroponik
ditanam dengan media arang sekam dan hasil produksinya memiliki tinggi
tanaman, jumlah daun, serta luas daun yang lebih besar. Hal ini membuktikan
bahwa teknologi hidroponik menghasilkan produk yang lebih baik dari segi
kualitas dan kuantitas (Permana HW 2001; Savvas D 2003).
Produk yang dihasilkan dengan teknologi hidroponik memiliki kualitas
yang lebih baik dibandingkan dengan teknologi konvensional. Sebagai contohnya,
melon hidroponik kultivar sky rocket dan honeydew memiliki daging buah yang
lebih banyak dan lebih renyah, rasa yang lebih manis, lebih segar, dan lebih
harum. Contoh lainnya yaitu lettuce yang dibudidayakan dengan teknologi
hidroponik memiliki bentuk krop yang lebih besar, lebih bersih dan higienis.
tanaman yang memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil tanaman yang ditanam secara konvensional. Tanaman yang
diproduksi dengan teknologi hidroponik biasanya merupakan tanaman yang
memiliki nilai jual tinggi (high value) atau sering disebut juga dengan sayuran
9
10
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya,
teknologi
hidroponik
menyebabkan dibutuhkannya biaya investasi yang tinggi. Biaya yang tinggi sering
disebut
sebagai
kelemahan
dalam
teknologi
hidroponik.
Hidroponik
tomat recento hidroponik juga diteliti oleh Dahlia E (2002) pada perusahaan yang
berbeda. Biaya investasi juga merupakan komponen biaya terbesar pada usaha
tomat recento hidroponik di PT Prima Tani dengan biaya pembangunan
greenhouse dengan luas 1 Ha mencapai 42 persen dari total biaya investasi yang
dikeluarkan. Biaya variabel merupakan biaya terbesar kedua setelah biaya
investasi yang terdiri dari biaya penyediaan input seperti polybag, sekam, bibit,
nutrisi dan tenaga kerja. Input yang digunakan pada usaha sayuran hidroponik
memang berbeda dengan konvensional sehingga biaya variabel pada usaha
hidroponik relatif lebih besar. Dapat disimpulkan bahwa dalam pengusahaan
sayuran hidroponik, biaya produksi yang dibutuhkan tinggii karena adanya
penggunaan teknologi tinggi yang berbeda dengan teknik bertanam konvensional.
Penelitian mengenai struktur biaya sayuran hidroponik juga dilakukan oleh
Tampubolon SH (2005) yang membandingkan struktur biaya tiga perusahaan (PT
ABBAS Agri, PT JORO, PT Triple A) untuk menganalisis persaingan usaha.
Struktur biaya usaha sayuran hidroponik pada ketiga perusahaan berbeda-beda
dikarenakan adanya perbedaan pada penggunaan inputnya seperti benih, nutrisi,
media tanam serta perbedaan sewa lahan atau milik sendiri. Biaya tetap yang ada
berupa biaya penyusutan greenhouse dan penyusutan sarana irigasi. Untuk
menganalisis persaingan usaha, selain struktur biaya digunakan pula analisis
pendapatan dan pengeluaran agar diketahui usaha yang menguntungkan.
Selain biaya investasi, biaya tenaga kerja dan distribusi dalam usaha
sayuran hidroponik juga tinggi. Pada produksi bayam hidroponik dengan sistem
NFT media kerikil, biaya tenaga kerja yang dibutuhkan mencapai 35,3 persen dari
total biaya, sedangkan biaya bahan bakar untuk distribusi mencapai 21,8 persen
dari total biaya (Anggayuhlin R 2012).
Dalam teknologi hidroponik, penggunaan lahan untuk menanam lebih
efisien. Tanaman dapat diatur sedemikian rupa tanpa memerlukan jarak tanam
yang lebar seperti pada bercocok tanam dengan media tanah. Penggunaan
pupuk/nutrisi dan penggunaan air lebih efisien karena dengan teknologi
hidroponik, nutrisi dilarutkan bersama air dan air dialirkan secara sirkulasi serta
langsung diserap oleh akar tanaman. Selain itu, periode tanam pada teknologi
hidroponik lebih pendek sehingga tanaman lebih cepat dipanen. Dari pernyataan
12
tersebut, biaya produksi pada hidroponik bisa saja ditekan dengan penggunaan
lahan, air dan nutrisi secara efisien serta adanya peningkatan produksi dan hasil
panen (Rosario AD dan Santos 1990; Chow V 1990; Agustina H 2009).
Produktivitas sayuran hidroponik juga lebih tinggi bila dibandingkan
dengan produktivitas sayuran yang ditanam secara konvensional. Produktivitas
sayuran hidroponik yang tinggi dikarenakan pemberian nutrisi dan air yang
langsung dapat diserap oleh akar tanaman dan dialirkan ke seluruh bagian
tanaman serta tanaman tidak terkontaminasi dengan adanya kemungkinan logam,
bahan kimia, dan zat lain yang ada di dalam tanah. Hal ini dibuktikan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Collins pada tahun 1985 mengenai
perbandingan produktivitas beberapa sayuran yang ditanam secara hidroponik dan
konvensional di Universitas Arizona. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
produktivitas sayuran hidroponik jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
produktivitas non hidroponik, hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Pada penelitian lain menunjukkan bahwa produktivitas selada keriting
hidroponik mencapai 12 ton/Ha, sementara produktivitas selada konvensional
hanya mencapai 3-8 ton/Ha (Prawoto B 2012). Produktivitas sayuran hidroponik
yang lebih tinggi dibandingkan konvensional diduga dapat menjadi solusi untuk
menekan biaya hidroponik yang tinggi.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa struktur biaya memperlihatkan bagaimana komposisi biaya
yang ada pada tiap usaha berbeda-beda. Struktur biaya dapat dipengaruhi oleh
teknologi, skala usaha, dan jenis komoditasnya. Pada usaha yang sama, tetapi
skala usaha berbeda, maka akan menghasilkan struktur biaya yang berbeda pula.
