Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama
: An. C
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tanggal lahir
: 11 Maret 2012
Umur
: 20 bulan
Agama
: Protestan
Alamat
Suku bangsa
: Ambon
Hubungan dengan
: Anak kandung
orang tua
No. CM
: 421578
Tanggal masuk
: 29 Oktober 2013
Ayah
32 tahun
Ibu
30 tahun
Perkawinan
Pertama
Pertama
Pekerjaan
TNI
Pendidikan terakhir
SMP
SMP
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis ibu pasien pada tanggal 14 November 2013. Pukul 09:30 WIB.
Keluhan Utama
Demam
Riwayat perkembangan
: 9 bulan
Tengkurap
: 6 bulan
Duduk
: 7 bulan
Berdiri
: 11 bulan
Berjalan
: 12 bulan
Bicara
: 9 bulan
Membaca menulis
:-
II
III
4 bulan
2 bulan
6 bulan
4 bulan
1 bulan
6 bulan
Ulangan
-
Buah/biscuit
+
+
+
Bubur susu
+
+
Nasi tim
+
+
Riwayat makanan
Umur
0-2 bulan
3-4 bulan
4-6 bulan
6-8 bulan
8-10 bulan
10-12 bulan
ASI/PASI
ASI
PASI
PASI
PASI
PASI
PASI
Frekuensi
7 hari seminggu, 3x sehari, @ centong nasi
7 hari seminggu, 3x sehari, @ sendok sayur
7 hari seminggu, 3 x sehari, @ 1 potong / x
7 hari seminggu, 3 x sehari, @ 1 butir / x
Tahu
Tempe
7 hari seminggu, 3 x sehari, @ 1 potong / x
Susu
7 hari seminggu, 3 x sehari, @ 125 cc / botol
Kesan : kualitas dan kuantitas makan cukup
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Berat badan
: 9 kg
Panjang badan
: 73 cm
Tanda Vital
Nadi
Suhu
: 37C di axila
Napas
: 30x/menit, abdominaltorakal
Status gizi
Berat badan
= 9 kg
Tinggi badan
= 73 cm
Berdasarkan BB/U
BB sekarang
BB ideal menurut usia
= 9
12
x 100%
x 100%
TB sekarang
TB ideal menurut usia
= 73
84
x 100%
x 100%
BB sekarang
x 100%
BB ideal menurut TB
= 9
x 100%
9,6
= 94% (normal 90-110%)
Kesan : Status gizi baik berdasarkan perawakan pasien
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Leher
Thoraks
Inspeksi
Paru-paru
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
: Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
: supel, turgor baik, nyeri tekan tak ada, massa tidak ada
Lien
Ekstremitas
: tidak teraba
: akral hangat (+), edema (-), sianosis (-), clubbing
finger (-/-), perfusi perifer < 3 detik
Refleks fisiologis
: R. biseps
(+)
R triseps
(+)
R Patella
(+)
R achiles
(+)
Refleks patologis
(-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah tanggal 29 Oktober 2013
Hemoglobin
Hasil
12,1 g/dL
Nilai rujukan
13-18 g/dL
Hematokrit
37 %
40-52%
Eritrosit
5,4 juta/uL
4,3-6,0 juta/uL
Leukosit
15500/uL
5000-14500/uL
Trombosit
405000/uL
150000-400000/uL
MCV
69 fl
80-96 fl
MCH
23 pg
27-32 pg
MCHC
33 g/dL
36.36- /dL
Aorta baik
AV-VA concordance
No ASD/VSD seen
Kesan : moderate PDA 7-8 mm (L-R shunt), left aontich arch, no COA, well
contracting ventricles, mild PH (Hypertension Pulmonal).
Resume
Pasien anak laki-laki, usia 20 bulan, berat badan 9 kg, tinggi badan 73 cm
datang dengan keluhan demam terus menerus sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, keluhan disertai batuk (+) tidak berdahak dan darah (-), pilek (+), sesak (+)
setelah beraktivitas. Pasien sering mengalami keluhan tersebut sejak 1 bulan terakhir.
Selain itu, pasien memiliki riwayat penyakit jantung bawaan sejak usia 3 bulan
dengan riwayat kehamilan dan kelahiran tidak ada kelainan.
