Você está na página 1de 31

Nurul Amalia Utami (1102014202)

B07, SKENARIO 3 ANAK YANG LAMBAN


BLOK REPRODUKSI & TUMBUH KEMBANG
1. Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental
1.1 Definisi Retardasi Mental
Retardasi mental adalah keadaan defisitnya perkembangan, dimulai pada awal masa
anak-anak yang menyebabkan terbatasnya intelektual atau kognisi secara signifikan dan
buruknya adaptasi sebagai kebutuhan setiap hari. Ketidakmampuan intelektual bukan
merupakan penyakit, tetapi merupakan konsekuensi dari proses patogen
(Sebastian C.S,2015)
American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi retardasi
mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu penurunan fungsi
intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan
dengan gangguan adaptasi sosial
(Sularyo T.S, 2000)
1.2 Etiologi dan faktor risiko Retardasi Mental
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental
1. Non- organic
a. Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
b. Faktor sosiokultural
c. Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
d. Penelantaran anak
2. Organik
Faktor prakonsepsi
a. Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan
neurocutaneos,dll)
b. Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X) sindrom polygenic
familial

Faktor prenatal
a. Ganguan pertumbuhan otak trimester I
Kelainan kromosom (trisomi, mosaik,dll)
Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV (Human
Immunodeficiency Virus)
Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi,dll)
Disfungsi plasenta
Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
b. Ganguan pertumbuhan otak trimester II dan III
Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat, dll)
Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
Toksemia gravidarum
1

Ibu malnutrisi

Faktor perinatal
a. Sangat premature
b. Asfiksia neonatorum
c. Trauma lahir : perdarahan intra kranial
d. Meningitis
e. Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia

Faktor post natal


a. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
b. Neuro toksin, misalnya logam berat
c. CVA (Cerebrovascular accident)
d. Anoksia, misalnya tenggelam
e. Metabolik
Gizi buruk
Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll.
Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher)
Penyakit degeneratif/metabolik lainnya.
f. Infeksi
Meningitis, ensefalitis, dll
Subakut sklerosing, panesefalitis
(Soetjiningsih,1995)

1.3 Epidemiologi Retardasi Mental


Prevalens retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di negara
maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang berkisar 4,6%. Insidens
retardasi mental di negara maju berkisar 3-4 kasus baru per 1000 anak dalam 20 tahun
terakhir. Angka kejadian anak retardasi mental berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup
(Sularyo T.S, 2000)
1.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Retardasi Mental
Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman Penggolonganm Diagnosa Gangguan
Jiwa (PPDGJ/DSM II 1968) adalah:
1) Retardasi mental taraf sangat berat = Idiot (IQ 0-19)
Tidak dapat dilatih dan dididik tidak dapat merawat dirinya sendiri.
Makan harus disuap.
Mandi dan berpakaian harus ditolong
Tidak mengenal bahaya, tak dapat menjaga diri terhadap ancaman fisik.
Pergerakan motorik biasanya terganggu, pergerakan kaku atau spastis.
biasanya didapatkan kelainan kongential misalnya bentuk kepala
abnormal, kelainan fisik pada badan anggota badan seperti badan kecil,
bungkuk; bentuk tangan abnormal jari kelingking bengkok (mongolism).
Perkembangan fisik (duduk, jalan) dan bicara terlambat. Sering tak dapat
diajar berbicara, bicara hanya 1 suku katabsaja (ma,pa).
Mudah terserang penyakit lain, misalnya tbc, infeksi lain.
2

2) Retardasi mental taraf berat = Imbecile berat (IQ 20-35)


Dapat dilatih dan tak dapat dididik.
Dapat dilatih merawat dirinya sendiri; makan, mandi dan berpakaian
sendiri. kadang-kadang masih dapat mengenal bahaya dan menjaga
dirinya.
Pergerakan motorik biasanya masih terganggu, pergerakan kaku dan
spastis.
Biasanya masih didapatkan kelainan kongenital.
Perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat.
Masih mudah terserang penyakit lain.
3) Retardasi mental sedang = Imbecile ringan (IQ 36-51)
Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable & Educable) sampai ke taraf
kelas II - III SD.
Dapat dilatih merawat dirinya sendiri misalnya : makan, mandi dan
berpakaian sendiri.
Mengenal bahaya dan dapat menyelamatkan diri.
Koordinasi motorik biasanya masih sedikit terganggu.
Biasanya masih didapatkan kelainan kongenital.
Dapat dilatih pekerjaan yang sederhana dan rutin misalnya : menyapu,
mencuci piring, membersihkan rumah dsb.
Bisa menghitung 1 - 20, mengetahui macam-macam warna dan membaca
beberapa suku kata.
Perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat.
Sering tersangkut perkara krimini lkarena mudah disugesti dan penilaian
terhadap baik dan buruknya suatu hal masih kurang.
4) Retardasi mental taraf ringan = Debil (IQ 52-67)
Dapat dilatih dan dididik.
Dapat merawat dirinya dan melakukan semua pekerjaan di rumah.
Dalam keadaan cocok dapat mencari nafkah - tetapi tak dapat bersaing
dengan orang lain dan tak dapat mengurus pekerjaannya dengan
bijaksana, sehingga bila ada penghematan tenaga kerja, penderita
diberhentikan lebih dahulu.
Tidak dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga istimewa
atau Sekolah Luar Biasa.
Pada saat menginjak Taman Kanak-kanak belum tampak kekurangannya,
sesudah menginjak Sekolah Dasar tampak kurang kepandaiannya,
sehingga sukar untuk naik kelas (kelas I SD - 3 tahun).
Tak dapat berfikir secara abstrak, hanya hal-hal konkrit yang dapat
dipahami.
Kurang dapat membedakan hal-hal yang penting dan remeh atau hal-hal
yang baik dan buruk, sehingga mudah tersangkut perkara kriminil. Oleh
karena itu perlu pengawasan orang tua dalam melakukan aktivitasnya
Koordinasi motorik tidak mengalami gangguan.
Kelainan kongenital biasanya tidak didapatkan.

Perkembangan fisik biasanya normal tetapi perkembangan bicara


biasanya masih terlambat (biasanya bicara kurang sempurna dan
perbendaharaan kata-kata kurang).

5) Retardasi mental taraf perbatasan = Subnormal (IQ 68-85)


Dapat dididik di sekolah biasa, meskipun tiap kelas dicapai dalam 2
tahun.
Dapat berfikir secara abstrak.
Dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk.
Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :
I.
II.
III.
IV.

Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari
orang yang terkena retardasi mental.
Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang
yang terkena retardasi mental.
Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang
yang terkena retardasi mental.
Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang
yang terkena retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental
ringan tidak dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau
kedua disekolah.
( Depkes, 2009)

Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi Retardasi Mental menjadi:
1. Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat.
Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus da
kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah. Orang tua dar si anak yang
menderiita retardasi mental tipe ini cepat mencari pertolongan karena mereka melihat sendiri
kelainan pada anaknya.
2. Tipe social budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti
pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam.
Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anak-anak yang normal
lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak
tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya
retardasi dari gurunya atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas.
Pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental
ringan.
(Soetjiningsih, 1995)
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini
termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik
kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias
bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak
dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini
kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
4

2. Retardasi mental sedang


Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih
tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD
saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan,
pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih
bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi stress
dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar
saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan
memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena
gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka
ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.
(Soetjiningsih, 1995)
Tingkatan Retardasi Mental
Tingkat

Kisaran IQ

Kemampuan
Usia
Prasekolah
(sejak lahir - 5 thn)
*Bisa
membangun
kemampuan sosial &
komunikasi.
*Koordinasi
otot
sedikit terganggu.
*Sering
tidak
terdiagnosis.