Pada
hidroponik
yang
menggunakan
teknologi
yang
tinggi umumnya
membutuhkan biaya yang tinggi terutama dalam hal biaya investasi. Biaya yang
tinggi mungkin saja dapat ditekan dan ditutupi oleh penggunaan lahan, air, dan
pupuk secara efisien dan tingginya produktivitas sayuran hidroponik. Oleh karena
itu, struktur biaya penting diketahui untuk melihat komposisi biaya yang ada pada
suatu usaha.
13
Hidroponik
Tanaman
(media tanah)
Hasil panen
Jumlah panen
Total
Total
(Ton/Ha)
per tahun
(Ton/Ha/Tahun)
(Ton/Ha/Tahun)
Brokoli
32.5
97.5
10.5
Kubis
57.5
172.5
30
Mentimun
250
750
30
Terong
28
56
20
Lettuce
31.3
10
313
52
32
96
16
187.5
375
100
Lada
Tomat
14
umum
pengertian
produksi
adalah
kegiatan
suatu
15
Rp
TFC
TVC
TVC
TFC
Keterangan :
TFC : Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
TVC : Biaya Variabel Total (Total Variable Cost)
Q
: Output yang dihasilkan
16
pula biaya produksinya. Bertambahnya biaya total untuk setiap pertambahan satu
satuan output disebut biaya marginal.
Hal yang dipelajari dalam penelitian ini adalah hubungan struktur biaya
dengan harga jual produk. Biaya produksi yang dibutuhkan dalam usaha sayuran
hidroponik cukup tinggi. Sementara itu, penjualan sayuran hidroponik juga sangat
dipengaruhi oleh harga jualnya. Harga jual sayuran hidroponik lebih mahal bila
dibandingkan dengan sayuran konvensional. Secara teoritik dapat dijelaskan pada
Gambar 2.
P
MC
MC
ATC
ATC
PH
PK
AVC
AVC
D
0
Q
Pasar
QK
Konvensional
QH
Hidroponik
Keterangan :
S
: Penawaran (Supply) sayuran
D
: Permintaan (Demand) sayuran
Q
: Jumlah produksi (unit)
PH
: Harga jual sayuran hidroponik (Rp)
PK
: Harga jual sayuran konvensional/harga di pasaran (Rp)
MC
: Biaya Marjinal (Marginal Cost)
ATC
: Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost)
AVC : Biaya Variabel Rata-rata (Average Variable Cost)
17
Oleh karena
itu,
hidroponik
yang
18
usahatani yaitu berupa nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang
dikeluarkan selama proses produksi (Soekartawi; Dillon JL; Hardaker JB;
Soeharjo A 2011). Total biaya tersebut dapat dihitung dengan menjumlahkan
biaya tetap dan biaya variabel. Analisis keuntungan usaha mempunyai dua tujuan
yaitu untuk menggambarkan keadaan sekarang dari suatu usahatani dan untuk
menggambarkan keadaan yang akan datang dari suatu perencanaan dan tindakan.
Analisis keuntungan usaha memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan
usahatani yang dijalankan pada saat ini berhasil atau tidak.
Dalam analisis keuntungan, penting untuk mengetahui biaya yang
dikeluarkan serta harga jual yang digunakan oleh perusahaan. Harga jual dalam
hal ini adalah nilai yang diperoleh perusahaan pada produk yang dipasarkannya.
Misal pada penelitian ini, harga jual yang digunakan berarti harga tiap komoditas
sayuran hidroponik yang dijual kepada konsumen maupun distributor seperti
supermarket dan hypermart. Biaya yang dirinci terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap seperti biaya penyusutan greenhouse, instalasi irigasi,
peralatan dan sarana penunjang lainnya, sedangkan biaya variabel seperti biaya
pembelian benih, nutrisi, media tanam, dan lain sebagainya.
Keuntungan = penerimaan total biaya total
= TR TC
= TR TVC TFC
= P*Q Q*AVC TFC
Keterangan :
TR = total penerimaan usaha sayuran hidroponik PT KSS
TC = total biaya usaha sayuran hidroponik PT KSS
Untuk
mengukur
apakah
usaha
yang
dijalankan
efisien
dan
Salah satu cara untuk mengukur efisiensi usaha yaitu dengan mengukur
imbangan penerimaan dan biaya dengan menggunakan analisis R/C rasio. Analisis
R/C rasio dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh setiap nilai rupiah
biaya yang dikeluarkan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai
manfaatnya. Penerimaan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang
tinggi, karena bisa saja biaya yang dikeluarkan juga tinggi. Misalkan dua
komoditas sayuran hidroponik (contohnya bayam dan caysim) memperoleh
keuntungan yang sama besar, bukan berarti kedua komoditas tersebut sama-sama
efisien dan menguntungkan, harus dilihat bagaimana imbangan penerimaan dan
biaya yang dikeluarkan dengan analisis R/C rasio. Nilai yang didapat dari hasil
analisis R/C rasio tidak memiliki satuan. Nilai dari R/C rasio yang dapat dijadikan
tolak ukur efisiensi yang memiliki arti sebagai berikut.
1) R/C rasio > 1, menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan
dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari satu.
Jadi dapat dikatakan usaha tersebut lebih efisien.
2) R/C rasio < 1, menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan
dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu.
Jadi dapat dikatakan usaha tersebut tidak efisien.
