Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................2
1.1.
Latar Belakang................................................................................................... 2
1.2.
Rumusan Masalah............................................................................................... 4
1.3.
Tujuan.............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.5.
Hal hal yang dilakukan Akuntan untuk Mengurangi Penuntutan Hukum. . .11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Masalah Profesi Akuntan Publik merupakan suatu hal yang sangat penting, khususnya
bagi aktivitas berbisnis secara sehat di Indonesia. Hasil penelitian, analisa serta pendapat dari
Akuntan Publik terhadap suatu laporan keuangan sebuah perusahaan akan sangat menentukan
dasar pertimbangan dan pengambilan keputusan bagi seluruh pihak ataupun publik yang
menggunakannya. Misalnya; para investor dalam mempertimbangkan serta bahkan memutuskan
kebijakan investasinya, para penasehat keuangan ataupun investasi dalam memberikan arahan
pada para investor terhadap keadaan dan prospek dari perusahaan tersebut, para pemberi
pinjaman (lenders) dalam mempertimbangkan serta memutuskan langkah pemberian ataupun
penghentian pinjaman bagi perusahaan tersebut.
Bagi suatu perusahaan sangat perlu untuk memberikan gambaran yang benar tentang
status kesehatan keuangannya, sangat berhubungan dengan konsekuensi hukum dari aktivitas
berbisnis (sebagai suatu hubungan hukum). Dimana konsekuensi hukum itu mengharuskan
masing-masing pihak yang terikat didalamnya untuk dapat memenuhi setiap kewajiban yang
diikatkan kepadanya, tepat seperti yang telah disepakati. Dalam keadaan yang terburuk,
kegagalan dalam pemenuhan kewajiban tersebut, baik sebagai akibat dari tindakan wan prestasi
(1243 KUHPerdata) ataupun Perbuatan Melawan Hukum (1365 KUH Pedata) yang secara hukum
(by law) berdasarkan pasal 1131 KUHPerdata, akan memberikan konsekuensi penghukuman bagi
pihak yang telah melakukan tindakan wanprestasi ataupun melawan hukum tersebut untuk
membayar seluruh kerugian dari pihak-pihak yang dirugikan dengan menggunakan seluruh harta
miliknya, tidak saja yang telah ada akan tetapi juga yang akan ada.
Informasi keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen merupakan tanggung jawab
pihak manajemen sepenuhnya. Bagaimanapun informasi yang hanya bersifat sepihak dari
manajemen akan cenderung untuk banyak mengandung bias mengingat informasi tersebut
dihasilkan dari lingkungan yang dilingkupi oleh banyak kepentingan. Oleh karena itu diperlukan
jasa professional untuk menilai kewajaran informasi keuangan yang disajikan oleh pihak
manajemen. Jasa profesi inilah yang dilakukan oleh auditor independent. Disinilah letak peran
penting profesi akuntan publik. Profesi ini hadir untuk memberikan penilaian atas keandalan
(reliability) informasi akuntansi yang disajikan perusahaan dalam laporan keuangan. Untuk itulah
maka pengujian oleh akuntan publik diperlukan guna menetralisir bias yang melekat pada
3
informasi tersebut, sehingga laporan yang telah dinyatakan wajar oleh akuntan publik akan berisi
informasi yang reliable.
Adanya perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pemakai laporan keuangan dengan
apa yang sesungguhnya menjadi tanggung jawab auditor menimbulkan adanya suatu perbedaan
yang disebut expectation gap. Auditor di dalam melaksanakan audit harus sesuai dengan standar
auditing yang berlaku umum sementara itu para pemakai laporan keuangan memiliki keyakinan
bahwa auditor menjamin akurasi laporan keuangan dan menjamin kelangsungan hidup
perusahaan.
Keyakinan yang dimiliki oleh para pemakai laporan keuangan nantinya cenderung akan
menjadi masalah ketika opini yang dikeluarkan oleh auditor pada kenyataannya tidak sesuai
dengan kondisi yang ada di perusahaan. Disinilah mulai hilang kepercayaan pemakai laporan
keuangan terhadap akuntan karena ketidakmampuannya mendekati harapan publik, yang akan
berakibat adanya tuntutan dan gugatan terhadap kewajiban hukum profesi akuntan publik yang
dianggap telah melakukan kesalahan di dalam memberikan opini.
Untuk melihat lebih jauh permasalahan mengenai kewajiban hukum (legal liability)
bagi profesi auditor, maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai kewajiban hukum (legal
liability) bagi profesi auditor dengan melakukan studi literatur dari berbagai sumber yang
meliputi tinjauan teori, konsep dan pendapat para pakar-pakar auditing.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang diajukan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.3.
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memperoleh pemahaman atas kewajiban hukum yang berkaitan dengan kewajiban
hukum (legal liability) auditor.
4
2. Untuk mendapatkan gambaran umum tentang realita hukum profesi auditor dalam praktik
yang pernah terjadi di lapangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Kesadaran para pemakai laporan keuangan yang semakin meningkat akan tanggung jawab
2.
akuntan publik.