Ringan

52-68

Moderat

36 51

*Bisa
berbicara,
belajar,berkomunikasi.
*Kesadaran
sosial
kurang.
*Koordinasi
otot
cukup.

Berat

20 35

*Bisa
mengucapkan
beberapa kata.
*Mampu menolong diri
sendiri.
*Tidak
memiliki

Kemampuan Usia
Sekolah
(6-20 thn)
*Bisa mempelajari
pelajaran kelas 6
pada akhir usia
belasan tahun
*Bisa dibimbing ke
arah
pergaulan
sosial.
*Bisa dididik.
*Bisa mempelajari
kemampuan sosial
& pekerjaan.
*Bisa
bepergian
sendiri di tempat
yg
dikenalnya
dengan baik.
*Bisa
berbicara/belajar
berkomunikasi
*Bisa mempelajari
kebiasaan
hidup

Kemampuan
Dewasa
(21 thn keatas)
*Bisa kerja &
bersosialisasi,
tetapi
ketika
mengalami stres
memerlukan
bantuan.

*Bisa memenuhi
kebutuhan
sendiri.
*Memerlukan
pengawasan &
bimbingan
ketika stres.
*Bisa merawat
diri
sendiri
dibawah
pengawasan.
5

Sangat
berat

19 / kurang

kemampuan
ekspresif/hanya sedikit.
*Koordinasi otot jelek

sehat yg sederhana.

*Sangat terbelakang
*Koordinasi
ototnya
sedikit sekali.
*Memerlukan
perawatan khusus.

*Memiliki
koordinasi otot
*Tidak
dapat
berjalan/berbicara

*Memiliki
beberapa
koordinasi otot
& berbicara.
*Bisa merawat
diri tapi terbatas.
*Perlu
perawatan
khusus
(Kaplan H, 2008)

1.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding Retardasi Mental


Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas tes intelegensia saja, melainkan
juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari sekolah, pemeriksaan fisis,
laboratorium, pemeriksaan penunjang. Yang perlu dinilai tidak hanya intelegensia saja
melainkan juga adaptasi sosialnya. Dari anamnesis dapat diketahui beberapa faktor risiko
terjadinya retardasi mental.
Pemeriksaan fisis pada anak retardasi mental biasanya lebih sulit dibandingkan pada
anak normal, karena anak retardasi mental kurang kooperatif. Selain pemeriksaan fisis
secara umum (adanya tanda-tanda dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu
dilakukan pemeriksaan neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada anak yang
berumur diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia.
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu menilai adanya kalsifikasi
serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan
laboratorium dilakukan atas indikasi, pemeriksaan ferriklorida dan asam amino urine dapat
dilakukan sebagai screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai
adanya kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental tersebut. Beberapa
pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu seperti pemeriksaan BERA,
CT-Scan, dan MRI.
Kesulitan yang dihadapi adalah kalau penderita masih dibawah umur 2-3 tahun, karena
kebanyakan tes psikologis ditujukan pada anak yang lebih besar. Pada bayi dapat dinilai
perkembangan motorik halus maupun kasar, serta perkembangan bicara dan bahasa.
Biasanya penderita retardasi mental juga mengalami keterlambatan motor dan Bahasa
(Sularyo T S, 2000)
A. ANAMNESIS
Riwayat Keluarga
Pedoman dari American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa evaluasi
anak dengan MR / ID mencakup riwayat keluarga yang luas, dengan perhatian khusus pada
anggota keluarga dengan MR, keterlambatan perkembangan, kerabat, diagnosis psikiatri,
6

malformasi kongenital, keguguran, lahir mati, dan awal kematian anak. Dokter harus
membangun silsilah dari 3 generasi atau lebih
B. PEMERIKSAAN FISIK
Penilaian Perkembangan
The American Academy of Pediatrics merekomendasikan skrining perkembangan untuk
semua anak secara berkala. Metode meliputi beberapa survei orangtua, seperti Evaluasi Orang
Tua 'untuk Status Perkembangan (PEDs), Abad dan Tahapan Kuesioner (ASQ) dan
Perkembangan Anak Persediaan (CDI). Pemeriksaan lainnya memerlukan pengamatan
langsung, seperti Bayley Bayi perkembangan saraf Screener, Battelle Developmental Inventory,
Awal Bahasa Milestone Skala, dan Brigance Screens. Kunci pengamatan perilaku adalah harus
fokus pada niat komunikatif anak, keterampilan sosial, kontak mata, kepatuhan, rentang
perhatian, impulsif, dan gaya bermain.
Untuk diagnosa gangguan perkembangan dan MR / ID, pemeriksaan perkembangan
saraf dan psikologis yang luas diperlukan. Berbagai tes dapat diberikan untuk menilai
pemahaman bahasa, ekspresi bahasa, kemampuan kognitif nonverbal, motorik halus dan
kemampuan adaptif, rentang perhatian, memori, keterampilan motorik kasar, dan perilaku
adaptif. Tes psikologis yang paling umum untuk anak-anak termasuk Bayley Scales of Infant
Development-III, Intelligence Scale Stanford-Binet, Skala Intelijen Wechsler untuk Anak-IV,
Wechsler Preschool dan Skala Primer Intelijen-Revisi, dan Perilaku Timbangan Vineland
Adaptive -II.
Fisik

Lingkar kepala: Pengukuran dari semua parameter pertumbuhan harus mencakup lingkar
kepala. Microcephaly berkorelasi tinggi dengan defisit kognitif. Macrocephaly dapat
menunjukkan hidrosefalus dan berhubungan dengan beberapa kesalahan metabolisme
bawaan dan juga dapat dilihat pada awal beberapa anak kemudian didiagnosis dengan
autisme.
Tinggi badan: Perawakan pendek mungkin menunjukkan kelainan genetik, sindrom
alkohol pada janin, atau hipotiroidisme. Perawakannya tinggi mungkin menunjukkan
sindrom X rapuh (FRAX), sindrom Soto, atau sindrom pertumbuhan berlebih lain yang
terkait dengan MR / ID.
Neurologis: Pemeriksaan ini harus mencakup penilaian pertumbuhan kepala (untuk
mikro / macrocephaly), tonus otot (untuk hipotonia atau kejang-kejang), kekuatan dan
koordinasi, refleks tendon dalam, refleks primitif gigih, ataksia, dan gerakan abnormal
lainnya seperti dystonia atau athetosis .
Sensorik: penglihatan dan pendengaran harus selalu diuji dalam kasus dugaan MR / ID.
Anak-anak penyandang cacat dan MR / ID lebih mungkin dibandingkan anak-anak lain
untuk memiliki gangguan penglihatan (kesalahan bias, strabismus, ambliopia, katarak,
pigmentasi retina abnormal, dan kebutaan kortikal) dan defisit pendengaran, khususnya
di antara orang-orang dengan gangguan parah.
Kulit: Temuan Cutaneous sebagai etiologi mencakup hiperpigmentasi dan
hipopigmentasi makula, seperti caf-au-lait makula (terkait dengan neurofibromatosis
tipe 1), dan bintik-bintik abu-daun (yang berhubungan dengan tuberous sclerosis),
fibromas, dan pola pigmentasi yang tidak beraturan.
7

