Você está na página 1de 16

HUBUNGAN TUMBUHAN DENGAN AIR, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI

RIZNA WITA (1410421002)


KELOMPOK I A (KELAS B)

Abstrak
Praktikum mengenai hubungan tumbuhan dengan air, transpirasi dan evaporasi yang
dilakukan pada tanggal 14 September 2015 di Laboratorium Teaching IV. Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui cara mengukur kadar air, turgiditas, defisit, luas permukaan
daun, laju evaporasi dan transpirasi pada daun dorsiventral. Didapatkan hasil yaitu Kadar air
setiap bagian dari tumbuhan tidak sama, tergantung bagian tumbuhan itu sendiri. Turgiditas
dalam keadaan kering lebih tinggi dari keadaan basah, sedangkan defisit air dalam keadaan
kering lebih rendah dari pada keadaan basah.. Terjadinya pengurangan luas daun hal ini
dikarenakan daun sudah mengalami pengkerutan dan selnya telah rusak. Pada daun yang
diolesi vaselin, akan menghambat proses terjadinya transpirasi dikarenakan vaselin
menghambat stomata atau mulut daun. Mekanisme membuka dan menutupnya stomata,
pemberian sukrosa membuat stomata menutup dan NaCl membuat stomata terbuka.
Kata kunci : Transpirasi, Evaporasi, Turgiditas

PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan pokok
bagi
semua
tanaman
juga
merupakan
bahan
penyusun
utama dari pada protoplasma sel.
Di samping itu, air adalah
komponen utama dalam proses
fotosintesis, pengangkutan asimilasi hasil proses ini kebagianbagian tanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air dalam
tanaman. Dengan peranan tersebut di atas, jumlah pemakaian
air oleh tanaman akan berkorelasi
posistif dengan produksi biomase
tanaman, hanya sebagian kecil
dari air yang diserap akan
menguap melalui stomata atau
melalui proses transpirasi (Crafte
et. al., 1949).

Jumlah air yang dibutuhkan


dalam
pertumbuhan
tanaman
bervariasi, tergantung pada jenis
tanaman.
Dalam
kehidupan
tanaman air berperan 1) sebagai
pelarut unsur-unsur hara yang
terkandung dalam tanah, sehingga
dapat diambil oleh tanaman
dengan mudah melalui akar dan
diangkut ke bagian tanaman yang
membutuhkan (termasuk daun
yang berfotosintesis) melalui xilem;
2) sebagai pelarut hasil fotosintesis
untuk didistribusikan keseluruh
bagian tanaman melalui floem dan
fotosintat tersebut akan digunakan
oleh
tanaman
untuk proses
pertumbuhan
(Hendriyani
dan
Setiari, 2009).

Air merupakan substansi


yang sangat penting bagi tumbuhan, tanpa air maka tumbuhan
tidak dapat hidup. Di dalam tubuh
tumbuhan air terkandung antara 595 % yang berfungsi sebagai
penyusun protoplasma, pelarut,
dan transportasi zat makanan. Air
diserap
masuk
ke
jaringan
tumbuhan melalui proses difusi,
osmosis dan imbibisi. Kekurangan
air bagi tumbuhan tidaklah sama.
Hal
ini
tergantung
kepada
ketahanan pada masing-masing
tumbuhan terhadap kekeringan,
yang dipengaruhi oleh sifat-sifat
fisiologi, anatomi dan morfologi
tumbuhan tersebut (Dwidjoseputro,
1985).
Hilangnya molekul air dari
tumbuhan dapat terjadi melalui
proses transpirasi dan evaporasi.
Transpirasi
merupakan
suatu
proses yang sangat penting dalam
tumbuhan
dimana
hilangnya
volume air sekian kali berat
tanaman selama pertumbuhan.
Kehilangan air ini merupakan
faktor penting yang mempengaruhi
pertumbuhan dan ketahanan hidupnya. Transpirasi menun-jukkan
adanya respon tumbuhan terhadap
suhu. Pada suhu tinggi kecepatan
transpirasi akan meningkat dan
turun pada suhu rendah. Jumlah
air yang hilang pada transpirasi
sangat besar seperti tumbuhan
hidropis mencapai 500 liter/hari
sedangkan
untuk
tumbuhan