Kesadaran yang meningkat di pihak Securities dan Exchange Commisission (SEC) mengenai
3.
4.
5.
beberapa doktrin tentang kewajiban (sering disebut konsep kewajiban deep pocket).
Keputusan pengadilan menyangkut ganti rugi yang besar pada beberapa kasus melawan akuntan
publik telah mendorong para pengacara untuk memberikan pelayanan hukum atas dasar fee
kontujensi. Kesepakatan ini menawarkan keuntungan kepada pihak yang dirugikan bila
6.
tuntutannya berhasil, dan kerugian yang minimum bila tuntutannya tidak berhasil.
Banyak kantor akuntan publik lebih memilih menyelesaikan masalah hukum di luar pengadilan
untuk menghindri biaya pengadilan yang mahal dan publisitas yang merugikan, ketimbang
7.
2.2. Perbedaan antara Kesalahan Bisnis, Kesalahan Audit, dan Resiko Audit
Kesalahan Bisnis : Terjadi bila perusahaan tidak mampu membayar kembali utangnya atau tidak
mampu memenuhi harapan investornya karena kondisi ekonomi atau bisnis
Kesalahan Audit : Terjadi bila auditor mengeluarkan pendapat audit yang salah karena gagal
dalam memenuhi persyaratan standar auditing yang berlaku umum
Resiko Audit : Resiko di mana auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disajikan secara
wajar dan oleh karenanya dapat dikeluarkan pendapat WTP namun kenyataannya laporan
keuangan tersebut mengandung salah saji secara material.
6
Kesulitan yang sering timbul adalah bila terjadi kegagalan bisnis, tetapi bukan kegagalan
audit. Sebagai contoh bila perusahaan bangkrut dan tidak dapat membayar kewajibannya, pada
umumnya pemakai laporan keuangan akan mengklaim bahwa terjadi kegagalan audit, khususnya bila
laporan auditor paling akhir menunjukkan bahwa laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar.
Konflik antara auditor dengan pemakai laporan keuangan ini terjadi karena adanya kesenjangan
ekspektasi (harapan) antara pemakai dengan auditor.
2.3.
2.1.1.
7
2.3.2. Syarat Hukum yang Menimbulkan Kewajiban Para Akuntan Publik
1. Kelalaian dan Kecurangan
Kecurangan (Fraud)
Terjadi ketika salah saji sengaja dibuat dengan maksud untuk menipu.
2. Hukum Kontrak
3. Common Law
Hukum yang berkembang dan berasal dari keputusan pengadilan dan bukannya dari
peraturan pemerintah.
2.4.
benar.
Kelalaian kontribusi
Kantor akuntan publik menjamin jika klien telah melakukan kewajinam tertentu, tidak
akan terjadi kerugian. Pembelaan auditor dapat berupa klaim bahwa kantor akuntan
publik tersebut telah memberitahu manajemen tentang kelemahan sistem pengendalian
internal yang memberi peluang terjadinya penggelapan itu, tetapi manajemen tidak
melakukan perbaikan.
Ketiadaan hubungan timbal balik
Untuk sukses dalam tuntutan auditor, klien harus mampu menunjkkan adanya hubungan
sebab akibat yang rasional antara pelanggaran auditor terhadap standar korelasi dengan
kerugian yang dialami klien
9
kewajiban terhadap pihak ketiga jika pihak ketiga tersebut mengklaim menderita
kerugian akibat mengandalkan laporan keuangan yang menyesatkan.
Kasus pertama yang muncul adalah kasus Ultramares Corporation kepada
Touche. Kasus ini menghasilkan doktrin Ultramares. Doktrin ini menyatakan bahwa
kelalaian biasa tidak cukup untuk menimbulkan kewajiban kepada pihak ketiga karena
tidak adanya privity of contract antara pihak ketiga dengan auditor, kecuali pihak ketiga
adalah penerima manfaat utama. Namun bila ada kecurangan atau kelalaian besar di
pihak auditor, auditor dapat dapat bertanggung jawab terhadap pihak ketiga secara lebih
umum.
Perluasan doktin ini melebar sampai adnya foreseen users, yaitu anggota dari
golongan pemakai terbatas yang mengandalkan laporan keuangan. Ada tiga pendekatan
utama yang diberlakukan saat ini terkait foreseen users, yaitu:
Credit Alliance
Pendekatan ini berpegang pada konsep privity of contract, dimana auditor harus
mengetahui dan menyadari bahwa hasil pekerjaannya akan digunakan oleh pihak
ketiga untuk tujuan tertentu, dan pengetahuna dan kesadaran tersebut harus
dibuktikan oleh auditor.
Restatementt of Torts
Restatement of torts adalah seperangkat prinsip hukum otoritatif. Restatement rule
menyatakan bahwa foreseen users harus menjadi anggota dari kelompok pemakai
yang terbatas dan dapat diidentifikasi yang mengandalkan pekerjaan akuntan publik,
kreditor misalnya, meskipun auditor tidak mengenal orang-orang tersebut pada
pelaksanaan audit.
