Você está na página 1de 14

Apakah Ganja Bermanfaat Bagi Kita?

Mariyuana semakin bisa diterima. Klaim manfaat medisnya mengalir kian


deras. Apa yang sesungguhnya kita ketahui?
Oleh Hampton Sides

Tentu saja, tak ada hal yang baru tentang ganja. Zat adiktif ini sudah dikonsumsi kurang
lebih sejak awal riwayat manusia.
Di Siberia, biji ganja gosong dijumpai dalam gundukan pemakaman bertarikh 3000 SM.
Orang Tiongkok pun menggunakan ganja sebagai obat sejak ribuan tahun silam.
Mariyuana sendiri mengguratkan sejarah yang panjang di Amerika. Di hampir seluruh
rentang sejarah negara itu, ganja dinyatakan legal dan lazim menjadi bahan larutan
obat dalam alkohol dan ekstrak.
Lalu muncullah Reefer Madness. Marijuana, the Assassin of Youth. The Killer
Weed. The Gateway Drug. Hampir 70 tahun tanaman ini bersembunyi, dan sebagian
besar riset medis terhadap ganja dihentikan.
Pada 1970, pemerintah federal kian menyulitkan kajian mariyuana dengan
menggolongkannya sebagai NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif) tingkat
satuzat kimia berbahaya tanpa tujuan medis yang valid dan potensi penyalahgunaan
yang tinggi, sekelas dengan heroin. Di Amerika, mayoritas peneliti ganja dianggap
sebagai pelaku kejahatan.
Namun kini, seiring makin banyaknya orang yang beralih ke narkotik untuk mengobati
penyakit, sains ganja lahir dan bersemi kembali di Amerika. Ada kejutan, dan mungkin
keajaiban, yang terpendam dalam tanaman yang pernah berstatus terlarang ini.
Vivek Murthy, pimpinan pejabat medis pemerintah federal AS, mengungkapkan
minatnya, akan apa yang dapat digali sains dari mariyuana. Ia melihat data-data awal
yang mengindikasikan bahwa ganja dapat bermanfaat terhadap kondisi medis atau
gejala tertentu.
Di 23 negara bagian dan District of Columbia, ganja dilegalkan untuk pemakaian medis
tertentu, dan mayoritas warga Amerika mendukung legalisasi ganja sebagai sarana
hiburan. Negara-negara lain telah menimbang ulang undang-undang yang berkaitan

dengan mariyuana. Uruguay memutuskan untuk melegalkannya. Undang-undang


Portugis juga tak lagi menetapkan ganja sebagai barang ilegal. Israel, Kanada, dan
Belanda pun mencanangkan program mariyuana medis dan dalam beberapa tahun
terakhir, banyak negara mulai meluaskan pandangan soal kepemilikan ganja.
Ganja kini lebih sering beredar di sekeliling kita. Ya, mengisap ganja dapat
menyebabkan penyakit tertawa temporer, wawas intens terhadap sepatu, amnesia pada
kejadian dua detik silam, dan hasrat yang memuncak untuk mengunyah Cheetos.
Kendati belum ada laporan kematian akibat overdosis ganja, mariyuanaterutama
varietas yang kerasjuga sangat kuat, dan dalam beberapa kasus, berbahaya.
Namun, banyak orang telah mengonsumsi ganja untuk meredakan nyeri,
menyenyakkan tidur, merangsang nafsu makan, meredam kecemasan, dan melegakan
emosi. Pendukung mariyuana beralasan obat ini membantu menurunkan stres. Ganja
juga dianggap berkhasiat, antara lain sebagai analgesik, antiemetik, bronkodilator, dan
anti-inflamasi. Bahkan didapati bahwa obat ini manjur menyembuhkan cegukan akut.
Senyawa dalam tanaman ini, menurut hipotesis sejumlah ilmuwan, mampu menolong
tubuh mengatur fungsi-fungsi vitalseperti melindungi otak terhadap trauma,
memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan membantu menghapus memori pascabencana besar.
Meski agaknya tanaman ini hendak buru-buru diboyong ke grup yang sama dengan
alkohol atau rokok agar bisa dikenai pajak, diatur regulasinya, dan dikomersialkan,
pertanyaan penting ini pun mengemuka. Apa yang terjadi di dalam tanaman ini?
Bagaimana mariyuana memengaruhi tubuh dan otak kita? Informasi apa yang diungkap
bahan kimianya perihal fungsi sistem saraf kita? Dapatkah kandungan kimia itu
menghasilkan resep obat baru nan mujarab?
Seandainya ganja mau memberi tahu kita sesuatu, apa yang akan dikatakannya?
AHLI KIMIA
Harta Karun
Bahkan hingga pertengahan abad ke-20, sains masih belum merekam fakta sejati
mariyuana. Zat yang terkandung di dalamnya dan cara kerjanya masih menyisakan
tanda tanya besar. Lantaran status ilegal dan stigma buruk yang disandangnya, hanya