padang pasir lebih sedikit yaitu


sekitar 25 liter/hari (Bidwell,1979).
Transpirasi
merupakan
proses penguapan molekul air
melalui stomata. Proses transpirasi
akan menyebabkan potensial air
lebih rendah dibandingkan batang
ataupun akar. Akibatnya, daun
seolah-olah menghisap air dari
akar. Transpirasi juga bisa melalui
kutikula dan lentisel (Akhyar,2001).
Untuk menguapkan air, tumbuhan
butuh energy baru atau berubah
energy menjadi panas. Dengan
demikian, transpirasi menimbulkan
pengaruh pendinginan pada daun.
Kebutuhan
panas
untuk
menguapkan air berasal dari sinar
matahari yang disalurkan melalui
cahaya langsung, radiasi dan
konveksi. Air merupakan bagian
terbesar dari jaringan tumbuhan,
semua
proses
tumbuh
dan
berkembang terjadi karena adanya
air. Air mengalami siklus di
permukaan bumi, dapat dilihat
pada proses transpirasi dan
evaporasi (Peter,1992).
Evaporasi adalah difusi
molekul cairan ke udara, molekul
dibebaskan
melalui
evaporasi
dalam bentuk gas. Bentuk gas dari
air disebut uap air. Air sebagian
besar secara konstan dievaporasikan dari sel tumbuhan yang
basah ke udara pada rongga
interseluler atau atmosfer terbuka.
Transpirasi
sama
halnya
dengan evaporasi (Lakitan,2004).

Transpirasi dapat terjadi melalui


stomata yang disebut transpirasi
stomata dan bila transpirasi terjadi
melalui bagian kutikula maka
disebut
transpirasi
kutikula.
Transpirasi yang terjadi pada
stomata terjadi pada saat stomata
membuka yang terjadi pada siang
hari, sebaliknya pada malam hari
atau pada malam hari atau pada
saat
cuaca
mendung
maka
stomata tertutup atau menutup diri
(Dwijoseputro,1985).
Mekanisme membuka dan
menutupnya
stomata
adalah
karena
perubahan-perubahan
turgor dan perubahan turgor
adalah karena perubahan konsentrasi nilai osmosis dari sel
penutup. Pada pagi hari amilum
masih ditemukan pada sel penutup
stomata. Pengaruh sinar-sinar
matahari membangkitkan klorofilklorofil untuk berfotosintesis, maka

kadar CO2 didalam sel tersebut


menurun
karena
sebagian
karbondioksida mengalami reduksi
menjadi CH2O. Karena peristiwa
peristiwa
reduksi
maka
berkuranglah ion-ion H+. Sehingga
PH menjadi naik, kenaikan PH
berguna untuk menaikan enzim
Phosphorelase untuk mengubah
amilum di dalam sel. Dengan
terbentuknya glukosa I-Phospat
maka nilai osmosis di dalam sel-sel
penutup
menjadi
naik
yang
menyebabkan air masuk ke dalam
sel penutup dari sel-sel tetangga.
Pertambahan
volume
akan
menyebabkan
terjadinya
perubahan turgor, sehingga sel
penutup
mengembang
pada
bagian yang tipis, akibatnya
stomata
terbuka
(Dwijoseputro,1985).

PELAKSANAAN KERJA
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari
Rabu,14 September 2015 pukul
08.00
WIB
di
Laboratorium
Teaching IV,
Jurusan Biologi,
FMIPA UNAND, Padang.

Sedangkan bahan yang digunakan


pada praktikum ini adalah Daun
dan Ranting dari tanaman Morus
alba, Daun Kecambah Ipomoea
reptana tanaman umur 14 hari,
aquadest dan vaselin.

Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada
praktikum kali ini adalah timbangan
analitik, oven, kertas karton, Cork
borer, selotip, gunting, jepitan
kertas, kertas saring dan petridish.

