Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
id
digilib.uns.ac.id
Oleh :
Joko Puspito
H0307055
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Anggota I
Anggota II
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Sebelas
Maret Surakarta.
2.
3.
Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana yang
telah menyetujui dan memberikan masukan dari penelitian ini.
4.
5.
Ibu Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP selaku pembimbing utama skripsi yang
senantiasa memberikan bimbingan dan masukan.
6.
Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS selaku penguji tamu atas berbagai
masukan dan arahan.
7.
8.
Bapak, Ibu, dan Kakak yang senantiasa memberikan doa restu, semangat dan
dukungan baik materi maupun moral dalam perjalanan hidup penulis.
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
9.
digilib.uns.ac.id
10. Seluruh responden yang telah membantu dalam melakukan penelitian di Desa
Jembangan, Desa Sidokerto, Desa Jabung dan Desa Jono.
11. Seluruh teman-teman HIBITU (Himpunan Agrobisnis Rongewu Pitu), kakakkakak dan adik-adik tingkat Jurusan Agrobisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan dan
semangat.
12. Seluruh teman-teman Co.asissten dan praktikan Ekonomi Pertanian,
Kewirausahaa, MSDM, Manajemen Pemasaran di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kejasamanya selama ini.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak demi perbaikan
dari skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iii
DAFTAR ISI...................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
ix
RINGKASAN .................................................................................................
xi
SUMMARY...................................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................
1
A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
6
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................
7
II. LANDASAN TEORI ..............................................................................
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................
B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ..................................................
C. Hipotesis ..............................................................................................
D. Asumsi-asumsi .....................................................................................
E. Pembatasan Masalah ............................................................................
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel .....................
8
8
15
18
19
19
19
23
23
23
25
26
27
30
30
33
36
37
39
39
53
67
67
68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
Tabel 1. Pembagian Wilayah Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen .....
3
Tabel 2. Luas Lahan Sawah, Luas Panen dan Produksi Padi di Kecamatan
Plupuh, Kecamatan Tanon dan Kabupaten Sragen Tahun 2008......
25
26
32
33
35
36
37
Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Padi Sawah Irigasi Bagian
Hulu dan Bagian Hilir Daerah Irigasi Bapang ................................
44
46
Tabel 12. Rata-rata Biaya Usahatani Padi Sawah Irigasi Bagian Hulu dan
Bagian Hilir Daerah Irigasi Bapang MT I Tahun 2011...................
48
Tabel 13. Rata-rata Produksi, Harga dan Penerimaan Usahatani Padi Sawah
Irigasi Bagian Hulu dan Bagian Hilir Daerah Irigasi Bapang MT I
Tahun 2011 ......................................................................................
49
Tabel 14. Rata-rata Pendapatan dan Efisensi Usahatani Padi Sawah Irigasi
Bagian Hulu dan Bagian Hilir Daerah Irigasi Bapang MT I Tahun
2011 .................................................................................................
50
51
vi
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
54
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah ................................
19
Gambar 2. Suplai Air Relatif (RWS) pada Daerah Irigasi...............................
55
57
59
60
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran 1.
Judul
Halaman
Identitas Responden pada Usahatani Padi Sawah Irigasi
Bagian Hulu Daerah Irigasi Bapang ........................................
70
Lampiran 2.
71
72
73
74
76
78
80
82
Lampiran 10. Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Padi Sawah Irigasi
Bagian Hilir Daerah Irigasi Bapang .........................................
83
84
86
Lampiran 13. Biaya Lain-lain pada Usahatani Padi Sawah Irigasi Bagian
Hulu Daerah Irigasi Bapang .....................................................
88
Lampiran 14. Biaya Lain-lain pada Usahatani Padi Sawah Irigasi Bagian
Hilir Daerah Irigasi Bapang .....................................................
89
Lampiran 15. Total Biaya pada Usahatani Padi Sawah Irigasi Bagian Hulu
Daerah Irigasi Bapang ..............................................................
90
Lampiran 16. Total Biaya pada Usahatani Padi Sawah Irigasi Bagian Hilir
Daerah Irigasi Bapang ..............................................................
91
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 17. Produksi dan Penerimaan pada Usahatani Padi Sawah Irigasi
Bagian Hulu Daerah Irigasi Bapang ........................................
commit to user
ix
92
perpustakaan.uns.ac.id
Nomor
digilib.uns.ac.id
Judul
Halaman
Lampiran 18. Produksi dan Penerimaan pada Usahatani Padi Sawah Irigasi
Bagian Hilir Daerah Irigasi Bapang .........................................
93
94
95
96
Lampiran 22. Uji Hipotesis Usahatani Padi Sawah Irigasi Bagian Hulu dan
Bagian Hilir Daerah Irigasi Bapang .........................................
97
98
102
Lampiran 25. Peta Indikasi Potensi Air Tanah dan Daerah Irigasi
Kabupaten Sragen .................................................................... 103
Lampiran 26. Layout Jaringan Irigasi Bapang Kabupaten Sragen .................
104
commit to user
112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Joko Puspito
H0307055
RINGKASAN
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan
mengetahui dan membandingkan produktivitas lahan, pendapatan, efisiensi dan
kemanfaatan antara usahatani padi sawah irigasi bagian hulu dan usahatani padi
sawah irigasi bagian hilir daerah irigasi.
Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitik dan pelaksanaannya
menggunakan teknik survey. Penelitian dilakukan di Daerah Irigasi Bapang
Kabupaten Sragen yang meliputi Kecamatan Plupuh dan Kecamatan Tanon.
Penentuan desa yang dijadikan daerah sampel dilakukan secara sengaja
(purposive sampling), dengan pertimbangan desa tersebut berada di bagian hulu
dan bagian hilir daerah irigasi. Desa Jembangan dan Desa Jabung dipilih
mewakili bagian hulu sedangkan Desa Sidokerto dan Desa Jono dipilih mewakili
daerah hilir. Pemilihan petani sampel menggunakan metode pengambilan sampel
secara acak proporsional (proportion random sampling) yang berjumlah masingmasing 30 orang setiap jenis usahatani. Data yang digunakan dalam penelitian
adalah data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara, pencatatan, dan observasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas lahan
(76,31 Kw/Ha/MT), rata-rata pendapatan (Rp 12.031.016,67 /Ha/MT), rata-rata
efisiensi (2,40) dan kemanfaatan (1,40) untuk usahatani padi sawah irigasi bagian
hulu. Sedangkan rata-rata produktivitas lahan (74,87 Kw/Ha/MT), rata-rata
pendapatan (Rp 9.578.920,83 /Ha/MT), rata-rata efisiensi (1,94) dan rata-rata
kemanfaatan (0,94) untuk usahatani padi sawah irigasi bagian hilir. Berdasarkan
hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas lahan,
pendapatan, efisiensi dan kemanfaatan usahatani padi sawah irigasi bagian hulu
lebih tinggi daripada produktivitas lahan, pendapatan, efisiensi dan kemanfaatan
usahatani padi sawah irigasi bagian hilir. Usahatani padi sawah irigasi bagian
hulu lebih memberikan kemanfaatan daripada usahatani padi sawah irigasi bagian
hilir karena dapat meningkatkan penerimaan usahatani sekaligus mengurangi
biaya usahatani, khususnya dalam biaya pengairan.
commit to user
xi
1
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran pembangunan pertanian Indonesia adalah untuk menciptakan
ketahanan pangan, meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk
pertanian serta meningkatkan kesejahteraan petani. Tujuan peningkatan
ketahanan pangan, terutama pada komoditas bahan makanan pokok dilakukan
dengan menerapkan empat usaha pokok (Catur Usaha) yaitu intensifikasi,
ekstensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi pangan.
