Você está na página 1de 11

PROSIDING PESAT 2015

(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil)


Volume 6 Oktober 2015

PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA


MELALUI REVITALISASI PERADABAN

ISSN : 1858 2559

PENERBIT
Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma

Alamat Redaksi
Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya 100 Pondok Cina
Depok, Jawa Barat 16424
Telp: +62-21-78881112 ext. 455
Fax: +62-21-7872829
Email: pesat@gunadarma.ac.id
Laman: http://penelitian.gunadarma.ac.id/pesat
http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/pesat

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)


Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

Vol. 6, Oktober 2015


ISSN: 1858-2559

EARNING MANAGEMENT DAN RELEVANSI


INFORMASI AKUNTANSI: Pendekatan Motivasi Signaling
dan Oportunistik
Riski Apriyani1
Rowland Bismark Pasaribu2
1

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma


2
Universitas Gunadarma
1
Riskiapriyani@yahoo.co.id, 2Rowland.pasaribu@staff.gunadarma.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris dampak manajemen laba melalui
short term dan long term discresionary accrual terhadap relevansi informasi akuntansi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi dengan variabel moderating.
Adapun data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan
financa.yahoo.com. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa laba memiliki nilai relevansi
terhadap harga saham sedangkan nilai buku tidak memiliki relevansi terhadap harga
saham. Manajemen laba melalui short term discresionary accrual meningkatkan nilai
relevansi laba dan tidak meningkatkan relevansi nilai buku. Kemudian manajemen laba
melalui long term discresionary accrual meningkatkan relevansi nilai laba dan
menurunkan relevansi nilai buku.
Kata Kunci: short term discresionary accrual, long term discresionary accrual.

PENDAHULUAN
Laporan
keuangan
adalah
laporan yang menunjukan kinerja suatu
perusahaan serta bentuk pertanggung
jawaban seorang manajer terhadap
pemegang saham. Pemegang saham
menggunakan laporan keuangan untuk
pengambilan keputusan investasi yang
akan dilakukan. Oleh karenanya laporan keuangan yang dilaporkan manajer
harus berkualitas serta relevan dan
realibel dalam pengambilan keputusan.
Informasi akuntansi dalam laporan
keuangan dikatakan relevan apabila
dapat
mempengaruhi
keputusan
dengan menguatkan atau mengubah
pengharapan para pengambil keputusan. Dan Informasi akuntansi dikatakan
realibel apabila dapat dipercaya dan
menyebabkan
pemakai
informasi
akuntansi tergantung dengan informasi
tersebut.
Laba merupakan salah satu
komponen penting dalam laporan

keuangan yang dapat menyebabkan


pemakai informasi akuntansi tergantung dengan informasi tersebut. Hal ini
dikarenakan laba merupakan wujud
dari kemampuan perusahaan dalam
menjalakan aktivitas utamanya. Maka
dari itu, laba yang dilaporkan harus
berkualitas agar tidak menyesatkan dan
relevan dalam pengambilan keputusan.
Selain laba, komponen lainnya yang
penting untuk diperhatikan oleh
investor dalam pengambilan keputusan
investasi adalah nilai buku perusahaan.
Hal ini dikarenkan investor berinvestasi pada perusahaan dalam jangka
waktu
yang
panjang
sehingga
diperlukan analisis terhadap nilai buku
perusahaan agar tidak overvalue
ataupun undervalue ketika menilai
perusahaan. Penelitian yang dilakukan
oleh Indar dan Syam (2004), berhasil
membuktikan bahwa relevansi laba
menunjukan peningkatan dari waktu ke
waktu dan sebagai dasar ekspektasi

Apriyani dan Pasaribu, Earning Management dan

E-529

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)


UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

Vol. 6, Oktober 2015


ISSN: 1858-2559

investor masa datang. Penelitian yang


dilakukan oleh Djadmiko (2008),
menyimpulkan bahwa laba mempunyai
hubungan non linier terhadap harga
saham. Penelitian
Sari
(2004),
menghasilkan bukti empris laba dan
nilai buku memiliki nilai relevan.
Permasalahan akan terjadi
ketika laba yang merupakan komponen
penting dalam pengambilan keputusan
investasi di manipulasi oleh manajer.
Penggunaan accrual basic dalam
pencatatan akuntansi membuat laba
yang dilaporkan mudah dimanipulasi
oleh manajer. Hal ini dapat membuat
laba yang dilaporkan dalam laporan
keuangan tidak lagi mencerminkan
kondisi yang sebenarnya sehingga laba
yang dilaporkan tidak relevan dan
realibel lagi untuk digunakan dalam
pengambilan keputusan investasi oleh
investor. Kondisi yang demikian akan
membuat
kepercayaan
investor
terhadap laba sebagai komponen yang
relevan dalam pengambilan keputusan
investasi menurun. Akibatnya, investor
tidak lagi menggunakan komponen
laba yang diperoleh perusahaan
sebagai dasar pengambilan keputusan
investasi dan berpindah ke nilai buku
dalam menilai perusahaan.
Dalam beberapa penelitian
mengenai manipulasi laba/manajemen
laba banyak peneliti menggunakan
pendekatan
aggregate accrual /
discresionary
accrual
untuk
mendeteksi adanya manajemen laba.
Discresionary accrual itu sendiri
merupakan accrual yang tidak sesuai
dengan fenomena ekonomi. Menurut
Gumanati (2000) dalam Kusuma
(2006) , salah satu kelebihan
pendekatan aggregate accrual adalah
pendekatan tersebut berpotensi untuk
dapat mengungkap cara-cara untuk
menaikan
atau
menurunkan
keuntungan, karena cara tersebut
kurang mendapat perhatian untuk

diketahui oleh pihak luar. Namun


demikian pengunaan pendekatan ini
mendapatkan banyak kritikan salah
satunya dari Gomes et. all (1999),
mereka menganggap bahwa model
aggregate accrual tidak mengindahkan
hubungan antara arus kas dan akrual,
sehingga beberapa nondiscresionary
accrual telah salah diklasifikasikan dan
diklasifikasikan sebagai discresionary.
Selain
itu
kritikan
terhadap
penggunaan aggregate accrual juga
disampaikan oleh Hansen (1999)
dalam
kusuma
(2006),
yang
membuktikan bahwa terdapat perubahan variabel-variabel struktural
pengusaha yang bukan semata-mata
diakibatkan oleh diskresi manajer
dalam laporan keuangan, melainkan
berhubungan dengan tujuan dan sifat
estimasi discresionary accrual.
Oleh
karenanya
dalam
penelitian ini menggunakan model
yang digunakan oleh Whenlan dan
McNamara (2004), seperti yang
digunakan oleh beberapa penelitian
sebelumnya. Perbedaan antara model
yang lama dengan model yang
digunakan
oleh
Whenlan
dan
McNamara (2004), adalah dalam
model ini discresionary accrual
dipecah menjadi dua yaitu short term
discresionary accrual dan long term
discresionary accrual. Pemisahan
seperti ini diharapkan dapat lebih
memperjelas peran yang berbeda dari
masing-masing bentuk discresionary
accrual dalam manajemen laba. Hal
ini dikarenakan manajemen laba
melalui short term dan long term
discresionary accrual dibentuk dengan
menggunakan komponen akun-akun
yang berbeda dalam laporan keuangan.
Short
term
discresionary
accrual merupakan manajamen laba
yang dibentuk menggunakan akunakun
jangka
pendek
sehingga
penggunaan discresionary accrual

E-530

Apriyani dan Pasaribu, Earning Management dan

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)


Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

Vol. 6, Oktober 2015


ISSN: 1858-2559

jenis ini dalam melakukan manajemen


laba lebih mudah terdeteksi. Karena
mudah terdeteksi maka manajer
menggunakan manajemen laba jenis ini
untuk tujuan informatif (signaling).
Motivasi
signaling
merupakan
motivasi
yang
dianggap
dapat
membawa dampak baik bagi para
pemakai laporan keuangan serta dapat
membuat informasi yang disampaikan
manajer menjadi lebih relevan dalam
pengambilan
keputusan.
Seorang
manajer akan berusaha menginformasikan kepada investor mengenai
kesempatan-kesempatan
investasi
perusahaan yang akan mendapatkan
keuntungan dimasa depan. Hal ini
dikarenakan seorang manajer tentu
mempunyai informasi yang lebih
tentang kondisi perusahaan yang
sebenarnya sehingga seorang manajer
dapat melakukan estimasi dengan baik
terhadap
kesempataan-kesempatan
investasi yang akan mendapatkan
keuntungan bagi perusahaan dimasa
depan. Dalam melakukan hal ini
manajer dapat menggunakan sort term
discresionary accual untuk menunjukan kinerja perusahaan tersebut
dimasa depan.
Sedangkan
long
term
discresionary accrual merupakan jenis
manajemen laba yang dibentuk dari
akun-akun jangka panjang sehingga
penggunaan discresionary accrual jenis
ini dalam melakukan manajemen laba
labih lebih sulit terdeteksi. Manajemen
laba jenis ini biasa digunakan oleh
manajer untuk tujuan opportunistik
manajer.
Motivasi
oportunistik
merupakan motivasi manajemen laba
yang dapat merugikan pemakai laporan
keuangan. Hal ini dikarenakan
motivasi opportunistik dapat membuat
laba yang disampaikan dalam laporan
keuangan
tidak
sesuai
dengan
keadaaan yang sebenanrya atau tidak
sesuai dengan kondisi fundamental

perusahaan yang sebenarnya. Manajer


akan memilih kebijakan akuntansi
yang
dapat
memenuhi
tujuan
pribadinya sendiri. Terdapat motivasi
tertentu
dimana
manajer
akan
melakukan suatu kebijakan yang dapat
menguntungkan
dirinya
sendiri.
Motivasi tersebut diantaranya adalah
motivasi bonus, motivasi pemenuhan
syarat kontrak dan lain sebagainya.
Seorang manajer akan mendapakan
bonus apabila laba yang diperolehnya
mengalami peningkatan dan apabila
laba perusahaan rendah maka manajer
cenderung melakukan manipulasi laba
agar tetap mendapatkan bonus. Selain
itu, seorang manajer juga sering
dihadapkan
dengan
persyaratan
kontrak sehingga ketika laba yang
diperoleh perusahaan tidak memenuhi
persyaratan kontrak, maka manajer
cenderung melakukan manipulasi laba
agar tidak melanggar persyaratan
kontrak tersebut.
Penelitian tentang dampak
earning
management
terhadap
relevansi laba dan nilai buku telah
dilakukan oleh dua peneliti yang
dilakukan di indonesia yaitu Kusuma
(2006)
dan
Abdurahman
dan
Handayani (2012). Penelitian yang
dilakukan oleh Abdurahman dan
Handayani (2012), menghasilkan bukti
empiris bahwa dampak manajemen
laba melalui short term discresionary
accrual akan menurunkan relevansi
nilai laba dan nilai buku. Sementara
manajemen laba melalui long term
discresionary
accrual
justru
meningkatkan relevansi nilai laba dan
nilai buku. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Kusuma (2006),
menghasilkan bukti empiris bahwa
manajemen laba tidak mempunyai
dampak apapun terhadap relevansi laba
dan nilai buku ekuitas ketika
manajemen laba dilakukan melalui
short term dan long term discresionary

Apriyani dan Pasaribu, Earning Management dan

E-531

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)


UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

accrual. Hasil kedua penelitian ini


telah menghasilkan hasil yang berbeda
mengenai peran dari masing-masing
jenis manajemen laba.
Berdasarkan uraian diatas maka
tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah pertama, untuk
melihat apakah laba dan nilai buku
perusahaan mempunyai
relevansi
terhadap harga saham sebelum
manajemen
melakukan
tindakan
manajemen laba. Kedua, untuk melihat
dampak
masing-masing
jenis
manajemen laba terhadap terhadap
relevansi laba dan nilai buku setelah
terdapat manajemen laba. Apakah
manajemen laba melalui short term
discresionary accrual dianggap oleh
pasar sebagai manajemen laba yang
digunakan oleh manajer untuk tujuan
signaling. Sehingga manajemen laba
melalui short term discresionary
accrual tidak akan menurunkan
relevansi nilai laba secara signifikan.
Dan apakah manajemen laba melalui
long term discresionary accrual
dianggap
oleh
pasar
sebagai
manajemen laba yang digunakan oleh
manajer untuk tujuan opportunistik.
Sehingga manajemen laba melalui long
term discresionary accrual
akan
menurunkan relevansi nilai laba dan
menaikan relevansi nilai buku secara
signifikan. Dengan demikian tujuan
penelitian ini secara lebih rinci adalah
menganalisis relevansi nilai laba dan
nilai buku serta dampak dari
manajemen laba melalui short term
dan long term discresionary accrual
terhadap terhadap relevansi nilai laba
dan nilai buku.
METODE PENELITIAN
Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2009-2014.
Teknik dalam
E-532

Vol. 6, Oktober 2015


ISSN: 1858-2559

pengambilan sample menggunakan


teknik purposive sampiling yaitu
metode pengambilan sample dengan
kriteria tertentu. Jumlah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
selama periode pengamatan sebanyak
125 perusahaan. Hasil purposive
sampling hanya 26 perusahaan yang
memenuhi kriteria yang di tentukan,
sehinga total data yang dapat di
lakukan uji secara empris selama enam
tahun (2009-2014) pengamatan adalah
sebanyak 156 data. Jenis data
Penelitian ini adalah data sekunder.
Data-data yang digunakan dalam
penelitian ini bersumber dari laporan
keuangan yang di peroleh dengan
browsing
ke
website
BEI
(www.idx.co.id) dan website masingmasing perusahaan yang dijadikan
sebagai sampel. Untuk memperoleh
data closing price di peroleh dengan
cara browsing ke website yahoo
finance (www.finance.yahoo.com).
Definisi
Operational
dan
Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah harga saham, nilai
laba, nilai buku dan discresionary
accrual. Harga saham dalam penelitian ini adalah closing price per
tanggal 31 maret. Hal ini dikarenakan
agar harga saham sudah menggambarkan secara penuh informasi laba
dan nilai buku yang terdapat dalam
laporan
keuangan.
Laba
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
laba bersih tahun berjalan. Nilai buku
adalah nilai ekuitas dibagi dengan
jumlah lembar saham beredar pada
tanggal neraca.
Discresionary accrual merupakan selisih antara estimasi total accrual
yang diharapkan dan total accrual
yang sebenarnya. Total accrual
dihitung dengan mengikuti penelitian

Apriyani dan Pasaribu, Earning Management dan

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)


Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

yang dilakukan oleh Whelan dan


McNamara (2004) sebagai berikut :
ACCit = EARNit CFOit (1)
Dimana :
ACCit = Total akrual perusahaan i
pada tahun t
EARNit = Laba bersih tahun berjalan
perusahaan i pada tahun t
CFOit = Kas dari operasi perusahaan
i pada tahun t
Dan short term accrual
menurut Whelan dan McNamara
(2004), di cari dengan rumus sebagai
berikut :
STACCit = ARit + INVit +
OCAit APit TXPit
OCLit.
(2)
Dimana :
STACCit = Short t erm accrual
perusahaan i pada tahun t.
ARit =
Selisih Piutang dagang
perusahaan i pada tahun t dengan tahun
t-1
INVit = Selisih Persediaan perusahaan i pada tahun t dengan tahun t-1
OCAit = Selisih Aktiva lancar lainya
perusahaan i pada tahun t dengan tahun
t-1
APit = Selisih
Hutang dagang
perusahaan i pada tahun t dengan tahun
t-1
TXPit = Selisih
Hutang pajak
perusahaan i pada tahun t dengan tahun
t-1
OCLit =
Selisih Hutang lancar
lainya perusahaan i pada tahun t
dengan tahun t-1

