Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Vol.11
No. 1
Hal. 1-89
Juni 2016
Ketua Penyunting
Perminas Pangeran
Dewan Penyunting
Erni Ekawati (Universitas Kristen Duta Wacana)
Heru Kurnianto Tjahjono (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
I Putu Sugiartha Sanjaya (Universitas AtmaJaya)
Mahatma Kufepaksi (Universitas Lampung)
Singgih Santoso (Universitas Kristen Duta Wacana)
Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis (JRMB) terbit sejak tahun 2006. Terbit dua kali setahun pada
bulan Juni dan Desember. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, kajian analitis kritis
dan tinjauan buku dalam bidang manajemen dan bisnis. Penyunting menerima tulisan yang belum
pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik dengan format seperti tercantum pada
Pedoman Penulisan Artikel yang terlampir di halaman belakang.
Abstract
This study aims to analyze and empirically test the significance of partial and simultaneous effect of
insider ownership, DER, ROE, firm size, IOS, PER, and EPS dividend payout ratio (DPR) in
manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange of 2008-2013 period. The results showed that
partially turned out just ROE, IOS, PER, and EPS significantly influence of dividend payout ratio,
while the insider ownership, DER, and firm size does not affect significant. Meanwhile
simultaneously, all variables INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS, PER, EPS significantly influence
DPR. From coefficient of determination can be concluded that the ability of Insider Ownership, DER,
ROE, Firm Size, IOS, PER and EPS in explaining dividend payout ratio amounted to 71.1 per cent
while the remaining 28.9 per cent influenced or explained by other variables not used in this study.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis dan menguji secara empiris signifikansi parsial dan simultan
pengaruh insider ownership, DER, ROE, firm size, IOS, PER, dan EPS terhadap dividend payout ratio
(DPR) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara parsial ternyata hanya ROE, IOS, PER, dan EPS yang berpengaruh
signifikan terhadap DPR, sedangkan kepemilikan internal, DER, dan Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan.Sedangkan secara simultan, seluruh variabel INSDOWN, DER, ROE, FSIZE,
IOS, PER, EPS berpengaruh signifikan terhadap DPR. Dari nilai Koefisien determinasi dapat
disimpulkan bahwa kemampuan variabel Insider Ownership, DER, ROE, Firm Size, IOS, PER dan
EPS dalam menjelaskan dividend payout ratio adalah sebesar 71,1 persen sedangkan sisanya 28,9
persen dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
Kata Kunci: insider ownership, firm size, investment opportuinity set, earning per share, dividend
payout ratio
PENDAHULUAN
Pemulihan ekonomi negara-negara maju seperti Amerika Serikat membawa dampak positif
terutama di sisi perdagangan bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun menurut
Laporan Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia versi World Bank Maret 2014 selain
memberikan peluang, kondisi ini juga memberikan suatu tantangan bagi Indonesia. Pertama,
pertumbuhan ekonomi dunia akan terpusat pada negara-negara maju. Kedua, tekanan suku bunga
global akibat kebijakan moneter negara-negara maju terus berlangsung. Skenario dasar kedepan
menunjukkan pertumbuhan ekonomi global yang terus menguat, dipimpin oleh pertumbuhan ekonomi
di negara-negara maju. Perubahan orientasi ekspor Cina ke arah domestik yang diperkirakan akan
berdampak positif pada ekspor Indonesia nyatanya belum terlihat. Selama ini Cina mengandalkan
impor komoditas yang tinggi terhadap Indonesia, namun hingga akhir 2014 belum ada peningkatan
31
yang berarti di sektor ekspor. Dalam siaran pers Forecasting 2014 Bank Dunia: Pertumbuhan
Melambat di Negara Berkembang di Kawasan Asia Timur dan Pasifik, menyatakan bahwa pada tahun
2014 pertumbuhan ekonomi akan lebih lambat dan baru akan meningkat di tahun 2015. Negaranegara berkembang di Asia Timur dan Pasifik akan mendapatkan manfaat yang baik akibat pemulihan
ekonomi global. Akan tetapi, manfaat yang dirasakan setiap negara akan berbeda-beda tergantung
dengan iklim investasi dan ekspor negara tersebut. Menurut peralaman Bank Dunia, perekonomian
Indonesia pada tahun 2014 akan menurun menjadi 5,2% dari 5,8% di tahun 2013 (Tabel 1.2). Hal ini
terjadi karena Indonesia masih menjadikan ekspor komoditas sebagai andalan.Selain itu, penurunan
harga komoditas, ketidaksesuaian perkiraan belanja pemerintah, serta ekspansi kredit yang melambat
turut menjadi faktor menurunnya perekonomian Indonesia.
