Você está na página 1de 6

ARTIKEL PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DILINGKUNGAN FORMAL

Oleh: Arrafi Alief Handaru (21401053009)


optimisajafi@gmail.com
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro
A. Pendahuluan

Ada bermacam-macam fungsi bahasa. Salah satu fungsi bahasa itu ialah sebagai alat
komunikasi yang efektif antar manusia. Dalam berbagai macam situasi, bahasa dapat
dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicara kepada pendengar atau penulis
kepada pembaca. Tentu saja, pada tiap-tiap situasi komunikasi yang dihadapi dipilih salah
satu dari sejumlah variasi pemakaian bahasa. Istilah yang digunakan untuk menunjuk salah
satu dari sekian variasi pemakaian bahasa disebut ragam bahasa.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu dapat digunakan sebagai alat komunikasi.
baik dengan teman sebaya, maupun dengan dosen ketika berada dalam suatu pendidikan
formal. Yang dimaksud dengan pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah
penggunaan yang sesuai dengan fungsi dan situasinya. Selain itu, pemakaian bahasa
Indonesia yang baik dan benar seharusnya sudah melekat pada mahasiswa terutama oleh
mahasiswa kelas 4E jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Seperti diketahui
bahwa bahasa Indonesia mempunyai banyak ragam. Jika digunakan ragam resmi dalam
suasana nonresmi mungkin bahasa yang digunakan menurut tata bahasa baik, tetapi ragamnya
tidak tepat. Begitu juga misalnya, jika dipakai ragam lisan dalam laporan resmi, berkesan
janggal. Jadi, bahasa yang baik dan benar ialah bahasa yang baik menurut ragamnya dan
benar menurut tata bahasanya. Dengan mengingat semua itu, yang dimaksud bahasa yang
seharusnya melekat pada mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra indonesia adalah dapat
menggunakan ragam bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya.
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada tiap jenjang adalah sama yaitu untuk
menumbuhkan keterampilan berbahasa yakni keterampilan menyimak (listening skills),
berbicara (speaking skills), membaca (reading skills) dan menulis (writing skills) (Tarigan,
dkk., 2004: 81). Oleh sebab itu bahasa indonesia sudah diperkenalkan dalam pendidikan
formal sejak dini. Hal ini bertujuan tidak lain bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang
kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa yang
berbeda-beda latar belakang sosial, budaya, dan bahasanya, serta alat penghubung
antardaerah dan antarbudaya. (Sugihastuti, 2000: 10)

Untuk dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar harus diperhatikan situasi
pemakaian dan ragam bahasa yang digunakan. Dalam situasi resmi digunakan bahasa baku,
dan sebaliknya, dalam situasi tidak resmi tidak seharusnya digunakan bahasa baku. Lahirnya
konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar pada dasarnya tidak terlepas dari konteks
pemakaian bahasa yang beraneka ragam. Dengan demikian, yang dimaksud dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang penggunaanya sesuai dengan
situasi pemakainya dan sekaligus sesuai pula dengan kaidah yang berlaku. (Mustakim, 1994)
Sesuai dengan berbagai fungsi bahasa Indonesia, tidak mengherankan bila bahasa
Indonesia memiliki berbagai ragam bahasa berdasarkan tempat dan daerahnya, bahasa
Indonesia terdiri dari berbagai dialek, antara lain, dialek Jakarta, dialek Jawa, dialek Medan,
dialek Manado, dan lain-lain. Berdasarkan penuturnya didapati ragam bahasa golongan
cendekiawan dan ragam bahasa golongan bukan cendekiawan. Berdasarkan sarananya,
didapati ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Berdasarkan suasana penggunaannya
bahasa Indonesia dapat digolongkan menjadi dua ragam bahasa, yaitu bahasa resmi dan
bahasa tidak resmi (santai). Ragam bahasa baku disebut juga sebagai ragam bahasa ilmu.
Ragam bahasa ilmu dapat dijelaskan sebagai suatu ragam bahasa yang tidak termasuk dialek,
yang dalam suasana resmi, baik lisan maupun tulisan, digunakan oleh para cendekiawan
untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuannya. (Ramlan, 1992).
B. Hasil Pembahasan
Bahasa formal adalah ragam bahasa yang biasa digunakan dalam lingkungan resmi,
formal, dan kedinasan. Lingkungan kedinasan ini, contohnya adalah lembaga-lembaga
pemerintahan, lembaga-lembaga pendidikan, perusahaan-perusahaan, dan sebagainya. Ragam
bahasa formal dibagi menjadi dua bagian, yakni ragam bahasa lisan, dan ragam bahasa tulis
Masing-masing ragam memiliki kekhasannya sendiri. Ragam lisan formal lebih
menitikberatkan kepada pilihan kata, sikap penutur, serta situasi pembicaraan. Sedangkan
ragam tulis formal lebih menitikberatkan pada pilihan kata (diksi), ejaan, serta format-format
yang resmi.
H. Yacub Nasucha dkk, menyampaikan bahwa ciri-ciri ragam formal adalah sebagai
berikut:
(1)

Menggunakan gramatikal secara eksplisit dan konsisten

(2)

Menggunakan imbuhan secara lengkap

(3)

Menggunakan kata ganti resmi

(4)

Menggunakan kata baku

(5)

Menggunakan Ejaan yang Disempurnakan, dan

(6)

Menghindari unsur kedaerahan.