Vol. 6, Oktober 2015


ISSN: 1858-2559

model Jones (1991) untuk mendeteksi


ada atau tidaknya discresionary
accrual
yang
terdapat
dalam
perusahaan.
Langkah-langkanya
sebagai berikut :
ACCit / Tat-1 = o + 1 ( 1/ Tat-1) +
2 (REVit/ Tat-1) + 3 (PPEit /
Tat-1)
(4)
Dimana :
ACCit = Total akrual perusahaan i
pada tahun t
Tat-1 = Total aktiva perusahaan i pada
tahun t-1
REVit = Pendapatan tahunt dikurangi
pendapatan tahun t-1
PPEit = Nilai bruto tahan, bangunan
dan perlengkapan perusahaan i tahun t
Koefisien regresi yang dihasilkan dari persamaan 4 dapat
digunakan mengestimasi total accrual
yang diharapkan tiap-tiap perusahaan.
Dan selisih Hasil estimasi dengan
akrual yang sebenanrya merupakan
discresionary accrual.
DACCit = ACCit / Tat-1 {1 ( 1/
Tat-1) + 2 (REVit/ Tat-1) + 3
(PPE / Tat-1)
(5)
dan short term accrual yang
diharapkan diukur dengan komponen
pendapan
model
jones (1991)
mengikuti penelitian Whelan dan
McNamara (2004) sebagai berikut
STACCit / Tat-1 = o + 1 ( 1/ Tat1) + 2 (REVit/ Tat-1) + it (6)

Sedangkan long term accrual


dihitung menggunakan rumus:
LACCit = ACCit STACCit (3)
Dimana :
LACCit = Long term accrual
perusahaan i pada tahun t.

Kemudian selisi estimasi dengan


tingkat short term accrual sebenarnya
merupakan short term discresionary
accrual.
STDACCit = STACCit / Tat-1 { 1
( 1/ Tat-1) + 2 (REVit/ Tat-1) } (7)

Untuk mengetahui terdapatnya


manajemen laba maka digunakan

long

Apriyani dan Pasaribu, Earning Management dan

Dan yang terakhir estimasi dari


term accrual juga dihitung
E-533

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)


UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

Vol. 6, Oktober 2015


ISSN: 1858-2559

dengan mengikuti penelitian Whelan


dan McNamara (2004) sebagai berikut

HS = a0 + a1Eit + a2Dit + a3Eit Dit +


a4Bvit + a5BvitDit + e
(11)

LTACCit / Tat-1 = o + 1 ( 1/ Tat-1) + 2


(PPEit/ Tat-1) + 3(INTit/ Tat-1) + 4 (NCPit/
Tat-1) + it.......(8)

Dimana :
HS : Harga Saham
A : Konstanta
a1a5 : koefisien regresi
Eit : Laba
Dit : Variabel dummy bernilai 1(0) jika
melakukan
(tidak
melakukan)
earnings management.
Bvit
: Nilai Buku.

Dimana :
INTit = Intangibel perusahaan i pada
tahun t
NCPit = Provisi tidak lancar
perusahaan i pada tahun t
Kemudian selisih estimasi
dengan tingkat long term accrual
sebenarnya merupakan long term
discresionary accrual
LTDACCit = LTACCit / Tat-1 { 1 ( 1/ Tat-1)
+ 2 (PPEit/ Tat-1) + 3(INTit/ Tat-1) + 4
(NCPit/ Tat-1) } ...........(9)

Teknik Analisis
Teknik analisis data yang
digunakan adalah uji statistik yang
terdiri dari uji statistik deskriptif dan
uji hipotesis. Pengujian hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan model sebagai
berikut :
a. Pengujian Relevansi laba dan
nilai
buku
perusahaan
menggunkan model sebagai
berikut :
HS = a0 + a1Eit + a2 Bvit +
(10)
Dimana :
HS : Harga Saham
Eit : Laba
Bvit : Nilai Buku
b. Pengujian
dampak
dari
terdapatnya manajemen laba
melalui short term dan long
term discresionary accrual
terhadap relevansi nilai laba
dan nilai buku menggukan
model sebagai berikut :

