Você está na página 1de 15

ANALISA TEKNIKAL

ANALISA TEKNIKAL

Pattern Recognation

#Reversal Pattern:

Reversal Pattern - Head and Shoulder

Pola Head and Shoulder dikenal sebagai Major Reversal Pattern yang artinya
adalah pola pembalikan tren atau perubahan arah pasar. Pola ini dibentuk oleh
puncak (shoulder), diikuti oleh puncak yang lebih tinggi (head), dan kemudian puncak
lain yang lebih rendah (shoulder). Sebuah leher (neckline) ditarik dengan
menghubungkan titik-titik terendah dari dua palung (trough) antara shoulder dan
Head. Garis neckline tersebut bisa mendatar, miring keatas atau miring kebawah.
Pada trend naik, biasanya neckline miring keatas memberikan efek pembalikan yang
lebih signifikan dari pada miring kebawah.
Inverse Head and Shoulders pada dasarnya adalah kebalikan dari pola head &
shoulders, di mana satu palung (trough), diikuti oleh palung lebih rendah (lower
trough) lalu palung yang lebih tinggi (higher trough) kemudian menembus level
resistance yang dibentuk oleh kedua puncak dari pola tersebut.

Contoh HnS pada saham BUMI :

Contoh Inverse HnS pada saham AALI:

Dibawah ini contoh Head and Shoulder pada grafik Dow Jones terakhir dimana
pada neckline kanan terdapat double bottom dan di shoulder kanan ada double top :

Gambaran Dow terkhir terlihat mulai menjalani gerak rebound setelah


menyempurnakan sayap kanan dengan low disekitaran 11.000. Dengan menggunakan
fibonacci dan paralel garis neckline di HIGH tgl 9/8/2010 diperkirakan Dow masih
berpotensi melanjutkan penguatannya menuju 61.8% fibo di level sekitar 11.890an.
CMIIW

Reversal Pattern - Rounding or saucer tops/bottoms

Rounding top dan rounding bottom adalah pola pembalikan dengan periode yang
relatif lama dibanding dengan pola reversal yang lain. Pola rounding top memiliki
bentuk seperti payung (umbrella canopy) dan pergerakan flat seperti bergigi
(scalloped) menunjukkan konsolidasi yang lama sebelum pada akhirnya terjadi
reversal dari trend bullish menjadi bearish. Pola rounding bottom atau ada yang
menyebutnya saucer bottom memiliki kecendrungan mengalami reversal dari bearish
menjadi bullish setelah melakukan pergerakan konsolidatif yang lama. Pola ini juga
dapat diperhitungkan sebagai Pola head and shoulders namun tanpa mengidentifikasi
pundaknya secara jelas dimana posisi kepala adalah harga tengah dari pola
pergerakan ini.

Contoh saucer pada CMNP :

Reversal Pattern - Double and triple tops/bottoms

Double and triple top/bottom adalah beberapa pola pembalikan arah harga yang
sangat sering dijumpai pada pergerakan harga pasar. Bentuk M atau W bisa dijumpai
mulai grafik dengan periode menitan sampai periode mingguan. Pola ini terlihat
sering muncul dan menjadi bukti positif bahwa pergerakan harga tidak benar-benar
random dan merefleksikan sentimen dari pelaku pasar ataupun trader. Pola jenis ini
menggambarkan adanya percobaan kembali dari titik-titik tertentu yang bersifat
sementara.

Double/triple top biasa terjadi pada akhir suatu uptrend. Muncul sebagai 2 atau 3
puncak berturut-turut pada harga yang hampir sama. Dimana 2 atau 3 titik puncak
tersebut merupakan titik resistance kuat yang dipisahkan oleh suatu lembah (valley)
dimana harga terendah antara 2 atau 3 puncak tersebut merupakan titik support yang
merupakan breakout point (neckline). Kondisi Double Top menunjukkan konfirmasi
bearish jika harga melewati titik terendah yang dibentuk oleh valley diantara 2 atau 3
top (saya menyebutnya neckline). Estimasi target penurunannya bisa ditentukan
dengan persamaan X=Y (seperti pada ilustrasi diatas), dimana X adalah selisih antara
level top dengan neckline.

