Você está na página 1de 4

PEMBAHASAN

Faktor Penyebab Masalah Kematian Anak


Angka Kematian Anak (AKA) merupakan jumlah kematian anak berusia
1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada
pertengahan tahun itu, tetapi tidak termasuk angka kematian bayi. Angka
Kematian Anak (AKA) juga mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang
langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak sehingga dengan melihat Angka
Kematian Anak yang tinggi maka dapat diindikasikan terjadi keadaan salah gizi
(malnutrition) atau gizi buruk, rendahkan sanitasi, tingginya prevalensi penyakit
menular pada anak atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah
(Budi Utomo 1985). Menurut SDKI terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
Angka Kematian Anak (AKA), di antaranya adalah faktor sosial, ekonomi,
lingkungan dan faktor demografis.
1. Angka kematian anak menurut karakteristik sosial ekonomi
a. Rendahnya tingkat pendidikan ibu
Data SDKI menunjukkan bahwa pendidikan ibu mempunyai hubungan
yang terbalik dengan tingkat kematian anak. anak dari ibu dengan pendidikan
rendah umumnya mempunyai tingkat kematian lebih tinggi dari anak yang
dilahirkan dari ibu berpendidikan tinggi, hal ini karena pendidikan membuat ibu
mendapatkan informasi tentang perawatan kehamilan dan anak yang lebih baik.
Sebagai contoh, angka kematian anak dari ibu yang tidak sekolah adalah 22
kematian per 1.000 kelahiran hidup, dibandingkan dengan 8 kematian per 1.000
kelahiran hidup untuk anak dari ibu berpendidikan sekolah lanjutan tingkat
pertama atau lebih (SDKI 2007). Pada SDKI (2012) disebutkan juga bahwa angka
kematian anak lebih rendah pada anak yang ibunya berpendidikan perguruan
tinggi dibanding anak yang ibunya tidak berpendidikan (masing-masing 4 dan 33
kematian per 1.000 kelahiran). SDKI sebelumnya juga menunjukan pola
perbedaan yang lebar menurut pendidikan terendah dan tertinggi.
b. Status ekonomi rumah tangga
Risiko kematian anak juga berhubungan dengan status ekonomi dari
rumah tangga Ada hubungan terbalik antara status kekayaan rumah tangga dan
tingkat kematian anak, anak yang tinggal dalam rumah tangga yang lebih kaya
mempunyai mortalitas yang lebih rendah daripada anak yang tinggal dalam rumah
tangga yang lebih miskin. Sebagai contoh, angka kematian anak di kelompok
kuantil terbawah adalah 23 kematian per 1.000 kelahiran, dibandingkan 6
kematian per 1.000 kelahiran untuk anak di kelompok kuantil teratas.
Dibandingkan dengan pola pada SDKI 2002-2003, terjadi penurunan perbedaan
angka kematian anak antara kuantil terendah dan kuantil tertinggi. Pada SDKI
(2012) risiko kematian balita di kuintil terbawah adalah 19 kematian per 1.000
kelahiran dibandingkan dengan 6 kematian per 1.000 kelahiran untuk anak di
kelompok kuantil teratas.

2. Angka Kematian Anak Menurut Karakteristik Demografi


a. Umur ibu saat melahirkan
Dalam kerangka kerja untuk mempelajari kematian anak di negara
berkembang yang dikembangkan oleh Mosley dan Chen (1984) menyatakan
bahwa ada berbagai faktor yang secara langsung mempengaruhi kematian anak,
meliputi karakteristik ibu seperti umur, paritas, dan jarak kelahiran; kontaminasi
lingkungan; gizi; kecelakaan; dan penyakit. Faktor sosial-ekonomi mempengaruhi
kematian melalui faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung.
Data SDKI (2007) menunjukkan bahwa umur ibu saat melahirkan dapat
mempengaruhi kesempatan kelangsungan hidup anak, yaitu semakin tua umur ibu
saat melahirkaan maka semakin tinggi risiko terjadinya kematian anak. Sebagai
contoh, kematian anak pada wanita yang melahirkan di bawah umur 20 tahun
adalah 17 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun pada wanita
yang melahirkan pada umur 20-29 tahun dan 30-39 tahun (masing-masing 10 dan
13 kematian per 1.000 kelahiran hidup), dan kemudian meningkat menjadi 33
kematian per 1.000 kelahiran hidup pada wanita yang melahirkan pada umur 4049 tahun (SDKI 2007). Pada SDKI (2012) juga menunjukkan hal yang sama di
mana anak dari ibu yang sangat muda dan sangat tua memiliki risiko kematian
pada anak yang tinggi saat melahirkan. Angka yang tinggi pada wanita yang lebih
muda dan lebih tua mungkin disebabkan oleh faktor biologis yang mengakibatkan
komplikasi selama kehamilan dan persalinan.
b. Urutan kelahiran
Data SDKI (2007) dan SDKI (2012) menunjukkan adanya hubungan
positif yang nyata antara urutan kelahiran dan peluang untuk meninggal; urutan
kelahiran yang tinggi mempunyai risiko kematian yang tinggi. Sebagai contoh,
angka kematian anak untuk urutan kelahiran pertama adalah 9 kematian per 1.000
kelahiran hidup, sedang angka kematian untuk urutan kelahiran ke tujuh atau lebih
adalah 29 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Seperti yang diharapkan, angka
kematian anak menurun ketika selang kelahiran meningkat. Sebagai contoh, angka
kematian bayi untuk anak yang lahir dengan selang kelahiran kurang dari dua
tahun setelah kelahiran sebelumnya hampir tiga kali lebih tinggi dari angka
kematian yang lahir dengan selang kelahiran empat tahun atau lebih (77
berbanding 28 kematian per 1.000 kelahiran).
Selain beberapa faktor di atas yang dianalisis menurut data SDKI (2007
dan 2012), terdapat beberapa faktor penyebab lain yang mempengaruhi kematian
anak. Menurut Riskesdas (2007), kematian anak didominasi oleh penyakit
menular. Proporsi penyebab kematian pada anak (1-4 tahun) untuk tiga penyakit
terbesar, yaitu diare (11.3%) dan peneumonia (11.3%). Penyebab kematian yang
juga perlu diperhatikan adalah campak (6%), tenggelam (5%) dan TB (4%).
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan
penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Pneumonia adalah
penyakit yang disebabkan kuman Pneumococcus, Staphylococcus, Streptococcus
dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala,
batuk, mengeluarkan dahak dan sesak napas.
Penyebab masalah kematian pada anak terutama di bawah lima tahun ini
juga didukung oleh data UNICEF (2015) yang juga menyebutkan bahwa secara
global sebanyak 5.9 juta anak di bawah lima tahun hamper setengahnya