Di antara berbagai sumber bahan makanan pokok di Indonesia, padi
memegang peranan paling penting dalam penyediaan pangan yang
mendukung ketahanan pangan nasional dan pemberdayaan ekonomi rumah
tangga petani. Bukan hanya dari segi kuantitas, tetapi kualitas padi yang
menyangkut selera pasar, rasa, aroma, dan kandungan nutrisi menjadi hal
penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan padi ke depan
(Haryanto, 2008). Oleh sebab itu produksi padi perlu segera ditingkatkan
untuk dapat memenuhi permintaan konsumsi beras masyarakat Indonesia
yang sangat tinggi.
Berdasarkan data BPS dan FAO tahun 2009 saja konsumsi beras
Indonesia mencapai 139,15 kg/kapita lebih tinggi dari rata-rata konsumsi
beras dunia sebesar 60 kg/kapita. Sebagai perbandingan untuk konsumsi
beras Jepang 60 kg/kapita, Malaysia dan Brunai 80 kg/kapita dan Thailand 70
kg/kapita. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi makanan
pokok Indonesia. Menurut Suryana (2001 : 39) dalam Triyanto (2006 : 3),
Produksi beras Indonesia jauh tertinggal dari permintaan, sementara tingkat
partisipasi konsumsi beras baik di kota maupun di desa, di Jawa maupun
diluar Jawa cukup tinggi yaitu 97-100 persen, ini berarti hanya 3 persen
rumah tangga yang tidak mengkonsumsi beras.
Salah satu pilihan strategis yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
produksi padi adalah melalui penyediaan pengairan atau irigasi yang cukup
bagi usahatani padi, terutama
padatolahan-lahan
yang mempunyai tingkat
commit
user
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
produktivitas rendah seperti sawah irigasi hilir dan lahan kering.Tidak dapat
dibantah lagi, sumberdaya air merupakan unsur pendukung utama dalam
kehidupan, termasuk dalam bidang pertanian. Budidaya tanaman padi sangat
tergantung pada ketersediaan sumberdaya ini sehingga peranannya sangat
penting.
Seiring berjalannya waktu, sumberdaya air dalam konteks pemanfaatan
di bidang pertanian semakin mengalami keterbatasan dalam pengalokasiannya
akibat makin banyak dan beragam jenis penggunaan air di bidang lain,
khususnya industri. Selain itu jumlah ketersediaan air juga makin berkurang,
baik karena proses alam maupun akibat campur tangan manusia. Kedua
masalah tersebut jika tidak ditangani dengan baik ke arah peningkatan efisien
dan keadilan, maka akan menimbulkan banyak kemubadziran dan tidak
mengarah kepada keberlanjutan.
Menurut Fagi (2006 : 41), air untuk keperluan usaha pertanian, utamanya
untuk tanaman padi dan palawija akan semakin terbatas, maka akan menjadi
faktor penghambat utama produksi padi dan palawija di masa yang akan
datang. Petani sebagai salah satu kelompok pengguna air terbesar perlu
mendapatkan informasi dan penyadaran akan perlunya bertani yang hemat air.
Bagi petani padi sawah irigasi, air masih merupakan sarana produksi yang
dianggap harus tersedia dengan sendirinya (taken for granted) pada setiap
musim tanam. Pandangan yang demikian harus diubah, bahwa air adalah
sarana produksi yang terbatas ketersediaannya.
Pentingnya penyediaan dan pelayanan pengairan bagi pertanian
diwujudkan pemerintah melalui pembangunan sarana dan jaringan irigasi,
khususnya di daerah sentral penghasil padi. Setiobudi dan Fagi (2009 : 243)
menyatakan bahwa sekitar 70 persen produksi padi nasional berasal dari padi
sawah irigasi, dimana Pulau Jawa menyumbang sekitar 57 persen produksi
nasional. Sejalan dengan pernyataan tersebut, menurut Sudjarwadi (1990)
dalam Suroso et al (2007 : 55), pembangunan saluran irigasi untuk menunjang
penyediaan bahan pangan nasional sangat diperlukan, sehingga ketersediaan
commit tolahan
user tersebut berada jauh dari sumber
air di lahan akan terpenuhi walaupun
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
air permukaan, khususnya sungai. Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik
irigasi yaitu memberikan air dengan kondisi tepat jumlah, tepat mutu, tepat
ruang dan tepat waktu dengan cara yang efektif dan ekonomis.
Salah satu daerah sentral penghasil padi di Provinsi Jawa Tengah adalah
Kabupaten Sragen. Berdasarkan data BPS Kabupaten Sragen, pada tahun 2008
Kabupaten Sragen memiliki luas panen padi sawah sebesar 77.098 Ha dengan
jumlah produksi padi sebesar 441.369 ton. Pendukung keberhasilan pertanian
padi sawah di Kabupaten Sragen, salah satunya adalah tersedia sarana irigasi
yang cukup untuk pengairan. Terdapat dua daerah irigasi dengan kategori utuh
kabupaten dibawah kewenangan Provinsi Jawa Tengah yang dikelola Dinas
Pengelolaan Sumberdaya Air (PSDA) di Kabupaten Sragen, yaitu Daerah
Irigasi Bapang (2.814 Ha) dan Daerah Irigasi Bonggo (1.811 Ha).
Daerah Irigasi Bapang di Kabupaten Sragen merupakan salah satu dari
sekian banyak infrastruktur irigasi yang telah dibangun pemerintah pada
periode tahun 1980. Daerah Irigasi Bapang ditargetkan dapat memberikan
pelayanan irigasi pada lahan sawah di Kecamatan Plupuh dan Kecamatan
Tanon. Secara teknis, Daerah Irigasi Bapang dibagi menjadi bagian hulu,
tengah dan hilir menurut letaknya dari sumber air, yaitu Waduk Menjing.
Pembagian lokasi dan luas sawah target pengairan seperti pada tabel berikut :
Tabel 1. Pembagian Wilayah Daerah Irigasi Bapang
Nama Saluran
Saluran Menjing Kanan
Saluran Menjing Kiri
Kecamatan
Hulu
Plupuh
Jembangan
10
Hilir
Plupuh
Sidokerto
144
Hulu
Plupuh
Jabung
148
Plupuh
Pungsari
20
Plupuh
Manyarjo
66
Plupuh
Cangkol
60
Plupuh
Gedongan
181
Plupuh
Sumomorodukuh
60
Plupuh
Plupuh
94
Plupuh
Sambirejo
204
Plupuh
Dari
176
Plupuh
Karanganyar
183
Plupuh
Gentan Banaran
179
Plupuh
Karungan
235
Plupuh
to user
Karangwaru
189
Tengah
commit
Desa
Strata Lokasi
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hilir
Tanon
Jono
Tanon
Slogo
279
70
Tanon
Gawan
219
Tanon
Kalikobok
Tanon
Tanon
30
Tanon
Suwatu
Tanon
Padas
238
Tanon
Kecik
70
Kecamatan
Plupuh (Hulu)
Tanon (Hilir)
2.612
2.932
1.815
1.027
480
385
698
1040
99
5.112
4.720
29.532
27.469
perpustakaan.uns.ac.id
5
digilib.uns.ac.id
Selain faktor umur ekonomi bangunan dan kerusakan akibat alam, juga
dikarenakan kurangnya anggaran dana pemeliharaan dan perbaikkan sarana
fisik irigasi oleh pemerintah. Kurangnya rasa memiliki, khususnya oleh petani
pemakai air menyebabkan kesadaran untuk menjaga dan memelihara sarana
irigasi yang ada juga sangat rendah. Upaya peningkatan kemampuan petani
yang masih terbatas, khususnya dalam manajeman pengairan di tingkat
pemakai menyebabkan efisiensi penggunaan air tidak tercapai. Akibat dari
berbagai permasalahan tersebut menyebabkan perbedaan penyediaan dan
pelayanan air untuk irigasi di lahan sawah dalam kesatuan Daerah Irigasi
Bapang, khususnya lahan sawah di bagian hulu dan hilir jaringan irigasi.