Double/triple bottom biasa terjadi pada akhir suatu downtrend. Polanya identik
dengan pola Double/triple Top, dalam hal ini terbalik. Pola Double/triple bottom
terbentuk oleh 2 atau 3 titik terendah yang merupakan support kuat suatu harga yang
dipisahkan oleh gunung (peak) yang merupakan titik resistance yang menjadi
breakout point. Kondisi Double Bottom menunjukkan konfirmasi bullish jika harga
melewati titik tertinggi yang dibentuk oleh peak diantara 2 atau 3 bottom (saya
menyebutnya neckline). Estimasi target kenaikkannya bisa ditentukan dengan
persamaan X=Y (seperti pada ilustrasi diatas), dimana X adalah selisih antara level
bottom dengan neckline.

Reversal Pattern - Rising Wedge & Falling Wedge

Rising wedges
Raising wedge atau ada juga yang menyebutnya Ascending Wedge merupakan
salah satu pola reversal. Pola ini menyerupai irisan (wedge) berbentuk segitiga yang
bergerak menyempit keatas dari sebuah trend naik dengan idealnya terdapat 3 titik
pantul tiap sisi segitiga tersebut. Pola Rising Wedges memiliki kecenderungan
mencoba break sisi bawah segitiga, ketika tembus maka menunjukkan konfirmasi
berubahnya pola menjadi
downtrend.

Falling wedges

Seperti halnya rising wedge, pola falling wedge menyerupai irisan (wedge)
berbentuk segitiga yang bergerak menyempit kebawah dari sebuah trend penurunan
dengan idealnya terdapat 3 titik pantul tiap sisi segitiga tersebut. Ada yang
menyebutnya Declining Wedge. Pola ini memiliki kecenderungan mencoba break sisi
atas segitiga, ketika tembus maka menunjukkan konfirmasi berubahnya pola menjadi
uptrend.

#Continuation Pattern - Triangle dan Flag

Fibonacci

Dibursa angka Fibo yg banyak dipakai, misalnya untuk menentukan


KECENDRUNGAN berapa persen besar suatu koreksi. Angka Fibo Retracement:
23.6%, 38.2%, 50%, 61.8%, 100%.

Angka Fibo 50% banyak digunakan oleh Investor, mereka menganggap kalau
saham sudah jatuh 50% sudah mulai aman untuk koleksi.
Angka Fibo 38.2% dan 61.8% kurang lebih sama dengan 1/3 dan 2/3.

Suatu koreksi saham cenderung terkoreksi sebesar 1/3, 1/2 atau 2/3 dari besarnya
kenaikan.

Angka Fibo 23% atau 1/4 menunjukan kecendrungan bahwa saham tersebut kuat
karena koreksinya kecil yaitu cuman 1/4.
Angka-angka ini tidak menunjukan koreksi akan jatuh pada angka ini, tapi
menunjukan KECENDRUNGAN. Jadi kalo saham koreksi lebih dari 1/4 maka dia akan
cenderung jatuh pada 1/3, tapi kalo 1/3 juga jebol maka kecendrungannya akan
koreksi 1/2, tapi kalo masih jebol juga maka kecendrungannya akan koreksi 2/3nya.
Jadi Angka Fibo Retracement bisa dipakai sebagai angka LEVEL SUPPORT yg
besifat ALAMIAH karena angka ini berhubungan dengan sifat alamiah dari suatu
koreksi.
Jika suatu saham koreksi pada angka 1/2, ini tidak berarti dia akan persis koreksi
pada angka tsb, dia akan koreksi DEKAT dengan angka 1/2 tapi rata2nya adalah 1/2.