segelintir ilmuwan serius yang rela menodai reputasi mereka dengan meneliti tanaman
ini.
Kemudian suatu hari pada 1963, Raphael Mechoulam, ahli kimia organik muda yang
bekerja di Weizmann Institute of Science di luar Tel Aviv, memutuskan untuk
menganalisis komposisi kimia tanaman tersebut. Baginya tidak logis bila kalangan
ilmuwan belum mengenali bahan psikoaktif utama yang terkandung dalam ganja,
padahal sejak 1805 morfin berhasil diidentifikasi dan diekstrak dari opium, sementara
kokain ditemukan dalam daun koka pada 1855.
Itu cuma tanaman, ungkap Mechoulam, yang kini berusia 84. Paduan senyawa yang
tidak dikenal dan berantakan.
Maka Mechoulam menelepon polisi nasional Israel dan dikirimi lima kilo ganja Lebanon
sitaan. Dia dan tim penelitinya memisahkandan dalam beberapa kasus juga
menyintesisrangkaian susunan zat kimia, yang disuntikkan secara terpisah ke tubuh
monyet rhesus. Hanya satu efek yang dapat diamati. Biasanya monyet rhesus hewan
yang cukup agresif, katanya. Namun, ketika disuntik dengan senyawa ini, monyet itu
jadi amat kalem. Seperti diberi obat penenang, kenangnya sambil tertawa kecil.
Pengujian lebih lanjut menghasilkan temuan yang kini diketahui dunia: senyawa yang
menjadi bahan aktif utama tanaman ini adalah zat kimia yang mampu mengubah otak
dan membuat Anda tinggi (giting dalam slang). Mechoulam, bersama seorang rekan,
menemukan tetrahidrokanabinol (THC). Dia dan timnya juga menjelaskan struktur kimia
kanabidiol (CBD), zat utama lain dalam ganja yang menyimpan potensi medis
berlimpah namun tak memicu efek psikoaktif pada manusia.
Karena terobosan ini dan banyak terobosan lainnya, Mechoulam dikenal luas sebagai
bapak ilmu ganja. Dia juga anggota terhormat Israel Academy of Sciences and
Humanities dan profesor emeritus di Hadassah Medical School, Hebrew University, di
mana ia masih aktif menggelar penelitian. Kakek ramah yang menulis lebih dari 400
karya ilmiah dan memegang sekitar 25 hak paten ini mencurahkan hidupnya untuk
mendalami ganja, yang ia juluki harta karun medis yang menanti untuk ditemukan.
Karyanya menjadi pemicu kelompok spesialisasi penelitian mariyuana di seluruh dunia.

Ini semua gara-gara Anda, ujar saya kepadanya saat kami bertemu di kantornya
semua dinding di ruangan itu dijajari rak buku dan sesak oleh plakat penghargaan
untuk membahas ledakan minat terhadap ilmu ganja.
Mea culpaya, itu memang salah saya! jawabnya sambil tersenyum.
Israel memiliki salah satu program ganja medis termaju di dunia. Mechoulam aktif
berperan membangunnya, dan ia bangga dengan hasilnya. Lebih dari 20.000 pasien
diizinkan menggunakan ganja sebagai obat glaukoma, penyakit Crohn, peradangan,
hilangnya nafsu makan, sindrom Tourette, dan asma.
Namun, ia tidak setuju bila ganja dilegalkan sebagai sarana hiburan. Menurutnya,
pemilik ganja tak perlu sampai dipenjara, tetapi perlu diingat bahwa ganja bukanlah zat
kimia yang tak berbahayaterutama bagi kaum muda. Ia mengutip kajian yang
menunjukkan bahwa konsumsi jangka panjang ganja berkadar THC tinggi mampu
mengubah pertumbuhan otak yang masih berkembang. Ia mencatat bahwa pada
sejumlah orang, ganja memancing serangan cemas yang akut dan melemahkan. Ia
juga menyitir kajian yang menyatakan bahwa ganja dapat memicu skizofrenia dalam diri
orang yang memiliki kecenderungan genetis tersebut.
Mechoulam lebih suka bila kekonyolan yang tak bertanggung jawab dari budaya ganja
rekreasi akan digantikan oleh rengkuhan yang sungguh-sungguh dan antusias kepada
ganjahanya sebagai zat medis yang diregulasi ketat dan diteliti tanpa kenal lelah.
Saat ini, ia mengeluh, para pengguna ganja ibarat membeli kucing dalam karung.
Agar terpakai di dunia medis, penggunaan ganja harus bisa ditakar menjadi dosis yang
tepat. Jika tidak, itu bukanlah ilmu.
Pada 1992, pencarian Mechoulam akan takaran dan dosis yang tepat menggiringnya
dari tanaman itu sendiri ke relung otak manusia. Tahun itu ia dan beberapa rekan
menghasilkan temuan yang gemilang. Mereka memisahkan zat kimia dari tubuh
manusia, yang mengikat reseptor yang sama di otak, seperti THC. Mechoulam
menamainya anandamidebahasa Sanskerta untuk sukacita tertinggi.
Semenjak itu, beberapa endokanabinoid dan reseptornya berhasil ditemukan. Para
ilmuwan mulai menyadari bahwa endokanabinoid berinteraksi dengan jaringan
neurologis yang spesifikmirip dengan yang dilakukan endorfin, serotonin, dan
dopamin.