Ekstremitas: Periksa untuk fitur dismorfik dan disfungsi sistem organ indikasi sindrom.
Meskipun MR / ID dengan beberapa anomali kongenital dan malformasi utama
menyumbang hanya 5-10% dari semua kasus, sebagian besar individu ini mempengaruhi
memiliki 3-4 anomali minor, terutama melibatkan wajah dan angka.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lab
1. Hibridisasi genetik komparatif (CGH) atau "microarray" semakin digunakan dalam evaluasi
MR / ID dan harus dipertimbangkan dalam karya-up dari semua anak dengan MR / ID baik
setelah atau sebagai lini pertama bukannya tinggi berbasis Array resolusi kariotipe dan
pengujian rapuh-X. Hasilnya mungkin setinggi 20%; Namun, tingkat positif palsu yang tinggi
juga dapat mengacaukan interpretasi. Resolusi tinggi kariotipe (pada tingkat 650 band resolusi
minimal) harus diselesaikan pada semua anak dengan MR / ID. Kelainan kromosom (trisomi
21 dan lain-lain) dapat menjelaskan sebanyak 50% dari mereka yang terkena dampak parah
mendalam MR / ID.
2. Pengujian Fragile X (yaitu, analisis DNA dari wilayah FraXpromoter) harus dilakukan pada
semua anak dengan MR / ID. Pada periode pascapubertas, manifestasi klinis dari sindrom
Fragile X cenderung mudah terlihat, sehingga analisis DNA dapat dilakukan dengan lebih
selektivitas pada populasi ini. Seks kromosom aneuploidi terlihat pada sebanyak 5% dari anakanak dengan ringan MR / ID atau anak dengan ketidakmampuan belajar.
3. Pemeriksaan FISH, sebagai berikut :
Prader-Willi/Angelman syndrome
Smith-Magenis syndrome
CATCH 22
Williams syndrome
Wolf-Hirschhorn syndrome
Cri du chat syndrome
Langer-Giedion (trichorhinophalangeal) syndrome
Miller-Dieker syndrome
4. Mengingat hasil yang rendah, laboratorium metabolik tidak secara rutin dilakukan kecuali ada
indikasi klinis metabolik atau skreening metabolik bayi baru lahir belum selesai atau hasilnya
tidak tersedia
Plasma amino acids (aminoacidopathies)
Urinary organic acids (organic acidopathies)
Urinary mucopolysaccharides and oligosaccharides (mucopolysaccharidoses)
Plasma 7-DHC (Smith-Lemli-Opitz syndrome)
Thyroid function tests
Very-long-chain fatty acids (peroxisomal disorders)
Creatine kinase (in the assessment of profound central hypotonia versus myopathy)
Pemeriksaan Pencitraan
1. MRI Otak
Pencitraan otak harus dilakukan dalam setiap anak dengan keterlambatan
perkembangan global atau MR / ID. Hasil akan lebih tinggi dalam pengaturan
pemeriksaan abnormalneurologic (misalnya, mikrosefali, temuan neurologis fokal dan /
atau dysmorphisms wajah).
8

MRI otak lebih dipilih daripada CT memindai karena lebih memiliki resolusi yang
besar dan meningkatkan deteksi kelainan pada perkembangan dan waktu mielinisasi,
demielinisasi, dan materi abu-abu heterotopic.
2. CT scan Kepala
Ini adalah studi pencitraan pilihan untuk kalsifikasi yang dapat diidentifikasi dengan infeksi
TORCH (yaitu, toksoplasmosis, infeksi lain, rubella, CMV, herpes simpleks), ketika tuberous
sclerosis diduga, atau jika craniosynostosis adalah kekhawatiran.
3. Skeletal Films
Ini membantu dengan deskripsi fenotipik, karakterisasi sindrom, dan penilaian pertumbuhan.
Pemeriksaan Lain
I.
Bayley Scales of Infant Development
o Normal untuk usia 2-49 bulan
o Nilai subtest untuk Bahasa ekspresif dan reseptif, motoric kasar, motoric halus,
kemampuan memecahkan masalah/kognitif, dan perhatian yang berkelanjutan
II.
Stanford-Binet Intelligence Scale
o Normal untuk usia 2 tahun- 23 tahun
o Lima belas subyek untuk penilaian dari 4 bidang utama kemampuan kognitif: penalaran
verbal, abstrak / penalaran visual, memori kuantitatif, dan memori jangka pendek
III.
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-Revised (WPPSI-R)
o Normal untuk usia 3tahun 7.25tahun
o 12 subtest untuk pemeriksaan terhadap intelegensi verbal dan nonverbal
IV. Wechsler Intelligence Scale for ChildrenIV (WISC-IV)
o Untuk usia 6tahun-16tahun 11 bulan
o Nilai Intelegensi verbal dan nonverbal dari 12 subtest
V. Vineland Adaptive Behavior Scales-II
o Untuk neonates dewasa
o Pengukuran kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang diperlukan untuk
kecukupan pribadi dan sosial; perilaku adaptif atau fungsional dinilai dengan
mewawancarai pasien atau orang tua / pengasuh
o Kekurangan minimal 2 bidang keterampilan adaptif yang diperlukan untuk memenuhi
kriteria diagnostik MR / ID
(Sebastian C.S,2013)
Diagnosis Banding
1.6 Tatalaksana Retardasi Mental
FARMAKOTERAPI
STIMULAN SSP
1. Methylphenidate hydrochloride (Ritalin, Metadate ER) untuk:
A. Attention Deficit Hyperactivity Disorder
<6 years: Safety and efficacy not established
6 years:
Methylin, Ritalin (immediate-release tablets, chewable tablets, and oral
solution): 5 mg PO q12hr; may increase by 5-10 mg/day weekly; not to
exceed 60 mg/day divided BID/TID
9

Metadate ER, Methylin ER, and Ritalin SR: May be given in place of
immediate-release products once the daily dose is titrated and the titrated 8hour dosage corresponds to SR or ER tablet size; not to exceed 60 mg/day
Metadate CD, Ritalin LA: Initial, 20 mg PO qAM; may increase by 10 mg
(Ritalin LA) or 10-20 mg (Metadate CD) qWeek to not to exceed 60 mg/day
Quillivant XR (6-12 years): 20 mg PO qAM initially; may titrate at weekly
intervals by 10- to 20-mg increments; not to exceed 60 mg/day
Weight-based dosing
Initial: 0.3 mg/kg/dose PO before breakfast and lunch; may increase by 0.1
mg/kg/dose/Week
Maintenance: 0.3-1 mg/kg PO before breakfast and lunch; not to exceed 2
mg/kg/day PO divided q12hr
Concerta (methylphenidate-nave)
Trilayer core tablets; extended-release core with immediate release
Initial: 18 mg PO qDay; dosage may be increased by 18 mg/day at
weekly intervals
Do not exceed 54 mg/day in children (6-12 years) and 72 mg/day in
adolescents (13-17 years)
Concerta (patients taking methylphenidate)
18 mg PO qAM (if switching from methylphenidate 5 mg PO q8-12hr)
36 mg PO qAM (if switching from methylphenidate 10 mg q8-12hr)
54 mg PO qAM (if switching from methylphenidate 15 mg PO q8-12hr)
72 mg PO qAM (if switching from methylphenidate 20 mg PO q8-12hr)
Transdermal patch (Daytrana)
Indicated for adolescents aged 13-17 years
Recommended starting dose for patients new to or converting from
another formulation of methylphenidate is 10 mg
Apply patch on hip 2 hours before desired onset; remove after 9 hours;
alternate application site
Dose titration, final dosage, and wear time should be individualized
according to the needs and response of the patient
Titrate to effect for best results, following are Manufacturer's
recommendations
Week 1: 10 mg (12.5 cm patch); releases 1.1 mg/hr
Week 2: 15 mg (18.75 cm patch); releases 1.6 mg/hr
Week 3: 20 mg (25 cm patch); releases 2.2 mg/hr
Week 4: 30 mg (37.5 cm patch); releases 3.3 mg/hr