Hingga Triwulan IV tahun 2014, Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia
mencatat adanya kenaikan nilai investasi langsung di luar investasi Migas, Perbankan, Lembaga
Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, dan Industri Rumah Tangga. Untuk Triwulan I
sampai dengan Triwulan III 2014 Kurs US$ 1 = Rp 10.500 sesuai dengan APBN 2014. Pada Triwulan
IV Kurs US$ 1 = Rp 11.600 sesuai dengan APBN-P 2014. Realisasi investasi pada Triwulan IV 2014
adalah Rp 120,4 triliun, meningkat 0,4% dari Triwulan III 2014 sebesar Rp 119,9 triliun atau
meningkat 14,3% dari Triwulan IV 2013 dengan nilai realisasi sebesar Rp 105,3 triliun. Realisasi
investasi pada bulan Januari sampai dengan Desember 2014 sebesar Rp 463,1 triliun.
100
50
0
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 16,2% dari tahun 2013 yaitu Rp 398,6 triliun
(Grafik 1). Peningkatan investasi langsung dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung.Salah
satunya adalah stabilitas politik yang memadai. Selain politik, yang menjadi fokus utama investor
adalah pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah. Investor tidak akan menanamkan modalnya
jika pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak menunjukkan prospek yang baik. Hal tersebut akan
sangat berisiko untuk kelanjutan usahanya. Selain itu, pemerintah yang dinilai konsisten dalam
menjalankan kebijakannya akan memberikan rasa aman bagi investor untuk menanamkan modalnya.
Selain investasi langsung, investasi dapat pula dilakukan melalui pasar modal. Pasar modal
sebenarnya sama dengan pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli, namun
yang diperjual belikan di sini adalah modal berupa saham, obligasi, atau surat-surat berharga lainnya.
32
Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995, Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Di tempat ini, pihak yang
memiliki dana (surplus) bertemu dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit). Pasar modal
memberikan banyak manfaat bagi para pelakunya.Meskipun demikian, nyatanya hal ini belum
menjadi daya tarik bagi mayoritas masyarakat di Indonesia.Pendidikan dan pengetahuan yang kurang
menjadikan masyarakat masih enggan berinvestasi dalam bentuk modal.Masyarakat Indonesia masih
cenderung berinvestasi dalam bentuk emas, berlian, tanah, atau aktiva tetap lainnya.Padahal bagi
pelaku usaha, pasar modal bermanfaat untuk mendapatkan pendanaan jangka panjang. Sedangkan
bagi investor, pasar modal memberikan alternatif untuk mengalokasikan dana secara tepat dan
optimal. Bukan hanya itu, investor juga akan mendapatkan pengembalian baik dalam bentuk dividen
atau capital gain bagi pemegang saham, dan bunga bagi pemegang obligasi. Pasar modal juga
memberikan manfaat bagi pemerintah dan perekonomian. Tersedianya dana dari investor akan
memberikan kesempatan bagi para pelaku usaha untuk melanjutkan atau bahkan meningkatkan
kinerja operasional usahanya. Peningkatan usaha di berbagai sektor akan mendorong pertumbuhan
ekonomi yang baik. Dengan pertumbuhan ekonomi yang baik maka pembangunan dapat dilaksanakan
secara optimal dan merata.
Sebelum menginvestasikan dananya, seorang investor membutuhkan informasi untuk
mengurangi tingkat ketidakpastian. Informasi ini berhubungan dengan keadaan ekonomi dan
politik.Selain itu, informasi mengenai kinerja perusahaan juga perlu diperhatikan.Informasi ini
terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Dalam menilai kinerja sebuah perusahaan, investor
dapat menggunakan rasio keuangan.Rasio keuangan menggambarkan hubungan antar pos atau akun
di dalam laporan keuangan. Data yang dibutuhkan untuk menganalisis rasio keuangan dapat diambil
dari neraca, laporan laba rugi, maupun kombinasi dari keduanya. Rasio yang dapat digunakan untuk
menilai kinerja perusahaan terdiri dari likuiditas, profitabilitas, leverage. Likuiditas menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek. Profitabilitas
menggambarkan seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Tujuan investor
perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu perusahaan adalah untuk
meningkatkan kemakmuran dengan memperoleh pendapatan atau tingkat pengembalian investasi,
baik berupa dividen ataupun capital gain. Kebijakan dividen pada suatu perusahaan menjadi pusat
perhatian bagi investor. Kebijakan tersebut akan menjadikan seorang investor akan membeli,
mempertahankan atau memutuskan untuk tidak membeli atau menjual saham yang investor miliki.