Mechoulam mencatat, olahraga terbukti meningkatkan kadar endokanabinoid dalam


otak, dan mungkin inilah penyebab sensasi euforia yang dirasakan penggemar joging
saat berlari dengan intens. Senyawa ini, ia menjelaskan, agaknya berperan penting
dalam fungsi dasar seperti ingatan, keseimbangan, gerakan, kesehatan dan kekebalan
tubuh, juga perlindungan saraf.
Biasanya, perusahaan farmasi yang memproduksi obat berbahan ganja berupaya
memisahkan senyawa individu dari tanaman ini. Namun demikian, Mechoulam
menduga kuat bahwa dalam kasus tertentu, zat kimia itu bekerja jauh lebih ampuh jika
dipadukan dengan senyawa lain yang ada di dalam ganja. Ia menyebutnya euntourage
effectefek pengiring, dan itu baru satu dari sekian misteri ganja yang perlu diusut.
Kami baru mengorek di permukaan, katanya, dan saya sangat menyesal karena saya
tak punya jatah kehidupan lain yang bisa diabdikan untuk bidang ini. Bisa jadi kita bisa
saja menemukan bahwa, kanabinoid memiliki keterlibatan dalam semua penyakit
manusia.
AHLI BOTANI
Menyambut Cahaya
Di seberang kantor polisi di wilayah industri Denver, gedung raksasa seluas 4.000
meter persegi itu menghuni hamparan gudang perkotaan yang dialihfungsikan menjadi
rumah pertanian mariyuana dan dijuluki Green Mile. Pintu mendengung terbuka, dan
saya disambut oleh pimpinan ahli hortikultura Mindful, salah satu perusahaan ganja
terbesar di dunia. Phillip Hague berusia 38, dengan mata biru tajam. Saat itu ia
mengenakan seragam dan sepatu hiking, dengan senyum tawar menunjukkan orang
yang telah menemukan panggilan hidupnya.
Pakar bercocok tanam ini terampil berkebun sejak usia delapan dan mengidolakan
Luther Burbank, ilmuwan pertanian besar. Selama bertahun-tahun Hague
membudidayakan kastuba, keladi, krisan, dan tanaman lain di pembibitan keluarganya
di Texas. Namun kini perhatiannya tercurah pada kuncup yang jauh lebih
menguntungkan.
Saya digiring melewati kantor depan Mindful yang sibuk dan memasuki koridor bagian
dalam. Di dalam lemari pendingin, Mindful menyimpan benih ganja dari sepenjuru Asia,