B. Narcolepsy
<6 years : Safety & efficacy not established
>6 years
Methylin, Ritalin (immediate-release tablets, chewable tablets, and oral
solution): 5 mg PO q12hr; may increase by 5-10 mg/day weekly; not to
exceed 60 mg/day
Metadate ER, Methylin ER, and Ritalin SR: May be given in place of
immediate-release products once the daily dose is titrated and the titrated
10

8-hour dosage corresponds to SR or ER tablet size; not to exceed 60


mg/day
ES :

Headache
Hypertension
Nausea
Nervousness
Toxic psychosis
Seizures
Tachycardia
Angina
Cardiac arrhythmia
Cerebral occlusion
Increased/decreased pulse
Cerebral arteritis
Cerebral hemorrhage
Raynaud's phenomenom
Vasculitis
Anxiety
Anger
Agitation
Irritability
Vertigo
Fatigue

Erythema multiform
Hyperhidrosis
Rash
Urticaria
Exfoliative dermatitis
Dysmenorrhea
Constipation
Xerostomia
Vomiting
Weight loss
Erectile dysfunction
Muscle tightness
Paresthesia
Blurred vision
Necrotizing vasculitis
Increased cough
Dyspnea
Sinusitis
Upper respiratory tract
infection

KI :
Hypersensitivity
Glaucoma
Riwayat keluarga Tourette's syndrome, motor tics
Marked anxiety, tension, agitation
Within 2 weeks of taking MAOIs: Risk of severe hypertensive reaction
Farkamokinetik :
Cara kerja : belum diketahui, dapat menghalangi pengambilan kembali
Norepinefrin dan dopamine pada neuron presinapsis, dapat menstimulasi
SSP (sama seperti amfetamin), dapat menstimulasi kortex serebral dan
struktur subkortial
Absorpsi :
Bioavailability: ~30%; large individual differences (11-52%)
Duration: 3-6 hr (IR); 3-8 hr (ER, SR); 8-12 hr (CD, LA, Concerta)
Peak plasma time: 6-8 hr (PO); 7.5-10.5 hr; (patch)
Peak plasma concentration: 3.7 ng/mL (PO); 0-114 ng/mL (patch)
Onset Aksi :
Immediate release: ~2hr
Sustained-release tablet: 4-7 hr
11

Extended-release tablet (Concerta): 1-2 hr


Transdermal: ~2 hr; applied heat may expedite onset
Distribusi :
Ikatan protein : 10-33%
VD: d-Methylphenidate (2.65 L/kg); l-methylphenidate (1.80 L/kg)
Metabolism : kebanyakan di metabolism menjadi fenil-2-piperidine asam
asetat (PPAA)
Eliminasi :
Eksresi : urin 90%, kebanyakan dalam bentuk PPAA
T1/2 : d-Methylphenidate 3-4jam, l-Methylphenidate 1-3jam

2. Dextroamphetamine sulfate (Dexedrine) and racemic amphetamine (Adderall)


A. ADHD
<3 years: Not recommended
Age 3-6 years: 2.5 mg/day; may increase by 2.5 mg qWeek; not to exceed 40 mg
qDay or divided q8hr; use intervals of 4-6 hr between additional doses
>6 years: 5 mg PO qDay or q12hr; may increase by 5 mg qWeek; not to exceed 40
mg qDay or divided q8hr; use intervals of 4-6 hr between additional doses
B. Extended release
>6 years: Initial, 5-10 mg PO qAM if needed; may increase by 5-10 mg/day
qWeek; not to exceed 30 mg/day
13-17 years: Initial, 10 mg PO qAM; may increase to 20 mg/day after 1 week if
symptoms not controlled; doses up to 60 mg/day used but no evidence that higher
doses increase effectiveness
C. Narcolepsy
<6 years: Safety and efficacy not established
6-12 years: 5mg/day PO initially in divided doses; may increase by 5 mg/day
qWeek; not to exceed 60 mg qDay or divided doses with intervals of 4-6 hr between
doses
>12 years: 10 mg/day PO initially; may increase by 10 mg/day qWeek; not to
exceed 60 mg given qDay or divided doses with intervals of 4-6 hr between d

ES :
Abdominal pain (11-14%)
Headache (<26%)
Insomnia (12-27%)
Loss of appetite (22-36%)
Weight loss (4-11%)

KI :
Hypersensitivity
Hyperthryroidism
Glaucoma
Hypertension, advanced arteriosclerosis, symptomatic CVD
Symptomatic cardiovascular disease
Moderate-to-severe hypertension
Agitated states, history of drug abuse
MAO inhibitors given within 14 days (risk of severe hypertensive reaction)
12


Farmakokinetik :
Cara kerja : amine simpatomimetik yang menghasilkan pelepasan dopamine
dan norepinefrin dari sisi penyimpanannya pada saraf terminal presinapsis,
dapat juga memblok pengambilan kembali katekolamin dengan
menghambat kompetitif
Absorpsi : baik
Onset aksi : 30-60menit, Durasi : 4-6jam
Vd: 3.5-4.6 L/kg (distributes into CNS; mean CSF concentrations
are 80% of plasma)
Peak plasma time: 3 hr (Adderall); 7 hr (Adderall XR)
Metabolism : Hepatic via glucuronidation and CYP450 mono-oxygenase
Eliminasi :
Half-life elimination (children) :
6-12 years: 9 hr (d-amphetamine); 11 hr (l-amphetamine)
12-18 years: 11 hr (d-amphetamine); 13-14 hr (l-amphetamine)
Half-life elimination (adults)

d-amphetamine: 10 hr
l-amphetamine: 13 hr
Eksresi : urin, bergantung pH urin

OBAT ANTIPSIKOTIK

1. RISPERIDONE (RISPEDAL)
A. Schizophrenia
<13 years: Safety and efficacy not established
>13 years: 0.5 mg/day PO in morning or evening initially; may be increased in
increments of 0.5-1 mg/day at intervals 24 hr to recommended dosage of 3
mg/day; dosage range: 1-6 mg/day (dosages >3 mg/day have not been
provedmore effective and are associated with increased incidence of adverse
effects)
If persistent somnolence occurs, daily dose may be divided q12hr
B. Bipolar Mania
<10 years: Safety and efficacy not established
>10 years: 0.5 mg/day PO in morning or evening initially; may be increased in
increments of 0.5-1 mg/day at intervals 24 hr to recommended dosage of 2.5
mg/day; dosage range: 0.5-6 mg/day (dosages >2.5 mg/day have not been proved
more effective and are associated with increased incidence of adverse effects)
If persistent somnolence occurs, daily dose may be divided q12hr

ES :

Somnolence (40-45%)
Insomnia (26-30%)
Agitation (20-25%)
Anxiety (10-15%)
Headache (10-15%)
Rhinitis (10-15%)

Fatigue (18-31%)
Parkinsonism (28-62%)
Akathisia (5-11%)
Increased appetite (4-44%)
Vomiting (10-20%)
13