Cara Kerja
A. Pengukuran kadar air jaringan
tumbuhan
Ranting dan daun dari Morus alba
dan di timbang seberat 10 gr dan
dibuat sebanyak tiga sample,
masing-masing sample dibungkus

dengan kertas dan dimasukkan ke


dalam kotak karton dan di oven
pada suhu 800C selama 48 jam,
kemudian dicatat berat sample
yang telah di oven, dihitung kadar
air tumbuhan dengan rumus :

kering, lalu berat kering (BK)


ditimbang. Dihitung berapa besar
Turgiditas Relatif (TR) dan Water
Defisit (WD) dari daun dengan
rumus:

Dan
B. Pengukuran Turgiditas Relatif
dan Defisit Air dari Jaringan
Tumbuhan
Dibuat potongan daun dengan
menggunakan cork borer sebanyak
10 buah dari tanaman yang
tanahnya
dalam
keadaan
kapasitas lapang dan 10 buah lagi
dari tanaman yang tanahnya agak
kering.
Berat
masing-masing
potongan daun ditimbang dan
dicatat berapa beratnya. Berat ini
disebut
berat
segar
(BS).
Kemudian potongan- potongan
daun dimasukkan ke dalam
petridish dan diisi aquadest.
Petridish ditutup dan diletakkan
pada ruangan dengan penerangan
lampu neon yang berintensitas +25
lumen / sq-ft selama 3 jam. Setelah
3 jam, potongan daun diambil,
kelebihan air dihilangkan dengan
menggunakan
kertas
dengan
meletakkan potongan daun di atas
kertas saring, lalu berat daun
ditimbang. Berat ini disebut dengan
Berat Turgid (BT). Selanjutnya
potongan daun dikeringkan dalam
oven dengan suhu 800C sampai

C. Perhitungan Luas Permukaan


Daun, Perkiraan Laju Evaporasi
dan
Transpirasi
Permukaan
Dorsiventral Daun.
1. Menghitung Luas Daun
Lembaran daun dari tanaman (3
lembar)
ditempelkan
pada
selembar
kertas
yang
telah
diketahui berat dan luasnya.
Selanjutnya lembaran daun tadi
dijiplakkan pada kertas tersebut
dan jiplakan gambar daun tersebut
digunting dan ditimbang. Dengan
demikian luas daun dapat dihitung
dengan rumus :

2. Mengukur Kecepatan Evaporasi


Lembaran daun 1 yang telah
diketahui luanya, ditimbang dan
digantung dengan jepitan kertas
didalam ruangan atau sinar
matahari langsung. Dalam interval
waktu tertentu (30 menit) dilakukan
penimbangan
terhadap
daun
tersebut(3
kali
penimbangan).

Dibuat
daftar
penimbangan
pengurangan berat daun selama
evaporasi dengan rumus :

3. Perkiraan Laju Transpirasi Daun


Permukaan Dorsiventral.
Dua lembar daun yang telah
diketahui
luasnya
ditimbang,
kemudian direndam didalam air
dan dikeringkan dengan kertas
tissue. Daun pertama diolesi
vaselin pada permukaan atasnya
dan yang kedua pada permukaan
bawahnya, dan ditimbang kembali.
Kedua daun tersebut diletakkan
pada panas matahari selama 1 jam
atau lebih, dan ditimbang kembali.
Dibandingkan
hasil
antara
transpirasi kutikula dari permukaan
atas dan transpirasi stomata di
ermukaan bawah.
D. Struktur Stomata dan Aktivitas
Membuka-Menutup Stomata
Diteteskan
akuadest
pada
permukaan kaca objek, dibuuat
sayatan tipis permukaan epidermis
atas dan bawah lembaran daun
dari jenis yang telah ditentukan,
kemudian
ditempatkan
pada
tetesan akuadest pada kaca objek,
tentukan epidermis atas dan
epidermis bawah.Dituutup secara
hati-hati dengan cover glass dan
amati dibawah mikroskop dengan

