Você está na página 1de 16

MODUL 2

PARADIGMA, PENDEKATAN DAN


PROSES PERENCANAAN

Hakikat perencanaan adalah intervensi. Perencanaan tata ruang merupakan intervensi terhadap
perekembangan ruang seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kegiatan sosial ekonomi serta fakrtir
lingkungan yang menyertainya. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh pesatnya pertumbuhan penduduk pada
ruan kota/kawasan perkotaan sehingga berimploikasi terhadap peningkatan kebutuhan dasar yang di sisi
lain terdapat limitasi atau keterbatasan lahan dan daya dukung.
Dalam prosesnya, perkembangan pemanfaatan ruang mengalami evolusi yang dimulai pada zaman purba
yang mengedepankan aspek adat dan spiritual, zaman industry yang cenderung berorientasi pada ekonomi
dan saat ini memilii perhatian terhadap upaya mewujudkan pembanguan yang berkelanjutan (sustainable
development). Proses tersebut dilandasi pada paradigma atau cara pandang stakeholder dalam memahami
kegiatan pembangunan disertai potensi, persoalan dan prospek yang berkembang pada saat itu.

2.1

Paradigma Perecanaan

2.1.1 Pengertian Paradigma Perencanaan


Secara sederhana paradigma dapat didefinisikan sebagai cara pandang. Paradigma merupakan suatu
kesepakatan para pakar dalam proses berfikir yang menjadi dasar dalam pengembangan keilmuan.
Paradigma perencanaan akan terkait dengan pengambilan keputusan dan atau perumusan perencanaan.
Beberapa ahli telah berupaya mendefinisikan pengertian perencanan, yaitu:
1. Perencanaan merupakan suatu suatu hasil rangkaian kerja untuk merumuskan sesuatu yang didasari
oleh suatu pola tindakan yang definitif, menurut pertimbangan yang sistematis, akan membawa
keuntuntungan tetapi dengan anggapan bahwa akan ada tindakan selanjutmya yang juga merupakan
rangkaian kegiatan yang sistematis lainnya (Djoko Soejarto).
2. Perencanaan merupakan suatu aktivitas universal manusia, suatu keahlian dasar dalam kehidupan
yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan di antara berbagai
alternatif yang ada (Catanese).
3. Perencanaan adalah transfer pengetahuan ke tindakan dalam wadah umum untuk mengelola
lingkungan sosial maupun fisik (John Friedman)
4. Perencanaan adalah suatu proses pemikiran dan tindakan manusia berdasarkan pemikiran tersebut
dalam kenyataannya, pemikiran ke masa depan yang merupakan suatu kegiatan manusia yang sangat
umum. (George Chadwick)
5. Perencanaan dapat dilihat sebagai kemampuan untuk mengendalikan konsekuensi masa depan dari
suatu tindakan-tindakan yang dilakukan saat ini. Semakin banyak konsekuensi yang dapat
dikendalikan, semakin besar konsekuensi perencanaan. Maksud perencanaan adalah untuk membuat
masa depan yang berbeda dari pada yang akan terjadi tanpa perencanaan itu (Aaron Wildavky)

Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perencanaan itu mengandung unsur-unsur:

a. Keinginan dan cita-cita untuk membuat keadaan yang lebih baik, atau membuat keadaan
menjadi lebih buruk
b. Tujuan dan motivasi untuk mencapai keinnginan atau cita-cita tersebut
c. Pemanfaatan sumber daya (alam, manusia, modal dan informasi) untuk mencapai tujuan atau
keinginan)
d. Upaya untuk mencapai hasilguna yang berdayaguna
e. Ruang dan waktu, yaitu pencapaian tujuan dimasa mendatang
f.

Berkesinambungan, yaitu bahwa rencana tidak statis, tetapi lebih dinamis sesuai dengan
perkembangan jaman.

Adapun syarat-syarat suatu rencana adalah:

a.
b.
c.
d.
e.

Rasional, sehingga dapat dilaksanakan dan tujuan perencanaan tersebut dapat tercapai
Berorientasi ke masa depan
Berkesinambungan dan dinamis, sesuai dengan perkembangan masa,
Berdayaguna dan berhasilguna
Keadaan yang dituju di masa mendatang haruslah lebih baik dari yang ada saat sekarang.

Secara harfiah perencanaan adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan perencanaan.
Oleh sebab itu perencana haruslah mampu menghasil suatu rencana yang sesuai dengan syarat-syarat
rencana.