Apabila dividen yang dibagikan kepada pemegang saham telah maksimal, maka langkah yang
sebaiknya diambil oleh para investor adalah mempertahankan saham perusahaan. Apabila pembagian
dividen kepada para investor dinilai kurang cukup atau tidak maksimal maka yang dilakukan para
investor yaitu menjual saham perusahaan dengan harapan masih memperoleh keuntungan dari capital
gain pada pasar modal. Hal ini bisa menyebabkan turunnya nilai suatu perusahaan yang juga dapat
berdampak pada turunnya harga saham perusahaan. Oleh karena itu, penentuan rasio pembayaran
dividen merupakan keputusan penting yang nantinya akan menunjukkan presentase laba suatu
perusahaan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham (Rahayuningtyas, et.al, 2014).
Kebijakan dividen sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak yang
terlibat di masyarakat. Bagi pemegang saham atau investor, dividen merupakan imbal hasil investasi
mereka berupa kepemilikkan saham yang diterbitkan perusahaan lain. Bagi pihak manajemen, dividen
merupakan arus kas keluar yang mengurangi kas perusahaan. Bagi kreditor, dividen dapat menjadi
sinyal mengenai kecukupan kas perusahaan untuk membayar bunga atau bahkan melunasi pokok
pinjaman. Kebijakan dividen yang cenderung membayarkan dividen dalam jumlah relatif besar akan
mampu memotivasi pemerhati untuk membeli saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki
kemampuan membayar dividen diasumsikan masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan
(Azmi dan Listiadi, 2014).
Pada dasarnya kebijakan dividen melibatkan dua pihak yang saling bertentangan yaitu pihak
pemegang saham dan pihak manajemen. Sebagai pengelola, manajemen memiliki kecenderungan
untuk menahan sebagian besar labanya daripada dibagikan dalam bentuk dividen.Hal ini terjadi
karena manajemen memiliki kepentingan untuk menanamkan kembali laba melalui berbagai investasi
33
34
(2014) investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hal tersebut
bertentangan dengan hasil penelitian Putri (2013), dan Azmi dan Listiadi (2014) yang menyatakan
bahwa investment opportunity set memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout
ratio.Selain kesempatan investasi, insider ownership atau kepemilikan manajerial juga mempengaruhi
besarnya dividend payout ratio. Jika dihubungkan dengan konflik kepentingan antara manajemen dan
pemegang saham, maka insider ownership dapat mendorong adanya kesamaan kepentingan di antara
pihak-pihak tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hikmah (2010) insider ownership yang
menjadi variabel agency cost berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Santikarani (2012) yang menyatakan bahwa insider ownership
berpengaruh negatif signifikan terhadap dividend payout ratio.Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Setiawan dan Mertha (2012) memberikan hasil yang bertentangan, yaitu insider ownership tidak
berpengaruh terhadap dividend payout ratio.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
dan menguji secara empiris signifikansi parsial dan simultan Insider Ownership, Debt to Equity Ratio,
Return on Equity, Firm Size, Investment Opportunity Set, Price Earning Ratio, dan Earning per Share
berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
TELAAH LITERATUR
Dividend payout ratio
Menurut Bangun dan Hardiman (2014), kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu
dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba
yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah
laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan
dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen.
Menurut Hikmah (2010), teori stakeholder memberikan suatu pandangan perusahaan sebagai
suatu nexus of contract (kumpulan kontrak-kontrak) dengan memasukkan investor dan non-investor
sebagai stakeholder perusahaan. Teori stakeholder ini dikemukakan oleh Cornell dan Shapiro (1987)
yang melengkapi temuan dari Titman (1984), dengan melihat klaim implisit dari suatu perusahaan.
Aspek klaim implisit dari teori stakeholder, Cornell dan Shapiro menciptakan hubungan antara
kepuasan investasi dan keputusan financial/keuangan perusahaan, karena tingkat dari net operating
income dari perusahaan dapat dipengaruhi oleh keputusan finansial, seperti rasio pembayaran dividen
(dividen payout ratio). Menurut Husnan (1996), ada beberapa faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan kebijakan dividen, perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk membayar dividen
dengan jumlah yang sebesar-besarnya (bahkan secara teoritis tidak perlu membagi dividen).
