Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan dunia medis dari waktu ke waktu semakin pesat, tak terkecuali
instrument / alat medis. Salahsatu penemuan yang berkontribusi dalam dunia medis
yaitu ditemukannya sinar X / sinar Rontgen yang mendasari terciptanya Pesawat
Rontgen. Pesawat roentgen merupakan instrument medik yang prinsip kerjanya
mengunakan radiasi sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun radiografie.
Penemuan dari Willhem Conrad Rontgen tersebut telah mendorong perkembangan
dunia medis terutama dalam pembuatan instrumen medis. Berawal dari percobaan
dalam hal perbedaan potensial diantara anoda dan katoda yang terkandung dalam
suatu gas, yang memicu terjadinya ionisasi sehingga elektron elektron akan
membebaskan diri dari ikatan atomnya.
Elektron yang terdekat dengan sebuah anoda akan langsung ditarik ke anoda
sehingga akan terjadi hole. Kemudian hole ini akan diisi oleh elektron berikutnya,
tempat yang ditinggalkan elektron ini akan menjadi hole lagi dan terjadi pengisian lagi
oleh elektron berikutnya, begitu seterusnya, sehingga akan terjadi estafet elektron dan
terjadilah rangkaian tertutup sehingga timbul arus elektron yang berkebalikan dengan
arus listrik yang kemudian disebut arus tabung. Perpindahan elektron ini akan
menghasilkan seatu gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya berbedabeda. Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,1 1 A inilah yang
kemudian disebut sinar X atau sinar Rontgen.
1.2
Rumusan Masalah
Pada makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
1.3
Tujuan
Dengan rumusan masalah yang ada di atas, makalah ini bertujuan untuk:
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.2
Untuk dalam blok diagram tersebut dibagi menjadi beberapa bagian penyusun,
diantaranya yaitu rangkaian Power Supply, Rangkaian Timer, Rangkaian HTT,
Rangkaian X Ray Tube (Tabung sinar X), dan rangkaian pemanas filamen.
a. Saklar
Saklar / Switch ini berfungsi untuk menghubungkan supply listik PLN dengan
pesawat roentgen.
b. Fuse / Sekring
Sekring pada bagian rangkaian power supply ini yaitu untuk pelindung atau
pengaman, apabila ada arus / tegangan yang lebih dari kuota yang masuk, maka
sekring tersebut berfungsu sebagai jembatan pengaman, dia akan putus apabila ada
arus / tegangan yang besar diluar kuota masuk dalam komponen ini.
c. Voltage Convensator
Voltage Convensator berfungsi untuk mengkompensasi nilai tegangan yang
diperlukan pesawat rontgen jika terjadi penurunan atu kenaikan pada supply PLN
Apabila tegangan naik kita harus menambah jumlah lilitan primer dengan memutar
selector voltage compensator, dan jika tegangan turun kita harus mengurangi
jumlah lilitan primer dengan cara memutar selector voltage compensator sehingga
diperoleh perbandingan transformasi antara tegangan dan jumlah lilitan primer
dengan tegangan dan jumlah lilitan sekunder adalah tetap dengan demikian
diperoleh
setiap
lilitan
akan tetap.
Perbandingan
Dimana
E1 = Tegangan di primer
N1 = Jumlah lilitan di primer
E2 = Tegangan di sekunder
N2 = Jumlah lilitan di sekunder
Auto Trafo
Auto trafo merupakan alat untuk memindahkan daya listrik dari satu rangkaian
ke rangkaian lain dengan cara menaikkan atau menurunkan tegangan keseluruh
pesawat rontgen. Autotrafo juga merupakan transformator yang kumparan primer
dan kumparan sekundernya menjadi satu dalam satu core.
tegangan PLN
Blok rangkaian pemanas filament ini terdiri dari beberapa rangkaian, diantaranya yaitu
rangkaian stabilisator tegangan, Space Charge Compensator, arus controller, Stand by
Resistance, filament limiter, trafo filament, dan filament tabung Rontgen
a. Rangkaian Stabilisator Tegangan.
Fungsi dari Stabilisator tegangan ini untuk menstabilkan tegangan pada
rangkaian pemanas filament sehingga pengaruh fluktuasi tegangan PLN tidak
mengakibatkan kerusakan yang signifikan pada filament tabung rontgen. Rangkaian
ini terdiri lagi kumparan primer yang kita sebut N1, kemudian kumparan sekunder
yang terdiri dari N2 dan N3. N2 di paralel dengan C diseri dengan N3. Masukkan /
input disebut Ek1 dan keluaran / output disebut Ek2.
EK 1= EK 2 ( PLN Normal )
Kondidi tersebut terjadi ketika tidak ada penaikan / penurunan tegangan PLN.