E-534

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1 merupakan hasil
statistik deskriptif setelah sampel
dikelompokan menjadi sampel yang
melakukan manajem laba melalui short
term discresionary accrual, long term
discresionary
accrual dan tidak
melakukan manajemen laba.
Hasil
statistik
deskriptif
menunjukan
bahwa
hal
yang
sebaliknya dengan teori. Rata-rata
harga saham perusahaan yang tidak
melakukan manajemen laba sebesar
7617 lebih kecil dari perusahaan yang
perusahaan
yang
melakukan
manajemen laba melalui short term
dan long term discresionary accrual
masing-masing sebesar 11697 dan
10732. Kemudian berkaitan dengan
nilai buku menunjukan rata-rata nilai
buku perusahaan yang tidak melakukan
manajemen laba sebesar 2547 lebih
besar dari perusahaan yang perusahaan
yang melakukan manajemen laba
melalui short term dan long term
discresionary accrual masing-masing
sebesar 2027 dan 2242.
Pembahasan
Tabel 2 dibawah ini menunjukan hasil
uji empiris

Apriyani dan Pasaribu, Earning Management dan

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)


Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

Vol. 6, Oktober 2015


ISSN: 1858-2559

Tabel 1
Hasil Statistik Deskriptif
Jumlah

Mean

Sampel

BV

Tidak melakukan Manajemen laba

50

7617

2547

Melakukan manajem laba (short term)

45

11697

2027

Melakukan manajem laba (long term)

40

10732

2242

Sumber: Hasil Olah data.

Hipotesis 1 dengan menggunakan persamaan regresi 10 . Hasilnya


menunjukan bahwa EPS mempunyai
nilai sig. Sebesar 0,00 dengan arah
positif (7,247) yang bermakna EPS
berpengaruh
signifikan
dan
berimplikasi positif terhadap harga
saham. Untuk book value (BV)
menunjukan nilai sig. Sebesar 0,081
dengan arah positif (1,761)
yang
bermakna bahwa nilai buku tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
terhadap harga saham dan berimplikasi
positif terhadap harga saham. Dengan
demikian dapat disimpulkan Laba
mempunyai nilai relevan terhadap
harga saham sedangkan nilai buku
tidak mempunyai relevansi terhadap
harga saham. Hal ini dikarenakan laba
merupakan salah satu komponen dalam
laporan keuangan yang menunjukan
kemampuan
dalam
menjalankan
operational perusahan. Hasil ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sholihah (2013), mengasilkan bukti
empiris bahwa laba dan nilai buku
berpengaruh terhadap harga saham.
Hasil pengujian hipotesis 2a
dengan
menggunakan
persamaan
regresi 11 juga ditunjukan pada tabel
2.Pada tabel tersebut menunjukan
bahwa nilai 1 sebeser 0,600 dengan
arah yang positif (0,572) maka
mengindikasikan bahwa manajemen
laba melalui short term discresionary
accrual tidak memiliki nilai relevan.

Apriyani dan Pasaribu, Earning Management dan

Berkaitan dengan relevansi nilai laba,


hasil penelitian ini laba perusahaan
justru tidak memiliki nilai relevansi
ketika tidak terdapat manajemen laba
yang ditunjukan oleh nilai 2 sebesar
0,323 dengan arah positif (0,323).
Tabel 2.
Hasil Uji Hipotesis
Koefisien
(t-statistik)

Hipotesis
1
0,00

2a
0,600

0,749

7,247
0,081

0,527
0,323

0,322
0,000

1,761

0,995

17,84

0,000

0,002

4,115

3,241

0,912

0,000

0,111

-6,22

0,146

0,000

0,89

-1,469

-4,471

0,73

0,89

n
156
Sumber : Hasil Olah data

85

80

1
2
3
4
5
2

Adj R

2b

Namun laba memiliki relevansi ketika


manajer melakukan manajemen laba
melalui short term discresionary
accrual yang ditunjukan oleh nilai 3
sebesar 0,000 dengan arah positif
(0,4115). Hasil nilai sig. 3 ini tentu
berbanding terbalik dengan teori
karena dampak manajemen laba
melalui short term discresionary
accrual justru menaikan relevansi nilai
laba. Kemudian berkaitan dengan
E-535