perbesaran
kecil
(4x10).
Difokuskan pengamatan pada 1-2
stomata dan tingkatkan perbesaran
sampai
40x10,
kemudian
gambarkan struktur stomata yang
teramati
dibawah
mikroskop.Ditetesi
salah
satu
bagian dengan sukrosa dan
dibagian sisi lainnya isap akuadest
menggunakan tissue sehingga
akuadest diganti oleh sukrosa dan
amati perubahan yang terjadi pada
stomata.
Catat
waktu
yang
diperlukan untuk proses yang
terjadi dan amati. Kemudian
ditetesi kembali dengan akuadest
pada salah satu sisi dengan
menghisap sukrosa pada sisi
lainnya, amati perubahan yang
terjadi dan catat waktu yang
diperlukan
untuk
perubahan
tersebut. Tempatkan pengamatan
dengan cahaya langsung agar
stomata
memberikan
respon
dengan
akuadest.
Kemudian
ditetesi dengan NaCl dengan
mengisap akuadest pada sisi
sebelahnya serta amati perubahan
yang terjadi pada stomata, catat
waktu yang diperlukan untuk
perubahan
tersebut.
Ditetesi
kembali dengan akuadest untuk
melihat respon dari stomata, amati
waktu yang diperlukan untuk
perubahan tersebut. Diambarkan
proses yang
terjadi
dengan
berurutan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari pratikum yang telah dilakukan
didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Kadar Air dari Jaringan


Tumbuhan

No.

Bahan
(Arthocarpus integra)

Berat awal (gr)

Berat akhir (gr)

% BB

Daun 1

10

3,36

0,664

Daun 2

10

3,36

0,664

Daun 3

10

3,37

0,663

Ranting 1

10

2,31

0,769

Ranting 2

10

3,69

0,631

Ranting 3

10

4,11

0,589

Dari tabel di atas dapat


diketahui, bahwa jumlah air
berkurang setelah tumbuhan di
oven. Dari ketiga daun yang
dioven hanya memiliki berat akhir
3,36 gr, 3,36 gr, 3,37 gr. Yang
mana pada awal penimbangan
daun atau berat segar dari daun
yaitu 10 gr. Pengurangan berat
pada daun terjadi sangat drastis.
Daun yang pertama dan kedua
memiliki penurunan berat yang
sama namun pada daun ketiga
terdapat sedikit perbedaan 0,1 gr
lebih berat daripada dua daun
yang lainnya. Dan begitu juga
dengan
berat ranting
penurunannya lebih besar dibandingkan
dengan daun dari ketiga ranting

Arthocarpus integra. Berat akhir


dari rantingnya yaitu 2,31 gr, 3,69
gr, dan 4,11 gr. Penurunan berat ini
akibat adanya proses evaporasi
akibat pemanasan selama di oven,
hal
ini
membuktikan bahwa
terdapat banyak kandungan air
pada tanaman sehingga ketika
pengovenan tanaman mengalami
evaporasi yang berlebihan.
Kadar air daun tanaman
lebih tinggi dari bagian rantingnya,
karena sel-sel mesofil daun yang
tidak tersusun rapat mengandung
ruang udara yang jenuh terhadap
air. Air yang diserap oleh bulu-bulu
akar,
akan
disebarkan
oleh
jaringan pengangkut keseluruh
organ tumbuhan untuk digunakan

sesuai kebutuhan dari organ


tersebut. Misalnya dibagian daun
untuk
melakukan
proses
fotosintesis dan penguapan untuk
menjaga
kestabilan
suhu
tumbuhan. Kebutuhan air pada
tanaman dapat dipenuhi melalui
tanah dengan jalan penyerapan
oleh akar. Karena besarnya air
yang diserap oleh akar tanaman
sangat tergantung pada kadar air
dalam tanah dan ditentukan oleh
pF (Kemampuan partikel tanah
memegang air), dan kemampuan

akar untuk menyerapnya (Kramer,


1960).
Menurut Rahayoe (2008)
Pengeringan adalah penguapan air
dari bahan yang merupakan suatu
proses perpindahan panas dan
perpindahan massa yang terjadi
secara serempak, dimana media
panas
digunakan
untuk
menguapkan air dari permukaan
bahan ke media pengering berupa
udara. Laju pengeringan ini terjadi
karena adanya perbedaan tekanan
uap dipermukaan bahan dengan
tekanan uap di udara pengering.