Pada N2, tegangan mendahului arus sebesar 90o sedangkan pada C arus akan
mendahului tegangannya rebasar 90o. Sehingga pada tegangan C dan tegangan N2
akan mempunyai besar tegangan yang sama (karena diparallel) tetapi fasenya akan
berlawanan. Perbedaan fasa ini menyebabkan terjadinya peniadaan impedansi antara
R dan C sehingga tegangan pada stabilisator tegangan merupakan tegangan yang
keluar melewati R internal dan bukan R impedansi.
mengalami kenaikan. Pada saat tersebut adalah masa transisi (perubahan), dimana
tegangan pada C masih tetap (tidak mengalami perubahan), sehingga antara tegangan
pada N dan tegangan pada C terjadi beda fase sebesar IXN2 - IXC ( karena Xc lebih
kecil ), sehingga besar keluaran pada N dan C (parallel) = IXN2 - IXC + I.R
(N2 dan N3 tegangannya akan turun). Meskipun tegangan di N2 turun tapi tegangan di
C tidak akan langsung turun, hal ini karena belum terjadi stedy state sehingga antara
teganagn di C dan N2 terjadi selisih fase dimana tegangan di C akan lebih besar dari
tegangan di N2. maka pada E = IXC + IXN2
b. Space Charge Compensator
Selector pada SCC ini dikelompokkan dengan kvp selector mayor dengan
maksud agar pada saat kita memilih besar tegangan, kita juga mengatur/memilih
besarnya nilai R pada SCC. Jika posisi kvp selector mayor pada pemilihan KV
tertinggi maka pada SCC nilai R nya akan pada posisi dengan nilai R tertinggi pula
begitu juga sebaliknya.Hal ini dimaksudkan supaya pada saat KV naik maka SCC
yang terdiri dari VR dan dikelompokan dengan KV selector, maka nilai R pada SCC
juga naik sehingga terjadi voltage drop yang besar pada SCC dan mengakibatkan
tegangan pada pemanas filamen berkurang, jadi walaupun energi yang menarik
elektron lebih kuat tetapi jumlah electron yang ditarik sedikit maka nilai arus tabung
yang terjadi sesuai dengan yang telah ditentukan.. Kemudian pada saat KV turun maka
nilai R space charge compensator yang terdiri dari VR yang telah dikelompokan
dengan KV selector akan turun juga, sehingga terjadi voltage drop yang kecil pada
SCC dan mengakibatkan tegangan pada pemanas filamen bertambah / naik sehingga
awan elektron naik (semakin banyak) sehingga walaupun energi yang menarik
electron kecil tapi electron yang ditarik banyak maka nilai arus tabung yang terjadi
sesuai dengan yang ditentukan.
c. Kontrol Arus (mA Control)
pass ), sehingga tegangan akan melewati kontaktor (bukan R lagi) sehingga tidak ada
voltage drop sehingga pemanasan filament pada tegangan normal.
e. Filament Limiter (mA limiter)
Filamen limiter merupakan alat yang berfungsi untuk membatasi mengalirnya
arus filament, bertujuan agar tegangan pemanas filamen di atas sesuai dengan
kemampuan kapasitas filamen tabung rontgen sehingga pemberian tegangan tersebut
memberi pemanasan yang normal. Pengunaan filament limiter ini akan lebih terasa
terutama pada tabung rontgen yang mengunakan double focus, yaitu focus besar dan
focus kecil yang masing-masing dilengkapi filament limiter sendiri. Untuk yang large
focus nilai tahanan limiternya kecil, sedangkan untuk yang small focus nilai tahanan
limiternya besar yang diatur sekali pada waktu perakitan.
f. Trafo Filament
Trafo filament berfungsi untuk step down filament, biasanya tegangan yang
digunakan adalah tegangan 110 volt menjadi 12 v/18 v tergantung spesifikasi tabung.
g. Filamen Tabung Rontgen
Filamen tabung rontgen ini berfungsi sebagai sumber elektron dan juga sebagai
katoda. Terdiri dari bahan Tungsten yang mempunyai titik lebur yang tinggi 3600 oC
dengan nomor atom 74. Filamen ini berfungsi sebagai sumber elektron dan juga
sebagai katoda. Katoda atau filamentnya itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Katoda Direct
Merupakan katoda langsung yaitu filament yang sekaligus berfungsi sebagai
katoda.
b. Katoda Indirect
Katoda Indirect disebut juga katoda tak langsung yaitu filament hanya
berfungsi sebagai sumber elaktron sedangkan katodanya dipisah (didepan filament),
katodanya bisa terhubung dengan transformator filament atau dengan sumber lain.
Pada katoda juga dipasang Focussing Cup yaitu alat yang menyerupai
mangkok untuk mengfokuskan jalannya electron dari anoda ke katoda.
2.2.3
berfungsi untuk
memberikan beda potensial antara anoda dan katoda dimana anoda harus selalu mendapat
polaritas positif dan katoda harus selalu mendapat polaritas negatif agar elektron-elektron
bebas yang ada disekitar katoda dapat ditarik ke anoda.
