Você está na página 1de 17

Bolehkah dilakukan Penunjukan Langsung pada Pekerjaan Konstruksi?

Pertama tama marilah kita lihat pengertian Penunjukan Langsung? Menurut Perpres 70
tahun 2012 pasal 1 poin 31 : Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia
Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.
Dasar Penunjukan Langsung :
1. Perpres 70 tahun 2012 pasal 35 ayat 3 poin d : Pemilihan Penyedia Pekerjaan
Konstruksi dilakukan dengan: a. Pelelangan Umum, b. Pelelangan Terbatas, c. Pemilihan
Langsung, d. Penunjukan Langsung; atau e. Pengadaan Langsung.
2. Perpres 70 tahun 2012 pasal 38 ayat 1 : Penunjukan Langsung terhadap 1 (satu)
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dapat dilakukan dalam hal : a.
keadaan tertentu; dan/atau b. pengadaan Barang khusus/Pekerjaan Konstruksi
khusus/Jasa Lainnya yang bersifat khusus.
Kriteria Penunjukan Langsung :
1. Perpres 70 tahun 2012 pasal 38 ayat 4 :
Kriteria keadaan tertentu yang memungkinkan dilakukan Penunjukan Langsung terhadap
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi:
a. penanganan darurat yang tidak bisa direncanakan sebelumnya dan waktu penyelesaian
pekerjaannya harus segera/tidak dapat ditunda untuk:
1) pertahanan negara;
2) keamanan dan ketertiban masyarakat;
3) keselamatan/perlindungan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat
ditunda/harus dilakukan segera, termasuk: a) akibat bencana alam dan/atau bencana non alam
dan/atau bencana sosial; b) dalam rangka pencegahan bencana; dan/atau c) akibat kerusakan
sarana/prasarana yang dapat menghentikan kegiatan pelayanan publik.
b. pekerjaan penyelenggaraan penyiapan konferensi yang mendadak untuk menindaklanjuti
komitmen internasional dan dihadiri oleh Presiden/Wakil Presiden;
c. kegiatan menyangkut pertahanan negara yang ditetapkan oleh Menteri Pertahanan serta
kegiatan yang menyangkut keamanan dan ketertiban masyarakat yang ditetapkan oleh Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia;
c1. kegiatan bersifat rahasia untuk kepentingan intelijen dan/atau perlindungan saksi sesuai
dengan tugas yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; atau
d. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang spesifik dan hanya dapat dilaksanakan
oleh 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa Lainnya karena 1 (satu) pabrikan, 1 (satu) pemegang hak

paten, atau pihak yang telah mendapat izin dari pemegang hak paten, atau pihak yang
menjadi pemenang pelelangan untuk mendapatkan izin dari pemerintah.
2. Perpres 70 tahun 2012 pasal 38 ayat 5 huruf b, c dan h :
Kriteria Barang khusus/Pekerjaan Konstruksi khusus/Jasa Lainnya yang bersifat khusus
yang memungkinkan dilakukan Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi:
b. Pekerjaan Konstruksi bangunan yang merupakan satu kesatuan sistem konstruksi dan satu
kesatuan tanggung jawab atas risiko kegagalan bangunan yang secara keseluruhan tidak dapat
direncanakan/ diperhitungkan sebelumnya (unforeseen condition);
c. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bersifat kompleks yang hanya dapat
dilaksanakan dengan penggunaan teknologi khusus dan hanya ada 1 (satu) Penyedia yang
mampu;
h. Pekerjaan pengadaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum di lingkungan perumahan bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang dilaksanakan oleh pengembang/developer yang
bersangkutan.
3. Perpres 70 tahun 2012 Pasal 84 ayat 6 :
Dalam hal Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung ulang gagal, Kelompok Kerja ULP dapat
melakukan Penunjukan Langsung berdasarkan persetujuan PA, dengan tetap memperhatikan
prinsip efisiensi, efektifitas, dan akuntabilitas, dengan ketentuan:
a. hasil pekerjaan tidak dapat ditunda;
b. menyangkut kepentingan/keselamatan masyarakat; dan
c. tidak cukup waktu untuk melaksanakan proses Pelelangan/Seleksi/Pemilihan Langsung dan
pelaksanaan pekerjaan.

BAGAIMANA PENGADAAN LANGSUNG ?


Dalam membahas pengadaan langsung ada beberapa pertanyaan yang
sering terulang.

1. Apakah beda pengadaan langsung dengan penunjukkan langsung ?


Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada
Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/ Seleksi/ Penunjukan
Langsung.
Pengadaan Langsung dapat dilakukan terhadap Pengadaan Barang/
Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi
Rp100.000.000,00, untuk pekerjaan konsultan s.d. Rp. 50 juta rupiah.