3) R/C rasio = 1, menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan
dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan sama dengan satu. Jadi
penerimaan yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan, dan dapat
dikatakan efisien.
Efisiensi suatu usaha bergantung pada penggunaan input secara optimal
untuk menghasilkan output yang maksimal. Pada penelitian ini, pengukuran
tingkat efisiensi usaha dapat dilihat dari struktur biaya pada masing-masing
komoditas sayuran hidroponik yang diusahakan serta penerimaan yang diperoleh.
3.1.3 Analisis Titik Impas Usaha Sayuran Hidroponik
Titik impas dianalisis untuk mengetahui jumlah minimum sayuran
hidroponik yang harus dijual oleh PT KSS sesuai dengan besarnya biaya. Titik
impas merupakan suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar
suatu usaha tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum mendapatkan laba. Titik
impas (Break Even Point) adalah titik pulang pokok dimana total revenue (TR) =
20
total cost (TC), pada kondisi tersebut perusahaan tidak mengalami untung atau
rugi. Jika kondisi suatu perusahaan berada di bawah break even point, maka
perusahaan tersebut masih mengalami kerugian tetapi perusahaan tersebut masih
mampu menutupi biaya operasional perusahaan. Pada perhitungan titik impas
terdapat beberapa asumsi pokok, yaitu sebagai berikut.
1) Biaya harus dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap.
2) Jumlah yang diproduksi sama dengan jumlah yang dijual. Jadi, tidak terdapat
persediaan atau sisa produk.
3) Harga jual per unit tetap walaupun volume penjualan meningkat dan tidak ada
diskon penjualan.
Untuk menentukan titik impas, terlebih dahulu biaya-biaya dikelompokkan
menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Perhitungan
titik impas (BEP) dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
BEP (unit) =
TR2
TR1
BEP2
BEP1
TC
TVC
TFC
0
QBEP2
QBEP1
Volume Penjualan
21
Keterangan :
TR
: Penerimaan Total (Rp)
TC
: Biaya Total (Rp)
TVC
: Biaya variabel total (Rp)
TFC
: Biaya tetap total (Rp)
Daerah A : Daerah laba atau untung, TR > TC
Daerah B : Daerah rugi, TR < TC
Q BEP
: Volume penjualan pada saat titik impas
hidroponik
merupakan
teknologi
yang
tinggi
dalam
lebih
higienis membuka peluang besar bagi usaha sayuran hidroponik. Salah satu
22
23
Investasi
Greenhouse
Instalasi irigasi
Peralatan
Operasional
Benih
Media tanam
Nutrisi
Tenaga kerja
- Jenis komoditas
sayuran
Bayam
Kangkung
Pakcoy
Caysim
- Jumlah
Struktur Biaya
Biaya tetap
Biaya variabel
Penerimaan
Harga jual
Nilai penerimaan
- Analisis Keuntungan
- Analisis Efisiensi Usaha
- Analisis Titik Impas
24
25
26
Tabel 4. Struktur Biaya Usaha Sayuran Hidroponik PT KSS per 500 m2 pertahun
Bayam
Kangkung
Caysim
Pakcoy
Komponen
Rp
Rp
Rp
Rp
Biaya Tetap:
- Penyusutan
greenhouse
- Penyusutan sarana
irigasi
- Penyusutan
peralatan
- Upah tenaga kerja
tetap
- Biaya listrik
Total Biaya Tetap
Biaya Variabel :
-
Benih
Media tanam
Nutrisi
Biaya kemasan
Upah tenaga kerja
harian
Total Biaya Variabel
Total Biaya
Keterangan : (%) = persentase terhadap total biaya
27
28
Semakin besar nilai R/C rasio maka usaha tersebut semakin efisien. Rumus yang
digunakan dalam perhitungan R/C rasio adalah sebagai berikut.
R/C rasio atas biaya total = TR / TC
Tabel 5. Analisis Struktur Biaya, Keuntungan dan Efisiensi Usaha Sayuran
Hidroponik per 500 m2 per tahun
Komponen
Bayam
Kangkung
Caysim
Pakcoy
Rp
Rp
Rp
Rp
A. Total Penerimaan
- Jumlah produksi (Kg)
- Harga satuan
B. Biaya Tetap:
- Penyusutan
greenhouse
- Penyusutan
sarana
irigasi
- Penyusutan peralatan
- Upah tenaga kerja
tetap
- Biaya listrik
C. Total Biaya Tetap
D. Biaya Variabel :
-
Benih
Media tanam
Nutrisi
Biaya kemasan
Upah tenaga kerja
harian
E. Total Biaya Variabel
F. Total Biaya
C+E
G. Keuntungan Usaha
A-F
A:F
29
BEP
TFC
PH - AVC
30
Sejarah Perusahaan
PT Kebun Sayur Segar (PT KSS) merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang agribisnis tanaman dan sayuran segar. Perusahaan berdiri sejak tahun 1998
dengan pemilik perusahaan yaitu Bapak Soebagyo Karsono. Ide awal pendirian
usaha yaitu pemilik diperkenalkan teknologi hidroponik oleh BPPT pada
November 1998, yang pada akhirnya membuat ketertarikan untuk memulai usaha
sayuran hidroponik. Pada awal usaha, dilakukan terlebih dahulu uji coba pada
tanaman paprika, tomat recento, mentimun jepang, serta melon pada luasan lahan
greenhouse 400 m2. Semua modal usaha berasal dari dana pribadi pemiliknya.