India, Afrika Utara, dan Karibia. Sebagai seorang pelancong dunia, Hague terpincut
sejarah keanekaragaman hayati mariyuana. Bank benihnya menampung galur ganja
langka, liar, dan kuno, serta menjadi bagian penting kekayaan intelektual Mindful.
Harus diakui bahwa manusia berevolusi bersama ganja, bahkan sejak masa paling
awal, katanya. Usia ganja bahkan lebih tua dari tulisan. Tanaman ini telah dan akan
selalu menjadi bagian dari hidup kita. Selepas zaman es terakhir, ganja menyebar dari
Asia Tengah, ikut bermigrasi ke belahan bumi lainnya bersama manusia.
Ketika Departemen Kehakiman AS mengumumkan pada 2009 bahwa mereka tidak
akan berfokus mengusut orang-orang yang memenuhi syarat hukum ganja medis
negara, ia menatap istrinya dan berkata, Ayo kita pindah ke Denver. Kini ia
menjalankan salah satu perkebunan terbesar dan tersohor di dunia; di sini, lebih dari
20.000 tanaman ganja tumbuh dengan suburnya.
Kami melaju melewati ruangan tempat daun-daun ganja disimpan dalam wadah kedap
udara, lalu menyusuri lorong yang dipenuhi oleh bisingnya pompa, kipas angin, filter,
generator, dan mesin pemangkas. Sebuah forklif menggelinding mendekat. Kamera
pengintai merekam semuanya, termasuk pekerja muda berseragam dokter yang
bergegas bekerja.Mereka tampak antusias menyambut tekanan dan harapan dalam
bisnis yang tidak lazim namun berkembang melampaui harapan ini. Mindful punya
rencana besar untuk berekspansi dan membangun fasilitas serupa di negara-negara
lain. Ganja sedang tenar! seru Hague dengan tawa yang menyiratkan rasa takjub dan
letih. Saya terheran-heran menyaksikan semua yang terjadi di sini setiap hari.
Didorongnya sebuah pintu hingga terbuka, dan saya disilaukan sejenak oleh cahaya
benderang dari halo lampu pijar plasma. Kami melangkah memasuki ruangan besar
nan hangat yang beraroma seperti seratus konser Bob Marley. Begitu mata saya
terbiasa, saya bisa melihat tanaman itu dalam gelombang kemuliannyahampir seribu
tanaman ganja betina menjulang setinggi dua meter, akarnya bermandi larutan nutrisi
tinggi, daunnya yang runcing mengangguk-angguk diembus semilir kipas angin yang
berputar ke arah sana dan sini. Ganja bermutu tinggi itu bernilai lebih dari setengah juta
dolar.
Saya membungkuk untuk mengendus salah satu kuncup bunga ungu-cokelat yang
bergerombol rapat dan berurat putih. Trikoma mungil ini menghasilkan cukup banyak
damar yang kaya kanabinoid. Galur ini bernama Highway Man, diambil dari lagu Willie

Nelson. Varietas yang dihibridkan oleh Hague ini sarat THC dan sempat menyabet
penghargaan internasional. Bagian terbaik akan dipotong dengan tangan, dikeringkan,
diletakkan dalam wadah kedap udara, dan dikemas untuk dijual di salah satu apotek
Mindful.
Ternyata ia pun hendak menunjukkan sesuatu yang lain. Hague menuntun saya ke
ruang pembiakan tanaman yang lembap, di mana tanaman muda meluaskan akarakarnya di dalam ruangan nyaris gelap. Bayi-bayi ini ditandai label kuning dan
ditumbuhkan hanya untuk tujuan medis. Mereka semua klon yang disetek dari pohon
induk. Hague membanggakan varietas ini, yang hampir tidak mengandung THC tetapi
kaya CBD dan senyawa lain yang menjanjikanmeski belum terbukti secara ilmiah
untuk mengobati penyakit dan gangguan seperti sklerosis ganda, psoriasis, gangguan
stres pascatrauma, demensia, skizofrenia, osteoporosis, dan sklerosis lateral amiotrofik
(penyakit Lou Gehrig).
Galur rendah THC inilah yang membuat saya susah tidur di malam hari, sibuk
memimpikan kemungkinan manfaat medisnya, ujar Hague. Ia menegaskan bahwa
ganja mengandung banyak zat kanabinoid, flavonoid, dan terpenayang belum diteliti
secara mendalam.
Mungkin ini terdengar sentimental, ujarnya sambil membelai salah satu setek seperti
seorang ayah yang bangga, namun saya percaya ganja memiliki kesadaran. Tanaman
ini lelah dianggap jahat. Kini ia siap dihargai atas kemampuannya.
AHLI BIOKIMIA
Obat Ajaib?
Kini, hampir semua orang sudah mendengar bahwa ganja dapat meringankan
penderitaan pengidap kanker, terutama dalam mengurangi beberapa efek samping
kemoterapi yang tidak menyenangkan. Tentu saja ganja dapat mencegah mual,
merangsang nafsu makan, serta meredakan rasa sakit dan membuat tidur makin pulas.
Namun sanggupkah tanaman ini menyembuhkan kanker? Telusurilah internet dan akan
Anda temui ratusan, bahkan ribuan, klaim tersebut. Orang yang menelan mentahmentah semua informasi di Google tentu akan langsung percaya bahwa umat manusia
hampir menemukan obat ajaib penyembuh kanker.