Misalnya gambaran pada grafik BBCA dibawah ini :

Gerak korektif dari high 8.850 ke low 7.250 terlihat mengalami retracement/gerak naik
ke level 8.250 yang merupakan level Fibonacci 61.8% yang berikutnya diikuti oleh
koreksi kembali. Setelah sampai di fibo 61.8% kecenderungan penguatan lanjutan
mulai melemah. Penggunaan Fibonacci sebaiknya digabung dengan tools analisis
teknikal lainnya seperti MA, Bollinger band, volume analysis, candlestick analysis, dll.
Berikutnya kita lihat koreksi BBCA yang terjadi setelah itu tampak tertahan di fibo
50% :

Dengan penarikan Fibonacci dari low 7.250 ke high 8.250 kita mendapatkan beberapa
estimasi support Fibonacci, 50% dan 61.8%. Support-support Fibonacci tersebut
diharapkan bisa menjadi floor/titik pantul bagi penguatan kembali BBCA.

Contoh pada grafik IDX :

Setelah tertahan di support 61.8% fibo, harapannya IDX dapat retrace dulu dalam 2
atau 3 hari berikutnya dengan target sentuh di estimasi resisten Fibonacci.
Fibonacci bisa digunakan pada kelas grafik daily, weekly maupun monthly. Place
Fibonacci dilakukan dengan cara menarik garis mengikuti trend guna mendapatkan
estimasi level-level support/resisten. Apabila trend sekarang lagi Uptrend, maka cara
patokan penarikan garisnya adalah tempatkan pada titik terendah dari start dia naik,
dan drag sampai titik tertingginya (dengan asumsi bahwa trend naik tersebut mulai
menunjukkan gerak konsolidatif), sehingga kita bisa mendapatkan estimasi supportsuport fibonaccinya sebelum pada akhirnya kembali melanjutkan trend naik.

Ilustrasi uptrend ini terlihat bahwa dalam trend naik biasanya akan terjadi gelombang
(wave) 0-5. Misalnya trend up dari 0 ke 1, lalu turun dari 1 ke 2. Gelombang 1-2 itulah
yang kita cari tahu diberapa persen koreksinya, apakah 38.2%, 50% ataukah 61.8%
dengan cara place fibonacci dari 0 dan di drag ke puncak 1, maka didapatkan
persentase fibonaccinya. Begitu juga dengan gelombang 2 ke 3, maka untuk
mendapatkan titik 4 nya bisa ditarik dari 2 dan drag ke puncak 3.

Contoh misalnya pada trend naik BUMI dibawah ini, untuk mengetahui dimana titik
pantul 4 selain dengan asumsi support UPTRENDLINE (garis kuning), juga bisa
dilakukan dengan place Fibonacci dari low 2 ke high 3. Kecuali jika gerak korektif
BUMI ternyata break dibawah uptrendline tersebut maka cara penarikan fibonaccinya
dari low 0 sampai high 3.

Sebaliknya jika trend lagi turun, maka cara patokan penarikan garisnya adalah
tempatkan pada titik tertinggi dari start dia turun dan drag sampai titik terendah
(dengan asumsi bahwa trend naik tersebut mulai menunjukkan gerak konsolidatif),
sehingga kita bisa mendapatkan estimasi resisten-resisten fibonaccinya.

Contoh misalnya pada grafik BUMI diatas. Penurunan BUMI dari awal Januari 2010
sampai akhir Februari 2010. Terlihat tren penurunan berpotensi rebound dengan
diawali oleh pola double bottom dan berikutnya disusul oleh breakout
DOWNTRENDLINE (tembus diatas garis kuning). Strategi bisa BUY ketika breakout
trendline itu dan ekspektasi target price kita bisa estimasi dengan resistensi levellevel persentase Fibonacci.