B. Rumusan Masalah
Perbedaan bagian hulu dan bagian hilir Daerah Irigasi Bapang
berdampak pada jumlah air irigasi yang diterima petak-petak sawah untuk
usahatani padi di dua lokasi tersebut. Jumlah air irigasi yang diterima di
bagian hulu lebih banyak daripada di bagian hilir jaringan irigasi karena lebih
dekat dengan bendungan sebagai sumber utama pengairan. Selain faktor
lokasi, kondisi sarana irigasi seperti bangunan utama, saluran pembawa,
bangunan pengatur dan bangunan pelengkap di Daerah Irigasi Bapang telah
banyak yang mengalami kerusakan dan pendangkalan saluran sehingga
distribusi air irigasi dari hulu sampai dengan hilir menjadi tidak merata.
Ketersediaan air irigasi untuk pengairan pada usahatani padi sawah akan
mempengaruhi penggunaan masukan-masukan produksi, seperti penggunaan
benih, pupuk, obat-obat kimia pengendali hama, penyakit dan gulma, tenaga
kerja dan biaya usahatani lainnya. Secara agronomis benih padi varietas
unggul sangat responsif terhadap pemupukan, dengan syarat apabila tersedia
air yang cukup. Hal ini berarti, tersedianya air irigasi yang cukup akan mampu
meningkatkan produktivitas padi.
Ketersediaan air sangat berpangaruh dalam biaya operasional pengairan.
Lahan sawah dimana air irigasi dapat diperoleh dari jaringan irigasi, seperti di
bagian hulu jaringan irigasi, petani cukup membayar iuran irigasi sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6
digilib.uns.ac.id
jika air irigai sulit atau tidak dapat diperoleh dari jaringan irigasi maka petani
harus menggunakan pompa air untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi
yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan iuran irigasi. Berdasarkan uraian
tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apakah produktivitas lahan usahatani padi sawah irigasi bagian hulu lebih
tinggi dibandingkan produktivitas lahan usahatani padi sawah irigasi
bagian hilir Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen?
2. Apakah pendapatan usahatani padi sawah irigasi bagian hulu lebih tinggi
dibandingkan pendapatan usahatani padi sawah irigasi bagian hilir Daerah
Irigasi Bapang Kabupaten Sragen?
3. Apakah usahatani padi sawah irigasi bagian hulu lebih efisien
dibandingkan usahatani padi sawah irigasi bagian hilir Daerah Irigasi
Bapang Kabupaten Sragen?
4. Apakah usahatani padi sawah irigasi bagian hulu lebih memberikan
kemanfaatan dibandingkan usahatani padi sawah irigasi bagian hilir
Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui dan membandingkan produktivitas lahan usahatani padi sawah
irigasi bagian hulu dengan produktivitas lahan usahatani padi sawah irigasi
bagian hilir Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen.
2. Mengetahui dan membandingkan pendapatan usahatani padi sawah irigasi
bagian hulu dengan pendapatan usahatani padi sawah irigasi bagian hilir
Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen.
3. Mengetahui dan membandingkan efisiensi usahatani padi sawah irigasi
bagian hulu dengan efisiensi usahatani padi sawah irigasi bagian hilir
Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen.
4. Mengetahui dan membandingkan kemanfaatan usahatani padi sawah
irigasi bagian hulu dengan kemanfaatan usahatani padi sawah irigasi
bagian hilir Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen.
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan untuk menambah wawasan
tentang penelitian dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bagi pemerintah, sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan dalam upaya pembangunan sektor pertanian,
terutama dalam penyediaan kebutuhan air untuk tanaman komoditas
pertanian melalui pembangunan dan rehabilitasi saluran irigasi
3. Bagi petani, khusus di Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen sebagai
salah satu bahan evaluasi untuk perbaikan dalam pengelolaan irigasi.
4. Bagi pihak lain, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian
selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Dampak pembangunan jaringan irigasi terhadap usahatani padi
sawah dapat diketahui berdasarkan hasil penelitian oleh Dwi Haryono
(2004) dengan judul Dampak Pembangunan Jaringan Irigasi Terhadap
Produksi, Pendapatan dan Distribusi Pendapatan yang mengambil
lokasi penelitian di Daerah Irigasi (DI) Punggur Utara Kabupaten
Lampung Tengah, Provinsi Lampung dan mempergunakan data sekunder
mengenai analisis usahatani padi dari Dinas Pengairan Kabupaten
Lampung Tengah
(sebelum
pembangunan
jaringan
irigasi
tahun
pendapatan
usahatani
padi
sawah,
yaitu
dari
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
: Spermatophyta
Subdiviso : Angiospermae
Kelas
: Monotyledonae
Ordo
: Poales
Famili
: Gramineae (Poaceae)
Genus
: Oryza
Species
: Oryza spp.
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari
saluran-saluran/
bandar-bandar/
parit-parit
yang
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang terjadi, baik dari dalam maupun dari luar sistem irigasi yang
bersangkutan. Gejolak-gejolak yang terjadi apabila tidak dapat diatasi
dapat menurunkan tingkat keragaan di bawah suatu ambang keragaan
yang ditentukan dalam sistem irigasi (Pasandaran, 1991 : 23).
Menurut Wirawan dalam Pasandaran (1991 : 148), dilihat dari segi
konstruksi
jaringan
irigasinya,
Direktorat
Jendral
Pengairan
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Biaya Usahatani
Menurut Hadisapoetra (1973 : 6), biaya yang digunakan dalam
usahatani dapat dibedakan atas :
1) Biaya alat-alat luar, yaitu semua pengorbanan yang diberikan
dalam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor, kecuali
bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan
pengusaha (keuntungan pengusaha) dan upah tenaga keluarga
sendiri. Biaya alat-alat luar terdiri dari :
a) Jumlah upah tenaga kerja luar yang berupa uang, bahan
makanan, perumahan, premi, dan lain-lain
b) Pengeluaran-pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan
pengeluaran-pengeluaran lain yang berupa uang, misalnya
untuk pajak, pengangkutan, dan sebagainya
c) Pengeluaran
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penerimaan Usahatani
Menurut Bishop dan Toussaint (1979 : 67), sekali suatu fungsi
produksi fisik diperoleh, jumlah penerimaan yang akan diterima dari
suatu proses produksi tertentu dapat ditentukan dengan mengalikan
jumlah hasil produksi yang dihasilkan dengan harga produksi tersebut.
Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
TR
= Y x Py
dimana :
c.
TR
Py
: harga produksi
Pendapatan Usahatani
Menurut Soekartawi (2001 : 60) pendapatan diperoleh dari total
penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi.
Pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pd
= TR TC, dimana :
Pd : pendapatan usahatani
TR : total penerimaan (total revenue)
TC : total biaya (total cost)
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ratio =
R
, dimana
C
B
, dimana :
C
B = Pendapatan bersih
C = Biaya
commit to user
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kriteria Net B/C Ratio adalah jika nilai Net B/C Ratio lebih dari satu
(> 1) maka usahatani layak dijalankan (memberikan kemanfaatan)
sedangkan jika nilai Net B/C Ratio kurang dari satu (< 1) maka
usahatani tidak layak dijalankan (tidak memberikan kemanfaatan).