Sedangkan penunjukan langsung adalah metode pemilihan Penyedia


Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung satu Penyedia Barang/Jasa ,
penunjukan langsung tidak dibatasi Rp. nilainya, penunjukan langsung
dilakukan karena :
a. Memenuhi syarat khusus atau tertentu berdasar pasal 38
b. Setelah pelelangan ulang/seleksi ulang yang lulus prakualifikasi atau yang
memasukkan penawaran hanya satu
2. Apakah semua yang dibawah batasan nilai Rp pengadaan langsung dapat
dilakukan secara pengadaan langsung ?

Semua nilai paket sesuai batasan nilai pengadaan langsung dapat


dilakukan dengan pengadaan langsung, meskipun ada kriteria untuk
pengadaan langsung.
Untuk yang diluar kriteria pengadaan langsung, seperti untuk pengadaan
mesin, bila tidak dapat dipaketkan dengan mata anggaran yang lain,
maka dapat dilakukan dengan pengadaan langsung.
3. Sumber informasi apakah dari dua sumber informasi atau dua penyedia ?
Sumber informasi dalam melakukan transaksi bagi pejabat pengadaan
langsung dapat dilakukan minimal dari dua sumber informasi atau
minimal informasi dari dua penyedia. Salah satu sumber informasi harga
adalah dari internet.
4. Bagaimana bentuk dokumennya ?
-

Dokumen untuk pengadaan langsung untuk pengadaan barang s.d. Rp. 5


juta dapat dibuat dalam bentuk bukti pembelian.

Untuk pengadaan barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultan dan jasa


lainnya yang bernilai sampai dengan Rp10 juta dibuat dalam kuitansi

- untuk yang bernilai sampai dengan Rp100 juta (konsultan s.d. Rp. 50 juta )
berupa Surat Perintah Kerja (SPK).
Untuk pengadaan diatas Rp 10 juta dibuatkan berita acara pengadaan
langsung
5. Apakah dokumen pengadaan langsung dapat dibuat untuk pertanggung
jawaban keuangan ?

Dokumen pengadaan langsung merupakan dokumen pengadaan,


sedangkan untuk dapat digunakan sebagai pertanggungjawaban
keuangan maka perlu dikoordinasikan dengan bagian keuangan, termasuk
beban pajak yang harus dipungut atau disetor.
6. Apakah harus diundang penyedianya ?
Terutama untuk pengadaan diatas Rp. 10 juta, untuk pengadaan barang,
pejabat pengadaan dapat ke tempat usaha penyedia, sedangkan untuk
pengadaan selain barang dapat dilakukan dengan mengundang penyedia.
7. Apakah lebih dari satu pesertanya ?
Pengadaan langsung dilakukan hanya kepada satu penyedia yang
memenuhi kompetensi sebagai penyedia. Bilamana tidak memenuhi ke
penyedia yang lain.

8. Apakah diumumkan atau tidak diumumkan yang ditunjuk sebagai


penyedia pengadaan langsung ?
Sebaiknya diumumkan penyedia yang ditunjuk, sebagai bagian
keterbukaan untuk informasi publik.
9. Apakah satu rekening di DPA/DIPA bisa dilakukan dengan berkali-kali
pengadaan langsung ?
Misal ada dana Alat tulis Kantor senilai Rp. 75 juta, dapat dilakukan
pengadaan langsung berkali-kali. Contohnya tiga kali pengadaan langsung
senilai Rp. 30 juta, lalu Rp. 20 Juta dan terakhir Rp. 25 juta.
10.

Bagaimana pembayaran pengadaan langsung ?

Pembayaran pengadaan langsung dapat dilakukan dengan :


-

uang persediaan yang dibawa oleh pejabat pengadaan, kemudian bukti


berupa transaksi pengadaan langsung oleh pejabat pengadaan diserahkan
kepada PPHP (panitia penerima hasil pekerjaan) dan PPK.

Memakai pembayaran langsung kepada penyedia, yaitu setelah bukti


transaksi diserahkan oleh pejabat pengadaan kepada PPHP dan PPK
kemudian diproses, yang pembayarannya akan diterima langsung ke
rekening penyedia tersebut.

