Você está na página 1de 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi di Indonesia sudah tidak terkendali lagi. Banyak kasus-kasus korupsi
yang mulai terkuak. Tidak tangung-tanggung, kasus korupsi banyak melibatkan
pejabat tinggi negara dan menjamur dihampir semua kalangan. Kasus korupsi di
Indonesia dalam berbagai macam survei, Indonesia masuk dalam salah satu daftar
negara terkorup di dunia. Berbagai macam kasus korupsi mulai dari yang besar,
sedang hingga kasus korupsi kecil terjadi secara terus menerus tanpa bisa
dihentikan. Hukum tindak pidana korupsi yang tidak ada efek jera bagi pelaku,
menyebabkan para koruptor tetap menjalankan aksi korupsi. Ditambah hukum di
Indonesia yang bisa dibeli. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya aparat hukum yang
terlibat kasus suap.
Dalam kasus ini, negara pun menanggung kerugian materiil yang sangat
besar. Kerugian ini terjadi di berbagai bidang baik demokrasi, ekonomi dan
kesejahteraan umum negara. Akhir-akhir ini kasus korupsi sedang hangathangatnya dibicarakan publik. Kasus korupsi sengketa pemilukada Kabupaten
Lebak, Banten yang melibatkan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar.
Selain kasus ini, Akil diduga terlibat dalam 14 kasus suap lainnya. Sejumlah rekor
pun tercatat. Ini adalah pertama kalinya JPU KPK mendakwa seorang hakim
dengan 15 dugaan suap sekaligus. Saat penggeledahan di ruang kerja Akil di
gedung Mahkamah Konstitusi, penyidik KPK menemukan narkoba dan obat kuat.
Hal ini menunjukkan seorang Ketua Mahkamah Konstitusi pun dapat melakukan
praktek korupsi yang tidak mencerminkan seorang pemimpin yang bertanggung
jawab.

Dari latar belakang di atas, penulis menyusun makalah dengan judul Kasus
Korupsi Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar Merugikan Negara
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa yang dimaksud dengan korupsi ?


Bagaimana gambaran umum korupsi yang ada di Indonesia ?
Apa yang melatarbelakangi terjadinya korupsi dan dampaknya bagi negara ?
Bagaimana kasus korupsi yang dilakukan oleh Akil Mochtar ?
Bagaimana menjadi pemimpin ideal dalam memimpin suatu pemerintahan ?
Bagaimana peran pemerintah dalam menangani kasus korupsi Akil Mochtar ?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan rombel 41 yang
diampu oleh Didi Pramono, S.Pd.
2. Mengetahui pengertian korupsi.
3. Mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi dan dampaknya
bagi negara.
4. Mengetahui kasus korupsi yang dilakukan oleh Akil Mochtar.
5. Mengetahui pemimpin yang ideal dalam memimpin suatu pemerintahan.
6. Mengetahui peran pemerintah dalam menangani kasus korupsi Akil Mochtar.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin : corruptio dari kata kerja corrumpere
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik baik politisi maupun pegawai negeri serta pihak lain yang
terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum tindak pidana korupsi secara garis besar

memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :


Perbuatan melawan hukum,
Perbuatan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Beberapa jenis tindak pidana korupsi diantaranya adalah :
Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
Penggelapan dalam jabatan,
pemerasan dalam jabatan,
ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri / penyelengara negara), dan
menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri / penyelenggara negara).
(wikipedia, 2014)
Pengertian korupsi menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28
tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme Pasal 1 Ayat 3 adalah tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tindak
pidana korupsi.
B. Gambaran Umum Korupsi di Indonesia
Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang korupsi
bukan lagi merupakan pelanggaran hukum, melainkan hanya sekedar kebiasaan.
Dalam seluruh penelitian perbandingan korupsi antaenegara Indonesia selalu
3

menempati posisi paling rendah. Keadaan ini bisa menyebabkan pemberantasan


korupsi di Indonesia semakin ditingkatkan oleh pihak yang berwenang.
Perkembangan korupsi di Indonesia juga mendorong pemberantasan korupsi
di Indonesia. Namun hingga kini pemberantasan korupsi di Indonesia
belummenunjukan titik terang melihat peringkat Indonesia dalam perbandingan
korupsi antarnegara yang tetap rendah (Mochtar Lubis, 2001). Hal ini juga
ditunjukan dari banyaknya kasus-kasus korupsi di Indonesia seperti :
1. Kasus dugaan korupsi Soeharto : dakwaan atas tindak korupsi di tujuh
yayasan.
2. Pertamina : dalam technical assistance contract dengan PT Ustaindo
Pertrogas.
3. Kasus korupsi Edi Tansil / PT. Golden Key.
4. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) : penyimpangan penyaluran dan
BLBI.
5. Kasus Hambalang yang melibatkan Andi Malarangeng, Angelina Sondhaq,
dan pejabat lainnya.
6. Kasus korupsi Bank Century
Dan masih banyak kasus korupsi yang terjadi di Indonesia.