B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Usahatani merupakan bentuk cara-cara penentuan, pengorganisasian
dan pengkoordinasian penggunaan faktor-faktor produksi dengan efektif,
efisien, dan berkesinambungan untuk menghasilkan produksi dan pendapatan
usahatani yang tinggi. Usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
usahatani padi sawah irigasi bagian hulu dan usahatani padi sawah irigasi
bagian hilir. Kedua usahatani tersebut bertujuan untuk memperoleh
pendapatan bagi keluarga petani yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan
usahatani dapat digunakan untuk menilai keberhasilan petani dalam
mengelola usahataninya. Besarnya pendapatan yang diterima petani dari
kegiatan usahatani dipengaruhi oleh besarnya biaya yang ditanggung atau
dikeluarkan dan penerimaan petani dalam waktu tertentu.
Biaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya mengusahakan.
Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar seperti biaya untuk
pembelian benih, pupuk, obat-obat kimia, upah tenaga kerja luar, pajak, iuran
irigasi, operasi pompa air, penyusutan dan selamatan ditambah dengan upah
tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang
dibayarkan
kepada
tenaga
luar.
Jumlah
produksi
yang
dihasilkan
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
irigasi yang diterima oleh petani. Besarnya penerimaan yang diperoleh dari
usahatani padi sawah irigasi dapat diketahui dengan mengalikan jumlah
produksi gabah kering panen (Kw) dengan harga jual produk per Kw
(Rp/Kw) yang berlaku pada saat penelitian berlangsung.
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya. Pendapatan
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih usahatani.
Pendapatan bersih adalah selisih antara penerimaan yang diterima petani
dengan biaya mengusahakan yang dikeluarkan petani dalam kegiatan
usahatani selama satu musim tanam. Besarnya pendapatan bersih yang
diperoleh petani yang mengusahakan padi sawah irigasi dapat dihitung
dengan rumus :
Pd
= TR TC
= Y x Py - Bm, dimana
Pd
TR
TC
Py
Bm
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ratio =
R
, dimana
C
Dengan kriteria jika nilai R/C ratio > 1, maka usahatani padi sawah irigasi
bagian hulu atau usahatani padi sawah irigasi bagian hilir telah efisien.
Namun, jika nilai R/C ratio 1, maka usahatani padi sawah irigasi bagian
hulu atau usahatani padi sawah irigasi bagian hilir tidak efisien.
Kemanfaatan dari usahatani padi sawah irigasi bagian hulu atau
usahatani padi sawah irigasi bagian hilir dapat diketahui menggunakan Net
B/C Ratio, dengan rumus sebagai berikut :
Net B / C Ratio =
B
, dimana :
C
B = Pendapatan bersih
C = Biaya
Kriteria :
Net B/C Ratio > 1 Usahatani padi sawah irigasi bagian hulu atau usahatani
padi sawah irigasi bagian hilir layak dijalankan
(memberikan kemanfaatan)
Net B/C Ratio < 1 Usahatani padi sawah irigasi bagian hulu atau usahatani
padi sawah irigasi bagian hilir tidak layak dijalankan
(tidak memberikan kemanfaatan)
Berdasarkan uraian di atas dapat disusun skema kerangka teori
pendekatan masalah sebagai berikut :
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagian Hulu
Produksi Padi
Bagian Hilir
Produksi Padi
Luas Lahan
Luas Lahan
Produktivitas
Lahan
Produktivitas
Lahan
Harga
Harga
Penerimaan
Usahatani
Biaya
Usahatani
Pendapatan
Usahatani
Kemanfaatan
Usahatani
Biaya
Usahatani
Penerimaan
Usahatani
Kemanfaatan
Usahatani
Pendapatan
Usahatani
Efisiensi
Usahatani
Efisiensi
Usahatani
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
22
digilib.uns.ac.id
12. Biaya pengairan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
mendapatkan pengairan bagi usahatani padi sawah irigasi bagian hulu atau
sawah irigasi bagain hilir, seperti operasi pompa air dan IPAIR yang
dinilai dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT)
13. IPAIR (Iuran Penggunaan Air) adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani
karena mendapatkan pelayanan pengairan atau irigasi dari jaringan irigasi
yang dinilai dalam satuan rupiah per musim tanam (Rp/MT)
14. Biaya usahatani adalah biaya mengusahakan yang merupakan biaya alatalat luar (pembelian benih, pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja luar,
biaya pengairan dan lain-lain) ditambah dengan upah tenaga keluarga
sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada
tenaga luar yang dinyatakan dalam rupiah per hektar per musim tanam
(Rp/Ha/MT).
15. Produktivitas lahan adalah hasil produksi padi usahatani padi sawah irigasi
bagian hulu atau sawah irigasi bagain hilir yang dihasilkan dalam bentuk
gabah kering panen (GKP) per satu musim tanam dibagi luas lahan
garapan dan dinyatakan dalam satuan kwintal per hektar per musim tanam
(Kw/Ha/MT).
16. Penerimaan usahatani padi adalah nilai produk total dari usahatani padi
sawah irigasi bagian hulu atau sawah irigasi bagian hilir yang dihasilkan
dalam satu musim tanam yang diterima oleh petani. Penerimaan dihitung
dengan mengalikan jumlah produksi gabah kering panen (Kw) dengan
harga jual produk per kilogram (Rp/Kw) yang dinyatakan dalam rupiah
per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).
17. Pendapatan usahatani padi adalah pendapatan bersih dari usahatani padi
sawah irigasi bagian hulu atau sawah irigasi bagian hilir yang dihasilkan
dalam satu musim tanam yang diperhitungkan dari selisih antara total
penerimaan petani dengan total biaya mengusahakan yang dikeluarkan
petani dalam satu musim tanam, dinyatakan dalam rupiah per hektar per
musim tanam (Rp/Ha/MT).
commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
perpustakaan.uns.ac.id
25
digilib.uns.ac.id
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Populasi Petani
(orang)
Sampel Petani
(orang)
162
187
349
14
16
30
223
611
834
8
22
30
Bagian Hulu
1. Jembangan
2. Jabung
Jumlah
Bagian Hilir
1. Sidokerto
2. Jono
Jumlah
Sumber : Analisis Data Sekuder
C. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jenis Data
Sumber Data
Teknik
Pengumpulan
Data
- Pencatatan
- Wawancara
- Pencatatan
- Observasi
- Wawancara
- Pencatatan
- Wawancara
- Pencatatan
- Wawancara
- Pencatatan
- Observasi
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
= TR - TC
= Y x Py - Bm, dimana :
Pd
TR
TC
Py
Bm
Ratio =
R
C
Keterangan :
R
Kriteria :
R/C ratio > 1, berarti usahatani padi sawah irigasi bagian hulu atau
usahatani padi sawah irigasi bagian hilir efisien
R/C ratio 1, berarti usahatani padi sawah irigasi bagian hulu atau
usahatani padi sawah irigasi bagian hilir tidak efisien
commit to user
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Untuk
menilai
kemanfaatan
dari
usahatani
padi
sawah
irigasi
B
, dimana :
C
B = Pendapatan bersih
C = Biaya
Kriteria :
Net B/C Ratio > 1 Usahatani padi sawah irigasi bagian hulu atau usahatani
padi sawah irigasi bagian hilir layak dijalankan
(memberikan kemanfaatan)
Net B/C Ratio < 1 Usahatani padi sawah irigasi bagian hulu atau usahatani
padi sawah irigasi bagian hilir tidak layak dijalankan
(tidak memberikan kemanfaatan)
5. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dimana :
Ho : X 1 X 2 = produktivitas lahan atau pendapatan atau efisiensi atau
kemanfaatan pada usahatani padi sawah irigasi bagian
hulu lebih rendah atau sama dengan produktivitas lahan
atau pendapatan atau efisiensi atau kemanfaatan pada
usahatani padi sawah irigasi bagian hilir
Ha : X 1 > X 2 = produktivitas lahan atau pendapatan atau efisiensi atau
kemanfaatan pada usahatani padi sawah irigasi bagian
hulu lebih tinggi daripada produktivitas lahan atau
pendapatan atau efisiensi atau kemanfaatan pada
usahatani padi sawah irigasi bagian hilir
maka digunakan uji komparasi dengan uji t (t-test) yang besarnya nilai
t-hitung dapat diketahui dengan rumus :
commit to user
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rumus t =
- X2
SS1 + SS 2 1
1
+
(n1 + n2 ) - 2 n1 n2
, dimana SS = X 2
i
( X i ) 2
n
(Nazir, 1983)
Keterangan :
X 1 = Rata-rata produktivitas lahan atau pendapatan atau efisiensi atau
n2
1. Jika thitung > ttabel, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima. Jadi
produktivitas lahan atau pendapatan atau efisiensi atau kemanfaatan
usahatani padi sawah irigasi bagian hulu lebih tinggi daripada
usahatani padi sawah irigasi bagian hilir.
2. Jika thitung ttabel, maka hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Jadi
produktivitas lahan atau pendapatan atau efisiensi atau kemanfaatan
usahatani padi sawah irigasi bagian hulu lebih rendah atau sama
dengan usahatani padi sawah irigasi bagian hilir.
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A. Keadaan Geografi
1. Letak dan Batas Wilayah
Daerah Irigasi (DI) Bapang terletak dalam wilayah kerja
administrasi Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Secara geografis
Kabupaten Sragen terletak antara 110045 dan 111010 BT serta 7015 dan
7030 LS. Kabupaten Sragen mempunyai luas wilayah sebesar 941,55 Km2
terbagi dalam 20 kecamatan dan 208 desa/kelurahan. Adapun batas-batas
wilayahnya yaitu :
Sebelah utara
: Kabupaten Grobogan
Sebelah timur
Sebelah selatan
: Kabupaten Karanganyar
Sebelah barat
: Kabupaten Boyolali
: Kecamatan Tanon
Sebelah timur
: Kecamatan Masaran
Sebelah selatan
: Kabupaten Karanganyar
Sebelah barat
: Kecamatan Gemolong
31
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
: Kecamatan Modokan
Sebelah timur
: Kecamatan Sidoharjo
Sebelah selatan
: Kecamatan Plupuh
Sebelah barat
: Kecamatan Gemolong
2. Topografi Daerah
Kabupaten Sragen mempunyai topografi berupa dataran rendah
dengan ketinggian wilayah berkisar antara 84 190 m dari permukaan air
laut (mdpl). Wilayah tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Ketinggian 0 100 mdpl : Kecamatan Ngrampal, Kecamatan
Sambungmacan, Kecamatan Karangmalang, Kecamatan Sragen,
Kecamatan Sidoharjo, Kecamatan Sukodono, Kecamatan Masaran,
Kecamatan Gondang, Kecamatan Tangen, dan Kecamatan Tanon.
b. Ketinggian 101 500 mdpl : Kecamatan Mondokan, Kecamatan Miri,
Kecamatan Kedawung, Kecamatan Jenar, Kecamatan Kalijambe,
Kecamatan Sumberlawang, Kecamatan Gesi, Kecamatan Gemolong,
Kecamatan Plupuh, dan Kecamatan Sambirejo.
Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut seluruh
kecamatan yang ada di Kabupaten Sragen ideal untuk budidaya tanaman
padi, termasuk diantaranya adalah Kecamatan Plupuh (141 mdpl) dan
Kecamatan Tanon (97 mdpl). Hal ini karena tanaman padi cocok untuk
dibudidayakan pada lokasi yang mempunyai ketinggian tempat antara
0650 mdpl (Siregar, 1981 : 40).
3. Keadaan Iklim
Wilayah Kabupaten Sragen memiliki kondisi iklim tropis dengan
suhu rata-rata harian antara 190C - 310C. Jumlah curah hujan pada tahun
2008 berjumlah 1.822 mm atau rata-rata sebanyak 152 mm/bulan dengan
jumlah hari hujan tahun 2008 sebanyak 86 hari atau rata-rata 7 hari/bulan.
Kecamatan Plupuh berdasarkan data pengamatan dari stasiun pengamatan
commit to user
cuaca Bapang, pada tahun 2008 curah hujan mencapai 1.668 mm atau rata-
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rata 139 mm/bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 69 hari atau 6
hari/bulan. Sedangkan di Kecamatan Tanon berdasarkan data pengamatan
dari stasiun pengamatan Ketro, pada tahun 2008 memiliki jumlah curah
hujan sebesar 781 mm atau rata-rata 65 mm/bulan dengan jumlah hari
hujan 38 hari atau 3 hari/bulan.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa curah hujan
daerah Kecamatan Plupuh lebih tinggi daripada di Kecamatan Tanon. Hal
ini berpengaruh terhadap pola lahan pertanian di dua kecamatan tersebut.
Pola tanam di Kecamatan Plupuh adalah padi-padi-padi/palawija
sedangkan di Kecamatan Tanon dengan pola tanam padi-padi/palawijabero. Kondisi yang cocok untuk budidaya tanaman padi adalah daerah
dengan curah hujan sekitar 1.500-2.000 mm/tahun.
4. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan
Luas daerah dan tata guna lahan di Kabupaten Sragen, Kecamatan
Plupuh dan Kecamatan Tanon dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 5.
No
Jenis Lahan
Lahan Sawah
a. Irigasi Teknis
b. Irigasi Teknis
c. Irigasi Sederhana
d. Tadah Hujan
e. Lain-lain
Lahan Kering
a. Bangunan, Halaman
b. Tegal/Ladang/ Huma
c. Kolam/Empang
d. Tan.Kayuan/Perkebu
nan Negara/Swasta
e. Hutan Negara
f. Lain-lain
Jumlah
Kab. Sragen
Luas
%
(Ha)
40.339 42,84
18.779 19,94
3.865
4,10
2.194
2,33
13.842 14,70
1.659
1,76
53.816 57,16
23.096 24,53
18.892 20,06
41
0,04
852
0,90
2.964
3,15
7.971
8,47
94.155 100,00
Kec. Plupuh
Luas
%
(Ha)
2.612 54,01
1.815 37,53
698 14,43
99
2,05
2.224 45,99
1.186 24,52
850 17,58
-
188
3,89
4.836 100,00
Kec. Tanon
Luas
%
(Ha)
2.932 57,49
1.027 20,14
480
9,41
385
7,55
1.040 20,39
2.168 42,51
1.386 27,18
520 10,20
-
262
5,14
5.100 100,00
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kec. Plupuh
Jumlah
%
(Jiwa)
12.796
29.932
3.568
46.296
27,64
64,65
7,71
100,00
Kec. Tanon
Jumlah
%
(Jiwa)
18.776
33.139
2.451
54.366
34,54
60,95
4,51
100,00
22,808
49,27
26.799
49,29
23,488
50,73
27.567
50.71
46,296
100,00
54.366
100,00
commit to user
Sumber : Kec. Plupuh dan Kec. Tanon dalam Angka Tahun 2009
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk
meningkatan
ketrampilan
dan
menambah
usahataninya,
khususnya
padi
sawah.