11.
Apakah pengadaan langsung memakai prakulifikasi atau
pascakualifikasi ?

Tidak termasuk pra maupun pasca, namun disederhanakan data yang


diminta, misalkan untuk hal tertentu yang sederhana cukup NPWP.
12. bagaimana untuk pembelian nilai kecil-kecil sedangkan penyedianya
tidak memiliki NPWP ?
Bila penyedia tidak memiliki NPWP, sedangkan pengadaan tersebut harus
dikenakan pajak, maka pajak dihitung lebih sesuai peraturan perpajakan.
13.

Apakah pengadaan langsung dapat dilakukan ke toko/bengkel atau harus


melalui penyedia dalam bentuk CV/PT dsb ?
Pengadaan langsung dilakukan langsung ke penyedianya, kalau memang
barangnya ada di toko, dapat langsung dilakukan dengan toko.

14. Mengapa pejabat pengadaan perlu melakukan survey harga ?


Data HPS yang diberikan oleh PPK, sering mengacu kepada pagu
anggaran atau data-data pengadaan yang telah lalu, mengingat item
pengadaan langsung sangat banyak dan sering, maka diperlukan survey
harga yang lebih tepat oleh pejabat pengadaan .
15.

Apakah di pengadaan langsung harus dilakukan negosiasi harga ?

Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasarkan harga yang berlaku di


pasar sehingga pengadaan langsung dilakukan dengan negosiasi harga,
dikecualikan dari negosiasi bila harganya resmi dimana-mana sama atau
penyedia tersebut selalu menjual dengan harga yang pasti (misal beli di
toko retail dengan harga pasar yang wajar, umumnya harganya yang
tercantum tidak bisa ditawar) .
16. Apakah ada jaminan penawaran atau jaminan pelaksanaan di pengadaan
langsung ?
Jaminan penawaran maupun jaminan pelaksanaan tidak dipergunakan
dalam pengadaan langsung.

17. Untuk pekerjaan kontrsuksi, apakah diperlukan dukungan bank ?


Dukungan bank tidak diperlukan dalam pengadaan langsung.
18. Apakah sertifikat garansi diperlukan dalam pengadaan langsung ?
Untuk pengadaan barang yang memerlukan jaminan purna jual diperlukan
adanya sertifikat garansi.

19. Apakah pengadaan langsung harus melalui sistem pengadaan secara


elektronik (SPSE) ?
Pengadaaan langsung tidak melalui SPSE, pengadaan langsung dilakukan
dengan sistem manual.
20. Berapa lama waktu pengadaan langsung (jadwal pengadaan
langsung) ?
Pengadaan langsung semua bisa dilaksanakan dalam satu hari. Lebih
dari satu hari bisa juga, sesuai kebutuhan karena jarak atau evaluasi dsb
21. DIPA/DPA Rp. 123 juta, apabila HPS kurang dari Rp.100 juta maka
dapat dilakukan dengan metoda Pengadaan Langsung

PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dalam Pengadaan Barang dan


Jasa
Dalam membuat anggaran untuk kegiatan yang dilakukan oleh penyedia, pembuat
anggaran DIPA/DPA harus mengalokasikan untuk PPN.
Misal untuk pengadaan baju seragam senilai Rp. 120 juta, agar ditambahkan PPN
sebesar 10% sehingga menjadi Rp. 132 juta. Nilai Rp. 132 juta menjadi DIPA/DPA.
Ketika pelelangan dilakukan, dilakukan pembuatan HPS dengan mengacu
kepada harga pasar, misal dari harga survey untuk pengadaan baju seragam
senilai Rp. 115 juta maka pokja ULP menambahkan PPN menjadi Rp. 115 juta
+ PPN = 115 + 11.5 = Rp. 126.5 sehingga nilai HPS menjadi Rp. 126.5 juta.
Bagi penyedia yang tidak boleh tahu adalah rincian HPS, yang boleh diketahui
adalah total HPS yaitu Rp. 126.5 juta. Maka penyedia bisa menghitung komponen
PPN yaitu Rp. 126.5 : 11 = 11.5 juta. Artinya bagi penyedia di harga HPS ada
pengurang PPN, artinya penyedia harus sudah untung di hargaHPS yang dikurangi
PPN atau sudah untung di Rp. 126.5 11.5 = 115 , jadi di harga Rp. 115 juta
penyedia harus sudah untung.
Namun tidak semua pengadaan ada PPN, ada beberapa pengadaan yang
dibebaskan PPN nya. Ini perlu menjadi perhatian dalam menyusun HPS, menyusun
nilai kontrak dan pembayaran pekerjaan. Tentunya dengan tidak dikenakan PPN,
bagaimana kita dapat mengoptimalkan penyerapan DIPA/DPA.
Contoh bila memilki anggaran Rp. 132 juta bagaimana kita dapat mengadakan
senilai mendekati atau sama dengan Rp. 132 juta, ini bila tanpa ada PPN.
Ada beberapa kegiatan yang tidak dikenakan PPN berdasar
Undang-undang Nomer 42 tahun 2009