2.2.4
Rangkaian tabung rontgen merupakan sebuah tabung diode yaitu tabung vakum yang
terdiri dari dua elektrode, yaitu anode dan katode. Tabung ini juga tempat berlangsungnya
proses terbentuknya sinar x. Ada beberapa jenis dari rangkaian tabung rontgen pada pesawat
rontgen, diantaranya yaitu :
Pesawat dengan 1 unit x ray tube over table untuk pemotretan tunggal disebut
2.2.5
yaitu:
a. Timer Mekanik
Menetukan lamanya penyinaran dengan menarik valve p kearah searah jarum jam,
dalam waktu yang bersamaan jarum penahan PA lepas hingga gigi gergaji W akan ikut
berputar kekanan (searah jarum jam) kontaktor C dari normally open menjadi close.
2. Apabila waktu telah ditetapkan, misalnya sampai 0,3 detik jarum PA mengunci roda
gigi W.
3. Ketika SWE ditekan, maka akan ada arus yang mengalir dari power supply menuju
kontaktor C ke PB SWE kemabli ke relay S, kembali ke power supply.
4. Setelah itu relay akan sesuai dan menarik kontak SW3 hingga rangkaian power
supply dan rangkaian tegangan tinggi terhubung dan menyebabkan expose
(penyinaran) dimulai.
5. Sementara PB ditekan, maka akan menekan jarum valve PA sehingga terlepas dari
penguncian, gigi gergaji mulai berputar kea rah kiri (berlawanan jarum jam). Setelah
waktu 0,3 detik tadi, valve sampai pada posisi nol. Maka valve akan menyentuh
kontaktor C hingga membuka kembali. Dengan membukanya kontaktor C, relay S
energized, kontaktor SW3 membuka kembali, sehingga akan memutuskan hubungan
antara rangakian Power Supply dengan rangakaian transformator tegangan tinggi
hingga proses expose terhenti.
b. Timer Elektronik
2. Setelah kapasitor terisi penuh, maka Thirytron akan mendapat tegangan sehingga akan
mengaktifkan relay S1.
3. Dengan aktifnya Relay S1, maka kontaktor SW3 akan terbuka. Sehingga tidak ada
arus yang mengalir pada primer trafo tegangan tinggi, maka prose penyinaran telah
selesai.
2.3
pasien. Lewat hasil ronsen inilah dokter bisa mengetahui bagaimana kondisi kesehatan paruparu, jantung, bagian dalam perut, dan bagian-bagian dalam tubuh pasien yang lain. Dari foto
ronsen jugalah kita dapat mengetahui keadaan tulang-tulang. Apakah ada yang patah,
bengkok, atau ada ketidak normalan sambungan antar tulang. Tidak seperti foto pada
umumnya, foto rontgen menggunakan sinar X sebagai pemantul cahayanya. Namun, tidak
seperti cahaya lampu yang dapat bersinar terang, sinar ini tidak bisa kita lihat dengan mata
telanjang. Untuk memotret bagian dalam tubuh, seseorang harus berada di antara tempat
penyimpanan film dan tabung yang memancarkan sinar X tersebut.Sinar X ini akan
menembus kulit dan bagian tubuh lain kecuali tulang. Bayangan sinar ini kemudian direkam
pada film. Setelah film tersebut dicuci, bagian yang tidak dapat ditembus sinar X akan
berwarna hitam, sedang bagian yang dapat ditembus oleh sinar X akan berwarna putih. Dari
hasil ronsen itulah, seorang dokter ahli penyakit dalam atau dokter tulang dapat menentukan
pengobatan yang tepat bagi pasiennya.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam hal foto rontgen ini. Kelebihannya
yaitu sebagai alat diagnosis, sebagai alat terapi (linec). dengan rontgen kita dapat mendeteksi
penyakit-penyakit dalam secara mudah. Disamping kelebihan maka foto rontgen ini memiliki
kekurangan, diantaranya yaitu gambar / pencitraan yang dihasilkan kurang bagus, karena
superposisi dengan objek lain, untuk prosedur keselamatan tubuh, sebaiknya tidak berlebihan
dalam penggunaan sinar X pada pemeriksaan rontgen agar tidak terlalu banyak radiasi sinar X
yang masuk ke dalam tubuh.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Suatu alat penting yang mendorong untuk suatu pemeriksaan radiografi sederhana
rangkaian HTT, dan rangkaian Timer. Rangkaian rangkaian tersebut berperan masing
masing sehingga menghasilkan fungsi utama untuk pewawat rontgen konvensional ini.
Adapun beberapa kelebihan dari pesawat rontgen konvensional ini yaitu, Prosesnya
Cepat, mudah, dapat mendeteksi penyakit dalam, serta untuk jangkauan harga yaitu cukup
murah. Sedangkan kekurangannya yaitu gambar / pencitraan yang dihasilkan kurang bagus,
karena superposisi dengan objek lain, untuk prosedur keselamatan tubuh, sebaiknya tidak
berlebihan dalam penggunaan sinar X pada pemeriksaan rontgen agar tidak terlalu banyak
radiasi sinar X yang masuk ke dalam tubuh.
3.2
Saran
Pesawat rongen konvensional kurang baik apabila digunakan secara terus menerus, karena
pengaruh dari sinar X, disarankan untuk diagnosa dalam konteks yang sering yaitu dengan alat
yang telah dikembangkan dari pesawat rontgen konvensional untuk mereduksi efek yang
ditimbulkan.