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Berat badan
: 9 kg
Panjang badan
: 73 cm
Tanda Vital
Nadi
Suhu
: 37C di axila
Napas
: 30x/menit, torakoabdominal
Thoraks
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah tanggal 29 Oktober 2013
Hemoglobin
: 12,1 g/dL
Hematokrit
: 37 %
Eritrosit
: 5,4 juta/uL
Leukosit
: 15500/uL
Trombosit
: 405000/uL
Diagnosis banding
Persistent truncus arteriosus
Gagal jantung kongestif
Demam Rematik Akut
Anjuran pemeriksaan
Foto rontgen toraks PA-Lateral
Pemeriksaan darah lengkap
Kultur sputum dan pewarnaan gram
Elektrokardiogram
Echocardiography
Penatalaksanaan
1. Paracetamol sirup, 3x cth PO
2. Amoxcilin sirup, 3x 1 cth PO
3. Ambroxol 5 mg, 3x1 PO
4. Cetrizine 1 mg, 3x1 PO
5. Oklusi kateter
6. Operasi ligasi PDA
Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
Pencegahan
- Kontrol teratur
- Pencegahan infeksi saluran napas berulang
- Makan makanan bergizi
Follow up
Tanggal
S
O
14 November 2013
Pilek
Ku/Kes : tampak sakit
15 November 2013
Pilek
Ku/Kes : tampak sakit
16 November 2013
Tidak ada keluhan
Ku/Kes : tampak sakit
sedang/CM
sedang/CM
sedang/CM
RR 30 x/mnt
RR 28 x/mnt
RR 29 x/mnt
abdominaltorakal
abdominaltorakal
abdominaltorakal
Cor : asukultasi BJ I
reguler, murmur +,
+, gallop -, Pulmo :
gallop -, Pulmo :
batas normal
BU + N, Hepar dan
tidak teraba
Extremitas : akral
Extremitas : akral
Extremitas : akral
Pemeriksaan
penunjang
A
8360; T 406000;
Penyakit jantung
L 8360; T 406000;
Penyakit jantung
L 8360; T 406000;
Penyakit jantung
Arteriosus)
Arteriosus)
Arteriosus)
Bronchopneumonia
1. Pro Op PDA
Bronchopneumonia
1.Pro Op PDA
Bronchopneumonia
1.Pro Op PDA
Tanggal
S
O
18 November 2013
Tidak ada keluhan
Ku/Kes : tampak sakit
19 November 2013
Tidak ada keluhan
Ku/Kes : tampak sakit
sedang/CM
sedang/CM
37,5 x/mnt
36,5 x/mnt
1
0
normal
normal
Extremitas
akral
hangat, Extremitas
akral
hangat,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Duktus Arteriosus
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah janin yang menghubungkan arteri
pulmonalis kiri langsung dengan aorta desendens. Pada janin, duktus arteriosus dapat
tetap terbuka karena produksi dari prostaglandin E2 (PGE2). Pada bayi baru lahir,
prostaglandin yang didapat dari ibu (prostaglandin maternal) kadarnya menurun
sehingga duktus arteriosus tertutup dan berubah menjadi jaringan parut dan menjadi
ligamentum arteriosum yang terdapat pada jantung normal.5,6,7
Penutupan Duktus Arteriosus
Duktus arteriosus menutup secara fungsional pada 10-15 jam setelah lahir, jadi
pirau ini berlangsung relatif singkat. Penutupan permanen terjadi pada usia 2-3
minggu. Bila terjadi hipoksia (akibat penyakit paru, asfiksia dan lain-lain) maka
tekanan arteri pulmonalis meningkat dan terjadi aliran pirau berbalik dari arteri
pulmonalis ke aorta melalui duktus arteriosus. Pemberian oksigen 100% akan
1
1
tekanan
oksigen
arteri
(PaO2)
menyebabkan
kadar
katekolamin
(norepinefrin,
epinefrin)
Pada bayi baru lahir dengan penyakit jantung sianotik yang bergantung
pada duktus (kehidupan bayi bergantung pada duktus), maka
pemberian prostaglandin akan menjamin duktus yang paten. Infus
prostaglandin ini telah menjadi prosedur standar di banyak pusat
kardiologi karena sangat bermanfaat, namun harganya sangat mahal.1
Bila oksigenisasi darah arteri pascalahir tidak memadai, maka penutupan duktus
arteriosus tertunda atau tidak tejadi. Angka kejadian DAP pada anak yang lahir di
dataran tinggi, lebih besar daripada di dataran rendah. Pada beberapa jenis kelainan
jantung bawaan, bayi hanya dapat hidup apabila duktus arteriosus tetap terbuka.