Pada tahun 2000, perusahaan mulai berkembang dan mengusahakan
sayuran hidroponik secara komersial dengan menjual hasil produksi hidroponik
tersebut ke supermarket. Pada tahun 2002, perusahaan mulai menambah jenis
sayuran hidroponik yang diproduksi seperti bayam, kangkung, caysim, kailan, dan
pakcoy. Perusahaan menambah luasan greenhouse baru dan juga memperluas
usaha dengan melakukan diversifikasi usaha kebun anggrek yang bekerjasama
dengan karang taruna setempat.
Perusahaan resmi berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas pada tahun
2003. Hasil produksi perusahaan sudah mulai meluas hingga dapat ditemui di
supermarket dan hypermart yang ada di Jabodetabek. Pengembangan usaha terus
dilakukan sehingga pada saat ini perusahaan memiliki berbagai unit usaha, seperti
usaha tanaman buah, kebun anggrek, sayuran organik, dan sayuran hidroponik.
Sayuran organik diproduksi di kebun yang berada di daerah Cianjur, sedangkan
sayuran hidroponik, tanaman buah dan kebun anggrek diproduksi di kebun yang
terletak di Parung.
Selain kegiatan produksi, perusahaan juga memiliki kegiatan pelatihan
bagi masyarakat umum yang ingin mempelajari budidaya tanaman hidroponik.
Umumnya kegiatan pelatihan dilakukan pada hari sabtu dan minggu dan peserta
yang mengikuti pelatihan biasanya rombongan dari sekolah-sekolah, universitas,
dan ada juga pihak perorangan.
31
5.2
kebun anggrek parung, dan juga unit pendidikan dan pelatihan. Pada setiap unit
usaha dipimpin langsung oleh manajer unit masing-masing yang bertanggung
jawab terhadap kegiatan yang berlangsung di unit tersebut. Manajer juga dibantu
oleh seorang asisten manajer serta penanggung jawab lain yang bertugas di
lapangan. Setiap manajer bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan, yaitu
pemilik PT KSS.
Pada setiap unit usaha atau divisi memiliki manajemen yang terpisah
dengan unit lainnya sehingga setiap orang yang berada di dalam satu unit dapat
bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya masing-masing. Hal ini juga
memudahkan perusahaan untuk mengontrol dan mengkoordinasi pekerja apabila
terdapat kekurangan dan kesalahan dalam proses produksi.
32
33
Jumlah hari kerja dalam perusahaan adalah enam hari dalam seminggu
dengan jumlah jam kerja delapan jam sehari yaitu dari pukul 08.00 hingga pukul
16.00 WIB. Namun untuk tenaga kerja persemaian, panen, pengemasan memiliki
waktu bekerja sendiri sesuai dengan pelaksanaan kegiatannya. Tenaga kerja
persemaian bekerja lima jam sehari, tenaga kerja panen hanya dua jam sehari,
tenaga kerja pengemasan enam jam sehari. Hari libur diberikan secara bergantian
antara satu pegawai dengan pegawai lainnya pada masing-masing bagian. Hal ini
dikarenakan produksi sayuran hidroponik berjalan setiap hari tanpa libur sehingga
jumlah tenaga kerja harus selalu cukup agar tidak terjadi kekurangan pada
kegiatan produksi. Tenaga kerja produksi biasanya merupakan warga sekitar yang
bertempat tinggal di dekat perusahaan sehingga perusahaan juga dapat membantu
atau memberdayakan warga sekitar yang ada.
produksi juga tidak ditetapkan secara khusus, hal yang terpenting adalah tenaga
kerja tersebut dapat bertanggung jawab dan bekerja keras.
5.4
34
sarana
greenhouse,
budidaya
sayuran
hidroponik
juga
35
36
5.5
Pada sistem ini akar tanaman tumbuh di dalam larutan nutrisi yang sangat dangkal
dan membentuk lapisan nutrisi yang tipis seperti klise film dan tersirkulasi.
Sebagian akar terdapat pada ruang udara dalam saluran untuk menyerap oksigen,
dan sebagian yang lain terendam dalam larutan nutrisi sehingga dapat menyerap
nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman.
Pada komoditas bayam, caysim, dan pakcoy menggunakan sistem
budidaya NFT dengan penggunaan bedengan rak bambu dan media rockwool,
sedangkan pada komoditas kangkung menggunakan sistem budidaya NFT metode
substrat dengan penggunaan media kerikil. Pada metode substrat, media yang
digunakan berupa media padat seperti kerikil, pasir, arang sekam, dan berbagai
media lain yang dapat menyimpan air.
Gambar 10. Sistem Budidaya NFT dan NFT Metode Substrat di PT KSS
Pada dasarnya, proses budidaya tiap jenis sayuran hidroponik secara garis
besar memiliki tahapan yang sama, yaitu persemaian, pembesaran, pemeliharaan,
panen, dan pasca panen.
1) Persemaian
Kegiatan persemaian dilakukan setiap pagi hari pada greenhouse
persemaian. Benih yang disemai yaitu benih bayam, caysim, dan pakcoy,
sedangkan benih kangkung tidak mengalami proses persemaian. Setiap satu
benih diletakkan ke dalam rockwool basah yang berukuran 2 cm x 2 cm.
Kemudian benih dan rockwool tersebut diletakkan di atas rak-rak bambu
untuk proses persemaian. Setelah berumur tujuh hari, benih mulai disiram
dengan larutan nutrisi sebanyak tiga kali sehari. Penyiraman dilakukan
37
dengan alat penyiraman manual. Setelah benih disemai selama 15 hari, benih
tersebut menjadi bibit yang siap dipindahkan ke greenhouse pembesaran.