Selanjutnya terdapat keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham. Dalam
keadaan tidak terdapat biaya transaksi, tambahan kekayaan karena kenaikan harga saham sama
menariknya dengan tambahan kekayaan karena pembayaran dividen. Masalahnya adalah bahwa untuk
merealisir uang kas, pemegang saham perlu menjual sebagian saham, sedangkan pembayaran dividen
berarti menerima kas (yang tidak perlu menjual saham). Sayangnya jika pemodal menjual saham,
mereka akan terkena biaya transaksi. Dengan demikian, jika tidak ada faktor pajak, menerima dividen
akan lebih menguntungkan dari pada memperoleh capital gains. Selanjutnya, Karena pemodal juga
membayar pajak penghasilan personal tax, maka bagi pemodal yang sudah berada dalam tax bracket
yang tinggi, mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen dan memilih menikmati
capital gains.
Kebijakan dividen sering dianggap sebagai signal bagi investor dalam menilai baik buruknya
perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan dividen dapat membawa pengaruh terhadap harga
saham perusahaan. Dengan demikian seberapa besar porsi laba yang akan dibagikan dalam bentuk
dividen dan seberapa besar porsi laba yang akan ditahan untuk diinvestasikan kembali, merupakan
masalah yang cukup serius bagi pihak manajemen (Hikmah, 2010) atau lebih dikenal dengan Teori
Signalling. Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout ratio-nya yaitu presentase
laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai, artinya besar kecilnya dividend payout ratio akan
35
berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka
perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya dividend payout ratio sesuai dengan harapan
pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh
(Mardaleni, 2014).
Insider Ownership, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Firm Size, Investment
Opportunity Set, Price Earning Ratio, dan Earning per Share
Manajemen sangat berhati-hati dalam menentukan besarnya dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham. Hal ini terjadi karena manajemen cenderung berkeinginan menahan laba untuk
ditanamkan kembali dalam operasional perusahaan. Besar kecilnya dividend payout ratio dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu: 1) Faktor likuiditas, 2) Faktor kebutuhan dana untuk melunasi utang,
3)Tingkat ekspansi yang direncanakan, 4) Faktor pengawasan, 5) Ketentuan-ketentuan pemerintah,
dan 6) Pajak kekayaan (Wibisono, 2010). Penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu Insider
Ownership, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Firm Size, dan Investment Opportunity Set, Price
Earning Ratio, dan Earning per Share.
Insider Ownership merupakan kepemilikan saham oleh manajemen. Jensen dan Meckling
(1976) dalam Santikarani (2012) menjelaskan bahwa jumlah kepemilikan saham manajemen akan
mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Kesamaan
kepentingan antara pihak manajemen dengan pihak pemegang saham maka dapat menurunkan
potensi konflik diantara keduanya. Insider Ownership lebih menyukai apabila laba perusahaan
tidak dibagikan kepada pemegang saham karena digunakan sebagai modal internal untuk kegiatan
operasional perusahaan. Debt to Equity Ratio menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik
dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh
mana perusahaan dibiayai dari utang (Pasaribu, et al., 2014).
Return on Equity (ROE) menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam total
modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan neto. Semakin besar ROE berarti semakin besar
kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba bersih
sehingga perusahaan menetapkan dividen yang tinggi (Setiawan dan Mertha, 2012). Firm Size atau
ukuran perusahaan lebih disebabkan operasi ketersediaan informasi yang terpublikasi. Jumlah
informasi yang terpublikasi untuk perusahaan meningkat sesuai dengan ukuran perusahaan.
Perusahaan besar lebih banyak disorot oleh masyarakat dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena
itu, perusahaan besar cenderung menjaga image perusahaan di mata masyarakat. Untuk menjaga
image tersebut perusahaan berusaha untuk membagikan dividen kepada pemegang saham
(Kriscahyadi, 2013).
Investment Opportunity Set, nilai pilihan investasi sangat tergantung pada nilai aset yang
dimiliki oleh perusahaan. Kesempatan investasi tidak selalu berujud secara fisik tetapi dapat berupa
suatu kesempatan yang bersifat intangible namun memiliki peluang yang memberikan
keuntungan bagi perusahaan. (Azmi dan Listiadi, 2014). Price Earning Ratio, PER dihitung dengan
membandingkan antara harga per saham dengan laba per sahamnya. Perusahaan dengan peluang
tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai PER yang tinggi pula. Hal inilah yang
menunjukkan bahwa pasar mengharapkan laba besar di masa mendatang (Rahayuningtyas et al.,
2014). Earning per Share, merupakan besaran laba yang dihasilkan perusahaan untuk setiap lembar
saham yang beredar. EPS juga dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.