1
2
Termasuk di dalam golongan lesi yang bergantung pada duktus ini (duct dependent
lesions) adalah atresia pulmonal, stenosis pulmonal berat, atresia aorta, koartaksio
aorta berat atau interrupted aortic arch, dan sebagian pasien transposisi arteri besar.1
2.2 Duktus Arteriosus Persisten (DAP)
DAP adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Kelainan ini
merupakan 7% dari seluruh penyakit jantung bawaan. DAP ini sering dijumpai pada
bayi prematur, insidennya bertambah dengan berkurangnya masa gestasi.1
DAP umumnya ditemui pada bayi-bayi yang lahir prematur, juga pada bayi
normal dengan perbandingan 1 kasus dari 2500 - 5000 kelahiran setiap tahunnya.7
1. DAP pada bayi aterm
Ketika seorang bayi aterm menderita PDA, dinding dari duktus
arteriosus kekurangan lapisan endotel dan lapisan muskular media.3
2. DAP pada bayi preterm/prematur
DAP pada bayi prematur, seringnya mempunyai struktur duktus yang
normal. Tetap terbukanya duktus arteriosus terjadi karena hipoksia dan
imaturitas.3
Bayi yang lahir prematur (<37 st="on">DAP. Makin muda usia
kehamilan, makin besar pula presentase DAP oleh karena duktus
dipertahankan tetap terbuka oleh prostaglandin yang kadarnya masih tinggi,
karena memang belum waktunya bayi lahir. Karena itu DAP pada bayi
prematur
dianggap
sebagai developmental
patent
ductus
arteriosus,
bukan structural patent ductus arteriosus seperti pada bayi cukup bulan.7
1
3
1
4
dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor-faktor ini menyebabkan cacat pada
proses pembentukan jaringan elastik pada dinding duktus arteriosus.2,4
2. 2.2 Faktor Resiko
Prematuritas
BBLR/SGA
Pada
Tinggal pada dataran tinggi dan pada tekanan oksigen atmosfer yang rendah
Hipoksia 3,5,7
2.2.4 Insidensi
Wanita lebih sering terkena 2-3 kali lebih banyak dari pria.
Lebih sering terjadi pada bayi kurang bulan, 20% pada bayi prematur lebih
dari 32 minggu masa kehamilan, 60% pada bayi kurang dari 28 minggu masa
kehamilan.2,5,6
Mudah kelelahan
Pertumbuhan terhambat
Gejala-gejala
diatas
menunjukkan
telah
terjadi gagal
jantung
kongestif. Sementara bila bukaan pada DAP berukuran kecil resiko gagal jantung
kongestif
relatif
tidak
ada,
hanya
perlu
diperhatikan
adanya
1
5
resiko endokarditis. Endokarditis bisa berakibat fatal apabila tidak diberikan tindak
lanjut medis yang semestinya.2,4
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan tanda-tanda :
Takhipnoe
Takikardi
Banyak berkeringat
Sianosis
Tanda khas pada denyut nadi berupa pulsus seler disebut water hammer
pulse. Hal ini terjadi akibat kebocoran darah dari aorta pada waktu sistol
maupun diastol, sehingga didapat tekanan nadi yang besar.
a. DAP kecil
Biasanya asimptomatik dengan tekanan darah dan tekanan nadi
1
6
normal. Jantung tidak membesar. Kadang terasa getaran bising disela iga ke-2
sternum. Terdapat bising kontinu (continous murmur, machinery murmur)
yang khas untuk DAP di daerah subklavia kiri.1
Gambaran radiologis dan EKG biasanya dalam batas normal.