Selanjutnya Harimurti Kridalaksana yang dikutip Hans Lipoliwa dalam Yacun Nasuha,

mencatat setidaknya ada empat fungsi bahasa yang menuntut penggunaan ragam baku, yaitu:
(1)

Komunikasi resmi,

(2) Wacana teknis,


(3)

Pembicaraan di depan umum, dan

(4)

Pembicaraan dengan orang yang dihormati.


Situasi resmi yang menuntut pemakaian ragam bahasa baku tercermin dalam situasi-

situasi berikut ini :


(1)

Komunikasi resmi, yaitu dalam surat-menyurat resmi, surat menyurat

dinas,pengumuman-pengumuman yang dikeluarkanoleh instansi-instansi resmi, penamaan


dan peristilahan resmi, perundang-undangan dan sebagainya.
(2) Wacana teknis, yaitu dalam laporan resmi dan kerangka teknis.
(3)

Pembicaraan di depan umum, yaitu dalam ceramah, kuliah, khotbah dan sebagainya.

(4)

Pembicaraan dengan orang lain yang dihormati


Istilah bahasa formal telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan

istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif konsep dan makna
istilah bahasa formal itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat
berpendapat bahasa formal sama dengan bahasa yang baik dan benar. Kita berusaha agar
dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang formal. Begitu juga dalam situasi yang tidak
resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang formal.
Masih banyak orang yang menyamakan pengertian bahasa formal dengan bahasa
yang baik dan benar. Bahasa yang dipergunakan di dalam situasi tidak resmipun dianggap
sebagai bahasa formal. Makna formal tampaknya tidak dipahami secara benar, apalagi makna
bahasa formal. Hal ini disebabkan oleh keengganan orang mencari makna istilah formal dan
bahasa formal itu di dalam kamus Umum atau Kamus Istilah Linguistik, baik dari bahasa
Indonesia maupun dari bahasa Asing, terutama dalam bahasa Inggris. Boleh
digandrungi dan yang sering didasarkan bahasa orang-orang yang berpendidikan di dalam
atau di sekitar pusat kebudayaan atau suatu masyarakat bahasa (Standard language is the
socially favourite variaty of a langauage, often based on the speech of educated population in
and around the cultural and or political cntre of the speech community).

Di dalam Sociolinguistics A Critical Survey of Theory and Application, Dittmar


berpengertian bahwa bahasa formal adalah ragam bahasa dari suatu masyarakat bahasa yang
disahkan sebagai norma keharusan bagi pergaulan sosial atas dasar kepentingan dari pihakpihak dominan di dalam masyarakat itu. Tindakan pengesahan itu dilakukan melalui
pertimbangan-pertimbangan nilai yang bermotivasi sosial politik (The standard is that speech
variety of a language community which is legitimized as a the obligatory norm form social
intercourse on the strength of the interest of dominant forces in that social. The act of
legitimized a norm is effected by means of value judgement which have sociopolitical
motivation).
Di dalam Logman Dictionary of Applied Linguistics, Richard, Jhon dan Heidi
berpengertian bahwa bahasa formal adalah ragam bahasa yang berstatus tinggi di dalam suatu
masyarakat atau bangsa dan biasa didasarkan penutur asli yang berpendidikan di dalam
berbicara dan menulis (Standard variaty; standard variaty; standard dialect; standard language
is the variaty of a language which has on the speech and writing of educated native speakers
of the language).
Di dalam Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan, Yus Rusyana berpengertian
bahwa bahasa formal atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang dikodifikasikan, diterima,
dan dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih luas.
Di dalam Tatabahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan Menengah,
Gorys Keraf berpengertian bahwa bahasa formal adalah bahasa yang dianggap dan diterima
sebagai patokan umum untuk seluruh penutur bahasa itu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa formal itu adalah bentuk
bahasa yang telah dikodifikasi atau ditetapkan, diterima dan difungsikan sebagai model oleh
masyarakat secara luas. Di dalam pengertian bahasa formal itu terdapat 3 aspek yang saling
menyatu, yaitu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan sebagai model. Ketiganya dibahas
di bawah ini.
Istilah kodifikasi adalah terjemahan dari codification bahasa Inggris. Kodifikasi
diartikan sebagai hal memberlakukan suatu kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan
norma di dalam berbahasa.
Kode kebahasaan sebagai norma itu dikaitkan juga dengan praanggapan bahwa
bahasa formal itu berkeseragaman. Keseragaman kode kebahasaan diperlukan bahasa formal
agar efisien, karena kaidah atau norma jangan berubah setiap saat. Kodifikasi yang demikian
diistilahkan oleh Moeliono sebagai kodifikasi bahasa menurut struktur bahasa sebagai sebuah
sistem komunikasi.

C. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, jelas bahwa bahasa resmi ata bahasa standart
bahasa yang baik, dan dipergunakan dilingkungan yang resmi.
D. Saran
Pergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Bahasa yang baik menurut
ragamnya dan benar menurut tata bahasanya. Agar ketika berbicara tentang pendapat
yang kita usulkan tidak ada miskomunikasi.

Daftar Pustaka
http://hermancenter.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-ragam-bahasa-formal.html
http://azzamakhasyari.blogspot.co.id/2013/12/artikel-bahasa-gaul-yangdigunakan.html
http://drs-bandi.blogspot.co.id/2012/03/bahasa-formal-dan-non-formal.html

Você também pode gostar