36
dari manajemen, maka biaya agensinya semakin menurun, sehingga rasio pembayaran dividen juga
akan menurun. Hasil yang berbeda dikemukakan oleh Setiawan dan Mertha (2012) yang menyatakan
bahwa Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan uraian
singkat di atas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H1 : Insider Ownership berpangaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
37
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dengan periode 2008-2013. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah metode
purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel secara tidak acak atau sesuai dengan kriteria
tertentu. Kriteria pemilihan sampel yang akan diteliti sebagai berikut: 1) Perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2008; 2) Perusahaan manufaktur yang selalu
membagikan dividen selama periode penelitian 2008-2013. Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah
sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini sebanyak 22 perusahaan.
38
dipublikasikan dan ringkasan kinerja perusahaan manufakturyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
melalui www.idx.co.id, web resmi perusahaan, dan data harga saham melalui Yahoo Finance.
Variabel Dependen
Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah Dividend Payout Ratio. Dividend
Payout Ratio (DPR) merupakan presentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang
saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Dividend payout ratio (DPR) merupakan rasio dari
dividend per share (DPS) terhadap earning per share (EPS), yang merefleksikan dari beberapa
earning yang tersedia bagi pemegang saham biasa yang didistribusikan sebagai dividen (Azmi dan
Listiadi, 2014). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
=
Variabel Independen
Variabel independen (variabel bebas) yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Insider Ownership: pemilik sekaligus pengelola perusahaan atau semua pihak yang mempunyai
kesempatan terlibat dalam pengambilan kebijaksanaan dan mempunyai akses langsung pada informasi
perusahaan (Yuniningsih, 2008 dalam Santikarani, 2012). Insider Ownership didapat dari persentase
saham yang dimiliki oleh insider dengan jumlah saham beredar suatu perusahaan. Insider ownership
dirumuskan sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio: rasio yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk
membayar keseluruhan hutang (Bangun dan Hardiman, 2012). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
=
Return on Equity (ROE): Return on Equity menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam total modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan neto. Semakin besar ROE
berarti semakin besar kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan laba bersih sehingga perusahaan menetapkan dividen yang tinggi (Setiawan dan
Mertha, 2012). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
=
Firm Size: Variabel ini diukur dengan menghitung berapa total aset yang dimiliki oleh suatu
perusahaan untuk membayar dividen kepada seluruh pemegang saham (Faujimi, 2014). Ukuran
perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat diukur dengan melihat dari
total asset perusahaan tersebut (Putri, 2013). Firm Size dirumuskan sebagai berikut:
= ( )
Investment Opportunity Set: Kesempatan perusahaan untuk tumbuh disebut sebagai Investment
Opportunity Set (IOS) yang dijadikan dasar untuk menentukan klasifikasi pertumbuhan perusahaan di
masa depan (Bangun dan Hardiman, 2012). Investment Opportunity Set adalah kombinasi antara
aktiva riil (assets in place) dan opsi investasi masa depan. Investmen Opportunity Set diproksikan
39
dengan market to book value of equity (MVE). MVE diukur dari kapitalisasi pasar dibagi total
ekuitas (Azmi dan Listiadi, 2014). Investment Opportunity Set dirumuskan sebagai berikut:
=
Price Earning Ratio: Price Earning Ratio menunjukkan jumlah rupiah yang harus dibayar investor
untuk setiap 1 rupiah laba periode berjalan (Deitiana, 2009). PER dirumuskan sebagai berikut:
=
Earning per Share: Earning per Share merupakan ukuran kemampuan untuk menghasilkan
keuntungan per lembar saham yang dimiliki (Wibisono, 2010). EPS dirumuskan sebagai berikut:
=
= Konstanta
= Koefisien Regresi Variabel Independen
1- 5
X1
= Insider Ownership
X2
= Debt to Equity Ratio(DER)
X3
= Return on Equity (ROE)
X4
= Firm Size
= Investment Opportunity Set (IOS)
X5
e
= Error
Min
DPR
INSDOWN
DER
ROE
FSIZE
IOS
PER
EPS
0,0349
0,0001
0,1041
0,0027
248,502
0,2049
16,763
99,737
40
Max
30,294
0,2562
31,101
13,746
329,970
494,584
7,297,810
555,875,178
Mean
0,5275
0,0291
0,8109
0,2724
289,527
48,128
202,523
22,566,177
Std.