Pemeriksaan ekokardiografi tidak menunjukkan adanya pembesaran ruang
jantung atau arteri pulmonalis.1
b. DAP sedang
Gejala biasa timbul pada usia 2-5 bulan tetapi tidak berat. Pasien
mengalami kesulitan makan, sering menderita infeksi saluran nafas namun
biasanya berat badan masih dalam batas normal. Anak lebih mudah lelah tetapi
masih dapat mengikuti permainan.1
Pada pemeriksaan fisik frekuensi nafas sedikit lebih cepat dibanding
anak normal. Bila nadi radialis diraba dan bila diukur tekanan darahnya, akan
dijumpai pulsus seler, tekanan nadi lebih dari 40 mmHg. Teraba getaran bising
didaerah sela iga 1-2 parasternal kiri dan bising kontinu di sela iga 2-3 dari
parasternal kiri yang menjalar ke daerah sekitarnya. Bising middiastolik di
apeks sering dapat didengar akibat bertambahnya pengisian cepat ventrikel
kiri (stenosis mitral relatif).1
Pada foto toraks jantung membesar (terutama ventrikel kiri),
vaskularisasi paru yang meningkat, dan pembuluh darah hilus membesar. EKG
menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi atrium kiri.1
c. DAP besar
Gejala tampak berat sejak minggu-minggu pertama kehidupan. Pasien
tidak nafsu makan sehingga berat badan tidak bertambah. Tampak dispnoe dan
takhipnoe dan banyak berkeringat bila minum. Pada pemeriksaan tidak teraba
getaran bising sistolik dan pada auskultasi terdengar bising kontinu atau bising
sistolik. Bising middiastolik terdengar di apex karena aliran darah berlebihan
melalui katup mitral (stenosis mitral relatif). Bunyi jantung ke-2 tunggal dan
keras. Gagal jantung mungkin terjadi dan biasanya didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian bawah. Semua penderita DAPbesar yang tidak dilakukan
operasi biasanya menderita hipertensi pulmonal.1
Pada foto toraks dijumpai pembesaran ventrikel kanan dan kiri, di
samping pembesaran arteri pulmonalis dan cabang-cabangnya. Pada EKG
1
7
Echocardiografi
EKG
Cardiac catheterization
2.2.7 Penatalaksanaan
Ada beberapa metode pangobatan yang biasanya diterapkan tim medis untuk
mengatasi gangguan fungsi jantung pada DAP, dan sangat bergantung dari ukuran
bukaan pada duktus dan yang utama usia pasien. Tidak diperlukan pembatasan
1
8
Dose 3
0.2
0.1
0.1
27 days 0.2
0.2
0.2
0.25
0.25
Age At
Dose 1
< 48 h
Bila usaha penutupan dengan medikamentosa ini gagal dan gagal jantung
kongestif menetap, bedah ligasi DAP perlu segera dilakukan. Bila tidak ada tandatanda gagal jantung kongestif, bedah ligasi DAP dapat ditunda akan tetapi sebaiknya
tidak melampaui usia 1 tahun. Prinsipnya semua DAP yang ditemukan pada usia 12
minggu, harus dilakukan intervensi tanpa menghiraukan besarnya aliran pirau.2
1
9
b. Tindakan bedah
Pada bayi aterm atau pada anak lebih tua, diperlukan tindakan bedah untuk
mengikat atau memotong duktus. Untuk menutup duktus juga dokter dapat
menggunakan tindakan dengan kateter.7
Pada DAP dengan pirau kiri ke kanan sedang atau besar dengan gagal jantung
diberikan terapi medikamentosa (digoksin, furosemid) yang bila berhasil akan
menunda operasi 3-6 bulan sambil menunggu kemungkinan duktus menutup.
Tindakan bedah setelah dibuat diagnosis, secepat-cepatnya dilakukan operasi
pemotongan atau pengikatan duktus. Pemotongan lebih diutamakan daripada
pengikatan yaitu untuk menghindari kemungkinan rekanalisasi kemudian. Pada
duktus yang sangat pendek, pemotongan biasanya tidak mungkin atau jika dilakukan
akan mengandung resiko.1
Indikasi operasi duktus arteriosus dapat diringkas sebagai berikut:
1. DAP pada bayi yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan
medikamentosa.