Peraturan Pemerintah Nomer 1 tahun 2012


Dalam aturan tersebut PPN tidak selalu 10% tetapi di antara 5 % s.d. 15 %
Beberapa jenis barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN, antara lain :
a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran
yang diambil langsung dari sumbernya;
b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
oleh rakyat banyak
c. jasa katering
d. jasa perhotelan
e. jasa angkutan
dan lain-lain
Apakah konsultan perorangan dikenakan PPN ?
Apakah kegiatan yang dibiayai pinjaman dan hibah luar negeri dikenakan PPN ?
Selanjutnya bila Anda belum jelas mengenai pajak, jangan segan-segan
menanyakan ke Kantor Pajak setempat.

Negosiasi Harga di Jasa Konsultan


Bila merujuk kepada Perpres 54 tahun 2010 maka negosiasi teknis dan
harga tidak ada di :
1.
Pelelangan Umum,
2.

Pelelangan Sederhana atau Pemilihan Langsung

3.

Pelelangan terbatas
Negosiasi teknis dan harga ada di :

1.

Pengadaan Langsung

2.

Penunjukan langsung

3.

Jasa konsultansi badan usaha dan Jasa konsultansi Perorangan


Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi dilakukan melalui negosiasi teknis
dan biaya sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan harga pasar dan
secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
Jadi negosiasi harga bukan mencari harga serendah-rendahnya tetapi
untuk menemukan harga sebenarnya atau harga pasar dari tenaga ahli
atau untuk mencari rate /harga pasar atas kompetensi dari tenaga ahli
konsultan.

Semua evaluasi penawaran Pekerjaan Jasa Konsultansi harus diikuti


dengan klarifikasi dan negosiasi, dengan ketentuan sebagai berikut:
a.

b.

Harga Satuan yang dapat dinegosiasikan yaitu biaya langsung nonpersonil yang dapat diganti (reimburseable cost) dan/atau biaya langsung
personil yang dinilai tidak wajar;
aspek biaya yang perlu diklarifikasi atau negosiasi terutama:
1) kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya;
2) volume kegiatan dan jenis pengeluaran; dan
3) biaya satuan dibandingkan dengan biaya yang berlaku dipasaran/
kewajaran biaya;

c.

klarifikasi dan/atau negosiasi terhadap unit biaya langsung personil


dilakukan berdasarkan daftar gaji yang telah diaudit dan/atau bukti setor
Pajak Penghasilan tenaga ahli konsultan yang bersangkutan;

d.

biaya satuan dari biaya langsung personil paling tinggi 3,2 (tiga koma
dua) kali gaji dasar yang diterima tenaga ahli tetap dan paling tinggi 2,5
(dua koma lima) kali penghasilan gaji yang diterima tenaga ahli tidak
tetap; dan

e.

unit biaya langsung personil dihitung berdasarkan satuan waktu yang


telah ditetapkan.
Cara negosiasi konsultan untuk biaya langsung personil , sebagai
berikut,
misal untuk konsultan badan usaha dalam perekrutan Calon Pegawai
Negeri di Pemda Amansentosa , dalam jasa konsultan ini di biaya
langsung personil diperlukan 3 tenaga ahli, yaitu tenaga ahli Sumber
Daya Manusia (SDM), tenaga ahli psikologi dan tenaga ahli statistik .
Maka untuk setiap tenaga ahli diklarifikasi dan dinegosiasi, apakah harga
tenaga ahli tersebut sesuai kompetensinya, apakah sudah wajar .
Kepada penyedia diminta untuk menunjukkan ijasah asli, referensi dari
PPK sebelumnya atau pemberi kerja sebelumnya mengenai pekerjaan
yang telah dilaksanakan dengan baik oleh tenaga ahli tersebut.
Kemudian diminta tentang surat penetapan sebagai tenaga ahli tetap
atau tidak tetap. Bila tenaga ahli tetap dapat dibayarkan 3.2 kali gaji
dasar, kalau tenaga ahli tidak tetap dapat dibayarkan 2.5 kali gaji dasar.

Gaji dasar dilihat atau dicari dari bukti pembayaran pajak (bukti setor
Pajak Penghasilan tenaga ahli konsultan yang bersangkutan) atau dari
daftar gaji yang telah diaudit oleh akuntan publik.