Sebelumnya dengan bantuan gap analysis kita mendapatkan level resisten di 2.5752.600, dan dengan place Fibonacci dari high 3000 dan low 2.150 menunjukkan bahwa
asumsi resisten tutup gap tersebut berada disekitar level 50% fibonya. Level resisten
inilah yang lebih memiliki kecenderungan lebih kuat menahan laju kenaikkan dan bisa
dijadikan level objective. Pada grafik BUMI diatas terlihat ketika harga menyentuh
2.600, kebetulan candlestick hari itu ditutup dengan pola DOJI yang menunjukkan
sinyal reversal. Pola DOJI ini juga yang memberikan guide tambahan bahwa harga
akan tertahan di resist 50% fibo.

Oscillator

Relative Strength Index (RSI)

Indikator-indikator momentum menerapkan formula yang bervariasi untuk mengukur


perubahan harga. RSI (Relative Strength Index) membandingkan rata-rata perubahan
harga periode terkini dengan rata-rata perubahan periode penurunan. Jika RSI
bergerak pada kisaran level 50 maka saham dalam kondisi netral atau flat. Untuk RSI
di bawah 20 biasanyasaham dalam kondisi jenuh jual (oversold) sedangkan di atas 80
menandakan kondisi jenuh beli (overbought).

Jika suatu saham berada dalam kondisi jenuh beli (overbought) dan berbalik turun di
bawah batas atas, maka merupakan sinyal jual. Sebaliknya jika suatu saham berada
dalam kondisi jenuh jual (oversold) dan berbalik di atas batas bawah, maka
merupakan sinyal beli.

Contoh : UNVR

Stochastic

Pemikiran yang melatar belakangi indikator ini adalah kecenderungan harga untuk
mendekati harga tertinggi yang pernah dicapai sebelumnya pada saat nilai pasar naik
(bullish) dan mendekati nilai terendah yang pernah dicapai sebelumnya pada saat
nilai pasar menurun (bearish). Sinyal transaksi dapat ditentukan saat oscilator
stochastic memotong garis pergerakan rata-rata (moving average).

Dua indikator osilator stochastic biasanya digunakan untuk menghitung variasi


pergerakan harga kedepan, yaitu suatu stochastic cepat (%K) dan sochastic lambat
(%D). Perbandingan dari statistik ini merupakan suatu indikator kecepatan yang
bagus guna menentukan pada harga berapakah perubahan akan terjadi. Stochastic
cepat atau %K adalah sama dengan Williams %R, dengan menggunakan skala 0
hingga 100 dan bukannya -100 ke 0, tetapi terminologi keduanya tetap berbeda.

Pada awalnya merupakan alat analisa yang dikembangkan oleh George C. Lane pada
akhir 1950-an. Stochastic Oscillator merupakan sebuah indikator momentum yang
menunjukkan posisi closing saat ini (current) secara relatif terhadap range transaksi
dalam periode tertentu.

Closing level yang konsisten berada pada kondisi puncak (peak) merupakan indikasi
terjadinya akumulasi (buying pressure). Sebaliknya, closing yang konsisten berada
pada bottom, mengindikasikan terjadinya distribusi.

Oscillator dapat tetap berada pada level ekstrem (overbought atau oversold) untuk
satu periode yang panjang, namun biasanya tidak dapat bertahan terus-menerus
tanpa henti.

Terdapat banyak jenis oscillator yang berbeda dan beberapa di antaranya termasuk
dalam lebih dari satu kategori. Jenis oscillator dibagi dalam dua tipe: oscillator
terpusat yang berfluktuasi di atas dan di bawah titik atau garis pusat, dan oscillator
terbalut yang berfluktuasi di antara area ekstrem jenuh beli dan jenuh jual.

Secara umum, oscillator terpusat paling baik digunakan untuk menganalisa arah
momentum harga, sedangkan oscillator terbalut paling baik digunakan untuk

mengidentifikasi level jenuh beli dan jenuh jual. Sedangkan MACD adalah satu contoh
dari oscillator terpusat yang berfluktuasi di atas dan di bawah nol. Relative Strength
Index (RSI) dan Stochastic Oscillator (SO) adalah dua contoh oscillator terbalut yang
paling populer.