Mayoritas klaim ini belum terbukti secara ilmiah dan ada yang murni kebohongan.
Namun ada pula yang menyinggung bukti laboratorium yang menunjuk kanabinoid
sebagai kans agen antikanker, dan banyak laporan ini mengarah ke laboratorium di
Spanyol yang dijalankan oleh pria bijak dan cermat bernama Manuel Guzmn.
Guzmn adalah ahli biokimia yang meneliti ganja selama kira-kira 20 tahun. Saya
mengunjunginya di kantornya di Complutense University of Madrid, gedung berlapis
grafiti emas di bulevar yang dijejeri pepohonan. Lelaki tampan di awal 50-an ini memiliki
mata biru dan rambut cokelat kusut dengan aksen warna kelabu. Bicaranya cepat,
dengan suara lirih yang menarik pendengar untuk mencondong mendekat. Ketika tajuk
berita di surat kabar menggembar-gemborkan bahwa Ganja Mampu Menaklukkan
Kanker Otak!, itu tidak benar, tegasnya. Ada banyak klaim yang beredar di internet,
tetapi mereka amat, sangat lemah.
Dia mengerjap dengan ekspresi serius, lalu berbalik ke komputernya. Namun, mari
saya tunjukkan sesuatu.
Di layarnya berkedip dua citra MRI otak tikus. Ada tumor besar yang bersarang di
belahan otak kanan hewan tersebut, yang disebabkan oleh sel tumor otak manusia
yang disuntikkan oleh para peneliti Guzmn. Ia memperbesar citra tersebut. Tumor itu
tampak menonjol dan menyeramkan. Saya rasa hewan itu tak akan bertahan lebih lama
lagi. Hewan ini diobati dengan THC selama seminggu, lanjut Guzmn. Dan inilah
yang terjadi sesudahnya. Dua gambar yang mengisi layarnya kini tampak normal.
Tumor itu tak hanya menyusut, namun juga lenyap tak berbekas! Seperti yang dilihat,
tumornya raib.
Dalam penelitian ini, Guzmn dan rekan-rekannya, yang merawat hewan pengidap
kanker dengan senyawa ganja selama 15 tahun, menemukan bahwa tumor di tubuh
sepertiga tikus, berhasil dibasmi dan pada sepertiga lainnya terus berkurang.
Temuan ini tentu menggembirakan dunia, dan Guzmn khawatir terobosan
penelitiannya akan memberi harapan palsu bagi penderita kanker dan bahan bakar bagi
klaim tak berdasar di internet. Masalahnya, katanya, tikus bukan manusia. Kami
belum tahu apakah metode ini bisa diterapkan dan sukses pada manusia.
Guzmn mengajak saya berkeliling labnya yang penuh sesaksemua hal di sini
diabdikan untuk meneliti efek ganja pada tubuh dan otak. Laboratorium ini bukan hanya

berfokus pada kanker, melainkan juga pada penyakit neurodegeneratif dan bagaimana
kanabinoid memengaruhi perkembangan otak awal. Dalam topik terakhir ini, hasil
penelitian grup Guzmn dengan tegas menyatakan: Tikus yang lahir dari induk yang
rutin diberi dosis tinggi THC selama kehamilan menunjukkan gangguan kronis. Gerakan
mereka tidak terkoordinasi, sulit berinteraksi dengan sesamanya, dan sangat mudah
cemasmereka sering lumpuh karena takut pada stimulan, seperti boneka kucing yang
ditaruh di dekat kandang, padahal tikus remaja lainnya tidak panik.
Laboratorium ini juga mengkaji bagaimana bahan kimia dalam ganja, serta kanabinoid
sejenis anandamide yang diproduksi tubuh manusia, melindungi otak kita terhadap
bahaya trauma fisik dan emosional. Otak kita tentu perlu mengingat beberapa hal,
kata Guzmn, tetapi juga perlu melupakan ingatan mengerikan yang tidak penting.
Ingatan yang buruk untuk kesehatan mental Andaperang, trauma, ingatan yang tak
menyenangkan. Sistem kanabinoid adalah kunci yang akan menolong kita membuang
kenangan buruk tersebut.
Uniknya, penelitian tumor otak Guzmn-lah yang dijadikan tajuk beritadan menarik
minat perusahaan farmasi. Setelah meneliti selama bertahun-tahun, ia menemukan
bahwa paduan THC, CBD, dan temozolomide (obat konvensional yang cukup sukses)
sangat manjur untuk mengobati tumor otak pada tikus. Kombinasi ketiga senyawa ini
menyerang sel-sel kanker otak dengan berbagai cara, mencegah penyebaran sekaligus
memicu mereka untuk membunuh diri sendiri.
Saat ini, percobaan klinis terobosan yang didasarkan pada kajian Guzmn tengah
berlangsung di St Jamess University Hospital, Leeds, Inggris. Ahli neuro-onkologi di
sana merawat pasien penderita tumor otak agresif dengan temozolomide dan Sativex,
semprot oral THC-CBD yang dikembangkan oleh GW Pharmaceuticals.
Guzmn mewanti-wanti optimisme yang berlebihan ini. Namun, ia menyambut awal dari
penelitian manusia. Kita harus objektif, katanya. Setidaknya pikiran banyak orang di
seluruh dunia kini terbuka, dan lembaga donor pun tahu bahwa ganja, sebagai obat,
adalah bentuk terapi yang menjanjikan secara ilmiah dan relevan secara klinis.
Akankah ganja turut melawan kanker? Insting saya berkata bahwa ganja sanggup
melakukannya, tegasnya.
IBU DARI ANAK YANG SAKIT