KI : hipersensitivitas
Farmakokinetik :
Cara kerja : meredakan gejala negative psychoses dan menurunkan insidensi
EPS
Absorpsi :
bioavaibilitas 70%
peak plasma time : Extensive metabolizers, 3 jam; poor
metabolizers, 17jam
distribusi :
Protein bound: Risperidone, 90%; metabolite, 77%, Vd: 1-2 L/kg
Metabolism :
Di liver oleh CYP2D6
Metabolit : 9-hydroxyrisperidone (paliperidone)
Ekskresi : urin 70%, feses 14%

2. ARIPIPRAZOLE (ABILIFY)
A. Schizophrenia

13-17 years: 2 mg/day PO initially; increased to 5 mg/day after 2 days;


increased to recommended dosage of 10 mg/day after additional 2 days; may
subsequently be increased by 5 mg/day; maintenance: 10-30 mg/day
B. Bipolar Mania

Acute manic or mixed episodes, either as monotherapy or as adjunct to lithium


or valproate.10-17 years: 2 mg/day PO initially; increased to 5 mg/day after 2 days;
increased to recommended dosage of 10 mg/day after additional 2 days; may
subsequently be increased by 5 mg/day; maintenance: 10-30 mg/day

ES :

Berat badan bertambah (8-30%)


Sakit kepala (27%)
Agitation (19%)
Insomnia (18%)
Anxiety (17%)

Nausea dan muntah (11-15%)


Akathisia (10-13%)
Lightheadedness (11%)
Constipation (10-11%)

14

KI : hipersensitifitas
Farmakokinetik :
Cara kerja : antipsikotik atipikal
Absorpsi :
Bioavailability: 87% (tablet); 100% (IM)
Peak plasma time: 1-3 hr (IR); 5-7 hr (ER); 3-5 hr (tablet)
Distribusi :
Protein bound: 99%. Vd: 404 L (4.9 L/kg)
Metabolism :
Metabolized by CYP2D6 and CYP3A4
Metabolites: Dehydroaripiprazole (40%)
Eliminasi :
Half-life: 75 hr (parent drug); 94 hr (metabolite); 30-47 days (IM); 146
hr (poor metabolizers)
Excretion: Feces (55%), urine (25%)
(Zeldin AS, 2014)

1.7 Pencegahan Retardasi Mental


Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau
menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai
dengan retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk (1) pendidikan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum tentang retardasi
mental, (2) usaha terus menerus dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga
dan memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat (3) aturan yang
memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal 4) eradikasi
gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf pusat. Konseling
keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi mental dalam
keluarga dengan riwayat gangguan genetik retardasi mental. (Kaplan, 2008)
Pencegahan primer juga dapat di lakukan dengan perbaikan sosio ekonomi dan
tindakan kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan
persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan di atas 40 tahun
dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak anak )

Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural,
kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan
kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong). Penyakit
metabolik dan endokrin yang menurun seperti Phenil Keton Uria (PKU),
hipertiroidisme bisa diobati secara efektif pada stadium dini.

Pencegahan tersier
Meliputi pendidikan pasien atau latihan khusus, disalurkan ke Sekolah Luar Biasa
(SLB) yang sesuai. Bagi yang gelisah, hiperaktif atau destruktif dapat diberi:
Methylphenidate diberi pagi hari dengan dosis tergantung berat badan dan dimulai
dengan dosis yang rendah sampai mencapai dosis maksimum 20mg/hari (1x per
hari). Bila ada gejala kejang, diberi obat anti kejang. Konseling untuk orang tua.
(Soetjiningsih, 1995)

1
2
3

5
6

Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan
tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena
mempunyai anak dengan retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak
diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan bahwa sampai sekarang belum
ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya ada obat yang dapat
membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.

Konsultasi iasic akan memberikan pengetahuan dan pengertian kepada orang tua
dari anak retardasi mental mengenai penyebab terjadinya retardasi mental.
Vaksinasi MMR secara dramatis telah menurunkan angka kejadian rubella sebagai
salah satu penyebab retardasi mental.
Setiap wanita hamil yang berumur >35 tahun dianjurkan untuk menjalankan
amniosentesis dan pemeriksaan vili korion, karena mereka memiliki risiko
melahirkan bayi yang menderita Sindrom Down. USG juga dapat membantu
menemukan adanya kelainan otak. Untuk mendeteksi Sindrom Down dan spina
bifida juga bias dilakukan pengukuran kadar alfa-protein serum.

Tindakan pencegahan lainnya yang dapat di lakukan untuk mencegah retardasi


mental :
Genetik. Penyaringan prenatal (sebelum lahir) untuk kelainan genetik dan konsultasi
genetik untuk keluarga- keluarga yang memiliki resiko dapat mengurangi angka kejadian
retardasi mental yang penyebabnya adalah factor genetik.
Sosial. Program sosial pemerintah untuk memberantas kemiskinan dan
menyelenggarakan pendidikan yang baik dapat mengurangi angka kejadian retardasi
mental ringan akibat kemiskinan dan status ekonomi yang rendah.
Keracunan. Program lingkungan untuk mengurangi timah hitam dan merkuri serta racun
lainnya akan mengurangi retardasi mental akibat keracunan. Meningkatkan kesadaran
masyarakat akan efek dari pemakaian alkohol dan obat-obatan selama kehamilan dapat
mengurangi angka kejadian retardasi mental.
Infeksi. Pencegahan rubella merupakan contoh yang baik dari program yang berhasil
untuk mencegah salah satu bentuk retardasi mental. Kewaspadaan yang konstan
( misalnya yang berhubungan dengan kucing, toksoplasmosis,dan kehamilan) membantu
mengurangi retardasi mental akibat toksoplasmosis.
Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan
lingkungan yang merangsang pertumbuhan.
Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang
hidup dalam kemiskinan dalam hal ini: perawatan prenatal, pengawasan kesehatan
reguler, pelayanan dukungan keluarga.

1.8 Prognosis Retardasi Mental


Retardasi mental yang diketahuipenyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih
baik. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak
dengan dengan retardasi mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa penyakit
kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang
normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang berat dengan masalah
kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.

(Soetjiningsih,
1995)

2. Memahami dan Menjelaskan Peran Gizi pada Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja
2.1 Periode Tumbuh Kembang Anak dan Remaja

Skala Yaumil-mimi

Perkembangan Mental Anak

(Gerakan-gerakan Kasar&Halus,Emosi,Sosial,Perilaku,Bicara).