C. Latar Belakang Terjadinya Korupsi dan Dampaknya Bagi Negara


Latar belakang terjadinya korupsi disebabkan beberapa kondisi yang
mendukung munculnya korupsi, diantaranya sebagai berikut :
1. Konsentrasi kekuasaan dipengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab
langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang
bukan demokratik.
2. Kurangnya transparansi dipengambilan keputusan pemerintah.
3. Kampanye-kampanye yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari
pendanaan politik yang normal.
4. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
5. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan teman
lama.
6. Lemahnya ketertiban hukum.
7. Lemahnya profesi hukum.
8. Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
4

9. Gaji pegawai pemerintah yang kecil.

Dampak yang ditimbulkan dari korupsi bagi negara diberbagai bidang antara
lain :
Demokrasi, korupsi menunjukkan tantangan serius terhadap pembangunan.
Didalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintah yang
baik (good governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di
pemilihan umum dan di bidang legilatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan
di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan menghentikan
ketertiban

hukum,

dan

korupsi

di

pemerintahan

publik

menghasilkan

ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara unum, korupsi mengikis


kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan
sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikkan jabatan bukan karena prestasi.
Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai
demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
Ekonomi, korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan keefisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi
meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan resiko pembatalan
perjanjian atau karena penyelidikan. Korupsi menimbulkan distrosi (kekacauan)
didalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek
masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin
menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek
korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga
mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup,
atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas layanan pemerintahan
dan inprastruktur, dan menambah tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.

Kesejahteraan Umum Negara, korupsi politis ada dibanyak negara, dan


memberikan ancaman besar bagi warga negaranya. Korupsi politis berarti
kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya
rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang
melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil
(SME). Politikus-politikus pro-bisnis ini hanya mengembalikan pertolongan
kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan besar kepada kampanye
pemilu mereka (wikipedia, 2014).

D. Kasus Korupsi yang Dilakukan Akil Mochtar


Dr. H. M. Akil Mochtar, S.H., M.H. (lahir di Putussibau, Kalimantan Barat,
18 Oktober 1960; umur 53 tahun) adalah Ketua Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia periode 2013 dan Hakim Konstitusi periode 2008-2013. Sebelumnya ia
pernah menjabat sebagai anggota DPR RI periode 1999-2004, dan kemudian
terpilih lagi untuk periode 2004-2009, juga sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR
RI (bidang hukum, perundang-undangan, HAM dan keamanan) periode 20042006. Akil bergabung menjadi Hakim Konstitusi pada tahun 2008, dan terpilih
sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi pada bulan April 2013 menggantikan
Mahfud MD (okezone, 2013).
Pada Rabu, 2 Oktober 2013, Akil ditangkap KPK di rumah dinasnya di
Jakarta terkait dugaan menerima suap dalam penanganan gugatan pemulikada
Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah dan Kabupaten Lebak, Banten. Esok
harinya, ia dan 5 orang lainnya resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Kelima orang tersebut salah satunya Chairun Nisa angota DPR RI fraksi partai
golkar, bupati Gunung Mas, Hambit Bintih, seorang pengusaha Tubagus Chaeri
Wardana yang juga adik kandung Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah sekaligus
suami dari Wali Kota Tagerang Selatan Airin Rachmi Diany. Pada 5 Oktober,
setelah menggelar pertemuan dengan beberapa pimpinan lembaga tinggi negara,

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono resmi memberhentikan sementara Akil