Meningkatnya
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mata Pencaharian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air
Konstruksi
Perdagangan & Akomodasi
Angkutan & Komunikasi
Keuangan & Real Estate
Jasa dan Sosial
Jumlah
Kec. Plupuh
Kec. Tanon
Jumlah
Jumlah
%
%
(orang)
(orang)
19.517 64,19 20.395 62,36
44
0,13
2.189
7,20
1.583
4,84
29
0,09
1.175
3,59
2.833
9,32
4.743 14,50
355
1,17
530
1,62
233
0,71
5.492 18,06
3.974 12,15
30.405 100,00 32.706 100.00
commit to user
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Keadaan Pertanian
Kabupaten Sragen memiliki potensi yang cukup tinggi di bidang
pertanian. Hal ini terlihat dari penggunaan lahan yang ada, yaitu 62,90 persen
dari total luas Kabupaten Sragen merupakan lahan sawah dan tegal atau
ladang atau kebun yang digunakan untuk kegiatan pertanian serta masih
banyaknya penduduk Kabupaten Sragen yang bermata pencaharian di bidang
pertanian sebagai sumber penghasilan runah tangga. Kondisi tersebut juga
tercermin pada pertanian di Kecamatan Plupuh dan Kecamatan Tanon.
Luas panen dan produksi tanaman pangan dan sayur-sayuran di
Kecamatan Plupuh dan Kecamatan Tanon dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan dan Sayur-sayuran di
Kecamatan Plupuh dan Kecamatan Tanon Tahun 2008
No
1.
2.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Uraian
Padi
Ubi Kayu
Kacang Tanah
Kedelai
Jagung
Kacang Hijau
Terong
Kacang Panjang
Cabe
Kangkung
Bayam
Tomat
Kec. Plupuh
Kec. Tanon
Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi
(Ha)
(Ha)
5.733 31.588 ton
4.757 27.592 ton
37
472 ton
1.723 2.283 ton
1.651 2.243 ton
200
285 ton
182
264 ton
451 2.632 ton
524 3.049 ton
51
52
17
18 ton
1
116 kw
3
350 kw
2
86 kw
3
159 kw
35 1.945 kw
5
607 kw
12
470 kw
3
276 kw
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kabupaten Sragen secara umum tetap terjaga. Usahatani padi yang dilakukan
oleh petani selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani sendiri akan
bahan makanan pokok, utamanya dilakukan untuk memperoleh pendapatan
bagi keluarga petani yaitu dengan menjual sebagian atau seluruh hasil panen
usahatani padi yang dilakukan petani tersebut.
Tanaman sayur-sayuran meskipun tidak terlalu besar kontribusinya
terhadap pertanian Kecamatan Plupuh dan Kecamatan Tanon namun dapat
menunjukkan
bahwa
petani
semakin
produktif
dan
pandai
dalam
Kecamatan Plupuh
5
103
134
106
2
20
3
258
Kecamatan Tanon
8
1
118
149
173
1
10
7
16
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A.
Hasil Penelitian
1. Keragaan Usahatani Padi Sawah Irigasi di Daerah Irigasi Bapang
a. Kondisi Jaringan Irigasi Bapang
Pembangunan jaringan irigasi di Daerah Irigasi Bapang
ditargetkan dapat mengairi atau memberikan pelayanan irigasi pada
2.814 Ha lahan sawah yang berada di Kecamatan Plupuh dan
Kecamatan Tanon. Saluran dan bangunan irigasi di Daerah Irigasi
Bapang saat ini banyak yang mengalami kerusakan, seperti pada saluran
induk dan sekunder yang rusak, longsor dan mengalami sedimentasi
atau pendangkalan sedangkan bangunan pelengkap irigasi banyak yang
rusak, tidak terawat dan terbengkalai.
Berdasarkan data penilaian kondisi fisik jaringan irigasi
kewenangan provinsi Jawa Tengah dari Dinas PSDA Jawa Tengah
tahun 2010, jaringan irigasi di Daerah Irigasi Bapang berada pada
tingkat Rusak Sedang. Penilaian dilakukan berdasarkan kondisi
bangunan utama, saluran pembawa, bangunan pengatur dan bangunan
pelengkap. Kondisi sumber air irigasi di Waduk Menjing mengalami
penurunan debit air yang berarti terjadi penurunan jumlah air yang
ditampung
oleh
waduk.
Faktor-faktor
tersebut
mengakibatkan
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Kegiatan
membajak
sawah
bertujuan
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
2) Persemaian
Jenis benih padi yang ditanam petani di daerah penelitian
menggunakan varietas IR 64. Varietas ini memiliki kemampuan
menghasilkan kurang lebih 7-8 ton gabah kering panen atau setara 5
ton beras dengan umur tanam 115 hari. Benih yang ditanam petani
rata-rata merupakan benih bersertifikat yang dibeli dari kios saprodi
karena resiko gagal tumbuh lebih kecil. Benih yang telah siap
kemudian ditebarkan di bedengan-bedengan pada areal persemaian.
Pembuatan tempat persemaian padi sawah irigasi dilakukan di
areal yang sama dengan areal sawah yang akan ditanami. Pembuatan
tempat persemaian ini dilakukan setelah tanah selesai diolah dan
luasan untuk tempat persemaian kurang lebih 0,05 luasan areal yang
akan ditanami. Pada lahan persemaian tersebut kemudian dibuat
bedengan dengan lebar sekitar 1-1,25 m dan panjangnya mengikuti
panjang petakan untuk memudahkan pada saat penebaran benih
3) Pembibitan
Lama pembibitan sekitar 14 hari setelah sebar benih (14 HSS).
Pencabutan bibit dilakukan setelah bibit berumur 15-24 hari setelah
sebar benih. Bibit yang telah dicabut harus segera ditanam, maksimal
1 hari sejak bibit tersebut dicabut agar bibit tersebut tidak rusak atau
persentase kehidupannya tinggi.
4) Penanaman
Penanaman bibit padi sawah irigasi dilakukan pada pagi hari
agar bibit tidak mudah kering atau layu akibat terkena sinar
matahari. Jarak tanam padi rata-rata yang digunakan adalah 20 cm x
20 cm, sedangkan jumlah bibit yang dibutuhkan adalah 1-3 bibit
untuk tiap lubang tanam dengan sistem tanam konvensional maupun
jajar legowo. Penyulaman terhadap bibit yang mati atau lubang
terlewat tidak ditanam dilakukan kurang dari 14 HST dengan bibit
cadangan yang telah ditanam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
cahaya,
berpengaruh
terhadap
cuaca
mikro,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Uraian
Jumlah petani responden (orang)
Rata-rata umur petani (tahun)
Rata-rata pendidikan petani (tahun)
Rata-rata jumlah anggota keluarga
petani (orang)
5. Rata-rata jumlah anggota keluarga
yang aktif dalam UT padi sawah
irigasi (orang)
6. Rata-rata luas lahan sawah yang
digarap (Ha)
7. Rata-rata pengalaman mendapatkan
irigasi dari jaringan irigasi Bapang
untuk UT padi sawah irigasi (tahun)
commit to user
Sumber : Analisis Data Primer
Bagian Hulu
30
49,07
6,80
Bagian Hilir
30
52,80
5,70
0,37
0,40
24,37
7,23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
petani
sangat
dimungkinkan
untuk
dapat
meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
2.