Contoh :
Anggaran untuk konsultan tenaga ahli SDM, perbulan

Rp. 20 juta

HPS untuk konsultan tenaga ahli SDM, perbulan

Rp. 18 juta

Penawaran konsultan tenaga ahli SDM Perbulan

Rp. 18 juta

Bukti pajak menunjukkan gaji dasar perbulan


Karena tenaga tetap maka dapat dibayar 5 jt x 3.2
Maka konsultan dinegosiasi bisa dibayar
juta .

Rp. 5 juta
Rp. 16 juta
Rp. 16

Karena perhitungan ratenya hanya mencapai Rp 16 juta maka yang bisa


disepakati adalah Rp 16 juta
Anggaran untuk konsultan tenaga ahli psikologi, perbulan
juta
HPS untuk konsultan tenaga ahli psikologi, perbulan

Rp. 17
Rp. 15 juta

Penawaran konsultan tenaga ahli psikologi perbulan


juta

Rp. 15.5

Bukti pajak menunjukkan gaji dasar perbulan

Rp. 6 juta

Karena tenaga tetap maka dapat dibayar 6 jt x 3.2


juta

Rp. 19,2

Maka konsultan dinegosiasi bisa dibayar


juta

Rp. 15.5

Perhitungan ratenya mencapai Rp 19.2 juta, tetapi yang diminta dibawah


rate yaitu hanya Rp. 15.5 juta maka yang bisa disepakati adalah Rp 15.5
juta
Anggaran untuk konsultan tenaga ahli Statistik, perbulan Rp. 12 juta
HPS untuk konsultan tenaga ahli Statistik, perbulan

Rp. 12 juta

Penawaran konsultan tenaga ahli Statistik perbulan


Bukti pajak menunjukkan gaji dasar perbulan
Karena tenaga tetap maka dapat dibayar 4 x 3.2
juta
Maka konsultan dinegosiasi bisa dibayar

Rp. 12.5 juta


Rp. 4 juta
Rp. 12,8
Rp. 12 juta

Perhitungan ratenya mencapai Rp 12.8 juta, yang diminta Rp. 12.5


namun anggaran hanya Rp. 12 juta maka yang bisa disepakati adalah Rp
12 juta
Perlu diingat, penawaran penyedia dapat melebih HPS, asal masih
dibawah pagu DPA/DIPA (khusus untuk evaluasi pagu anggaran,
penawaran penyedia tidak boleh melebihi HPS).
Mengapa tenaga ahli bisa dibayar mahal ? Karena dalam pembayaran
untuk tenaga ahli tersebut sudah termasuk diantaranya untuk keuntungan
penyedia. Jadi yang dibayarkan untuk tenaga ahli misal Rp. 16 juta, belum
tentu yang diterima adalah sebesar itu, mungkin yang diterima bersih
hanya Rp. 9 juta.
Apabila Penyedia tidak bisa menunjukkan daftar gaji yang telah
diaudit dan/atau bukti setor Pajak Penghasilan tenaga ahli
konsultan yang bersangkutan maka dibayar gaji dasar minimal
sesuai UMR dan dapat dikalikan dengan 3.2
Untuk konsultan perorangan negosiasi harga mengacu kepada biaya
satuan dari Biaya Langsung Personil, maksimum 2,5 (dua koma lima) kali
gaji dasar yang pernah diterima berdasarkan perhitungan dari daftar gaji
yang telah diaudit dan/atau bukti setor pajak penghasilan penyedia jasa
konsultansi perorangan yang bersangkutan.
Mengapa di semua jasa konsultan perlu negosiasi ?
-

Diperlukan untuk menilai kesesuaian antara kerangka acuan kerja (KAK)


dengan kompetensi tenaga ahli dan harganya, karena kemampuan
pemikiran dari setiap tenaga ahli tidak bisa sama

Diperlukan untuk memastikan kualitas produk /layanan yang diberikan


oleh konsultan atau penilaian terhadap proposal, sekaligus menilai
kewajaran biayanya. Produk konsultan berupa kajian, software atau
laporan secara fisik sulit dinilai.