Rule dalam indikator stochastic ini yakni :

BUY Jika kondisi sudah Oversold (jenuh jual)


SELL Jika kondisi sudah Overbought (jenuh beli)

Contoh : ASII

Bollinger Bands

Bollinger Bands diciptakan oleh John Bollinger pada awal 1980 an untuk membantu
membandingkan volatilitas dan harga relatif dalam satu periode analisis. Bollinger
bands terdiri atas tiga garis yang membentuk semacam pembatas (band) terhadap
pergerakan harga. Banyak juga yang menggunakan tool ini untuk menentukan
support dan resistance.

Garis tengah (middle band): Adalah MA (Simple Moving Average) dengan periode
waktu tertentu, biasanya 20 hari.
Garis bawah (lower band) menjadi support: middle band - 2 standar deviasi.
Garis atas (upper band) menjadi resistance: middle band + 2 standar deviasi.

Bolinger bands ini cukup bagus dalam memberi guide posisi support dan resistance,
misalnya harga bergerak naik menembus upper band atau turun menembus lower

band, maka selanjutnya harga akan cenderung balik kembali mendekati middle band
(contoh grafik dibawah). Namun kondisi ini biasanya saat trend sideways yang
ditunjukkan dengan upper dan lower band cenderung flat. Ketika pasar dalam kondisi
sepi, bands terlihat flat dan cenderung menyempit; ketika pasar dalam kondisi ramai,
bands melebar.

Karakter umum yang berlaku pada Bollinger Bands, yaitu :

Bollinger Bands adalah indikator awal dan sebaiknya digunakan bersama indikator
lainnya. Tentukan salah satu indikator yang terbaik. Seperti pada contoh grafik IDX
diatas ditunjukkan kombinasi dengan indikator stochastic. Ketika harga mulai
menembus upper band dan stochastic mulai dead cross dalam area overbought maka
harga balik arah kembali mendekati middle band, sebaliknya juga ketika harga tembus
dibawah lower band disaat yang bersamaan stochastic mulai golden cross dalam area
oversold, harga balik arah naik mendekati middle band.

Pada umumnya harga akan bergerak dalam band, namun demikian dapat juga
harga bergerak diluar dari band. Ini dapat berarti akan terjadi reversal atau malah
sebaliknya penguatan trend yang sedang berlangsung. Untuk mengetahuinya kita
dapat melihat kombinasi indikator yang digunakan.
Walaupun Bollinger tidak dapat digunakan sendiri, namun ada beberapa indikasi
open Buy/Sell yang masih bisa diperoleh melalui Bollinger Bands terutama melalui
middle band. Ingat, pada dasarnya middle band adalah indikator Simple Moving
Average. Ini berarti apa yang berlaku pada SMA juga berlaku pada middle band :
Harga berada diatas middle band, maka ini mengindikasikan trend bullish.
Harga berada dibawah middle band, indikasi trend bearish.
Perpotongan antara middle band dan harga, indikasi peralihan trend.

Volume Analysis

Volume sebagai salah satu hal yang penting dalam Market Analysis. Volume dalam hal
ini adalah jumlah transaksi dalam suatu periode waktu perdagangan. Volume dapat

juga menunjukkan total transaksi lot yang diperdagangkan. Volume menggambarkan


kekuatan tekanan antara supply dan demand pada waktu terjadi pergerakan harga.

Volume tidak digunakan untuk memprediksi arah trend, tapi digunakan untuk
mengkonfirmasi pergerakan harga. "Volume must confirm the trends". Kesimpulan
awalnya adalah Volume dapat digunakan untuk mengkonfirmasi arah trends atau
dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa trend yang terjadi akan berlanjut atau
berakhir. Volume mengikuti arah dari trend yang terjadi.