38
3) Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada budidaya sayuran
hidroponik seperti pemupukan dengan larutan nutrisi dan pengendalian hama
penyakit. Pemupukan dilakukan secara terus-menerus selama 24 jam pada
bayam, caysim, dan pakcoy, sedangkan pada kangkung yang menggunakan
metode substrat pengaliran nutrisi dilakukan selama 12 jam. Nutrisi yang
digunakan yaitu pupuk AB Mix yang didalamnya terkandung berbagai unsur
hara. Formulasi jumlah unsur hara di dalam nutrisi A dan B dibuat sendiri
oleh perusahaan. Dosis pemakaian nutrisi yaitu 0,8 ml nutrisi dilarutkan
dengan satu liter air. Kurangnya pemberian nutrisi dapat dicirikan dengan
adanya daun-daun yang menguning. Jumlah kecukupan nutrisi juga dapat
diukur dengan menggunakan alat Electrical Conductivity (EC) meter. EC
meter yaitu alat yang dapat mengukur kepekatan atau konsentrasi larutan
nutrisi tanaman.
Selain pemupukan, dilakukan pula pengendalian hama dan penyakit.
Hama dan penyakit jarang ditemui pada sayuran hidroponik karena adanya
perlindungan dari greenhouse dan sterilisasi media tanam serta peralatan yang
digunakan. Hama yang mungkin ada yaitu ulat dan kutu daun. Perusahaan
tidak menggunakan pestisida sehingga pengendalian hama penyakit
dilakukan secara manual dengan membuang tanaman yang terkena hama
penyakit.
lahan yang telah ditetapkan agar tidak merusak siklus tanaman. Luas panen
per hari untuk bayam yaitu 40 m2, kangkung 22 m2, caysim 27 m2, dan
pakcoy 8 m2.
Cara pemanenan dilakukan dengan manual yaitu tanaman langsung
dicabut dengan tangan pada bagian pangkal batang secara hati-hati agar
batang sayuran tidak patah dan daun tidak sobek. Sayuran yang telah dipanen
diletakkan ke dalam keranjang/container plastik, kemudian setelah panen
selesai
keranjang
tersebut
dibawa
ke
ruang
pengemasan
dengan
menggunakan troli besi. Hasil produktivitas panen setelah sortasi yaitu bayam
1,5 kg/m2, kangkung 2 kg/m2, caysim 1,5 kg/m2, dan pakcoy 1,8 kg/m2.
40
41
spesifikasi sehingga apabila sayuran tersebut tidak laku, pihak supermarket yang
harus menanggung resikonya. Sistem pembayaran konsinyasi akan berisiko tinggi
dan merugikan perusahaan apabila dijalankan, dikarenakan pihak supermarket
hanya akan membayar sayuran yang laku dijual dan sayuran yang tidak laku akan
dikembalikan.
Pihak perusahaan melakukan promosi dan berbagai strategi pemasaran
untuk memperluas pasar dan menarik minat konsumen. Cara yang dilakukan
seperti membuat situs perusahaan di internet sehingga semakin banyak orang yang
akan mengetahui produk sayuran hidroponik terutama keunggulan yang ada,
mencantumkan identitas produk dan label/alamat perusahaan pada kemasan, serta
mengikuti berbagai pameran untuk dapat lebih mengenalkan produk sayuran
hidroponik ke masyarakat luas.
42
yang diperoleh pada suatu usaha. Analisis struktur biaya pada sayuran hidroponik
dihitung dengan membedakan komponen biaya yaitu ke dalam biaya tetap dan
biaya variabel. Perhitungan biaya berdasarkan data dan prakiraan harga berlaku
pada saat penelitian berlangsung yaitu bulan Desember 2012 hingga Februari
2013.
6.1.1 Biaya Tetap
Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari biaya sewa lahan, penyusutan
greenhouse persemaian, penyusutan greenhouse pembesaran, penyusutan sarana
irigasi, penyusutan peralatan, tenaga kerja tetap, listrik, distribusi. Jumlah biaya
tetap yang dikeluarkan tidak tergantung pada besar kecilnya volume produksi
sayuran yang diperoleh. Biaya tetap tersebut pada kenyataannya tidak semua
dibayarkan secara tunai namun tetap diperhitungkan seperti penyusutan.
Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus dengan memperhitungkan
lama umur ekonomisnya. Penyusutan diperhitungkan agar perusahaan dapat
melakukan reinvestasi atas sarana dan prasarana yang digunakan.
43
44
Bayam
Rp
Kangkung
Rp
Pakcoy
Rp
Caysim
Rp
9.090.000
4,43
9.090.000
4,87
9.090.000
4,60
9.090.000
4,72
1.880.000
0,92
0,00
1.880.000
0,95
1.880.000
0,98
4.875.000
2,37
4.875.000
2,61
4.875.000
2,47
4.875.000
2,53
18.291.667
8,91
5.266.667
2,82
18.291.667
9,26
18.291.667
9,50
15.240.521
7,42
15.240.521
8,16
15.240.521
7,71
15.240.521
7,91
35.100.000
17,09
35.100.000
18,80
35.100.000
17,76
35.100.000
18,23
18.666.000
9,09
9.333.000
5,00
18.666.000
9,45
18.666.000
9,69
33.750.000
16,43
33.750.000
18,08
33.750.000
17,08
33.750.000
17,53
136.893.188
66,65
112.655.188
60,35
136.893.188
69,27
136.893.188
71,09
Penyusutan gh
persemaian
Penyusutan gh
pembesaran
Penyusutan
sarana irigasi
Penyusutan
peralatan
Biaya tenaga
kerja tetap
Biaya listrik
Biaya
distribusi
Total Biaya
Tetap
Biaya tetap
rata-rata per
kg
15.735
8.470
17.686
21.224
Keterangan : gh = Greenhouse
Berdasarkan Tabel 6, biaya sewa lahan memiliki jumlah yang sama pada
tiap komoditas karena luasan lahan yang digunakan sama yaitu 500m2. Biaya
sewa lahan per m2 yaitu Rp 1.515 per bulannya. Lahan yang digunakan
merupakan milik pribadi pemilik perusahaan, namun sewa lahan tetap dibayarkan
kepada pemilik tiap bulannya. Persentase biaya sewa lahan terhadap total biaya
yang dikeluarkan paling tinggi yaitu pada komoditas kangkung 4,87 persen, hal
ini dikarenakan total biaya yang digunakan sebagai pembagi lebih kecil
dibandingkan komoditas lainnya.