Gambar 1. Hasil pengeringan (48 jam) daun dan ranting Arthocarpus integra

hj
Tabel 2. Turgiditas Relatif dan Defisit Air dari Jaringan Tumbuhan
Turgiditas
Berat
No. Perlakuan Berat segar
Berat akhir
Relatif
Turgid
(TR)
1
Basah
0,03 gr
0,07 gr
0,00 gr
42%
2
Kering
0,08 gr
0,03 gr
0,00 gr
267%

Water
Deficit
(WD)
57 %
-166%

Pada
pengamatan
mengukur
turgiditas relatif jaringan tumbuhan
didapatkan
bahwa
terjadi
kesalahan
pada
proses
pengukuran
yaitu
dalam
menimbang berat masing-masing
objek, perbedaan yang lumayan
jauh
antara
daun
dengan
perlakuan kering 0,05 g lebih berat
daripada daun dengan perlakuan
basah serta pada perlakuan basah
berat turgid naik namun pada
perlakuan kering berat turgid turun
ketidak
akuratan
timbangan
menyebabkan salahnya data yang
dimasukkan sehingga pada data
berat turgid kecil dari pada berat
segar. Seharusnya didapatkan
data bahwa berat turgid lebih besar
dari berat segar.
Tekanan
turgor
juga
berperan dalam kekakuan serta
kestabilan
mekanis
jaringan
tanaman (Steudle, 2001). Pertumbuhan
dan
perkembangan
tanaman sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dimana tanaman
tersebut tumbuh. Salah satu faktor
lingkungan yang sangat vital
adalah karakteristik fisik tanah.
Pengaruhnya terhadap partumbuhan tanaman bersifat tidak
langsung yaitu lewat pengaruhnya
terhadap susunan pori tanah dan
ketahan tanah yang dihadapi akar
(Hasanah, 2010)
Respon tumbuhan terhadap
kekurangan air dapat dilihat pada

aktivitas metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya,


atau
produktivitasnya.
Pertumbuhan sel merupakan fungsi
tanaman yang paling sensitif
terhadap
kekurangan
air.
Kekurangan
air akan
mempengaruhi turgor sel sehingga akan
mengurangi pengembangan sel,
sintesis protein, dan sintesis
dinding sel). Pengaruh kekurangan
air selama tingkat vegetatif adalah
ber-kembangnya daun-daun yang
ukurannya lebih kecil, yang dapat
mengurangi penyerapan cahaya.
Kekurangan air juga mengurangi
sintesis klorofil dan mengurangi
aktivitas
beberapa
enzim
(Solichatun, 2005)
Defisit air juga mengurangi
pertumbuhan dan mempengaruhi
pengambilan nutrisi dari dalam
tanah karena buruknya aktivitas
akar. Berkurangnya pertumbuhan
juga berhubungan dengan tekanan
osmotik di dalam sel tanaman.
Rendahnya potensial air di dalam
tanah harus diimbangi dengan
tekanan osmotik yang rendah pada
sel tanaman untuk menjaga
tekanan turgor (Charloq, 2005)
Salah satu faktor yang
mempengaruhi untuk mempercepat
penyerapan
air
dan
pemaksimalan fotosintesis adalah
dengan pemberian cahaya lampu
dan penerangan konstan, karena
dalam fotosintesis air sangat

dibutuhkan. Air ini akan diserap


oleh akar dan disimpan pada
jaringan.
Ketika
air
masuk
menembus membran sel, terjadi
tekanan balik terhadap dinding sel
dan tekanan inilah yang disebut
sebagai tekanan turgor. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi
kekurangan air pada tumbuhan
adalah PH yang sangat rendah,
suhu yang sangat tinggi dan

kurangnya persediaan air dalam


tanah. Penurunan kandungan air
dalam sel tumbuhan diikuti dengan
kehilangan turgor dan terjadinya
layu, penutupan stomata dan
proses
metabolisme
akan
terganggu, demikian juga dapat
menganggu proses reproduksi dan
fotosintesis
serta
respirasi
(Devlin,1975).