Mochtar dari posisi Ketua Mahkamah Konstitusi (Metrotvnews, 2013).
Pada saat melakukan penggeledahan di ruang kerja Akil di gedung
Mahkamah Konstitusi, penyidik KPK menemukan narkoba dan obat kuat. Barang
bukti ini langsung diserahkan ke pihak kepolisian dan ditangani pihak BNN
(Kompas, 2013).
Total ada 15 dugaan suap pilkada dan uang ratusan milyar rupiah hasil
korupsi yang diduga dicuci Akil sejak jadi anggota DPR. Sejumlah rekor pun
tercatat. Ini adalah pertama kalinya JPU KPK mendakwa seorang hakim dengan
15 dugaan suap sekaligus. Biasanya, KPK hanya menemukan dugaan suap dalam
satu atau dua perkara saja. Catatan lainnya yang menarik adalah jumlah uang suap
yang diduga diberikan pihak berperkara totalnya mencapai Rp 57 milyar,
terbanyak bila dibandingkan dengan kasus-kasus dugaan suap lainnya. Rekor
lainnya yang bisa jadi perhatian menarik adalah jumlah uang yang diduga dicuci
Akil dari hasil korupsi dalam kurun waktu sekitar tahun 2002 sejak jadi anggota
DPR hingga tahun 2013 adalah harta senilai Rp 181 milyar dianggap tak wajar
karena tak sesuai dengan profil gaji Akil di MK maupun di DPR (detiknews,
2014).

E. Pemimpin Ideal
Berbicara masalah pemimpin tentu dalam benak kita timbul sebuah
pertanyaan mengenai sosok pemimpin yang ideal untuk memimpin suatu daerah
atau negara. Pemimpin yang ideal harus memiliki sifat sifat yang baik, yang
pertama yaitu jujur. Kejujuran adalah syarat mutlak untuk menjadi seorang
pemimpin. Masyarakat akan selalu mempercayai setiap apa yang menjadi
kebijakan untuk mensejahterakan rakyatnya. Pemimpin yang memiliki sifat jujur
juga akan lebih dicintai oleh rakyatnya karena janji-janji yang diucapkannya pada
saat kampaye tidak sekedar silat lidah semata(Adair, 1999)

Selanjutnya yang kedua, seorang pemimpin harus komunikatif. Seorang


pemimpin harus mempunyai sifat terbuka kepada seluruh masyarakatnya. Apa
yang telah menjadi kebijakannya harus disampaikan kepada rakyatnya. Selain itu,
seorang pemimpin juga mempunyai kewajiban untuk menyampaikan yang benar
dan yang salah agar masyarakatnya tidak terjerumus kedalam jurang kenistaan.
Kemudian pemimpin yang ideal juga harus mempunyai sifat cerdas.
Seorang pemimpin seyogyanya harus memiliki kecerdasaran di atas rata-rata
masyarakatnya. Hal ini dimaksudkan agar pemimpin tersebut memiliki rasa
percaya diri untuk memimpin rakyatnya. Kecerdasan merupakan modal utama
untuk menjadi seorang pemimpin. Karena hal itu akan membantunya dalam
memecahkan persoalan yang dihadapi oleh masyarakatnya. Kecerdasan atau ilmu
yang dimiliki oleh seorang pemimpin itu ibarat bahan bakar yang digunakan
untuk menjalankan roda kepemimpinannya (Goleman, 2006).
Selain itu, pemimpin yang ideal juga harus memiliki sifat amanah yang
artinya terpercaya. Dengan memiliki sifat amanah, maka pemimpin akan
senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat yang telah diserahkan diatas
pundaknya.
Bangsa kita kini mengalami krisis pemimpin yang amanah. Hal itu terbukti
dengan banyaknya pemimpin kita yang berbondong-bondong masuk penjara
karena terjerat kasus korupsi. Jabatan yang disandangnya telah disalahgunakan
yaitu dengan memanfaatkan jabatan mereka sebagai alat untuk menumpuk
kekayaan. Contohnya seperti Akil Mochtar, ia bukanlah pemimpin yang ideal
untuk masyarakat, melainkan ia adalah seorang perampok yang berdasi dengan
cara menghianati kepercayaan rakyatnya. Dengan kata lain ia bukanlah pemimpin
yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas.

F. Peran Pemerintah dalam Menangani Korupsi Akil Mochtar


Pemerintah mempunyai peran aktif dalam menyelenggarakan negara untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat, khususnya terhadap problematika yang
8

dihadapi Indonesia, pemerintah harus mampu mengatasi dan memberikan


penyelesaian atau solusi sehingga dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Korupsi merupakan salah satu tugas wajib pemerintah untuk menyelesaikan dan
mengatasi agar orientasi memperkaya diri yang dilakukan oleh aparatur negara
dapat diminimalisir bahkan di hilangkan.
Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan
Pengadilan