Biaya penyusutan greenhouse persemaian pada komoditas bayam, caysim,
dan pakcoy memiliki jumlah yang sama, sedangkan pada kangkung memiliki nilai
45
46
47
Bayam
Rp
Kangkung
Rp
Pakcoy
Rp
Caysim
Rp
Tenaga kerja
harian
Benih
Rockwool
Nutrisi
Kemasan
21.600.000
10,52
21.600.000
11,57
21.600.000
10,93
21.600.000
11,22
10.208.000
4,97
11.185.300
5,99
10.320.000
5,22
6.880.000
3,57
5.370.800
2,61
0,00
3.981.800
2,01
3.981.800
2,07
17.400.000
8,47
19.950.000
10,69
12.900.000
6,53
12.900.000
6,70
13.920.000
6,78
21.280.000
11,40
11.919.600
6,03
10.320.000
5,36
68.498.800
33,35
74.015.300
39,65
60.721.400
30,73
55.681.800
28,91
Total Biaya
Variabel
Biaya variabel
rata-rata per
kg
7.873
5.565
7.845
8.633
48
49
Komponen
Rp
Kangkung
Rp
Pakcoy
Rp
Caysim
Rp
Biaya
Tetap
136.893.188
66,65
112.655.188
60,35
136.893.188
69,27
136.893.188
71,09
68.498.800
33,35
74.015.300
39,65
60.721.400
30,73
55.681.800
28,91
205.391.988
100
186.670.488
100
197.614.588
100
192.574.988
100
Biaya
Variabel
Total Biaya
Biaya total
rata-rata
per kg
6.2
23.608
14.035
25.532
29.857
jual komoditas serta jumlah yang dapat dijual atau nilai yang diperoleh dari
komoditas tersebut. Pada usaha sayuran hidroponik PT KSS harga jual untuk
masing-masing komoditas (bayam, kangkung, caysim, dan pakcoy) dipatok
dengan harga sama yaitu Rp 9.500 untuk tiap kemasan 250 gram atau setara
dengan harga Rp 38.000 per kilogram. Harga jual sayuran hidroponik bila
dibandingkan dengan sayuran konvensional jauh lebih tinggi. Dalam pengamatan
di lapangan, misalnya untuk komoditas bayam dan kangkung konvensional yang
dijual di pasar tradisional, harga jual per 250 gram hanya berkisar Rp 1.500 2.500. Harga jual sayuran hidroponik lebih dari tiga kali lipat harga jual sayuran
konvensional.
50
Kangkung
Pakcoy
Caysim
330.600.000
505.400.000
294.120.000 245.100.000
8700
13300
7740
6450
38000
38000
38000
38000
51
6.3
penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Total penerimaan dan total biaya
pada tiap komoditas berbeda sehingga keuntungan usaha yang diperoleh juga
berbeda jumlahnya. Keuntungan usaha yang besar dapat diperoleh dari kecilnya
jumlah biaya yang dikeluarkan ataupun tingginya jumlah penerimaan yang
diperoleh. Perhitungan keuntungan usaha pada komoditas bayam, kangkung,
caysim, dan pakcoy hidroponik untuk luasan lahan 500 m2 dalam kurun waktu
satu tahun dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Keuntungan Usaha Sayuran Hidroponik di PT KSS pada Luasan 500
m2 dalam Waktu Satu Tahun
Komponen
Kangkung
Pakcoy
Caysim
330.600.000 505.400.000
294.120.000
245.100.000
205.391.988 186.670.488
197.614.588
192.574.988
125.208.013 318.729.513
96.505.413
52.525.013
52
komoditas bayam, kangkung, caysim, dan pakcoy hidroponik untuk luasan lahan
500 m2 dalam kurun waktu satu tahun dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Efisiensi Usaha Sayuran Hidroponik di PT KSS pada Luasan 500 m2
dalam Waktu Satu Tahun
205.391.988
Komponen
1,61
1,49
1,27
Berdasarkan Tabel 11, efisiensi usaha (R/C rasio) yang diperoleh pada
setiap komoditas sayuran hidroponik telah mencapai angka lebih dari satu,
sehingga dapat dikatakan usaha tersebut efisien. Nilai R/C rasio yang didapatkan
tiap komoditas berbeda. Komoditas bayam memiliki nilai R/C rasio 1,61,
kangkung 2,71, pakcoy 1,49, dan caysim 1,27. Komoditas yang dapat dikatakan
kurang efisien yaitu yaitu komoditas caysim sedangkan komoditas yang paling
efisien yaitu kangkung dengan nilai R/C rasio sebesar 2,71.
Penerimaan kangkung hidroponik paling tinggi dengan penggunaan biaya
yang paling rendah sehingga menghasilkan usaha yang sangat efisien. Komoditas
kangkung ditanam oleh perusahaan dengan metode substrat kerikil, sedangkan
komoditas lain menggunakan media styrofoam dan rockwool sehingga biaya yang
dikeluarkan menjadi cukup besar. Siklus produksi kangkung juga paling singkat
yaitu hanya 27 hari dari benih hingga siap dipanen. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa usaha sayuran yang paling efisien untuk dijalankan yaitu
komoditas kangkung.