2.1.2 Paradigma Perencanaan


Paradigma dalam perencanaan telah mengalami transformasi. Pemikiran dan praktek perencanaan selalu
berkembang pada tempat dan waktu tertentu. Perubahan paradigma atau cara pandang berimplikasi
terhadap praktek perencanaan yang berlaku pada suatu negara. Secara umum paradigma perencanaan
dapat di kelompokan menjadi:

Top down

Bottom up

Paradigma perencanaan akan terkait dengan pengambilan keputusan dan atau perumusan perencanaan
a. Top down

Proses pengambilan keputusan atau perumusan perencanaan yang dilakukan oleh yang di atas
atau dipusat,

Di bawah atau di daerah berperan untuk menjabarkan atau menerapkan keputusan

b. Bottom Up

Proses pengambilan keputusan atau perumusan perencanaan yang dilakukan oleh yang
berkepentingan (stake holder)/ di bawah/ di daerah.

Di atas/pusat/pengelola berperan manjadi fasilitator

Persyaratan dalam pelaksanaan pengambilan keputusan atau perumusan perencanaan:


a. Top down

Pengambil keputusan harus berorientasi pada kepentingan publik

Sistem pengawasan baik oleh lembaga yang berwenang

Hukum harus menjadi supremasi

b. Bottom Up

Sistem pengelolaan (pemerintahan) yang demokratis

Pemahaman masyarakat relatif homogen

Transparan

2.1.3 Perkembangan Paradigma Perencanaan


Paradigma perencanan, khususnya perencaan tata ruang telah beberapa kali mengalami dinamika. Secara
umum pergeseran paradigma perencanaan adalah untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi. Adapun
faktor faktor yang mempengaruhi perubahan paradigma perencanaan sangat variatif, misalnya
perkembangan kota/perkotaan yang tidak terkendali, ketimpangan antara pertumbuhan kota dan daerah,
ketidaksesuaian antara keputusan/rencana terhadap kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan dan lain
sebagainya.
Dengan demikian perubahan paradigma perencanaan yang terjadi sampai saat ini merupakan dinamika
pola perubahan cara pandang terhadap kegiatan perencanaan tata ruang (penataan ruang) secara umum.
Gambaran umum mengenai perubahan cara pandang dalam penyusunan rencana tata ruang dijelaskan
oleh Janice (1993) sebagai berikut:
Tabel Asumsi Dalam Penyusunan Rencana Kota
ASUMSI LAMA

VISI BARU

Kota adalah masalah

Kota adalah sumber inovasi dan pertumbuhan


ekonomi

Daaerah pinggiran mensubsidi kota

Kota mensubsidi daerah pinggiran

ASUMSI LAMA
Kota-kota menjadi semakin besar

VISI BARU
Semakin besar kota, semakin tersedia banyak
kesempatan

Kebijakan publik seharusnya bertujuan untuk Kebijakan publik seharusnya bertujuan membuat
membatasi kota
kota berfungsi lebih baik
Pelaku migrasi kota adalah sampah masyarakat Pelaku migrasi kota adalah orang orang dengan
atau orang orang yang tidak memiliki kemampuan keahlian dan motivasi lebih tinggi dari yang
di daerah pinggiran
tertinggal
Penghuni liar adalah benalu terhadap ekonomi Penghuni liar berkontribusi lebih dibandingkan
perkiotaan dan pelayanan perkotaan
dengan yang merek terima
Permukiman liar adalah sumber konflik politik, Kebanyakan keluarga di permukiman liar
mempunyai jie=wa patriotisme dan pelopor yang
kriminalitas dan perdagangan narkoba
tekun
Kota berkonstribusi tidak secara proporsional Angka tingkat kelahiran turun drastis karena
terhadap ledakan penduduk
urbanisasi
Kota dan warga miskin perkotaan adalah musuh Perubahan praktik perencanaan penting untuk
dalam melawan degradasi lingkungan
menuju kebangkitan ekologi global
Limbah padat dan limbah manusia adalah sampah Bila sistem siklus digunakan,limbah dapat menjadi
yang harus dibuang di suatu tempat
sumber daya berharga
Pemerintah, perencana dan para ahli akan Solusi paling kreatif justru muncul dari pendekatan
memberikan solusi untuk masalah perkotaan
bottom up daripada top down
Program pemerintah menyediakan paling banyak Sektor informal adalah generator utama
perumahan dan pekerjaan untuk orang miskin
perumahan dan pendapatan