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)


UniversitasGunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

Vol. 6, Oktober 2015


ISSN: 1858-2559

relevansi nilai buku, hasil ini


menghasilkan bukti empiris bahwa
nilai buku juga tidak memiliki nilai
relevansi walaupun perusahaan tidak
melakukan manajemen laba melaui
short term discresionary accrual
ditunjukan oleh nilai 4 sebesar 0,912
dengan arah positif (0,111). Begitupun
ketika
perusahaan
melakukan
manajemen laba melalui short term
discresionary accrual, nilai buku juga
tidak memiliki nilai relevansi yang
ditunjukan oleh nilai 5 sebesar 0,146
dengan arah negatif (-1,469). Dengan
hasil yang demikian maka investor
sebagai pihak yang berkepentingan
belum begitu merespon secara
signifikan dengan adanya manajemen
laba melaui short term accrual.
Menurut Whelan dan McNamara
(2004) mungkin hal ini disebabkan
oleh ketidakmampuan pelaku pasar di
indonesia
membedakan
bentuk
manajemen laba.
Hasil pengujian Hipotesis 2b
dengan menggunkan persamaan regresi
11 ditunjukan pada tabel 2. Pada tabel
tersebut menunjukan bahwa nilai 1
sebeser 0,749 dengan arah yang positif
(0,322) maka mengindikasikan bahwa
manajemen laba melalui long term
discresionary accrual tidak memiliki
nilai relevan. Berkaitan dengan
relevasi laba, hasil penelitian ini
menghasilkan bukti empiris bahwa
laba tanpa adanya manajemen laba
akan menaikan relevansi informasi
akuntansi yang ditunjukan oleh nilai 2
sebesar 0,000 dengan arah positif
(17,84). Namun ketika perusahaan
melakukan manajemen laba melaui
long term discresionary accrual laba
tersebut tidak menurunkan relevansi
namun justru menaikan relevansi nilai
laba ditunjukan oleh nilai 3 sebesar
0,0002 dengan arah positif (3,241).
Hasil nilai sig. 3 justru berbanding
terbalik dengan teori karena dampak

manajemen laba melalui long term


discresionary accrual justru menaikan
relevansi nilai laba. Hasil ini
menunjukan bahwa pasar belum
merespon dengan baik adanya
manajemen laba. Dikarenakan adanya
manajemen laba justru menaikan
relevansi
informasi
akuntansi.
Berkaitan dengan relevansi nilai buku,
hasil penelitian ini ditunjukan oleh
nilai 4 sebesar 0,000 dengan arah
negatif (-6,22) maka mengindikasikan
bahwa nilai buku tanpa manajemen
laba memiliki relevansi namun arahnya
jutru negatif tidak sesuai dengan teori
bahwa nilai buku tinggi seharusnya
akan meningkatkan relevansi informasi
akuntansi.
Kemudian
dampak
manajemen laba melalui long term
discresionary
accrual
terhadap
relevansi nilai buku dapat ditunjukan
oleh nilai 5 sebesar 0,000 dengan arah
negatif (-4,471). Hasil nilai sig. 5
menunjukan
bahwa
dampak
manajemen melalui short term
discresionary accrual memiliki nilai
relevan terhadap nilai buku namun
dampak tersebut akan menurunkan
nilai relevan dilihat dari arah yang
negatif. Hasil ini tidak sesuai dengan
pandangan bahwa ketika terjadi
manajemen laba melalui long term
discresionary accrual maka investor
akan berpindah dari penggunaan laba
dalam menilai perusahaan ke nilai
buku sehingga tingkan manajemen laba
akan meningkatkan relevansi nilai
buku. Hasil uji empiris juga secara
tidak langsung sesuai dengan pendapat
Whelan dan McNamara (2004),
mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakmampuan pelaku pasar di
indonesia
membedakan
bentuk
manajemen laba. Penelitian ini juga
belum dapat menjelaskan peranan dari
masing-masing jenis manajemen laba
karena hasil dalam penelitian ini justus
terjadi peningkatan relevansi nilai laba