Analisis titik impas (break even point) dilakukan untuk mengetahui berapa
jumlah minimum sayuran hidroponik yang harus terjual agar hasil penjualan yang
diperoleh sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Jadi dapat diketahui
jumlah penjualan tiap komoditas sayuran hidroponik agar perusahaan tidak
mengalami kerugian namun pada kondisi ini perusahaan juga belum mendapatkan
keuntungan. Pendekatan untuk perhitungan titik impas dalam usaha sayuran
hidroponik ini adalah BEP dalam jumlah unit produksi (kg). Analisis titik impas
dihitung dengan cara membagi total biaya tetap dengan hasil pengurangan harga
53
jual dan biaya variabel rata-rata per kilogramnya. Perhitungan titik impas pada
tiap komoditas sayuran hidroponik dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Titik Impas pada Tiap Komoditas Sayuran Hidroponik di PT KSS
Komponen
Total biaya tetap (Rp)
Harga jual per kg (Rp)
Biaya variabel rata-rata
per kg (Rp)
Titik impas (kg)
Jumlah produksi (kg)
5.565
3.473
7.845
4.540
8.633
4.661
8700
13300
7740
6450
54
dengan
sayuran
konvensional.
Produktivitas
yang
tinggi
Bayam
Kangkung
K
Pakcoy
H
Caysim
38.000
10.000
38.000
1,5
0,34
0,64
1,8
0,9
1,5
0,9
31
356
27
357
42
408
42
408
Harga jual
(Rp/kg)
Produktivitas
(kg/m2)*
Siklus
Produksi (hari)
55
56
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan analisis yang telah diuraikan
57
7.2
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat
dan
rockwool.
Media
kerikil
juga
mampu
58
DAFTAR PUSTAKA
Agustina H. 2009. Efisiensi Penggunaan Air Pada Tiga Teknik Hidroponik Untuk
Budidaya Bayam Hijau [Makalah]. Depok : Departemen Biologi, FMIPA,
Universitas Indonesia.
Anggayuhlin R. 2012. Studi Populasi Tanaman Terhadap Peningkatan
Produktivitas dan Konsumsi Air Tanaman Bayam Hidroponik [skripsi].
Bogor : Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Anggraini A. 1999. Budidaya Sayuran Hidroponik Dengan Metode NFT Ditinjau
Dari Sisi Finansial dan Marjin Pemasaran (Kasus Kebun Studio
Agribisnis, Pasir Sarongge Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur,
Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Astuti MD. 2007. Optimalisasi Produksi Sayuran Hidroponik PT Saung Mirwan
Di Desa Sukamanah, Kecamatan Mega Mendung, Bogor [skripsi]. Bogor :
Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011. Perkembangan Produksi Beberapa
Tanaman Sayuran Tahun 2009-2010. Jakarta : BPS Indonesia.
[BPS dan Dirjenhort] Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura.
2011. Produktivitas Sayuran di Indonesia. Jakarta : BPS dan Dirjenhort
Indonesia.
Chow V. 1990. The Commercial Approach in Hydroponics. International
Seminar on Hydroponic Culture of High Value Crops in The Tropics in
Malaysia, November 25-27.
Dahlia E. 2002. Analisis Finansial Usahatani Tomat Apel (Recento F1)
Hidroponik [skripsi]. Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[Dirjenhort] Direktorat Jendral Hortikultura. 2011. Nilai PDB Hortikultura Tahun
2007-2010. Jakarta: Dirjen Hortikultura.
Ginting D. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Paprika dan Timun
Jepang Hidroponik Pada PT Horti Jaya Lestari Kabupaten Karo, Provinsi
Sumatera Utara [skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
59
60
Savvas D. 2003.
Hydroponics: A Modern Technology Supporting The
Application of Integrated Crop Management in Greenhouse. Food,
Agriculture & Environment Vol.1(1): 80-86.
Soekartawi, Dillon JL, Hardaker JB, Soeharjo A. 2011. Ilmu Usahatani Untuk
Pengembangan Petani Kecil. Jakarta : UI Press.
Soeseno S. 1999. Bisnis Sayuran Hidroponik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sudarsono. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta : PT Pustaka LP3ES
Indonesia.
Suhardiyanto H. 2011. Kumpulan Makalah Pengantar Ilmu-Ilmu Pertanian.
Bogor : IPB Press
Sukirno. 2009. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta : PT Rajagrafindo
Persada.