Perkembangan anak balita:


Sangat penting sebagai dasar untuk perkembangan selanjutnya yakni
prasekolah, sekolah, akil balig dan remaja
Untuk perkembangan yang baik dibutuhkan:1. Kesehatan & gizi yang baik
dari ibu hamil, bayi dan anak prasekolah2. Stimulasi/ rangsangan yang
cukup dalam kualitas dan kuantitas
Keluarga dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) mempunyai peran yang
penting dalam pembinaan fisik, mental sosial anak balita

Dari lahir sampai 3 bulan:


Belajar mengangkat kepala
Belajar mengikuti objek dengan matanya
Melihat ke muka orang dengan tersenyum
Bereaksi terhadap suara/ bunyi
Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak
Menahan barang yang dipegangnya
Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

Dari 3 bulan sampai 6 bulan:


Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan bertopang
tangan
Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di
luar jangkauannya.
Menahan benda-benda di mulutnya
Berusaha memperluas lapangan pandangan
Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang

Dari 6 bulan sampai 9 bulan:


Dapat duduk tanpa dibantu
Dapat tengkurap dan berbailik sendiri
Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
Memegang benda kecil daengan ibu jari dan jari telunjuk
Bergembira dengan melempar benda-benda
Mengeluarkan kata-kata tanpa arti

Mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang asing/


lain
Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyisembunyian

Dari 9 bulan sampai 12 bulan:


Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
Dapat berjalan dengan dituntun
Menirukan suara
Mengulang bunyi yang didengarnya
Belajar menyatakan satu atau dua kata
Mengerti perintah sederhana atau larangan
Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya, ingin
menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya (memasuki
fase oral sepertinya)
berpartisipasi dalam permainan

Dari 12 bulan sampai 18 bulan:


Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
Menyusun 2 atau 3 kotak
Dapat mengatakan 5-10 kata
Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing

Dari 18 sampai 24 bulan:


Naik turun tangga
Menyusun 6 kotak
Menunjuk mata dan hidungnya
Menyusun dua kata
Belajar makan sendiri
Menggambar garis di kertas atau pasir
Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil/ kencing
Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar
Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka

Dari 2 sampai 3 tahun:


Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
Membuat jembatan dengan 3 kotak
Mampu menyusun kalimat
Mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang
ditujukan kepadanya
Menggambar lingkaran
Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain
di luar keluarganya

Dari 3 sampai 4 tahun:

Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga


Berjalan pada jari kaki
Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
Menggambar garis silang
Mengenal 2 atau 3 warna
Menggambar orang hanya kepala dan badan
Bicara dengan baik
Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya
Banyak bertanya
Bertanya bagaimana anak dilahirkan
Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, dan sisi belakang
Mendengarkan cerita-cerita
Bermain dengan anak lain
Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudranya
Dapat melakasanakan tugas-tugas sederhana

Dari 4 sampai 5 tahun:


Melompat dan menari
Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
Menggambar segi empat dan segi tiga
Pandai bicara
Dapat menghitung jari-jarinya
Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu
Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
Minat kepada kata baru dan artinya
Memprotes bila dilarang apa yang diingininya
Mengenal 4 warna
Memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan kecil
Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa

Pendidikan/ stimulasi yang perlu diberikan:


Akademik sederhana: pengenalan ruang, bentuk, warna, persiapan
berhitung
Pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan masyarakat
Bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan memperkaya
pengalaman
Menyanyi, menggambar
Bahasa: bercakap-cakap, membaca gambar, bercerita, mengucapkan syair
sederhana
Melatih daya ingat dengan antara lain bermain jualan, menyampaikan berita
Menggambar
Membuat permainan dari kertas
Mengenal tugas, larangan-larangan
Aktivitas sehari-hari: makan sendiri, minum sendiri, kontrol buang air besar
(BAB), kontrol buang air kecil (BAK).

Tumbuh Kembang Masa Remaja .


Wanita :
-Tumbuh Rambut halus
-Payudara membesar
-Pinggul membesar
-Kulit dan Rambut berminyak.
-Bokong berkembang lebih besar.
-Pada vagina megeluarkan cairan.
-Menstruasi.
Laki-Laki :
-Tumbuh rambut halus
-Keringat bertambah
-Kulit dan rambut berminyak
-Dada bertambah besar dan bidang.
-Tumbuh jakun.
-Suara bertambah berat.
-Mimpi basah.

(Soetjiningsih,

1995)
2.2 Jenis- Jenis Zat Gizi dan Kebutuhannya pada Anak dan Remaja

Jenis
Nutris
i
Air

Protei
n

Fungsi

Sumber

Pelarut untuk pertukaran seluler


Transportasi nutrien dan produk buangan tubuh
Mengatur suhu tubuh
Menyediakan asam amino untuk pertumbuhan
dan perbaikan jaringan
Menjaga keseimbangan osmotik
Membentuk
hemoglobin,
nukleoprotein,
glikoprotein, lipoprotein, enzim, dan antibodi
Sebagai sumber energi
Membentuk glikogen dan lemak
Membantu pembentukan asam amino

Air, makanan

Susu,
telur,
daging, kacangkacangan, padipadian

Sebagai sumber cadangan energi


Melindungi pembuluh darah, saraf, dan organorgan tubuh
Melindungi tubuh dari perubahan suhu luar
Membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K
Memperlambat proses pengosongan lambung

Susu,
padipadian, buah,
sirup, tepung,
sayuran
Susu, mentega,
telur,
daging,
ikan,
minyak
sayur

Karb
ohidr
at

Lema
k

Jenis
Vita
min

Fungsi

Sumber

Vitam
in A

Penglihatan
Perkembangan dan pemeliharaan jaringan epitel
Diferensiasi sel-sel epitel

Susu,
telur,
buah, sayur, cod
& halibut liver
oil

Vitam
in B
Thia
mine
Ribofl
avin

Niasin

Asam
Panto
thenat
Pirido
ksin

Asam
Folat
Kobal
amin
Vitam
in C

Sebagai
koenzim
dalam
metabolisme
karbohidrat
Konduksi membran dan saraf
Sebagai komponen dalam koenzim FAD dan
FMN
Berperan sebagai kofaktor enzim, seperti NAD
dehidrogenase
Merupakan komponen dari hampir semua zat-zat
pembawa elektron dalam sel hidup
Berperan dalam berbagai proses metabolisme
Sebagai bagian dari koenzim A dan protein
pembawa asil
Sebagai koenzim piridoksal fosfat dan
piridiksamine fosfat
Koenzim dalam mitokondria dan sitosol dalam
metabolisme asam amino, purin, dan nukleat
Kofaktor enzim sintesis DNA dan RNA

Vitam
in D

Padi-padian,
ragi, jeroan
Susu,
telur,
daging, kacangkacangan

Ikan tuna dan


halibut, daging,
sereal gandum
Kuning
telur,
susu, kacangkacangan
Daging, ikan,
tepung kedelai,
ragi
Sayuran hijau,
kacangkacangan, telur,
ikan
Telur, susu

Sebagai antioksidan yang mempengaruhi redoks


potensial tubuh
Integritas epitel melalui kesehatan kolagen
Mekanisme imunitas
Mempercepat absorbsi besi
Sintesis hormon norepinefrin dan reseptor
neurotransmitter asetilkolin
Homeostasis kalsium dalam plasma
Mengatur sintesis protein yang mengatur
transpor Ca
Pembentukan garam Ca di jaringan yang
membutuhkan
Sebagai antioksidan alam paling kuat
Berperan dalam metabolisme selenium

Kacangkacangan,
sayuran hijau,
buah-buahan

Minyak
ikan
laut,
kuning
telur

Minyak
bijibijian,
buah,
sayur, lemak
Sayuran hijau,
sereal,
susu,
telur

Vitam
in E

Vitam
in K

Sintesis protrombin, faktor VII, IX, dan X


Sebagai kofaktor enzim yang mempercepat
reaksi karboksilase pada hati

Jenis
Mine
ral

Fungsi

Sumber

Kalsi
um

Membentuk struktur tulang dan gigi


Membantu proses kontraksi otot dan kerja
jantung

Susu,
sayur
hijau, salmon,
kerang

Klori
da

Membantu koagulasi darah


Membantu keseimbangan asam basa
Membentuk HCl lambung

Garam, daging,
susu, telur

Pengaturan glikemia dan metabolisme insulin

Ragi

Tersebar luas

Merupakan komponen pembentuk molekul


vitamin B12 dan eritropoietin
Penting untuk produksi sel darah merah,
transferin, dan hemoglobin
Membantu penyerapan besi