Gambar 2. Daun dengan tanah kapasitas lapang (kering)

Perhitungan
Luas
Permukaan
dan
Transpirasi
Daun, Perkiraan Laju Evaporasi,
Dorsiventral Daun.
Tabel 3. . Luas daun pada Arthocarpus integra

Permukaan

Kertas HVS

Luas HVS
(cm2)

Luas (cm2)
Permukaan
Daun

0,42

4,5

609

56,84

0,51

4,5

609

69,01

Berat (gr)

N
O

Jenis Tanaman

Guntingan
kertas

Arthocarpus integra 1

Arthocarpus integra 2

Arthocarpus integra 3

0,58

4,,5

609

78,49

Tabel 4. Laju Evaporasi Pada Daun Arthocarpus integra


NO.

Waktu Pengeringan
(Arthocarpus integra)

Berat Daun (gr)

1,45

20

1,43

510-7

40

1,42

210-7

60

1,39

610-7

Kecepatan Evaporasi

Tabel 5. Kecepatan Transpirasi Permukaan Daun Dorsiventral


Berat Daun (gr)
No.

1
2

Jenis Tanaman

Diolesi permukaan atas daun


Arthocarpus integra
Diolesi permukaan bawah daun
Arthocarpus integra

Dari tabel diatas dapat dilihat


bahwa daun Arthocarpus integra 1
sampai 3 dengan luas permukaan
56,84, 69,01 dan 78,49 memiliki
kecepatan evaporasi 0,0000005,
0,0000002, 0,0000006, dimana
semakin lama waktu pengeringan
daun maka evaporasi meningkat,
dan semakin luas permukaan
suatu
daun
maka
kelajuan
evaporasi semakin meningkat.
Pada pengamatan proses
laju respirasi terjadi lebih cepat

Awal

Setelah
diberi
vaselin

Setelah 1 jam

1,85

1,87

1,80

2,36

2,41

2,37

pada daun yang diolesi vaselin


pada permukaan atas. Hal ini
terjadi karena stomata banyak
terdapat pada bagian dorsiventral
daun, dimana pengolesan vaselin
berguna
dalam
penghambat
proses kerja dari stomata. Jika
bagian ventral pada daun diolesi
vaselin sedangkan pada bagian
dorsiventral tidak, hal ini tidak
mempengaruhi
kerja
respirasi
stomata pada bagian dorsiventral
daun sehingga, laju transpirasi

tercepat terjadi pada daun yang


diolesi pada bagian ventral daun.
Pada
sebagian
besar
tumbuhan konsentrasi CO2 yang
rendah di daun menyebabkan
konduktan stomata meningkat
sehingga stomata akan membuka,
sebaliknya jika konsentrasi CO2
meningkat
menyebabkan
konduktan stomata rendah dan
sebagian
stomata
menutup.
Konduktan stomata rendah dapat
menurunkan
laju
transpirasi
sehingga air yang berada dalam
mesofil daun dapat dimanfaatkan
secara
efisien
pada
proses
fotosintesis. Konduktan stomata
yang rendah menyebabkan suhu
daun meningkat sebab transpirasi
rendah melalui permukaan daun
(Nasaruddin et.al., 2006). Dua
macam respons tanaman yang
dapat memperbaiki status jika
mengalami kekeringan adalah
mengubah distribusi asimilat baru
dan mengatur derajat pembukaan
stomata. Pengubahan
distribusi
asimilat baru akan mendukung

pertumbuhan akar daripada tajuk,


sehingga dapat meningkatkan
kapasitas akar menyerap air serta
menghambat pertumbuhan tajuk
untuk
mengurangi
transpirasi.
Pengaturan
derajat pembukaan
stomata
akan
menghambat
hilangnya air melalui transpirasi
(Mansfield dan Atkinson,1990).
Transpirasi
merupakan
aktivitas fisiologis penting yang
sangat dinamis, berperan sebagai
mekanisme regulasi dan adaptasi
terhadap kondisi internal dan
eksternal
tubuhnya,
terutama
terkait dengan kontrol cairan tubuh
(turgiditas
sel/
jaringan),
penyerapan dan transportasi air,
garam-garam
mineral
serta
mengendalikan suhu jaringan.
Mekanisme kontrol laju kehilangan
air atau transpirasi dapat dilakukan
dengan cara mengontrol laju
metabolisme, adaptasi struktural
daun yang dapat mengurangi
proses
kehilangan
air
dan
mengatur konduktivitas stomata