SUMBER HPS KONSULTAN


HPS jasa konsultansi terdiri dari komponen:
(1) Biaya Langsung Personil (Remuneration);
(2) Biaya Langsung Non Personil (Direct Reimbursable Cost); dan
(3) Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Dalam pembuatan HPS konsultan biaya langsung non personil atau Direct
Reimbursable Cost adalah untuk pengeluaran-pengeluaran yang bersifat
at cost, pengeluaran sebenarnya, yang tidak boleh dimasukkan
keuntungan. Biaya langsung non personil disusun dengan memperhatikan
harga pasar, tarif, satuan biaya umum Kemenkeu atau standar biaya
Pemda.
Dalam pembuatan HPS konsultan tidak dicantumkan keuntungan,
keuntungan sudah termasuk (include) di biaya langsung personil/
Remuneration atau renumerasi tenaga konsultan.
Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan HPS konsultan adalah cara
mendapatkan informasi mengenai Biaya Langsung Personil
(Remuneration);
Berdasar Pasal 66 ayat (7) :
Penyusunan HPS didasarkan pada data harga pasar setempat, yang
diperoleh berdasarkan hasil survei menjelang dilaksanakannya
Pengadaan, dengan mempertimbangkan informasi yang meliputi:
a.
b.

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan


Pusat Statistik (BPS);
Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh
asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat
dipertanggungjawabkan;
daftar biaya/tarif Barang/Jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor
tunggal;
biaya Kontrak sebelumnya atau yang sedang berjalan dengan
mempertimbangkan faktor perubahan biaya;
inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengah
Bank Indonesia;
hasil perbandingan dengan Kontrak sejenis, baik yang dilakukan
dengan instansi lain maupun pihak lain;
perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana
(engineers estimate);
norma indeks; dan/atau
informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan

Dalam menyusun Biaya Langsung Personil (Remuneration) kita dapat


membuat berdasar ketentuan pasal 66 ayat 7 yaitu adanya Informasi
biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh asosiasi terkait.
Asosiasi disini dapat merujuk kepada Inkindo yang mengeluarkan satuan
biaya tenaga konsultan.
Kita bisa meng klik di
http://inkindo.org/site/billing_rate_2011_inkindo.pdf
Selanjutnya mengenai informasi untuk menyusun Biaya Langsung Personil
(Remuneration) dapat merujuk juga ke Kelly Service Indonesia, untuk
tahun 2011 yaitu Employment Outlook and Salary Guide 2011/12 a tool
for workforce planning. Data Kelly Service Indonesia sangat
bermanfaat terutama dalam menyusun biaya tenaga pendukung untuk
staf pendukung, di item di Biaya Langsung Personil (Remuneration).
Untuk konsultan kosntruksi dapat merujuk kepada edaran Kementerian
PU, ini dapat digunakan untuk pekerjaan konsultan konstruksi seperti
konsultan perencana atau konsultan pengawas, pedoman tersebut yaitu
surat edaran Menteri PU nomer 22/SE/M/2007 tanggal 12 Desember
2007 mengenai Pedoman besaran biaya personil dalam Penyusunan
Harga Perkiraan Sendiri HPS/RAB Rencana Anggaran Biaya Paket
Pekerjaan Konsultansi di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
Mungkin di antara pembaca mempunya data yang lebih baru dari tahun
2007.
Berikutnya adalah Surat Edaran Bersama antara Bap penas dan
Departemen Keuangan yaitu SEB Bappenas dan Departemen
Keuangan No 604/D.VI/02 /1998 / SE-35/A/21/0298 serta SEB Bappenas
dan Departemen Keuangan No 1203/D.II/03/2000 /SE-38/A/2000. SEB ini
sering menjadi bahan bagi pemeriksa/auditor seperti Badan Pemeriksa
Keuangan, padahal SEB ini berdasar Keppres 80 tahun 2003 sudah tidak
berlaku lagi karena Keppres 80 tahun 2003 maupun Perpres 54 tahun
2010 menganut harga pasar atas nilai tenaga konslutan.
Kemudian ada Harga satuan Pemda, biasanya harga satuan pemda
angkanya kecil, sehingga jauh atau tidak sesuai dengan rate/harga pasar
tenaga konsultan, akibatnya Pemda memperoleh tenaga konsultan
seadanya, disarankan daftar ini dihapus saja oleh pemda, dan Rencana
Anggaran Biaya konsultan diserahkan pada harga pasar, seperti mengacu
kepada Inkindo atau Kelly service.
Terakhir setiap penawaran dari konsultan nantinya yang melebihi HPS
tidak digugurkan (kecuali yang menggunakan metode evaluasi pagu
anggaran), namun demikian juga setiap penawaran dari konsultan yang

dibawah HPS, belum tentu diterima, karena di jasa konsultan semua ada
namanya negosiasi harga. Negosiasi bukan mencari harga serendahrendahnya tetapi untuk menemukan harga pasar yang sebenarnya dari
tenaga konsultan.
PASAR UNTUK HARGA YANG WAJAR
Dalam membuat HPS diperlukan harga pasar yang wajar, untuk mencari
harga
pasar yang wajar agar memperhatikan nilai pengadaan dan praktek bisnis
sebenarnya. Praktek bisnis sebenarnya adalah siapa penyedia
sesungguhnya yang melakukan bisnis tersebut dalam sehari-hari , bukan
penyedia dadakan yang muncul karena adanya lelang.
Nilai Pengadaan