Fluori
n
Iodiu
m
Besi

Membentuk struktur gigi dan tulang

Merupakan komponen pembentuk hormon T3


dan T4
Membentuk struktur hemoglobin, enzim
oksidatif, sitokrom C, dan katalase

Magn
esium
Mang
an
Molib
denu
m
Fosfo
r

Membentuk struktur tulang dan gigi


Iritabilitas otot dan saraf
Kation intraseluler
Berperan dalam aktivasi enzim
Metabolisme karbohidrat
Komponen enzim santin oksidase
Mobilisasi feritin dalam hati

Hati,
tiram,
daging,
ikan,
butir
padi,
kacang
Air, makanan
laut
Garam,
makanan laut
Hati,
daging,
kuning
telur,
sayuran hijau
Biji-bijian,
kacang, daging,
susu
Sayuran hijau,
biji-bijian
Sayuran

Membantu pembentukan tulang dan gigi


Struktur nukleus dan sitoplasma sel

Berperan dalam kontraksi otot


Hantaran impuls saraf
Keseimbangan cairan dalam tubuh
Kofaktor glutation peroksidase

Susu,
kuning
telur, kacangkacangan
Tersebar luas

Sayuran, daging

Unsur pokok protein seluler


Berperan dalam pembentukan melanin
Berperan dalam menjaga tekanan osmotik
Menjaga keseimbangan asam basa
Unsur pokok enzim

Makanan
berprotein
Garam,
susu,
telur
Daging, susu,
kacang

Khro
mium
Kobal
t
Temb
aga

Kaliu
m

Seleni
um
Sulfur

Natri
um
Seng

Masa remaja menurut WHO adalah antara 10 24 tahun, sedangkan


menurut Monks (1992) masa remaja berlangsung pada umur 12-21 tahun dengan
pembagian masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
dan masa remaja akhir (18-21 tahun).

Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi


remaja adalah aktivitas fisik. Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga
memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif.

Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda
perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap
hari.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi


1. Penyebab Langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya
gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit.
Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat
menderita gizi kurang.
2. Penyebab tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan
dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan
yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan
kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar


Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Jika
dilihat dari tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit,
lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya sensitif, cepat berubah, mudah
turun naik dan menggambarkan keadaan sekarang.
b. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada.
Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukuranya tetap atau naik,
dapat menggambarkan riwayat masa lalu.

Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status
gizi anak adalah indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan
Menurut Umur (TB/U), Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan
gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat
sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya karena penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan atau menurunya makanan yang dikonsumsi maka berat
badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil. Berdasarkan sifat-sifat
ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan sebagai salah satu
indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks BB/U
lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current nutritional
status).
Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan
kekurangan yang perlu mendapat perhatian.
Kelebihan indeks BB/U yaitu :
1. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.

2. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.


3. Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).
Kelemahan dari indek BB/U adalah :
1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat udema.
2. Memerlukan data umur yang akurat.
3. Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan anak
pada saat penimbangan.
4. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya
karena seperti barang dagangan

2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)


Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan
skeletal. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada
saat yang cukup lama.
Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu :
1) Tidak dapat memberi gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.
2) Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak
mengalami keadaan takut dan tegang

3. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)


Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan
gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Komposisi tubuh mencakup
komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass)
(Riyadi, 2004).
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri
dan menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.

Rumus IMT :

IMT = BB (kg) : (TB (m) x TB (m))

(Soekirman, 2000)

Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri


Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan
ukuran baku (reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007
diperkenalkan oleh WHO sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di
dunia.

Indeks BB/U
Indeks TB/U
Indeks IMT/U
a. Normal : -2
a. Normal : -2 SD
a. Sangat gemuk : >
SD s/d 2 SD
s/d 2 SD
3 SD
b. Kurang : -3
b. Pendek : -3 SD
b. Gemuk : > 2 SD
SD s/d < -2 SD
s/d < -2 SD
s/d 3 SD

c. Sangat Kurang :
< -3 SD

c. Sangat pendek : <


-3 SD

AKG Remaja
Urai
Perempuan

1
an
13
6

1
9
th

Ener
gi
(kcal
)
Prot
ein
(g)
Kals
ium
(mg)
Besi
(mg)
Vit.
A
(RE)
Vit.
E
(mg)
Vit
B1
(mg)
Vit
C
(mg)
Fola

c. Normal : -2 SD
s/d 2 SD
d. Kurus : -3 SD
s/d < -2 SD
e. Sangat kurus : <
-3 SD

2
0

Laki laki

1
13
6

4
5

1
9

2
0
0
0
5
1

t
h
2
2
0
0
4
8

t
h
2
5
0
0
6
6

6
0
0
2
5
5
0
0
8

6
0
0
2
6
5
0
0
8

70

1,0

1,
0

1,0

60

6
0

1
,
0
6
0

21

62

70

19

50

24

64

20

28

55

6
0
0
2
3
7
0
0
1
0

50

1,2

60

1
,
0
6
0

17

60

10

13

70

10

60

t
(mg)

13

5
0

5
0

12

6
5

17

(Karpan H, 2008)

3. Memahami dan Menjelaskan Tanggung jawab dan Kewajiban Orangtua pada


Anak dalam Pandangan Islam

Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah sebuah wujud aktualitas hakhak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua
1 Anak mempunyai hak untuk hidup

Allah berfirman:

Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan
memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka. ( QS. Al-Anam: 151)

Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar
anak tetap bisa hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga
memberi jaminan kepada kita bahwa Allah pasti akan memberikan rizqi baik kepada
orang tua maupun sang anak, asalkan tentu saja berusaha.

2 Menyusui

Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana
firman Allah yang artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah:
233)

Allah berfirman, yang artinya:

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang
tuanya. lbunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkanya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.
(QS
Al
Ahqaf
15).

Al Allamah Siddiq Hasan Khan berkata,

Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. Maksudnya,


adalah jumlah waktu selama itu dihitung dari mulai hamil sampai disapih.

Allah taala berfirman; Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat


baik) kepada kedua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah tambah, dan menyapihnya dalamdua tahundst .
( QS: 31; 14 ).

Memberi Nama yang Baik

Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, Sesungguhnya kewajiban orang
tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik
ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-Quran dan ketiga, mengawinkan ketika
menginjak dewasa. Rasulullah saw diketahui telah memberi perhatian yang sangat
besar terhadap masalah nama. Kapan saja beliau menjumpai nama yang tidak
menarik (patut) dan tak berarti, beliau mengubahnya dan memilih beberapa nama

yang pantas. Beliau mengubah macam-macam nama laki-laki dan perempuan.


Seperti dalam hadits yang disampaikan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw biasa
merubah nama-nama yang tidak baik. (HR. Tirmidzi).

Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw


bersabda, Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan
nama-nama kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian. (HR.Abu Dawud)

Pemberian nama yang baik bagi anak adalah awal dari sebuah upaya
pendidikan terhadap anak anak. Ada yang mengatakan; apa arti sebuah nama.
Ungkapan ini tidak selamanya benar. Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang
anak adalah sebuah doa. Dengan memberi nama yang baik, diharapkan anak kita
berperilaku baik sesuai dengan namanya. Adapun setelah kita berusaha memberi
nama yang baik, dan telah mendidiknya dengan baik pula, namun anak kita tetap
tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka kita kembalikan kepada Allah s.w.t.