Migran Medis
Serangan itu bermula pada Mei 2013 ketika ia berumur enam bulan. Kejang infantil,
istilahnya. Bentuknya seperti refleks yang mengagetkankedua lengannya terjulur
kaku, wajahnya tegang dan berselimut ketakutan, bola matanya bergerak panik ke kirikanan. Otak si kecil Addelyn Patrick meliar saat serangan itu datang, seolah ada badai
elektromagnetik yang menyapu di dalam sana. Ini mimpi terburuk kami, ibunya,
Meagan, mengakui. Mengerikan, mengerikan, mengerikan sekali rasanya, melihat
anak saya menanggung rasa sakit dan ketakutan, akan tetapi tidak ada yang bisa saya
lakukan untuk menghentikannya.
Dari kota kecil di barat daya Maine, Meagan dan suaminya, Ken, membawa Addy ke
Boston untuk berkonsultasi dengan ahli saraf. Serangan epilepsi ini, mereka
menyimpulkan, disebabkan oleh kelainan otak bawaan yang disebut schizensefali.
Ketika masih janin, salah satu belahan otak Addy tidak berkembang utuh dan
meninggalkan celah yang abnormal. Ia juga menderita hipoplasia saraf optik, yang
menyebabkan matanya bergerak-gerak liardan, yang terungkap dari tes selanjutnya,
membuat ia hampir buta. Pada musim panas, Addy dihantam 20 sampai 30 kejang
sehari. Lalu 100 per hari. Kemudian 300. Semuanya datang beruntun, kisah Meagan.
Kami takut kami akan kehilangan Addy.
Lalu keluarga Patrick mengikuti saran yang mereka terima dan mengobati Addy dengan
antikonvulsan atau antikejang keras.
Obat keras ini mengurangi kejang yang dialami Addy, juga membuatnya mengantuk
hampir seharian. Addy seperti tak bernyawa, kata Meagan. Putri kecil kami hanya
berbaring dan tidur sepanjang waktu. Seperti boneka kain.
Meagan berhenti dari pekerjaannya untuk mengurus putrinya. Dalam kurun sembilan
bulan, Addy dirawat inap sebanyak 20 kali.
Ketika mertua Meagan menganjurkan agar mereka menjajaki ganja medis, awalnya ia
ragu. Ini obat yang dinyatakan ilegal oleh pemerintah federal, kenangnya. Namun ia
juga menggali informasi soal kemungkinan itu. Banyak klaim yang belum terbukti
secara ilmiah menunjukkan bahwa galur ganja yang tinggi kadar CBD-nya memiliki efek
anti-kejang yang kuat. Uniknya, literatur medis tentang manfaat ganja sudah ada sejak
lama, meski tak didukung oleh banyak kajian. Pada 1843, seorang dokter Inggris