Forseeable Users
Pemakai yang sudah harus dapat ditentukan sebelumnya oleh auditor sebagai
pemakai laporan keuangan klien, memiliki hak yang sama seperti pada privity of
contract. Para pemakai ini sering disebut kelompok tak terbatas.
10
Tidak Benar (Civil Liabilities on Account of False Registration Statement). Pada pasal 11
tersebut mencantumkan dua istilah kunci, yaitu fakta yang material dan laporan keuangan
yang menyesatkan.
Sesuai dengan ketentuan perdata dari undang-undang tahun 1933, kerugian
keuangan yang dapat diperoleh kembali oleh seorang penggugat dibatasi pada perbedaan
antara:
1.Jumlah yang dibayar investor untuk sekuritas tersebut
2.Harga pasar atau harga jual pada saat gugatan diajukan
2.5.
Penyelidikan mengenai integritas perusahaan adalah bagian penting yang perlu dijalankan dalam
memutuskan apakah seorang klien dapat diterima dan sampai di mana luas pekerjaan yang akan
dijalankan
Auditor dapat dinyatakan bersalah secara kriminal dalam pelaksanaan audit. Kewajiban kriminal
bisa menyangkut para partner dan staf
Independensi dalam penampilan dan kenyataan oleh semua individu adalah penting sekali,
terutama dalam pembelaan yang menyangkut tindakan kriminal
Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa perlu diperiksa secara khusus
karena ada kemungkinan salah saji
Standar akuntansi yang berlaku umum tidak dapat begitu saja dijadikan pedoman, materi dalam
laporan dan pertimbangan pada fakta sangat dibutuhkan.
Dokumentasi yang baik akan menjadi alat pembelaan yang baik bagi auditor dalam menghadapi
tuntutan kriminal
Konsekuensi potensial dari adanya pengetahuan auditor mengenai kesalahan yang besar adalah
kemungkinan tidak dapat ditentukannya manfaat potensial dari tindakan itu
11
2.5.
Riset secara berkesinambungan, untuk menemukan cara-cara yang lebih baik dalam
melaksanakan audit seperti mengungkap salah saji atau fraud yang tidak sengaja, menyampaikan
hasil audit kepada pemakai laporan dan menyakinkan bahawa auditor adalah independen.
Penetapan standar dan aturan, untuk menyesuaikan terhadap kebutuhan audit, kebutuhan
Perundingan untuk perubahan hukum, tujuannya untuk mengurangi biaya kewajiban sebagai
sasaran untuk mngurangi biaya asuransi kewajiban yang dibebankan kepada pelanggan melalaui
kenaikan harga
Memperkerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi mereka dengan pantas
Mempertahankan independensi
12
Melaksanakan audit yang bermutu melalui bahan bukti yang cukup dan pertimbangan yang tepat
Mencari bantuan hukum bial timbul masalah yang serius dalam suatu audit
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Expectation gap antara masyarakat dan profesi akuntan publik memang nyatanya semakin
lebar. Satu sisi masyarakat harus memahami posisi dan fungsi akuntan dan sisi lain akuntan harus bisa
13
menjawab segala tuntutan masyarakat. Sosialisasi atas jenis-jenis jasa dan batasan tanggung jawab
akuntan publik kepada masyarakat adalah hal yang mutlak harus dilakukan. Masyarakat juga harus
menyadari bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen dan akuntan hanya
bertanggung jawab atas opini yang dikeluarkan dalam aspek-aspek yang material pada penugasan
general audit.
Berdasarkan pembahasan rumusan masalah, akuntan publik bertanggung jawab atas setiap
aspek tugasnya sehingga jika memang terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian pihak
auditor, maka akuntan publik dapat dimintai pertanggung jawaban secara hukum sebagai bentuk
kewajiban hukum auditor dan di dalam prakteknya terbukti bahwa setiap auditor yang melakukan
pelanggaran dapat dituntut secara hukum sebagai bentuk pertanggung jawaban atas audit yang
dilakukannya.
Tanggung jawab hukum auditor semakin berat, namun hal ini bukanlah isyarat untuk menjadi
panik. Auditor hanya bertanggung jawab atas opini mengenai laporan keuangan dan opini tersebut
harus mempunyai bobot integritas dan kompetensi profesional berdasarkan standar yang telah
ditetapkan. Jadi legal liability bukanlah ancaman bagi auditor tetapi lebih merupakan tantangan untuk
bekerja lebih profesional dan independen.
Perlunya perangkat hukum yang pasti guna mengatur akuntan publik di Indonesia untuk
melengkapi aturan main yang sudah ada. Hal ini dibutuhkan agar disatu sisi kalangan profesi dapat
menjalankan tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat kepatuhan yang tinggi, dan disisi lain
masyarakat akan mempunyai landasan yang kuat bila sewaktu-waktu akan melakukan penuntutan
tanggung jawab profesional terhadap akuntan publik.