Jenis Masukan
Sarana Produksi
a. Benih (Kg)
b. Pupuk (Kg)
- Urea
- SP-36
- ZA
- NPK
c. Obat kimia (l)
- ZPT
- Herbisida
- Pestisida
Tenaga Kerja (HKP)
a. TK Dalam
b. TK Luar
c. TK Mesin
- Traktor
- Threser
Bagian Hulu
Per UT
Per Ha
(0,37 Ha)
Bagian Hilir
Per UT
Per Ha
(0,40 Ha)
11,73
31,85
21,20
50,80
124,67
81,67
40,50
-
336,43
217,56
109,67
-
163,17
15,33
7,73
71,17
401,14
58,33
29,36
157,97
0,13
0,12
0,13
0,39
0,32
0,34
0,18
0,12
0,16
0,32
0,31
0,41
15,70
33,90
46,40
90,86
18,10
39,00
54,52
90,81
4,84
3,21
12.99
8,83
6,11
3,44
15,32
8,92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Tabel 12. Rata-rata Biaya Usahatani Padi Sawah Irigasi Bagian Hulu dan
Bagian Hilir Daerah Irigasi Bapang MT I Tahun 2011
Bagian Hulu
No
Jenis Biaya
Per UT
(0,37 Ha)
Per Ha
Bagian Hilir
%
Per UT
(0,40 Ha)
Per Ha
Biaya Sarana
577.150,00 1.554.146,03 18,07
653.846,67 1.630.926,09 15,52
Produksi
a. Benih
93.866,67
254.768,25 2,96
131.733,33
322.112,78 3,07
b. Pupuk
- Urea
211.933,33
571.928,57 6,65
277.383,33
681.929,59 6,49
- SP-36
163.333,33
435.126,98 5,06
30.666,67
116.666,67 1,11
- ZA
68.850,00
186.433,33 2,17
13.146,67
49.913,89 0,48
- NPK
0,00
0,00 0,00 163.683,33
363.336,81 3.46
c. Obat kimia
- ZPT
2.000,00
5.428,57 0,06
2.650,00
4.781,47 0,05
- Herbisida
12.166,67
32.301,59 0,38
9.166,67
25.020,62 0,24
- Pestisida
25.000,00
68.158,73 0,79
25.416,67
67.164,26 0,64
Biaya Tenaga
2.
2.306.000,00 6.363.103,18 73,97 2.666.000,00 6.782.384,00 64,55
Kerja
a. TK Dalam
628.000,00 1.855.936,51 21,58 724.000,00 2.180.676,57 20,75
b. TK Luar
1.356.000,00 3.634.349,21 42,25 1.560.000,00 3.632.349,96 34,57
c. TK Mesin
- Traktor
193.666,67
519.523,81 6,04 244.500,00
612.604,36 5,83
- Threser
128.333,33
353.293,65 4,11 137.500,00
356.753,11 3,40
3. Biaya Lain-lain
249.958,33
684.849,20 7,96
895.627,78 2.093.860,89 19,93
a. Penyusutan
23.125,00
70.361,90 0,82
20.561,11
72.715,95 0,69
b. Pajak tanah
13.033,33
35.423,81 0,41
23.200,00
55.526,08 0,53
c. IPAIR
105.466,67
286.761,90 3,33
22.866,67
86.833,33 0,83
d. Op.Pompa Air
0,00
0,00 0,00
714.833,33 1.583.359,21 15,07
e. Selamatan
108.333,33
292.301,59 3,40
114.166,67
295.426,32 2,81
Jumlah
3.133.108,33 8.602.098,41 100,00 4.215.474,44 10.507.170,98 100,00
1.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Bagian Hulu
Bagian Hilir
Uraian
Per UT
Per UT
Per Ha
Per Ha
(0,37 Ha)
(0,40 Ha)
Produksi (Kw)
28,54
76,31
29,71
74,87
Harga (Rp/Kw)
270.333,33
270.333,33 268.333,33 268.333,33
Penerimaan (Rp) 7.714.250,00 20.633.115,08 7.934.250,00 20.086.091,81
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
padi sawah irigasi bagian hulu dan usahatani padi sawah irigasi bagian
hilir. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dalam tiga hal tersebut
dilakukan pengujian statistik menggunakan uji-t (t-test).
1) Produktivitas lahan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah produktivitas
lahan usahatani padi sawah irigasi bagian hulu lebih tinggi daripada
produktivitas lahan usahatani padi sawah irigasi bagian hilir Daerah
Irigasi Bapang. Analisis komparatif produktivitas lahan usahatani padi
sawah irigasi bagian hulu dan bagian hilir seperti pada tabel berikut :
Tabel 15. Analisis Komparatif Produktivitas Lahan Usahatani Padi
Sawah Irigasi Bagian Hulu dan Bagian Hilir Daerah Irigasi
Bapang MT I Tahun 2011
Uraian
Produktivitas (Kw/Ha)
- Standart deviasi
- Varian
- t-hitung
- t-tabel (t a = 0,05)
Bagian Hulu
76,31
1,74
3,01
Bagian Hilir
74,87
1,32
1,75
3,62
1,70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
pendapatan usahatani padi sawah irigasi bagian hulu dan bagian hilir
seperti pada tabel berikut :
Tabel 16. Analisis Komparatif Pendapatan Usahatani Padi Sawah Irigasi
Bagian Hulu dan Bagian Hilir Daerah Irigasi Bapang MT I
Tahun 2011
Uraian
Pendapatan (Rp/Ha)
- Standart deviasi
- Varian
- t-hitung
- t-tabel (t a = 0,05)
Bagian Hulu
12.031.016,67
1.091.412,30
1.19118E+12
Bagian Hilir
9.578.920,83
1.530.607,45
2.34276E+12
7,15
1,70
Bagian Hulu
2,40
0,17
0,03
Bagian Hilir
1,94
0,28
0,08
7,64
1,70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
Bagian Hulu
1,40
0,17
0,03
Bagian Hilir
0,94
0,28
0,08
7,64
1,70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Pembahasan
Proses kehilangan air pada jaringan irigasi yang menyebabkan
penurunan luas area pelayanan irigasi disebabkan oleh tiga faktor. Pertama,
sebagai akibat proses alam, seperti penurunan jumlah air dari sumber air
akibat kekeringan, proses penguapan air (evapotranspirasi) dan perlokasi.
Kedua, faktor penurunan kinerja saluran dan bagunan-bangunan irigasi
pada jaringan irigasi, seperti pendangkalan saluran dan rembesan Ketiga,
akibat penggunaan yang tidak efisien, mengarah pada pemborosan oleh
petani, salah satunya adalah akibat keterlambatan dalam menepati jadwal
tanam sehingga air irigasi pada lahan terbuang sia-sia.
Ketiga faktor tersebut secara keseluruhan berpengaruh terhadap suplai
air relatif atau relative water supplay (RWS) yaitu nisbah antara alokasi
(supply) dengan kebutuhan air (demand). Berdasarkan nilai RWS irigasi
maka daerah irigasi dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bagian hulu
(RWS>1), bagian tengah (RWS=1) dan bagian hilir (RWS<1). Pasokan air
relatif pada ketiga bagian tersebut umumnya, termasuk di Daerah Irigasi
Bapang mengikuti pola seperti pada gambar berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
mencapai angka 0 (nol) yang artinya tidak ada suplai air dari jaringan irigasi
Bapang. Saluran-saluran irigasi yang telah berdiri di bagian hilir justru
berdampak negatif bagi usahatani di daerah tersebut. Bangunan saluransaluran irigasi dapat menyebabkan banjir dan menggenangi sawah,
khususnya saat musim hujan datang. Air permukaan mengalir dan bermuara
ke saluran irigasi yang ada sedangkan air yang menggenang di lahan sawah
tidak dapat mengalir keluar karena tertahan oleh dinding saluran irigasi.