Menggunakan harga dari

s.d. Rp. 200 juta

Dominan dari harga


Pengecer/agen, bila tidak ada harga
dari pengecer/agen dapat
menggunakan harga distributor

Rp. 200 juta s,d Rp. 2.5 miliar

Dominan dari harga


Pengecer/agen, bila tidak ada harga
dari pengecer/agen dapat
menggunakan harga distributor, atau
pabrikan

Rp. 2.5 miliar s.d. 5 miliar

Dominan dari harga dari


ditributor, bila tidak ada harga dari
distributor dapat mengambil harga
dari pabrikan

Diatas Rp. 5 miliar

Dominan dari harga dari


pabrikan bila tidak ada harga dari
pabrikan dapat mengambil harga dari
distributor

Model tersebut adalah pendekatan untuk mencari letak sumber informasi


harga yang wajar. Sumber informasi harga tersebut sifatnya model
pendekatan, untuk hal-hal tertentu tidak dapat diterapkan secara tepat.

Bila harga diperoleh dari dari sumber-sumber yang disebutkan dominan,


maka tidak perlu ditambahkan keuntungan untuk harga jual.
KEUNTUNGAN YANG WAJAR
Dalam membuat HPS bila harga survei pasar sudah termasuk keuntungan maka
tidak perlu ditambahkan keuntungan.
Contoh pengadaan ATK
1000 rim , harga dipasar adalah Rp. 35.000, harga ini sudah termasuk
keuntungan dan belum PPN maka dibuat HPS sebagai berikut :
1000rim x Rp. 35.000 = Rp. 35.000.000 ditambah PPN Rp 3.500.000 = Rp.
38.500.000
Jadi tidak perlu ditambahkan keuntungan lagi karena harga jual, bukan harga
pokok, bukan harga sebelum ada keuntungan.
Contoh bila kita mendapat informasi harga dari pabrikan/distributor harga kertas
satu rim Rp. 30.000, karena yang ikut bukan pabrikan/distributor tetapi adalah
penyedia kecil maka dapat dibuat di HPS nya sebagai berikut :
1000rim x Rp. 30.000 = Rp. 30.000.000 ditambah keuntungan 10% yaitu Rp. 3
juta = Rp. 33.000.000 ditambah PPN Rp 3.300.000 = Rp. 36.300.000
Berapa batas keuntungan penyedia ?
Keuntungan penyedia tidak dibatasi 10%, dalam hal tersebut bisa saja penyedia
dapat memperoleh harga pada harga Rp. 24.000 sehingga kalau ada transaksi
dengan kita Rp. 30.000 maka keuntunagn Rp. 6.000 atau untung sekitar 25%.
PENGADAAN LANGSUNG JASA KONSULTAN
Bagaimana pengadaan jasa konsultan, dengan anggaran Rp 9 juta ?

Pengadaan tersebut dapat dilakukan dengan pengadaan langsung. Bila kegiatan


tersebut merupakan kegiatan yang sekali selesai maka dapat dibuat dalam bukti
perikatan berupa kuitansi.
Namun bila kegiatan tersebut harus dilaksanakan dengan hak dan kewajiban
tertentu yang tidak cukup ditulis dalam kuitansi, maka dibuat dalam bentuk
perikatan seperti SPK.
Selanjutnya bila pengadaan akan diwujudkan dalam SPK, adalah sebagai berikut :
Pengadaan Langsung jasa konsultan adalah proses Pengadaan Jasa Konsultansi
yang merupakan kebutuhan operasional K/L/D/I dan/atau benilai sampai dengan
Rp50 juta.

Permintaan penawaran yang diserai dengan klarifikasi serta negosiasi teknis dan
harga kepada Penyedia dengan menggunakan SPK, meliputi antara lain :
1)
2)
2)

Pejabat Pengadaan mencari informasi terkait dengan pekerjaan Jasa Konsultansi


yang akan dilaksanakan beserta biayanya, antara lain melalui media elektronik
maupun non elektronik.
Pejabat Pengadaan membandingkan biaya dan kualitas paling sedikit dari dua
sumber informasi yang berbeda.

