Você está na página 1de 2

Berdasarkan pengamatan agresi dan hirarki dominansi etogram tingkah

agonistik yang tampak pada waktu pengamatan diawali ketika dua ekor jengkerik
saling berhadapan Selanjutnya kedua jengkerik saling bergerak mendekat,
mengangkat kaki depan ke lawan, dan menggerak-gerakkan sepasang antenanya.
Setelah berada pada jarak yang sangat dekat antena digerak-gerakkan semakin
cepat, terlihat antenaantara kedua jengkerik saling beradu. Kemudian kedua
jengkerik saling membenturkan kepala dan saling menyerang dengan sepasang
kaki kanan depan. Ketika menyerang dan terlibat perkelahian, kedua jengkerik
juga mengeluarkan suara (mengerik) dengan cara menggetarkan sayap. Jengkerik
yang suaranya paling keras adalah jengkerik yang menang, sedangkan jengkerik
yang kalah membalikkan badan dan berlari menjauhi jengkerik yang menang.
Menurut Farb (1981) menyatakan bahwa hanya individu jantan yang menghasilkan
suara (mengerik). Suara yang dihasilkan oleh binatang pengerik tersebut biasanya
berkaitan dengan perilaku kawin, untuk menghalau musuh, untuk mengusir
pejantan lain sesama spesies, dan merupakan sarana komunikasi antar spesies.
Suara tersebut dihasilkan dari getaran sayap. Sisi bawah masing-masing sayap
dilalui oleh pembuluh darah yang berukuran besar dan berbentuk seperti sisir.
Mekanisme terjadinya suara yaitu apabila kedua sayap digerakkan dari samping,
maka bentukan seperti sisir tersebut akan tergesek oleh bagian sayap yang lain.
Adanya gerakan sayap dan gesekan sayap dengan sisir tersebut yang menimbulkan
nada tinggi atau nyaring. Keras atau lemahnya suara yang ditimbulkan akibat
gerakan sayap tersebut dapat menentukan tingkatan hirarkhi dominansi suatu
individu. Selanjutnya dilanjutkan praktikum untuk mengetahui hirarkhi dominansi
dengan betina maupun tanpa betina didapatkan hasil hirarkhi dominansi tertinggi
pada jengkerik D. Factor yang mempengaruhi adalah ukurang jengkerik D lebih
besar, serta memiliki suara paling nyaring dan keras. Tipe hirarkhi dominansi yang
ditunjukkan pada jengkerik tanpa betina adalah linier sedangkan hirarkhi
dominansi menggunakan betina menunjukkan kompleks tipe dendritik. Waktu yang
digunakan untuk mencapai hirarkhi dominansi antara sebelum diberi jengkerik
betina dan setelah diberi jengkerik betina juga memiliki perbedaan. Untuk
mencapai hirarkhi dominansi pada saat sebelum ada jengkerik betina lebih cepat
dibandingkan setelah dimasukkan jengkerik betina. Perbedaan waktu tersebut
dapat dipengaruhi karena setelah diberi jengkerik betina, tingkah laku agonistik
yang muncul tidak hanya dipengaruhi untuk mencapai hirarkhi dominansi,
melainkan ada faktor lain yang mempengaruhi, yaitu seksualitas. Seperti

pernyataan Nelson (2003) yang menyatakan bahwa kehadiran individu betina


menyebabkan pencapaian kondisi hirarkhi yang stabil dalam waktu yang lama.
Karena selain untuk mencapai hirarkhi dominansi, timbul rangsangan seksual pada
individu jantan untuk mendapatkan pasangan. Sehingga terjadi perebutan antar
individu jantan untuk mendapatkan individu betina. Individu jantan yang kalah,
cenderung lebih sulit untuk mendapatkan individu betina, karena individu jantan
yang menang akan menghalau individu yang kalah untuk mendekati individu
betina. Sehingga hanya individu jantan yang menang yang dapat mendekati betina.
Pengamatan selanjutnya mengenai teritorialitas didapatkan hasil bahwa
resident male tidak dapat mempertahankan teritorialnya dari jengkerik pendatang
dan ketika jangkrik sudah memiliki rumah masing-masing tidak terjadi perebutan
teritorial Menurut Susilowati, dkk (2001) menyatakan umumnya hewan yang
berada pada daerah teritorialnya bersifat dominan terhadap hewan pendatang . Jadi
dari pernyataan diatas menytakan bahwa tidak selalu jengkerik yang jenjang
dominansinya tinggi selalu menang dalam perebutan teritorial. Faktor yang
menyebabkan munculnya tingkah laku agonistik pada pengamatan ini adalah
perebutan teritorialitas yang berkaitan dengan tempat tinggal, seksualitas yang
berkaitan dalam rangka mendapatkan dan memperthankan hewan betina dan
hirarkhi dominansi dimana hewan yang dominan merupakan kontrol bagi tingkah
laku hewan lainnya dan dihasilkan dari hasil perkelahian sebelumnya yang terjadi
dalam satu spesies (Susilowati, 2001)
Nelson,Mark.2003.AnimalBehavior.(Online),(http://extension.usu.edu,diaksestanggal7Desember
2009)

Você também pode gostar