Gambar 3. Daun Arthocarpus integra sewaktu pengeringan

Stomata juga merupakan salah


satu jalur masuknya nutrisi melalui
daun
tanaman.
Mekanisme
masuknya unsur hara melalui daun
berhubungan
dengan
proses
membuka
dan
menutupnya
stomata. Jika nutrisi diberikan pada
saat
stomata
banyak
yang
membuka, diduga nutrisi yang
dapat diserap tanaman lebih
banyak sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Sukma,
2010)
Pada pengamatan struktur
Stomata dan Aktifitas Membuka
Menutupnya Stomata, diketahui
bahwa pada saat diberi sukrosa
bukaan stomata mengecil, ini
mendakan bahwa sukrosa bersifat
menghambat bukaan stomata hal
ini karena sukrosa sulit untuk
melarut bersama air sehingga air
keluar
dari
stomata
untuk
melarutkan sukrosa dan stomata
menjadi tertutup. Ketika preparat

diberi
NaCL
stomata
tetap
menutup,. Pada pengamatan ini
terdapat kesalahan dimana setelah
ditetesi
sukrosa
seharusnya
preparat kembali ditetesi dengan
akuades untuk melihat pengaruh
terhadap
stomata,
namun
pemberian larutan NaCl membuat
stomata
tetap
tertutup
menandakan
masih
adanya
pengaruh larutan sukrosa pada
stomata. Setelah diberi beberapa
tetes akuades stomata kembali
terbuka, namun ketika diberi
larutan NaCl stomata kembali
tertutup walaupun tidak serapat
pada
pemberian
sukrosa.
Seharusnya pada pemberian NaCl
stomata menjadi terbuka karena
saat di beri NaCl sel penjaga
membuat karena Nacl mudah
untuk melarut atau mengion
sehingga air masuk ke stomata
dan stomata menjadi terbuka.
Menurut Suyitno (2003)
stomata biasanya ditemukan pada

bagian
tumbuhan
yang
berhubungan
dengan
udara.
Jumlah stomata beragam pada
daun tumbuhan yang sama dan
juga pada daerah daun yang
sama. Pada umunya stomata
tumbuhan darat lebih banyak
terdapat pada epidermis daun
bagian bawah. Pada banyak jenis
tumbuhan bahkan tidak ada
stomata
sama
sekali
pada
epidermis daun bagian atas. Suatu

(a)

stoma terdiri atas lubang (porus)


yang dikelilingi oleh 3-2 sel
penutup, umumnya
berbentuk
ginjal dan mengandung kloroplas.
Stomata sebagian besar tumbuhan
membuka pada waktu siang hari
dan menutup pada malam hari.
Stomata akan membuka apabila
turgor sel penutup tinggi dan
apabila turgor sel penutup rendah
maka stomata akan menutup.

(b)

Gambar 4. Mekanisme terbuka dan tertutup stomata (a). setelah pemberian sukrosa (b)
setelah pemberian NaCl

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1 Kadar air setiap bagian dari
tumbuhan
tidak
sama,
tergantung bagian tumbuhan
itu sendiri.
2 Turgiditas dalam keadaan
kering lebih tinggi dari keadaan
basah, sedangkan defisit air

dalam keadaan kering lebih


rendah dari pada keadaan
basah.
3 Terjadinya pengurangan luas
daun hal ini dikarenakan daun
sudah mengalami pengkerutan
dan selnya telah rusak.
4 Pada daun yang diolesi vaselin
akan menghabat terjadinya

transpirasi pada permukaan


daun
karena
vaselin
menghambat stomata.
5 Pada mekanisme membuka
dan menutupnya stomata,
sukrosa membuat stomata
tertutup akibat air di dalam
stomata
keluar
untuk
melarutkan
sukrosa
sedangkan pada pemberian
NaCL stomata terbuka karena
NaCl dapat mengion bersama
air
Saran
Sebaiknya
para
praktikan
melakukan percobaan dengan
teliti, disiplin dan hati hati karena
pada hasil dari pengamatan
didapatkan hasil yang berbeda dari
yang lain. Hendaknya melakukan
percobaan
yang
ada
saling
koodinasi para praktikan dalam
kelompoknya.