bernama William OShaughnessy menerbitkan artikel yang merinci bagaimana minyak


ganja menghentikan kejang akut pada bayi.
Pada September 2013, keluarga Patrick menemui Elizabeth Thiele, seorang ahli saraf
pediatrik di Massachusetts General Hospital, Boston, yang turut memimpin penelitian
CBD untuk mengobati penyakit epilepsiyang tak bisa diatasi dengan obat biasa
pada anak-anak. Secara hukum, Thiele tak diizinkan meresepkan ganja untuk Addy
atau bahkan menganjurkannya. Namun ia sangat menyarankan agar keluarga Patrick
mempertimbangkan semua pilihan medis.
Meagan tertarik dan pergi ke Colorado untuk menjumpai orang tua yang anak-anaknya
menderita epilepsi dan diobati dengan galur ganja berjuluk Charlottes Web. Nama galur
itu diambil dari Charlotte Figi, seorang gadis kecil yang merespons amat baik minyak
rendah-THC dan tinggi-CBD yang diproduksi di dekat Colorado Springs.
Hal yang Meagan saksikan di Colorado membuatnya terkesan. Di sana ada basis
pengetahuan yang berkembang dari produsen ganja, komunitas orang tua yang
mengalami cobaan yang sama, kualitas apotek, dan keahlian laboratorium pengujian
dalam memastikan formulasi minyak ganja yang konsisten. Colorado Springs sendiri
menjadi kiblat bagi migrasi medis. Lebih dari seratus keluarga dengan anak-anak yang
memiliki kondisi medis yang mengancam jiwa telah meninggalkan rumah lama mereka
dan pindah ke sini. Keluarga inibanyak di antara mereka tergabung dalam lembaga
nirlaba yang disebut Realm of Caring, menyebut diri pengungsi medis. Mayoritas tak
bisa mengobati anak-anaknya dengan ganja di negara bagian asal tanpa risiko
ditangkap atas tuduhan jual-beli narkoba atau melakukan kekerasan kepada anak.
Meagan bereksperimen dengan minyak tinggi-CBD. Semua serangan terhenti hampir
serentak. Ia menyapih putrinya dari beberapa obat yang lain. Hasilnya, Addy seolah
terbangun dari koma. Mungkin ini terdengar amat biasa, kata Meagan.
Namun jika anak Anda tersenyum untuk pertama kalinya dalam berbulan-bulan ini,
yah, seluruh dunia Anda pasti berubah.
Di awal tahun kemarin, keluarga Patrick membulatkan tekad. Mereka pindah ke
Colorado untuk bergabung dengan gerakan itu.

Kami memutuskan ini tanpa pikir panjang, kisah Meagan. Seandainya tanaman yang
mampu menyembuhkan Addy hanya tumbuh di Mars, saya pasti akan merakit pesawat
ruang angkasa di halaman belakang.
Ketika saya bertemu dengan keluarga Patrick pada akhir 2014, mereka telah
menempati rumah baru mereka di sisi utara Colorado Springs. Kemajuan Addy sangat
pesat. Sejak pertama mengonsumsi minyak CBD, ia tak pernah lagi dirawat di rumah
sakit. Serangan itu sesekali datangsatu atau dua kali seharinamun tidak seintens
dulu. Bola matanya pun tidak bergerak-gerak liar sesering dulu. Ia lebih bisa menyimak.
Juga tertawa. Ia sudah bisa memeluk dan menemukan kekuatan pita suaranya.
Kritikus beranggapan bahwa orang tua Realm of Caring menjadikan anak-anak mereka
kelinci percobaan, karena kajian yang dilakukan belum cukup memadai. Bisa jadi
banyak, atau sebagian besar, klaim kemajuan yang beredar adalah hasil dari efek
psikologis semata. Memang kami belum mengetahui efek jangka panjang dari CBD,
dan kami perlu menelaahnya, kata Meagan. Namun saya bisa mengatakan ini kepada
Anda. Tanpa CBD, Addy kami seolah tak bernyawa. Ia mencatat, tak ada yang
menyangsikan efek jangka panjang dari obat yang digunakan secara luas dan sempat
diresepkan rutin untuk putrinya yang berusia dua tahun. Asuransi kami menebus
pembayaran obat itu tanpa ragu, katanya. Padahal obat itu sangat adiktif, beracun,
mengubah putriku jadi zombie, dan benar-benar dapat membunuhnya. Namun obat itu
justru amat legal.
Thiele menjelaskan bahwa hasil awal kajian CBD sangat menggembirakan. CBD
bukanlah obat sakti yang menyembuhkan dalam sekejaphasilnya pun tidak sama
pada semua orang, ia mewanti-wanti. Namun saya terkesan. Jelas, CBD dapat
menjadi pengobatan yang manjur bagi banyak orang. Ada beberapa anak dalam
penelitian ini yang selama setahun lebih terbebas dari serangan kejang.
Kini keluarga Patrick berada di tempat yang tepatmereka lebih bahagia dibandingkan
dengan bertahun-tahun yang lalu.
Addy kami sudah kembali, kata Meagan. Dan saya sendiri pasti tak akan percaya bila
tidak mengalaminya sendiri. Ganja bukanlah obat ajaib. Namun saya rasa obat ini wajib
ada dalam opsi pengobatan setiap neurolog di sepenjuru negeri ini.
AHLI GENETIKA