Kondisi ini menyebabkan tanaman padi tidak dapat dipanen akibat banyak
yang roboh dan bulir padi yang dihasilkan tidak masak sempurna. Oleh
sebab itu, pada musim hujan dengan intensitas yang tinggi, resiko gagal
panen di bagian hilir lebih tinggi.
Kondisi jaringan irigasi Bapang yang mengalami banyak kerusakan
sehingga menyebabkan penurunan kinerja bangunan irigasi menimbulkan
masalah lain dalam pendistribusian air irigasi. Pencurian air merupakan hal
yang sering terjadi di Daerah Irigasi Bapang. Pecurian air dapat diartikan
tidak mematuhi jadwal pengairan yang telah ditetapkan oleh mantri air dan
secara sengaja mengambil air irigasi dari saluran primer dan sekunder. Pipapipa air liar yang langsung mengambil air dari saluran primer dan sekunder
irigasi dapat dengan mudah dijumpai. Padahal peraturan melarang petani
mengambil air secara langsung dari saluran primer dan sekunder karena
dapat menurunkan debit air. Namun dari pihak pemerintah kurang dapat
bertindak tegas untuk menertibkan hal tersebut, mengingat air irigasi
merupakan kebutuhan mutlak untuk usahatani padi sawah. Hal ini
dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik lebih besar antar sesama petani
padi sawah dan terlebih antara petani dengan pihak pengelola irigasi, yaitu
pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Dinas Pekerjaan Umum Bidang
Pengairan.
Penurunan kinerja jaringan irigasi Bapang berpengaruh pada
penyediaan dan pelayanan air irigasi untuk usahatani padi sawah irigasi di
bagian hulu dan bagian hilir Daerah Irigasi Bapang. Pengaruh tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
sawah irigasi bagian hulu dan bagian hilir seperti pada gambar diagram
berikut :
berkaitan
dengan
penambahan
tenaga
kerja
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
panen
menyebabkan
harus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
terlalu tinggi antara kedua jenis usahatani, yaitu 76,31 Kw/Ha di bagian
hulu dan bagian hilir 74,87 Kw/Ha atau berselisih 1,44 Kw/Ha.
Kondisi ini (perbedaan produktivitas lahan yang tidak berbeda
jauh) disebabkan karena petani padi sawah irigasi di bagian hilir dengan
kondisi keterbatasan jumlah penyediaan air irigasi dari jaringan irigasi
Bapang tetap mengupayakan agar air irigasi tersedia untuk pertumbuhan
tanaman padi meskipun harus mengeluarkan biaya pengairan yang lebih
besar, yaitu biaya operasi pompa air. Sehingga untuk musim tanam
pertama, perbedaan utama yang lebih mendasar adalah pada komponen
biaya usahatani daripada produktivitas lahan. Jika kajian dilakukan
dalam rentang waktu satu tahun maka produktivitas lahan akan berbeda
secara signifikan antara bagian hulu dan bagian hilir karena
produktivitas lahan berkaitan erat dengan intensitas tanam yang
dipengaruhi oleh pola tanam dalam usahatani padi sawah irigasi bagian
hulu dan bagian hilir.
Besarnya produktivitas lahan sawah di bagian hulu dan bagian hilir
yang hampir sama lebih berkaitan dengan varietas benih padi yang
digunakan oleh petani. Sampai saat ini varietas IR 64 masih menjadi
varietas unggulan yang ditanam petani di daerah penelitian dan juga di
Kabupaten Sragen pada umumnya. Padahal sudah banyak varietasvarietas padi unggulan baru yang ditemukan dan digunakan di beberapa
daerah dengan hasil yang lebih tinggi. Hal seperti ini sangat erat dengan
kondisi petani yang tidak berani mengambil resiko dalam merubah pola
usahatani, termasuk dalam penggunaan varietas benih padi. Pada
kenyataannya, seringkali terjadi varietas yang dikenalkan tidak
menghasilkan produksi yang tinggi seperti yang dijanjikan atau
menunjukkan hasil yang berbeda jika ditanam di tempat yang berbeda
pula. Inilah yang menyebabkan IR 64 meskipun sudah digunakan
selama lebih dari 20 tahun oleh petani, masih dipertahankan untuk
dibudidayakan karena terbukti produksi padi yang dihasilkan selama ini
tetap tinggi dan stabil. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
5. Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani padi sawah irigasi bagian hulu dan bagian
hilir selain dipengaruhi oleh produksi atau produktivitas lahan juga
dipengaruhi oleh harga gabah yang mendasarkan pada kualitas gabah
jika kondisi pasar diasumsikan normal. Harga gabah yang diterima oleh
petani cukup bervariasi, baik petani di bagian hulu dan bagian hilir. Jika
dibandingkan, secara umum menunjukkan harga gabah yang diterima
petani padi sawah irigasi bagian hulu lebih tinggi daripada harga gabah
yang diterima petani padi sawah irigasi bagian hilir.
Harga gabah yang lebih rendah di bagian hilir disebabkan waktu
tanam yang lebih lambat sehingga waktu panen tertinggal dari waktu
panen bagian hulu. Harga gabah yang diterima pada waktu panen bagian
hulu cenderung lebih tinggi karena pedagang berlomba mendapatkan
gabah yang sebelumnya pada musim tanam ketiga (musim kemarau)
terjadi kekurangan suplai gabah. Saat bagian hilir memasuki waktu
panennya, suplai gabah sudah melimpah (waktu panen raya) yang
mengakibatkan harga gabah menurun di pasar (hukum permintaanpenawaran). Hal inilah yang selanjutnya mengakibatkan harga gabah
yang diterima petani padi sawah irigasi bagian hilir menjadi lebih
rendah dibandingkan bagian hulu.
Waktu tanam di bagian hilir menjadi lebih lambat, tidak bersamaan
dengan bagian hulu dikarenakan petani menunggu musim hujan
memasuki hari-hari hujan yang lebih tinggi intensitasnya. Kegiatan
pengolahan lahan, persemaian dan pembibitan memerlukan pengairan
yang lebih banyak dan intensif untuk memperkecil resiko usahatani padi
karena pengolahan lahan yang kurang maksimal (tanah kurang gembur)
dan benih yang gagal tumbuh menjadi bibit padi.
Rata-rata harga gabah kering panen usahatani padi sawah irigasi
bagian hulu dan bagian hilir pada musim tanam pertama berkisar antara
Rp 260.000,00 sampai dengan Rp 280.000,00 per kwintal karena harga
user gabah kering panen ditetapkan
pembelian pemerintah commit
(HPP) to
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
commit to user
67
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang usahatani padi sawah irigasi bagian
hulu dan bagian hilir Daerah Irigasi Bapang di Kabupaten Sragen, dapat
diambil kesimpulan antara lain :
1. Produktivitas lahan pada usahatani padi sawah irigasi di bagian hulu
(76,31 Kw/Ha/MT) terbukti lebih tinggi daripada produktivitas lahan pada
usahatani padi sawah irigasi di bagian hilir (74,87 Kw/Ha/ MT).
2. Pendapatan
dari
usahatani
padi
sawah
irigasi
di
bagian
hulu
67
68
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
petani
direkomendasikan
padi
sawah
untuk
di
bagian
mengaplikasikan
hilir
system
khususnya,
of
rice
commit to user