Deviation
0,3952
0,0707
0,7141
0,2668
18,257
83,221
635,693
62,499,764
Dari 74 sampel data INSDOWN (Insider Ownership), nilai rata-ratanya sebesar 2,9 persen. Hasil ini
menunjukkan bahwa rata-rata saham yang dimiliki oleh manajemen dalam perusahaan manufaktur
yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah sangat kecil. Kepemilikan manajerial akan mendorong
pengambilan keputusan yang lebih baik oleh manajemen dalam berbagai bidang. Hal ini terjadi
karena pihak manajemen turut serta menjadi pemilik dari perusahaan. Namun fakta bahwa rata-rata
saham yang dimiliki hanya 3 persen, kemungkinan besar hal ini tidak dapat mengurangi konflik
kepentingan antara pemegang saham dan manajemen. Selanjutnya, nilai-rata-rata DER sebesar 81
persen menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur yang menjadi objek penelitian ini
memiliki hutang yang cukup besar dibanding modal yang dimiliki namun masih dapat dikatakan aman
karena masih dibawah 100%. Nilai rata-rata ROE sebesar 27,24 menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola modal dalam menghasilkan laba bersih. Maka, dengan melihat rata-rata
yang diperoleh, perusahaan dengan ROE yang kurang dari 27,24% dianggap kurang baik dalam
pengelolaan modalnya, dan sebaliknya. Dari 132 sampel FSIZE (Firm Size), nilai minimum sebesar
24,8502 terdapat pada PT Lionmesh Prima Tbk tahun 2008. Nilai Maksimum sebesar 32,9970
terdapat pada PT Astra International Tbk tahun 2013. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 28,952728 dan
standar deviasi 1,908820. Ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural total aktiva yang
dimiliki perusahaan karena dianggap lebih representatif dan stabil dibanding dengan kapitalisasi pasar
dan penjualan.
Dari 132 sampel IOS (Investment Opportunity Set), nilai minimum sebesar 0,2049 terdapat
pada Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk tahun 2013. Nilai maksimum sebesar 49,4584 terdapat pada
PTUnilever Indonesia Tbk tahun 2013. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 4,812827 dan standar deviasi
8,3221346. IOS menunjukkan tingkat kesempatan investasi yang dimiliki perusahaan. IOS yang
tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut belum sepenuhnya matang dan masih memiliki
kesempatan yang tinggi untuk tumbuh. Dari 132 sampel PER (Price Earning Ratio), nilai minimum
sebesar 1,6763 terdapat pada PT Lionmesh Prima Tbk tahun 2012. Nilai maksimum sebesar 729,7810
terdapat pada PTGoodyear Indonesia Tbk tahun 2008. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 20,2523 dan
standar deviasi 63,5693. PER dapat mencerminkan seberapa besar saham dinilai oleh investor dari
setiap laba per lembar saham yang dihasilkan perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan nilai rata-rata
yang masih jauh dengan nilai maksimumnya, hal ini mengindikasikan PER masing-masing
perusahaan objek memiliki rentang yang cukup besar karena terdiri dari berbagai sektor industri
manufaktur.
Dari 132 sampel EPS (Earning per Share), nilai minimum sebesar 9,9737 terdapat pada PT
Kimia Farma Tbk tahun 2008. Nilai maksimum sebesar 55587,5178 terdapat pada PT Multi Bintang
Indonesia Tbk tahun 2013. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 2256,6177 dan standar deviasi
6249,9764. EPS merupakan besaran laba bersih untuk per lembar saham perusahaan. Hasil pengujian
menunjukkan nilai rata-rata yang masih jauh dengan nilai maksimumnya, hal ini terjadi karena laba
dari setiap perusahaan akan berbeda-beda tergantung produk yang dihasilkan oleh masing-masing
industri. Dari hasil olah data diperoleh temuan bahwa secara parsial ternyata hanya ROE, IOS, PER,
dan EPS yang berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan kepemilikan internal, DER, dan
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan.Sedangkan secara simultan, seluruh variabel
INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS, PER, EPS berpengaruh signifikan terhadap DPR. Nilai
Koefisien determinasi sebesar 0,711 menyatakan bahwa kemampuan variabel Insider Ownership,
DER, ROE, Firm Size, IOS, PER dan EPS dalam menjelaskan variabel DPR adalah sebesar 71,1%
sedangkan sisanya 28,9 % dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam
penelitian ini.