Ketika terjadi kondisi trend bullish seharusnya diikuti oleh volume yang terus
meningkat. Pada saat terjadi koreksi /reversal biasanya ditandai oleh penurunan
volume. Jika pada kondisi trend bullish yang ekstrem terjadi penurunan volume, maka
secara tidak langsung mengindikasikan akan terjadi koreksi/reversal trend (Orang
sudah siap take profit). Secara teknikal kondisi ini biasa disebut dengan
convergence/divergence. Convergence terjadi ketika pada kondisi trend bullish
volume juga meningkat demikian sebaliknya Sedang divergence terjadi jika pada
kondisi trend bullish volume justru mengalami penurunan.

Sumber : http://www.ipotindonesia.com/ipot_new/education.php?
page=analisa_teknikal

Mengenal Moving Average Convergence Divergence (MACD)


Mang Amsi Senin, 11 April 2016 analisis teknikal , MACD
oleh:
@andirerei
(Sesepuh

Forum

IDX6000)

MACD adalah salah satu indikator teknikal yang biasa digunakan oleh para trader saham
untuk mengidentifikasi perubahan arah trend dari Bullish menuju Bearish dan atau
sebaliknya dari Bearish menuju Bullish, dan berguna sebagai signal entry/exit dalam periode
tertentu. MACD bisa memberikan informasi kuat/lemahnya suatu trend yang sedang
berlangsung.
MACD terdiri dari 4 (empat) komponen berikut ini :

1. Histogram
Histogram menunjukan kuat tidaknya suatu trend baik ketika trend sedang naik mupun
ketika trend sedang turun. Apabila Histogram semakin lebar, maka trend (naik/turun)
semakin kuat, dan apabila Histogram semakin sempit, maka trend (naik/turun) semakin
lemah.
2.
Center
Line
(0)
Center Line merupakan garis tengah (nol) yang membatasi area Histogram positif dengan
area Histogram positif.
3. MACD Line
MACD Line adalah (x Moving Average 12 x Moving Average 26) atau selisih dari xMA
periode 12 dengan xMA periode 26
4. Signal Line
Signal Line adalah garis pemicu yang secara default adalah x Moving Average 9 (xMA9).
Komponen MACD sebagaimana gambar di bawah ini :

Formulasi setingan MACD Default adalah (9,12,26), namun hal tersebut dapat disesuaikan
dengan time frame yang kita gunakan. Angka (9,12,26) dalam MACD bermakna sebagai
berikut :
a. Angka 12 adalah 12 bar Moving Average yang lebih cepat.
b. Angka 26 adalah 26 bar Moving Average yang lebih lambat.
c. Angka 9 adalah 9 bar Moving Average dari selisih dua jenis Moving Average di atas dalam
bentuk garis vertikal berupa Histogram.
MACD Signal BUY/SELL
Signal buy/sell diperoleh dengan melihat perpotongan MACD Line dengan Signal Line
sebagaimana gambar di bawah ini :

Tampak pada gambar di atas bahwa apabila MACD Line memotong Signal Line dari bawah
ke atas (crossup) maka itu saatnya beli (buy) karena diperkirakan akan terjadi perubahan
trend dari Bearish menuju Bullish. Begitu pun sebaliknya, jika MACD Line memotong Signal
Line dari atas ke bawah (crossdown) maka itu saatnya jual (sell) karena diperkirakan akan
terjadi perubahan trend dari Bullish menuju Bearish.

MACD
untuk
melihat
perubahan
TREND
Untuk melihat signal pembalikan arah trend dalam jangka relatif lebih panjang, maka kita
perlu memperhatikan saat terjadinya MACD Line dan Signal Line memotong Center Line.
Apabila MACD Line dan Signal Line memotong Center Line dari bawah ke atas (crossup)
maka itu adalah signal Bullish, waktunya beli (buy), begitu juga sebaliknya jika MACD Line
dan Signal Line memotong Center Line dari atas ke bawah (crossdown) maka itu adalah
signal Bearish, saatnya jual (sell). Kita perhatikan gambar berikut ini:

Dari gambar diatas bisa kita lihat bahwa Long Bullish Trend terjadi kurang lebih selama 3
(tiga) bulan dari bulan Januari sampai dengan Maret 2014. Pada saat MACD Line dan
Signal Lain saling berpotongan dalam masa Long Bullish Trend itu hanya koreksi jangka
pendek saja.