E-536

Apriyani dan Pasaribu, Earning Management dan

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)


Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

ketika manajer melakukan manajemen


laba baik melaui short term dan long term
discresionary accrual walaupun dampak
manajemen laba melalui long term
discresionary accrual hasilnya tidak
signifikan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk
melihat
dampak manajemen laba
melaui short term dan long term
accrual terhadap relevansi nilai laba
dan nilai buku. Berhadasarkan hasil uji
empiris dapat disimpulkan bahwa :
1. Laba memiliki nilai relevansi
sedangkan nilai buku tidak
memiliki relevansi terhadap harga
saham.
2. Dampak manajemen laba melalui
short term discresionary accrual
justu meningkatkan nilai relevansi
laba
dan tidak meningkatkan
relevansi nilai buku. Hasil ini tidak
sesuai dengan teori yang yang
menyakan bahwa ketika terjadi
manajemen laba melaui short term
discresionary accrual maka akan
terjadi penurunan relevansi nilai
laba dan akan menaikan relevansi
nilai buku.
3. Dampak manajemen laba melalui
long term discresionary accrual
justru meningkatkan relevansi nilai
laba dan menurunkan relevansi
nilai buku. Hasil penelitian ini
tidak sesuai dengan teori yang
menyakan bahwa ketika terjadi
manajemen laba melaui long term
discresionary accrual maka akan
terjadi penurunan relevansi nilai
laba dan akan menaikan relevansi
nilai buku. Dengan tidak sesuainya
hasil penelitian dengan teori maka
peran dari masing jenis teknik
manajemen laba belum dapat
dijelaskan dari hasil penelitian ini.

Apriyani dan Pasaribu, Earning Management dan

Vol. 6, Oktober 2015


ISSN: 1858-2559

Saran yang diajukan untuk


penelitian yang akan datang adalah
diharapkan
penelitian
yang
akan
mendatang menggunakan sampel yang
lebih banyak agar dapat meng-gambarkan
keadaan yang sebenarnya dengan lebih
baik.
Selain
penggunaan
sampel,
penelitian yang akan datang juga
diharapkan tidak hanya mengguji relevansi
laba dan nilai buku tetapi memasukan
variabel-variabel lainya misalkan arus kas.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman dan Sri Handayani. 2014.
Earning Management dan Relevansi
Informasi Akuntansi: Pendekatan
Motivasi Signaling dan Oportunistik.
Simposium Nasional Akuntansi 17
Mataram,Universitas Mataram..
Chaterine Whelan dan Ray McNamara. 2004.
The Impact of Earning management
on the Value-relevan of Financial
Statement Information. Faculty of
Business Australia.
Dradjad Djadmiko. 2008. Relevansi Nilai
Laba, Nilai Buku, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Kinerja Saham:
Hubungan non linier. Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Gomez, X.G., Okumura, M., and Kunimura,
M. 1999. Discretioanry Accruals
Models and The Accounting Process.
Kobe economic and Business Review,
Nagoya University.
Hadri Kusuma. 2006. Dampak Manajemen
Laba terhadap Relevansi Informasi
Akuntansi :Bukti empiris dari
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, 8(1): 1-12.
Himma Putri Sholihah. 2013. The Effect Of
Earnings Management On The Value
Relevance Of Earnings And Book
Value. Univesitas Brawijaya, Malang.
Indra dan Syam,F.2004. Hubungan Laba, Nilai
Buku dan Total Arus Kas dengan
Market Value: Studi Akuntansi
Relevansi Nilai. Simposium Nasional
Akuntansi VII, Ikatan Akuntansi
Indonesia.
Mayang Sari, S.2004. Analisa terhadap
Relevansi Nilai (Value Relevan)
Laba, Arus Kas, danNilai
Buku
Ekuitas: Analisa disekitar periode
Krisis
Keuangan.
Simposium
Nasional Akuntansi VIII, Ikatan
Akuntansi Indonesia.

E-537

Você também pode gostar