DAFTAR PUSTAKA
Akhyar,
Moh.
Salaman.2001.
Biologi. Jakarta : Gravindo
Bidwell, R.G.S.1979. Plant of
Physiology Second Edition.
New
York:
Mc.Milan
Publishing

Charloq. 2005. Analisis Stres Air


Terhadap Pertumbuhan Bibit
Karet
Unggul
(Hevea
brasiliensis Muell. Arg). J.
Komunikasi
Penelitian.
Volume 17 (6)
Crafte, A.S., H.B. Currier and C.P.
Stocking. 1949. Water in
the Physiology of Plants.
Mass, USA: Waltham
Devlin, R.M.1975. Plant Physiology
Third Edition. New York:
Mc.William
Publishing
Co.Inc
Dwijoseputro.1985.
Pengantar
Fisiologi
Tumbuhan.
Jakarta: PT. Gramedia
Hasanah. 2010.
Pertumbuhan
Awal Dan Evapotranspirasi
Aktual Tanaman Tomat
(Lycopersi cumesculentum
Mill. ) pada Berbagai
Ukuran Agregat Inceptisols.
J. Agroland 17 (1) : 11 17
Hendriyani,
I.
S
dan
N.
Setiari. 2009. Kandungan
Klorofil dan Pertumbuhan
Kacang Panjang (Vigna
sinensis)
pada
Tingkat
Penyediaan
Air
yang
Berbeda. J. Sains & Mat.
17(3): 145-150.
Kramer,P.J
and
Kozlowski,T.T.,1960.Physiol

ogy of Trees.Mc Graw Hill


Book Company.London.
Lakitan, Benyamin. 2004. DasarDasar Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta:
Raja
Grafindo
Persada.
Mansfield,
T.A.
dan
C.J.
Atkinson. 1990. Stomatal
Behavior in Water Stressed
Plants. Dalam: Alscher dan
Cumming (Eds). New York:
Stress Response in Plant
adaptation and Acclimation
Mechanisms. Wiley Liss Inc.
Nasaruddin, Y. Musa, dan M.A.
Kuruseng. 2006. Aktivitas
beberapa proses fisiologis
tanaman Kakao muda di
lapang
pada
berbagai
naungan buatan. Jurnal
Agrisistem 2(1): 26-32.
Peter, E dan Fisher, N.M.1992.
Fisiologi Tanaman Budidaya
Tropik.
UGM
Press:
Yogyakarta
Rahayoe, S.2008. Konstanta Laju
Pengeringan
Daun
Sambiloto
Menggunakan
Pengering Tekanan Rendah.

Jurnal Rekayasa
Vol. 2, No. 1.

Proses,

Solichatun.
2005.
Pengaruh
Ketersediaan Air terhadap
Pertumbuhan
dan
Kandungan Bahan Aktif
Saponin Tanaman Ginseng
Jawa (Talinum paniculatum
Gaertn.). Biofarmasi 3 (2):
47-51
Steudle E. 2001. The cohesiontention mechanism and the
acquisition of water by plant
roots. Annu. rev. Plant
Physiol.
Mol.
Biol.
52:847:75.
Sukma, Dewi dan Ary Setiawati.
2010. Pengaruh Waktu dan
Frekuensi Aplikasi Pupuk
Daun
Terhadap
Pertumbuhan
dan
Pembungaan
Anggrek
Dendrobium Tong Chai
Gold. J. Hort. Indonesia
1(2):97-104
Suyitno. 2003. Tanggapan Stomata
Dan Laju Transpirasi Daun
(Vaccinium varingiaefolium).
http://staff.uny.ac.id. Diakses
18 September 2015.

Você também pode gostar