Pembahasan
Hasil penelitian statistik dengan uji-t menunjukkan bahwa variable Insider Ownership
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR dengan nilai sig.t 0,215 yang berarti
meningkatnya Insider Ownership akan menurunkan DPR. Tingkat signifikan yang > 0,05
menunjukkan bahwa manajemen telah dapat memisahkan fungsinya sebagai manajemen dan
pemegang saham. Hasil ini sesuai dengan signalling hypothesis theory, dimana dengan meningkatnya
kepemilikan manajerial yang diikuti pengingkatan pembagian dividen maka manajemen ingin
41
menunjukkan kepada investor dan masyarakat bahwa manajemen sebagai bagian dari pemegang
saham berperan positif terhadap keuntungan yang akan didapatkan. Hasil pengujian inimendukung
penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Mertha (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial (insider ownership) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen,
namun bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hikmah (2010) dan Santikarani
(2012) yang menyatakan bahwa insider ownership berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
dividend payout ratio.
Debt to Equity Ratio menunjukkan seberapa besar hutang dibanding dengan modal yang
dimiliki perusahaan. Pada kenyataannya akan sulit bagi perusahaan dalam membiayai kegiatan
operasionalnya jika hanya mengandalkan modal sendiri. Pengendalian terhadap hutang yang baik
akan mempengaruhi laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan tidak signifikan dengan nilai sig.
t sebesar 0,572 yang berarti meningkatnya hutang akan menurunkan besarnya dividen yang dibagikan
kepada pemegang saham. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar hutang yang dimiliki perusahaan
dalam penelitian ini merupakan kewajiban yang berhubungan dengan operasional sehingga tidak
menimbulkan beban bunga yang besar dan dapat mengurangi jumlah laba bersih perusahaan. Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Faujimi (2014), Swastyastu, et al., (2014), Pratama
(2014), Rahayuningtyas, et al., (2014), Pasaribu, et al., (2014) dan Mahaputra dan Wirawati (2014)
yang menyatakan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.
Return on Equity merupakan rasio seberapa jauh perusahaan dapat mengelola modal untuk
menghasilkan laba bersih. Perusahaan harus mampu mengelola modal dengan efektif untuk
mendapatkan laba yang maksimal. Semakin besar ROE maka semakin besar kemampuan modal
yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih sehingga perusahaan dapat menetapkan
dividen yang tinggi atau dapat dikatakan berpengaruh positif. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
variabel Return on Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR dengan nilai sig. t
sebesar 0,000 yang artinya semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya untuk
menghasilkan laba maka semakin tinggi pula dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Hasil
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Azmi dan Listiadi (2014) yang menunjukkan bahwa
return on equity berpengaruh secara signifikan terhadap DPR, namun bertolak belakang dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mardaleni (2014), Rahayuningtyas, et al., (2014) menunjukkan hasil
bahwa return on equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Firm Size berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap DPR dengan nilai sig.t sebesar 0,513 yang berarti semakin besar suatu perusahaan
akan meningkatkan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Perusahaan yang besar
memiliki akses yang lebih mudah dalam memasuki pasar modal. Hal ini dapat memberikan
kemudahan bagi perusahaan dalam mendapatkan pendanaan. Pendanaan yang cukup untuk
membiayai operasional perusahaan akan memberikan kemampuan untuk menghasilkan laba yang
lebih besar dibanding perusahaan yang lebih kecil. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap dividen
yang dibagikan tidak signifikan karena banyak faktor lain yang lebih mempengaruhi DPR, seperti
ketersediaan dana, pengelolaan modal, pengawasan hutang, dan lain sebagai. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013), Kriscahyadi (2013), Mahaputra dan Wirawati (2014),
Swastyastu, et al., (2014), Pasaribu, et al., (2014), dan Faujimi (2014) yang menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap DPR.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap DPR dengan nilai sig. t sebesar 0,020 yang berarti semakin tinggi
kesempatan investasi perusahaan akan menurunkan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham.
Hal ini dapat terjadi karena perusahaan dengan nilai IOS yang tinggi mencerminkan bahwa
perusahaan tersebut belum sepenuhnya matang dan masih memiliki kesempatan untuk berkembang.