disebabkan oleh penyakit infeksi dan beberapa kondisi seperti pneumonia, diare,
malaria, meningitis, tetanus, cacar, sepsis dan AIDS. Secara umum, penyebab
kematian utama pada anak balita pada tahun 2015 adalah pneumonia (16%),
komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan (11%), diare (9%), neonatal
sepsis (7%) dan malaria (5%).
Dampak Masalah Kematian Anak
Angka Kematian Anak (AKA) mencerminkan tingkat pembangunan
kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari masyarakatnya. Angka ini
digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi program serta kebijakan
kependudukan dan kesehatan. Di dalam studi ilmu kependudukan terdapat
komponen yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk di suatu wilayah,
yaitu kematian atau mortalitas. Peristiwa kematian dapat disebabkan oleh banyak
faktor salah satunya adalah kesehatan. Suatu korelasi timbal balik antara
mortalitas dengan kesehatan masyarakat ada dua macam, yaitu korelasi yang
bersifat positif atau menguntungkan maupun korelasi yang bersifat negatif atau
merugikan.
Korelasi yang bersifat positif atau menguntungkan antara mortalitas
dengan kesehatan masyarakat adalah dengan adanya mortalitas maka kelajuan
pertumbuhan penduduk yang tidak dapat terkendali dapat ditekan dan secara
otomatis kepadatan penduduk pun dapat berkurang sehingga terjadi pula
perubahan fungsi lahan yang semula untuk perumahan menjadi fungsi lain yang
lebih bermanfaat misalnya pertanian, lahan perkebunan, sumber lapangan
pekerjaan, dan lain-lain. Dengan demikian kesejahteraan penduduk akan semakin
meningkat begitu pula derajat kesehatan masyarakat. Sebagai ilustrasi pada suatu
wilayah yang padat penduduknya maka letak bangunan yang satu dengan lainnya
saling berhimpitan sehingga menimbulkan banyak permasalahan kesehatan,
seperti sanitasi yang kurang memadai, kurangnya lahan sumber oksigen, dan
sebagainya.
Korelasi yang bersifat negatif atau merugikan antara mortalitas dengan
kesehatan masyarakat adalah terkait penyebab kematian di suatu wilayah itu
sendiri, artinya ketika masih terdapat penyeba tingginya angka kematian, maka
dapat dikatakan bahwa wilayah tersebut masih memiliki derajat kesehatan
masyarakat yang masih rendah.. Dalam studi ilmu kesehatan masyarakat dipelajari
berbagai faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat atau lebih
dikenal dengan teori H.L. Blum, diantaranya adalah karena faktor perilaku
individu atau masyarakat, pelayananan kesehatan, lingkungan, dan genetik.
Kematian dapat disebabkan karena perilaku dan pola hidup yang tidak bersih dan
sehat sehingga menimbulkan penyakit, apabila penyakit tersebut menyebar ke
masyarakat maka dapat terjadi kematian penduduk dalam jumlah yang banyak.
Kedua, kematian dapat disebabkan oleh pelayanan kesehatan yang kurang
memadai, hal ini terkait dengan kebijakan kesehatan yang dikeluarkan oleh
pemerintah, seperti adanya penyelewengan dana penyediaan alkes, pembagian
jamkesmas yang tidak merata dan sesuai sasaran menyebabkan terjadinya
kematian penduduk terutama penduduk yang ada di bawah garis kemiskinan.
Ketiga, banyak penyakit yang bersumber dari lingkungan. Misalnya, lingkungan
yang kumuh memiliki sedikit sumber oksigen, sedikitnya lahan untuk membuang
sampah rumah tangga sehingga mencemari tanah, air, dan udara. Keempat,

banyaknya kematian juga dipengaruhi oleh faktor genetik, di mana seorang bayi
yang lahir cacat bahkan meninggal dunia dapat diakibatkan oleh gen orang tua
yang mengandungnya, misalnya sang orang tua tidak gemar mengkonsumsi zat
gizi yang baik bagi kandungannya atau terdapat penyakit keturunan yang dibawa
oleh orang tuanya (Blum 1974).

DAFTAR PUSTAKA
Blum, Hendrik L. 1974. Planning for Health, Development and Aplication
of Social Changes Theory. New York (US) : Human Sciences Press.
Budi Utomo, 1985. Mortalitas : pengertian dan Contoh kasus di Indonesia. Proyek
Penelitian Morbiditas dan Mortalitas. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia.
[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan Rpublik Indonesia [Internet]. [diunduh
2016
Sept
5].
Terdapat
pada
:
http//www.kemenkes.go.id/download/riskesdas.
[UNICEF]. United Nations Childrens Fund. 2015. Commiting to Child Survival :
A Promise Renewed Progress Report. New York (US) : UNICEF

Você também pode gostar