3)

Pejabat Pengadaan mengundang calon Penyedia yang diyakini mampu untuk


menyampaikan

penawaran

administrasi,

teknis,

biaya,

dan

formulir

isian

kualifikasi.
Yang diundang dapat hanya satu saja.
Mengenai kualifikasi, adalah kualifikasi yang diperlukan saja.
4) Undangan dilampiri Kerangka Acuan Kerja, dan dokumendokumen lain yang
menggambarkan jenis pekerjaan yang dibutuhkan.
5) Penyedia yang diundang menyampaikan penawaran administrasi, teknis, dan biaya
secara langsung sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam undangan.
6) Pejabat Pengadaan membuka penawaran, mengevaluasi, melakukan klarifikasi
teknis dan negosiasi biaya pada saat penawaran disampaikan.
7) Ketentuan negosiasi biaya:
a) dilakukan berdasarkan HPS, untuk memperoleh kesepakatan biaya yang efisien
dan efektif dengan tetap mempertahankan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan
penawaran teknis yang diajukan Penyedia;
b) dalam hal negosiasi biaya tidak menghasilkan kesepakatan, Pengadaan Langsung
dinyatakan gagal dan diadakan Pengadaan Langsung ulang;
c) Pejabat Pengadaan membuat Berita Acara Hasil Negosiasi Biaya.

8) Pejabat Pengadaan membuat Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung yang terdiri
dari:
a) uraian singkat pekerjaan;
b) nama peserta;
c) biaya penawaran dan biaya penawaran terkoreksi;

d) unsur-unsur yang dievaluasi;


e) keterangan lain yang dianggap perlu; dan
f) tanggal dibuatnya Berita Acara.
9) Pejabat Pengadaan menyampaikan Berita Acara kepada PPK.

Berdasarkan Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 2 Ayat (1) huruf b dinyatakan bahwa
ruang lingkup peraturan presiden ini antara lain bagi pengadaan barang/jasa untuk
investasi di lingkungan BUMN/BUMD, yang pembiayaannya sebagian atau
seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD.
Dengan demikian, untuk pengadaan barang/jasa untuk investasi yang
pembiayaannya dari K/L/D/I, maka wajib berpedoman kepada Peraturan Presiden
No.54 Tahun 2010. Untuk pengadaan barang/jasa untuk investasi yang pembiayaan
berasal dari BUMN/BUMD dengan sumber anggaran baik melalui melalui
mekanisme Penyertaan Modal Negara (PMN) melalui transfer rekening ataupun dari
hasil operasional BUMN/BUMD, maka pengadaannya tidak wajib berpedoman
kepada Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010. Dalam hal ini, BUMN dapat
berpedoman kepada Peraturan Menteri BUMN dan surat keputusan direksi BUMN.
Untuk BUMD dapat berpedoman kepada peraturan daerah maupun surat keputusan
direksi BUMD. Namun demikian, dalam penyusunan pedoman pengadaan
barang/jasa, BUMN/BUMD harus memperhatikan prinsip-prinsip dan tata nilai
pengadaan yang baik.

Bagaimana mekanisme pengadaan barang/jasa untuk keperluan


internal BUMN/BUMD? Apakah harus mengacu pada Peraturan
Presiden No.54 Tahun 2010?
08 Agustus 2011, 12:00 WIB
1. Berdasarkan Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 2 Ayat (1) huruf b, ruang lingkup
berlakunya peraturan presiden ini antara lain bagi pengadaan barang/jasa untuk
investasi di lingkungan BUMN/BUMD, yang pembiayaannya sebagian atau
seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD;
2. Namun bilamana kegiatan tersebut dibiayai dari dana kas BUMN atau berasal dari
pendapatan operasional BUMN/BUMD, dimana hasil dari pengadaan tersebut
dicatatkan sebagai kekayaan BUMN/BUMD yang dipisahkan, maka proses
pengadaan kegiatan tersebut dapat dikelola langsung oleh BUMN/BUMD sesuai
dengan rencana kerja yang telah ditetapkan. Mengingat modal BUMN/BUMD
merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Badan Usaha Milik Negara, maka pimpinan BUMD dapat menyusun sendiri Pedoman
Pengadaan Barang/Jasa;
3. Pedoman tersebut digunakan untuk mengatur proses pengadaan yang seluruh sumber
dananya tidak tercatat dalam APBN/APBD, maupun untuk kegiatan yang dimaksud
pada butir (2) di atas, baik melalui penyedia barang/jasa maupun dengan cara
swakelola. Meskipun demikian, diharapkan penyusunan pedoman tersebut tetap
mengikuti prinsip dasar pengadaan barang/jasa yang berlaku umum sebagaimana
tercantum dalam Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010 Pasal 5 yang efisien, efektif,
transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.

Você também pode gostar