Perusahaan dengan IOS yang tinggi akan menentukan tingkat DPR yang rendah dan memilih untuk
menggunakan laba untuk investasi baru yang dapat mengembangkan perusahaan. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013), dan Azmi dan Listiadi (2014) yang
menunjukkan hasil bahwa IOS berpengaruh secara signifikan terhadap DPR, namun bertolak
42
belakang dengan penelitian Bangun dan Hardiman (2013), dan Pratama (2014) yang menunjukkan
hasil bahwa IOS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap DPR.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap DPR dengan nilai sig. t sebesar 0,000 yang berarti meningkatnya nilai saham
perusahaan akan meningkatkan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Hal ini dapat terjadi
karena PER diukur dengan harga pasar saham yang mencerminkan harapan dari investor. Semakin
tinggi harga pasar saham maka semakin tinggi pula harapan investor terhadap pertumbuhan suatu
perusahaan. Tingginya harapan investor akan menuntut perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya
sehingga dapat menghasilkan laba yang lebih besar setiap periode sehingga dapat memenuhi harapan
pemegang saham.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Earning per Share (EPS) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap DPR dengan nilai sig.t sebesar 0,001 yang berarti meningkatnya laba per
lembar saham yang dihasilkan oleh perusahaan akan meningkatkan dividen yang dibagikan kepada
pemegang saham. Hal ini terjadi karena semakin besar laba per lembar saham yang diperoleh
perusahaan akan meningkatkan jumlah dividen yang mampu dibayarkan kepada penegang saham.
DAFTAR REFERENSI
Azmi, Maulidiyah Nur. dan Listiadi, Agung. 2014 .Analisis Pengaruh Profitabilitas dan IOS Terhadap
Kebijakan Dividen dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur.
Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 2, No. 3: 990-1001.
Bangun, Nurainun. dan Hardiman, Stefanus. 2014. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Cash Position,
Debt To Equity Ratio (DER), dan Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Deviden Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2008-2010.
Journal of Capital Market and Banking, 1(2): 80-102.
Deitiana, Tita. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, 11(1): 57-64.
43
Faujimi, Indrima. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Ukuran Perusahaan Terhadap
Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Maufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010-2012. Jurnal Akuntansi, 2(2): 1-26.
Hikmah, Khoirul. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen: Pendekatan
Teori Stakeholder. Jurnal Kharisma, 4(2): 91-105.
Kriscahyadi, Herdy Tedjo. 2013. Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Cash Position, Debt To Equity
Ratio dan Company Size terhadap Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur Di BEI
Tahun 2008-2010. Q-MAN, 2(7): 81-96.
Mahaputra, Gede Agus, dan Ni Gusti P. W. 2014. Pengaruh Faktor Keuangan dan Ukuran Perusahaan
Pada Dividend Payout Ratio Perusahaan Perbankan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
9(3): 695-708.
Mardaleni. 2014. Analisis Pengaruh Return On Equity, Debt to Equity Ratio, dan Current Ratio
terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012. E-Jurnal Apresiasi Ekonomi, 2(2): 73-79.
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. Kowanda, Dionysia. Nawawi, Kholid. 2014. Determinan
Dividend Payout Ratio Pada Emiten LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,
8(1): 1-12.
Pratama, Diky May. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Investment Opportunity Set, Cash Flow, Debt To
Equity Ratio, danRisiko Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Pengolahan Non Migas.
Jurnal Ilmu Manajemen, 2(2): 460-472.
Putri, Dithi Amanda. 2013. Pengaruh Investment Opportunity Set, Kebijakan Utang dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen, 2(2): 1-13.
Rahayuningtyas, Septi, Suhadak, dan Siti Ragil Handayani. 2014. Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) (Studi Pada Perusahaan yang Listing di BEI Tahun 2009
2011). Jurnal Administrasi Bisnis, 7(2): 1-9.
Santikarani, Diska. 2012. Pengaruh Asset Growth, Cash Position, Size, dan Insider Ownership
terhadap Dividend Payout Ratio Pada LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010. Jurnal
Kajian Pendidikan dan Akuntansi Indonesia, 1(3): 1-23.
Setiawan, Agus. dan, Mertha, I Made. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Dividen pada Perusahaan Wholesale dan Retail Trade di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 1(2): 1-20.
Swastyastu, M. W., Gede Adi Y., Anantawikrama T. Atmadja. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1): 1-12.
Utama, I Made Karya. 2012. Dividend Payout Ratio dan Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Pada
Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010). Manajemen Bisnis Syariah, 6(1): 1-12.
Wibisono, Anjar. 2010. Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas terhadap Dividend
Pay Out Ratio (Studi pada Perusahaan Go-Public di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Aplikasi
Manajemen, 8(3): 720-731.
44