Tampubolon SH. 2005. Analisis Persaingan Usaha Paprika Hidroponik Kasus
PT. Abdoellah Bastari Agriculture Kec. Pacet, Kab. Cianjur, Jawa Barat
[skripsi]. Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Wahendra R. 1999. Analisis Ekonomi Pengembangan Letas (Lettuce) dengan
Sistem Budidaya Hidroponik Metode Nutrient Film Technique (NFT)
[skripsi]. Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Widia HS. 2000. Analisis Saluran Pemasaran Paprika Hidroponik di Desa
Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
[skripsi]. Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
61
LAMPIRAN
62
Umur (tahun)
Nilai Sisa
Penyusutan
Per komoditas
(Rp)
(Rp/tahun)
(Rp/tahun)*
39000/m2
7.800.000
1.950.000
650.000
35000/m2
7.000.000
3.500.000
1.166.667
500.000
500.000
166.667
55.556
70.000
70.000
23.333
7.778
Total
5.640.000
1.880.000
Umur(tahun)
Penyusutan (Rp/tahun)**
Komponen
Greenhouse pembesaran (500 m2)
4.875.000
Keterangan : **) = Penyusutan greenhouse pembesaran untuk tiap komoditas (bayam, kangkung, pakcoy, caysim)
Lampiran 2. Penyusutan Sarana Irigasi untuk Komoditas Bayam, Caysim, Pakcoy pada Luas Lahan 500 m2 di PT KSS
Komponen
Biaya Satuan
Biaya Total
(Rp)
(Rp)
Umur (tahun)
Nilai Sisa
(Rp)
(Rp/tahun)
Mesin pompa
350.000
1.050.000
525.000
Pipa paralon/inlet
9000/m2
4.500.000
900.000
4.000.000
4.000.000
1.333.333
500.000
1.000.000
333.333
7.000.000
10
700.000
22.250.000
11.125.000
6.750.000
3.375.000
Total
18.291.667
44500/m
13500/m
Lampiran 3. Penyusutan Sarana Irigasi untuk Komoditas Kangkung Media Kerikil pada Luas Lahan 500 m2 di PT KSS
Komponen
Umur (tahun)
1.050.000
525.000
9000/m
4.500.000
900.000
4.000.000
4.000.000
1.333.333
500.000
1.000.000
333.333
7.000.000
7.000.000
10
700.000
29500/m2
14.750.000
10
1.475.000
Total
5.266.667
Mesin pompa
Pipa paralon/inlet
Drum penampung larutan nutrisi
Drum plastik penampung nutrisi AB
350.000
2
Penyusutan (Rp/tahun)
Lampiran 4. Join Cost Penyusutan Peralatan untuk Komoditas Bayam, Pakcoy, Caysim, Kangkung di PT KSS
Komponen
Jumlah
Biaya Satuan
Biaya Total
(Rp)
(Rp)
Umur (tahun)
Nilai Sisa
Penyusutan
Per komoditas
(Rp)
(Rp/tahun)
(Rp/tahun)
Vacuum sealer
1 unit
800.000
800.000
160.000
40.000
Timbangan
1 unit
150.000
150.000
50.000
12.500
Container plastik
15 unit
45.000
675.000
168.750
42.188
Troli/gerobak besi
3 unit
500.000
1.500.000
300.000
75.000
EC meter
1 unit
850.000
850.000
283.333
70.833
4 unit
150.000.000
600.000.000
10
60.000.000
15.000.000
Total
60.962.083
15.240.521
Lampiran 5. Perhitungan Tenaga Kerja untuk Komoditi Bayam, Caysim, Pakcoy, Kangkung (asumsi hari kerja = 25 hari per bulan)
Kegiatan
Jumlah TK (orang)
Upah (Rp)
18000/hari
32.400.000
Panen
18000/hari
21.600.000
Pengemasan
18000/hari
32.400.000
Pengawas/Controlling
1000000/bulan
36.000.000
Manajer produksi
1700000/bulan
20.400.000
1400000/bulan
16.800.000
Distribusi
700000/bulan
67.200.000
86.400.000
21.600.000
140.400.000
35.100.000
Lampiran 6. Struktur Biaya, Keuntungan, dan Efisiensi Usaha Sayuran Hidroponik per 500 m2 dalam Waktu Satu Tahun dengan
Penggunaan Harga Sayuran Konvensional
Komponen
A. Total Penerimaan
Jumlah Produksi
Harga Satuan (per kg)
B. Biaya Tetap
Sewa lahan
Penyusutan greenhouse persemaian
Penyusutan greenhouse pembesaran
Penyusutan sarana irigasi
Penyusutan peralatan
Biaya tenaga kerja tetap
Biaya listrik
Biaya distribusi
C. Total Biaya Tetap
D. Biaya Variabel
Tenaga kerja harian
Benih
Rockwool
Nutrisi
Kemasan
E. Total Biaya Variabel
F. Total Biaya
G. Keuntungan Usaha
H. Efisiensi Usaha (R/C ratio)
Bayam
Rp
87.000.000
8.700
10.000
Kangkung
Rp
106.400.000
13.300
8.000
Pakcoy
Rp
46.440.000
7.740
6.000
Caysim
Rp
36.120.000
6.450
5.600
9.090.000
1.880.000
4.875.000
18.291.667
15.240.521
35.100.000
18.666.000
33.750.000
136.893.188
4,43
9.090.000
0,92
0
2,37
4.875.000
8,91
5.266.667
7,42 15.240.521
17,09 35.100.000
9,09
9.333.000
16,43 33.750.000
66,65 112.655.188
4,87
0,00
2,61
2,82
8,16
18,80
5,00
18,08
60,35
9.090.000
1.880.000
4.875.000
18.291.667
15.240.521
35.100.000
18.666.000
33.750.000
136.893.188
4,60
0,95
2,47
9,26
7,71
17,76
9,45
17,08
69,27
9.090.000
1.880.000
4.875.000
18.291.667
15.240.521
35.100.000
18.666.000
33.750.000
136.893.188
4,72
0,98
2,53
9,50
7,91
18,23
9,69
17,53
71,09
21.600.000
10.208.000
5.370.800
17.400.000
13.920.000
68.498.800
205.391.988
-118.391.988
0,42
10,52 21.600.000
4,97 11.185.300
2,61
0
8,47 19.950.000
6,78 21.280.000
33,35 74.015.300
100 186.670.488
-80.270.488
0,57
11,57
5,99
0,00
10,69
11,40
39,65
100
21.600.000
10.320.000
3.981.800
12.900.000
11.919.600
60.721.400
197.614.588
-151.174.588
0,24
10,93
5,22
2,01
6,53
6,03
30,73
100
21.600.000
6.880.000
3.981.800
12.900.000
10.320.000
55.681.800
192.574.988
-156.454.988
0,19
11,22
3,57
2,07
6,70
5,36
28,91
100