Membangun Peta
Ganja tanaman yang sangat menarik dan bernilai, komentar Nolan Kane, yang
mengkhususkan diri di bidang biologi evolusi. Tanaman ini sudah ada selama jutaan
tahun, dan merupakan salah satu tanaman tertua manusia. Namun ada begitu banyak
persoalan mendasar yang harus dijawab. Dari mana asalnya? Bagaimana dan
mengapa tanaman ganja berevolusi? Bagaimana semua deretan senyawa ini bisa
muncul? Kita bahkan tidak tahu berapa banyak spesies ganja yang ada.
Kami tengah berdiri di dalam rumah kaca laboratorium kampus University of Colorado
Boulder, memandangi sepuluh tanaman ganja yang belum lama ini diterima Kane untuk
tujuan penelitian. Tanaman itu tinggi dan bertangkai kecil bak remaja kurus nan
canggung, sama sekali tidak serimbun tanaman memikat yang Hague pamerkan
kepada saya. Tanaman ini, seperti hampir semua jenis ganja lainnya, mengandung
kadar THC rendah.
Kehadirannya di sini, dalam sekat-sekat laboratorium universitas besar, menyiratkan
tahun-tahun penuh polemik untuk memenangkan persetujuan federal dan universitas.
Saat ini, Kane diizinkan menumbuhkan galur ganja saja. Bahan penelitiannya yang lain
ialah DNA ganja yang disuplai petani Colorado; ia mengajari mereka metode
mengekstrak DNA.
Kane menyentuh salah satu tanaman itu, mengaku bingung dengan larangan budidaya
ganja komersial yang berlaku di AS. Tanaman ganja menghasilkan serat dengan mutu
yang tak tertandingi, tegasnya. Ganja adalah tanaman biomassa yang
produktivitasnya sangat tinggi, mampu mengisi ulang tanah, dan tidak rakus pupuk.
Setiap tahun kami mengimpor berton-ton ganja dari Tiongkok dan juga Kanada, namun
karena masalah kebijakan federal, kita tak bisa menanamnya secara legal.
Sebagai ahli genetika, Kane mempelajari ganja dari perspektif yang unikia
menyelidiki DNA-nya. Ia seorang pria pencinta alam yang memetakan genom ganja.
Meski urutannya jauh lebih pendek, yaitu sekitar 800 juta nukleotida, baginya tanaman
ganja jauh lebih menarik.
Sudah ada satu bagan genom ganja yang masih berantakan, sangat terfragmentasi,
dan terpencar menjadi kira-kira 60.000 keping. Tujuan ambisius Kane, yang akan

memakan waktu bertahun-tahun lamanya untuk dicapai, ialah merakit fragmen-fragmen


ini dalam urutan yang benar.
Analogi saya seperti ini: ada 60.000 halaman untuk bisa menjadi buku yang bagus,
namun masih berserakan di lantai, paparnya. Kami belum tahu bagaimana halaman
itu bisa disatukan untuk menyusun kisah yang indah.
Banyak orang yang menantikan hasil akhir dari genom ganja tersebut. Yah,
tekanannya berbeda, katanya, karena pekerjaan ini akan berimplikasi besar, dan
semua hal yang kami kerjakan di laboratorium ini diawasi oleh banyak pihak. Anda bisa
merasakannya, bukan? Semuanya berharap upaya ini akan membuahkan hasil.
Begitu pemetaannya beres, ahli genetika yang giat ini dapat memanfaatkannya dengan
segudang cara, seperti membiakkan galur yang mengandung lebih banyak kadar
senyawa langka yang memiliki manfaat medis.
Saat Kane menggiring saya mengitari laboratoriumnya, saya melihat keceriaan di
wajahnya dan di wajah staf-staf yang masih muda. Tempat ini beraura seperti
perusahaan rintisan. Ada banyak sekali ilmu pengetahuan yang terbangun sedikit demi
sedikit, katanya, namun dengan penelitian ganja ini, ilmu pengetahuan tak akan
berkembang secara bertahap, tetapi pesat dan dramatis. Transformasi itu akan terjadi,
bukan hanya dalam koridor pemahaman kita akan tanaman, melainkan juga akan diri
kitaotak, neurologi, dan psikologi manusia.
Transformatif dalam biokimia senyawanya. Transformatif dalam dampaknya pada
berbagai industri, termasuk obat-obatan, pertanian, dan bahan bakar hayati. Janganjangan pola makan kita pun berubahbiji ganja terbukti sebagai sumber minyak kaya
protein yang amat sehat.
Ganja, dalam istilah Kane, mengandung berjuta kebaikan.
Sumber: National Geographic Indonesia
http://nationalgeographic.co.id/feature/2016/05/apakah-ganja-bermanfaat-bagi-kita/

Você também pode gostar