merupakan

lembaga

yang

berwenang

dalam

menangani

pemberantasan kasus korupsi. Dari ke empat lembaga ini KPK memiliki peran
khusus dalam memberantas kasus korupsi, KPK harus lebih memiliki nilai dan
integritas yang tinggi sehingga wewenang yang telah diberikan berdasarkan
ketentuannya dapat dijalankan dan diimplementasikan dengan baik. Dari ke empat
lembaga tersebut dapat juga dimungkinkan adanya pihak-pihak tertentu akan
terlibat dalam kasus korupsi, karena perlu kita ketahui bahwa korupsi itu bukan
personal tetapi corporation atau kelompok, kecil kemungkinan bahwa korupsi
hanya di lakukan oleh seorang saja, pasti ada pihak-pihak lain yang terlibat dalam
kasus korupsi untuk memperlancar urusan yang menyimpang dari ketentuan.
Tujuan dibentuknnya KPK tidak lain adalah meningkatkan daya guna dan
hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK dibentuk
karena institusi (Kepolisian, Kejaksaan, Peradilan, Partai Politik dan Parlemen)
yang seharusnya mencegah korupsi tidak berjalan bahkan larut dan terbuai dalam
korupsi. Pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi sampai sekarang
belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu pemberantasan korupsi
perlu ditingkatkan secara professional, intensif, dan berkesinambungan. Karena
korupsi

telah

merugikan

keuangan

negara,

perekonomian

negara,

dan

menghambat pembangunan nasional. Begitu parahnya maka korupsi di Indonesia


sudah dikategorikan sebagai tindak pidana luar biasa atau extra ordinary crime.
Cara penanganan korupsi harus dengan cara yang luar biasa. Untuk itulah
dibentuk KPK yang mempunyai wewenang luar biasa, sehingga kalangan hukum
menyebutnya sebagai suatu lembaga super (super body).Untuk mencegah dan
mengatasi keberadaan mafia hukum, pemerintah yang mana antara kepolisian,
kejaksaan, KPK dan Pengadilan harus memperkuat koordinasi dan sinkronisasi
agar kepastian hukum dapat terjamin dan kecilnya kemungkinan terjadi
9

penyimpangan berkelanjutan. Perlu kita ketahui disetiap instansi terdapat peluang


dimungkinkan terjadinya korupsi oleh aparatur negara tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah tindakan pejabat publik baik politisi maupun pegawai negeri
serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak
legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Saat ini banyak kasus-kasus korupsi di
Indonesia. Hal tersebut menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara
terkorup di dunia. Latar belakang terjadinya korupsi karena lemahnya tertib
hukum, profesi hukum, masih rendahnya gaji pegawai, kampanye-kampanye yang
mengeluarkan uang berlebihan sehingga timbul rasa untuk mengembalikan uang
tersebut dengan jalan korupsi. Kasus Akil Mochtar merupakan kasus korupsi
terbesar di Indonesia. Kedudukan Akil Mochtar sebagai ketua Mahkamah
Konstitusi yang korupsi mencerminkan seorang pemimpin yang tidak
bertanggung jawab. Pemimpin yang ideal seharusnya memiliki beberapa sifat
yaitu diantaranya jujur, cerdas, amanah, dan komunikatif. Berbagai kasus korupsi
melemahkan Indonesia dalam berbagai bidang yaitu demokrasi, ekonomi, dan
kesejahteraan umum negara. Oleh karena itu perlu adanya peran pemerintah yang
lebih maksimal dalam menangani kasus-kasus korupsi di Indonesia.
B. Saran
Demikian makalah yang penulis buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Lebih khusus bagi teman-teman mahasiswa dalam mempelajari
mata kuliah pendidikan kewarganegaraan terutama mengenai kasus korupsi.
Adapun mengingat keterbatasan penulis dan penyusun makalah ini, jika ada
kekeliruan atau kesalahan dalam penyusunan, maka sebagai penulis mohon kritik
dan saran dari teman-teman atau pembaca.

10

DAFTAR PUSTAKA

Adair, John. 1999. Membina Calon Pemimpin (Sepuluh Prinsip Pokok). Jakarta :
Bumi Aksara.
Anonim. 2013. Ada Narkoba di Ruangan Akil. http://www.Kompas.com (diunduh
27 April 2014).
Anonim.

2013.

Akil

Mochtar

Tersangka Kasus

Sengketa

Pemilukada.

http://Metrotvnews.com (diunduh 27 April 2014).


Anonim. 2013. SBY Pecat Akil Mochtar. http://m.okezone.com (diunduh 27 April
2014).
Anonim. 2014. Korupsi di Indonesia. http://wikipedia.org (diunduh 26 April
2014).
Anonim. 2014. Korupsi. http://wikipedia.org (diunduh 26 April 2014).
Goleman, Daniel. 2006. Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta :
Gramedia.
Lubis, Mochtar. 2001. Manusia Indonesia : (Sebuah Pertanggungjawaban).
Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

11

12

Você também pode gostar