2. DAP dengan keluhan.
3. DAP dengan endokarditis infektif yang kebal terhadap terapi medikamentosa.
Hal yang perlu diperhatikan bagi penderita DAP yang usianya lebih dewasa,
adalah mengkonsultasikan kepada dokter ahli jantung yang merawat bila akan
menjalankan operasi minor lain (contoh: operasi amadel) ataupun perawatan gigi,
untuk menghindari kemungkinan resiko endokarditis.1
2.2.8 Prognosis
Pasien dengan DAP kecil dapat hidup normal dengan sedikit atau tidak ada
gejala. Pengobatan termasuk pembedahan pada DAP yang besar umumnya berhasil
dan tanpa komplikasi sehingga memungkinkan seseorang untuk hidup dengan
normal.3,4,5
2.2.9 Komplikasi
DAP yang kecil mungkin tidak menimbulkan gejala. DAP yang lebih besar yang
tidak diterapi dapat menyebabkan hipertensi pulmonal, infeksi paru berulang, aritmia
atau gagal jantung yang merupakan kondisi kronis dimana jantung tidak dapat
memompa darah dengan efektif.4,,5
2
0
DAP menyebabkan gagal jantung pada 15% bayi prematur dengan berat badan
lahir <1750g>14
Seseorang yang mempunyai masalah struktural pada jantung, seperti DAP,
mempunyai resiko yang tinggi terkena endokarditis dibanding orang normal.7
Sindrom Eisenmenger biasanya terjadi pada penderita dengan DAP besar yang
tidak mengalami penanganan pembedahan.7
BAB III
ANALISA KASUS
2
1
Pada kasus ini dilaporkan pasien seorang anak laki-laki, berusia 20 bulan, rujukan dari
dokter spesialis anak di Rumah Sakit Tentara Tingkat II di Ambon dengan diagnosa
penyakit jantung bawaan.
Pasien datang dengan keluhan demam, batuk, pilek, dan sesak napas. Keluhan
tersebut telah dialami pasien sejak usia 3 bulan dan selama 1 bulan terakhir keluhan
berulang sebanyak 4 kali.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, HR
120x/menit, RR 30x/menit, suhu 37 C. Kepala, mata, dan THT dalam batas normal.
Dari pemeriksaan paru didaptkan ronkhi basah halus nyaring pada auskultasi. Dan
pada pemeriksaan jantung didapatkan murmur pada auskultasi.
Dari pemeriksaan penunjang laboratorium darah didapatkan adanya leukositosis
(leukosit : 15.500/mmk)
Dari pemeriksaan rontgen thorax didapatkan kesan bronkpneumonia dan dari
pemeriksaan echochardiografi didapatkan kesan Moderate PDA 7-8mm (L-R shunt),
left aorctic arch, no COA, well contracting ventricles, mild PH ( Pulmonal
Hypertension).
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penujang di atas,
didapatkan beberapa diagnosis. Diagnosis Penyakit Jantung Bawaan (PDA)
didasarkan pada anamnesis didapatkan bahwa riwayat anak sulit menyusu sejak kecil,
dan pertumbuhan fisik yang lambat, serta adanya riwayat infeksi saluran napas
berulang. Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya murmur pada auskultasi, dan dari
pemeriksaan penunjang didapatkan adanya kesan Moderate PDA 7-8mm (L-R shunt),
left aorctic arch, no COA, well contracting ventricles, mild PH ( Pulmonal
Hypertension) pada echocardiografi
Penatalaksanaan PDA dengan oklusi kateter dan operasi ligasi PDA
Diagnosis bronkopneumonia didasarkan dari anamnesis bahwa anak demam,
batuk, dan sesak . Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya ronkhi basah
halus nyaring pada auskultasi. Dan dari pemeriksaan penunjang didapatkan
kesan bronkopneumonia pada foto thorax. Penalaksanaan bronkopneumonia
dengan medikamentosa Paracetamol sirup, 3x cth, Amoxcilin sirup, 3x 1 cth
PO, Ambroxol 5 mg, 3x1 PO, dan Cetrizine 1 mg, 3x1 PO
2
2
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer A Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : FKUI.
2. Hersunati, N, dkk. 2009. Standar Pelayanan Medik RS. Jantung Dan
Pembuluh Darah Harapan Kita. Jakarta : RSJP Harapan Kita.
3. Rilantono, L.I, dkk. 2004. Buku Ajar Kardiologi, Jakarta : FKUI.
4. Garna Hery, Melinda HDN. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. Bandung : FK Universitas Padjajaran.
5. Baaras, F. 1995. Penyakit Jantung Pada Anak. Jakarta : FKUI.
2
3
2
4