4 Mengaqiqahkan Anak

Menurut keterangan A. Hasaan aqiqah adalah; menyembelih kambing


untuk (bayi) yang baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda; Tiap tiap seorang anak tergadai dengan aqiqahnya.
Disembelih (aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi
nama dia. (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh
At Tirmidzy, hadits dari Samurah ).

5 Mendidik anak

Pada suatu kesempatan, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab kehadiran


seorang tamu lelaki yang mengadukan kenakalan anaknya, Anakku ini sangat
bandel. tuturnya kesal. Amirul Mukminin berkata, Hai Fulan, apakah kamu tidak
takut kepada Allah karena berani melawan ayahmu dan tidak memenuhi hak
ayahmu? Anak yang pintar ini menyela. Hai Amirul Mukminin, apakah orang tua
tidak punya kewajiban memenuhi hak anak?

Umar ra menjawab, Ada tiga, yakni: pertama, memilihkan ibu yang baik,
jangan sampai kelak terhina akibat ibunya. Kedua, memilihkan nama yang baik.
Ketiga, mendidik mereka dengan al-Quran.

Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah.
Dia senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak
Muhammad dan para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar)
kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban
dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu.

6 Memberi rizqi yang thayyib

Rasulullah s.a.w. bersabda;

Dari Abu Rafi r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w. Kewajiban
orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang
dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik. HR Al
Hakim/Depag;51.

Mendidik anak tentang agama

Rasulullah s.a.w. bersabda;

Tiap bayi dilahirkan dalam kadaan suci ( fithrah Islamy ) . Ayah dan
Ibunyalah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nashrany, atau Majusyi. HR
Bukhary.;1100;243/15.
Mendidik anak pada umunya baik laki laki maupun perempuan adalah kewajiban bagi
kedua orang tuanya.

Rasulullah s.a.w. bersabda;

Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik
maka mereka akan menyebabkannya masuk sorga. ( HR Al Bukhary )/ 1100; 244/20.

8 Mendidik anak untuk sholat

9 Menyediakan tempat tidur terpisah antara laki laki dan perempuan

Islam mengejarkan hijab sejak dini. Meskipun terhadap sesama Muhrim ,


Bila telah berusia tujuh tahun tempat tidur mereka harus dipisahkan.

Rasulullah s.a.w. bersabda;

Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan
jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka ( putra
putri
).
Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah anak
berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau
mengerjakan sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan
pukulan yang membekas atau menyakitkan

10 Mendidik anak tentang adab yang baik

Banyak anak terpelajar, namun sedikit anak yang terdidik. Banyak orang
pandai, namun sedikit orang yang taqwa.

Islam mengutamakan pendidikan mental. Taqwa itu ada disini, kata


Rasulullah seraya menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber
yang menentukan baik buruknya perilaku seseorang. Nabi tidak menunjukkan kearah
kepalanya, tapi kerah dadanya.

11 Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik

Berkata shahabat Aly r.a.;

Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman yang


berbeda dengan zamanmu. (Depag;19).

12 Memberi pengajaran Al Quran

Rasulullah s.a.w. bersabda;Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang


belajar Al Qur aan dan mengajarkannya.

Pengetahuan tentang Al Quraan harus lebih diutaman dari Ilmu ilmu yang
lainnya. Nabi s.a.w. bersabda; Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar
tambahan. Adapun yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Qur aan)
yang muhkamat, ilmu tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR
Ibnu Majah ).

13 Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis

Rasulullah s.a.w. bersabda;

Dari Abu Rafi r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w. Kewajiban
orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang
dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik. HR Al
Hakim/Depag;51.

14 Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan

Rasulullah s.a.w. bersabda;

Jagalah kebersihan* dengan segala usaha yang mampu kamu lakukan.


Sesungguhnya Allah Taala menegakkan Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak
akan masuk sorga kecuali orang yang memelihara kebersihan. ( HR At
Thabarany )/Depag; 57.

15 Memberikan pengajaran ketrampilan.

Islam memberantas pengangguran. Salah satu penyebab adanya panganguran


adalah apabila seseorang tidak mempunyai ketrapilan tertentu. Bila dia punya
ketrampilan tertentu, paling tidak bisa melakukan sesuatu yang berguna buat dirinya
ataupun
orang
lain.
Rasulullah s.a.w. bersabda; Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya
sendiri.
Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan;

Mengapa tidak kau ajarkan padanya ( anak itu ) menenun sebagaimana dia
telah diajarkan tulis baca? ( HR An- Nasai ) /Depag; 52.

Kerajinan tangan apapun selama bermanfaat dan tidak dilarang Agama adalah
suatu hal yang maruf.

16 Memberikan kepada anak tempat yang yang baik dalam hati orang tua

Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, doakan dia
selalu, agar menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, shobarlah
menghadapi perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan,
jangan mudah membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan
ikhlas pada hati anda, belailah dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun.

Satukan hati kita dengan anak anak. Semoga Allah menjadikan mereka
waladun shoolihun yaduu lahu. Itulah harapan orang tua yang baik.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:

Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; Ya Rasulullah, apakah hak
anakku ini? Nabi s.a.w. menjawab; Kau memberinya nama yang baik, memberi adab
yang baik dan memberinya kedudukan yang baik ( dalam hatimu ) .

( HR At Tuusy )./1100;243/16.

17 Memberi kasih sayang

Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya
materi baik berupa pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih

dari pada itu adalah adanya perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua
orang tua.

Rasulullah s.a.w. bersabda;

Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih muda dan
( bukan dari golongan kami ) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.

( HR At Tirmidzy ). Depag; 42

18 Menikahkannya

Bila sang buah hati telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah.
Jangan biarkan mereka terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Doakan dan
dorong mereka untuk hidup berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja.
Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat
kelurga, Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang
dilakukannya, sebagaimana firman-Nya, Kawinkanlah anak-anak kamu (yang
belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu
yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak
mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerahNya. (QS. An-Nur:32)

19 Mengarahkan anak

Orang tua wajib mengarahkan anak-anak, serta menekankan mereka untuk


memilih kawan, teman duduk maupun teman dekat yang baik. Hendaknya orang tua
menjelaskan kepada anak tentang manfaat di dunia dan di akhirat apabila duduk dan
bergaul dengan orang-orang shalih, dan bahaya duduk dengan orang-orang yang suka
melakukan kejelekan ataupun teman yang jelek. (Fiqh Tarbiyatil Abna`, hal. 154)

Bila suatu ketika orang tua mendapati anaknya berbuat kejelekan dan
kerusakan, tidak mengapa orang tua berusaha mencari tahu tentang keadaan anaknya.
Walaupun dengan hal itu mereka terpaksa melakukan salah satu bentuk perbuatan
tajassus (mata-mata). Ini tentu saja dengan tujuan mencegah kejelekan dan kerusakan
yang terjadi, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai kerusakan. (Fiqh Tarbiyatil
Abna`, hal. 156)

DAFTAR PUSTAKA
Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta.
Karisma.
Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta. Gramedia.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani Group.
Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (2011). Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi 6.
Jakarta : EGC
Sularyo TS, Kadim M. Topik Khusus: Retardasi Mental. Sari Pediatri, Vol. 2, No.
3, Desember 2000


Sebastian,
C.S.
(22
Okt
2013).
Pediatric
http://emedicine.medscape.com/article/289117-overview

Mental

Retardation.

Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Departemen Pendidikan


Nasional.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.
Zeldin,
A.S.
et
al.
(3
Feb
2014).
Intellectual
http://emedicine.medscape.com/article/1180709-overview

Disability.

Você também pode gostar