Begitu juga pada gambar di atas selanjutnya, bisa kita lihat bahwa Long Bearish Trend
berlangsung sekitar 4 (empat) bulan dari pertengahn bulan Februari sampai dengan
pertengahan bulan Juni 2015. Pada saat MACD Line dan Signal Lain saling berpotongan
dalam masa Long Bearish Trend itu hanya penguatan jangka pendek saja.
Selain memperhatikan saat terjadinya MACD Line dan Signal Line memotong Center Line,
untuk melihat trend bisa juga menggunakan crossup atau crossdown Histogram terhadap
Center Line.
Apabila Histogram memotong Center Line dari bawah ke atas (crossup) maka itu adalah
signal Bullish, saatnya beli (buy), begitu juga sebaliknya jika Histogram memotong Center
Line dari atas ke bawah (crossdown) maka itu adalah signal Bearish, saatnya jual (sell). Kita
perhatikan gambar berikut ini :
Bullish/Bearish Divergence
Sama seperti divergence pada stochastic, CCI, atau RSI, maka divergence pada MACD pun
demikian. Kita perlu memperhatikan puncak-puncak dan lembah-lembah dari Histogram.
Bullish Divergence adalah pada saat lembah grafik harga menurun namun di sisi lain
lembah Histogram malah meningkat. Bullish Divergence terjadi pada saat Histogram berada
pada area di bawah Center Line. Konfirmasi Bullish Divergence adalah pada saat Histogram
crossup Center Line (saatnya buy), sebagaimana contoh gambar di bawah ini :

Bearish Divergence adalah pada saat grafik harga meningkat (naik) namun puncak
Histogram malah menurun. Bearish Divergence terjadi pada saat Histogram berada pada
area di atas Center Line.
Konfirmasi Bearish Divergence pada saat Histogram crossdown Center Line (saatnya sell),
sebagaimana gambar di bawah ini :

Ringkasan dari paparan di atas intinya adalah :


a. Pada saat MACD Line crossup Center Line maka trend beralih menuju Bullish.
b. Pada saat MACD Line crossdown Center Line maka trend beralih menuju Bearish.
c. Pada saat MACD Line dan Signal Line berada di atas Center Line maka sedang
berlangsung Long Bullish Trend.
d. Pada saat MACD Line dan Signal Line berada di bawah Center Line maka sedang
berlangsung Long Bearish Trend.
e. Pada saat terjadi Divergence Positif maka selanjutnya harga akan ikut bergerak naik
sesuai arah indikator.
f. Pada saat terjadi Divergence Negatif maka selanjutnya harga akan ikut bergerak turun
sesuai arah indikator.
Kekurangan
MACD
MACD bergerak cenderung lebih lambat dibandingkan dengan pergerakan harga sehingga
signal yang dihasilkan kadang terlambat (lag), coba kita perhatikan gambar berikut ini :

Kita lihat pada gambar di atas, di saat harga sudah mulai naik, MACD Line belum crossup
Signal Line. Crossup keduanya baru terjadi pada hari keempat kenaikan harga pada saat
harga sudah naik cukup banyak.

Begitu pun di saat harga sudah mulai turun, MACD Line belum crossdown Signal Line.
Crossdown keduanya baru terjadi pada hari kelima penurunan harga pada saat harga sudah
turun cukup banyak.
Kelebihan MACD
MACD yang bergerak cenderung lebih lambat dibandingkan dengan pergerakan harga
dapat meminimalkan kesalahan eksekusi akibat false signal sehingga cocok untuk trader
yang mengikuti trend (trend following).
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat.

Você também pode gostar