dari

Wewenang pemerintah kota yang lebih kuat Manajemen desentralisasi mengarah pada
dibutuhan untuk mengatasi masalah manajemen keefektifan antara sumberdaya dan kebutuhan,
perkotaan
mengatasi halangan kegiatan ini adalah kuncinya
Sumber: Janice, E (1983)
Selain unsur-unsur di atas, masih terdapat banyak pandangan tentang pergeseran paradigma
perencanaan yang berkembang saat ini. Salah satu paradigma baru dalam perencanaan adalah adanaya
kebutuhan untuk menerapkan konsep good governance dalam perencanaan tata ruang. Salah satu aspek
adalah keterlibatan pelaku pembangunan yang sinergi, dalam hal ini adalah pmeerintah, masyarakat dan
swasta sesuai dengan hak dan tanggung jawab yang telah diatur dalam berkejasama untuk setiap kegiatan
penataan ruang.

2.2

Pendekatan Dalam Perencanaan

Seiring dengan perkembangan dan pergeseran paradigma perencanaan, maka pendekatan dalam
perencaan pun terus berkembang. Praktek perencanaan dipengaruhi oleh pendektan yang digunakannya.
Sejarah perencaan atau pengembangan pendekatan dapat diidentifikasi berdasarakan historis.
Diperlukan suatu cara pengambilan keputusan/pendekatan dalam merencanakan agar memberikan
kepuasan bagi berbagai pihak. Berikut adalah beberapa pendekatan perencanaan:
A. Pendekatan Komprehensif Rasional
- Pengertian: Suatu kerangka pendekatan yang logis dan teratur, mulai dari diagnosis sampai kepada
tindakan yang didasarkan pada analisis fakta yang relvevan, diagnosa masalah yang dikaji melalui
kerangka tiori dan nilai-nilai, perumusan dan sasaran dalam rangka pemecahan masalah,
merancang alternatif cara-cara untuk mencapai tujuan, dan pengkajian atas efektivitas cara-cara
tersebut.
- Asumsi yang mendasari


Suatu konsensus umum terhadap cara dan tujuan yang mempunyai makna kepentingan/
kesejahteraan umum (publik interest/ common good) dapat dicapai.

Pemilihan rencana yang terbaik pada dasarnya merupakan suatu proses teknikal yang dapat
diselesaikan melalui analisis yang cermat atas data yang relevan.

Dapat melaksanakan secara efektif dan efisien oleh suatu mekanisme perencanaan yang
sentralistik.

Rasional (rational) yang mempunyai definisi yaitu dapat diterima oleh akal dan pikiran dapat
ditalar sesuai dengan kemampuan otak.Hal-hal yang rasional adalah suatu hal yang di dalam
prosesnya dapat dimengerti sesuai dengan kenyataan dan realitas yang ada.Biasanya kata
rasional ditujukan untuk suatu hal atau kegiatan yang masuk diakal dan diterima dengan baik
oleh masyarakat . Rasional juga berarti norma - norma yang sudah baku di dalam masyarakat
dan telah menjadi suatu hal yang biasa dan permanen

B. Pendekatan Inkrimental
- Pengertian; Suatu kerangka pendekatan yang hanya memilih di antara rentang alternatif yang
terbatas dan hanya berbeda sedikit dari kebijaksanaan yang ada.
- Asumsi yang mendasari


Menolak kemungkinan terjadinya konsensus dalam isu perencanaan yang luas

Konsensus sangat sulit dicapai dan kemungkinan yang terjadi hanya pada usulan-usulan yang
menghendaki perubahan yang inkrimental (bertambah secara sedikit demi sedikit dan teratur)

Membutuhkan suatu perencanaan yang terdesentralisasi

C. Pendekatan Mixed Scanning


- Pengertian; Suatu kerangka pendekatan yang berupa kombinasi dari komprehensif rasionalistik
yang menekankan pada tugas analitik, penelitian dan pengumpulan data yang menyeluruh dan
inkrimental yang menitik beratkan pada tugas interaksional untuk mencapai konsensus
- Asumsi yang mendasari


Membolehkan terjadinya konsensus dalam setiap isu yang dihadapi

Untuk mengarahkan kebijaksanaan umum sebaiknya ditangani secara terpusat

Untuk rancangan program yang efisien lebih efektif untuk dilaksanakan oleh mekanisme
prencanaan yang desentralistik

D. Pendekatan Advokasi/Transaktif
- Pengertian; Suatu kerangka pendekatan yang mnitik beratkan pada proses sosial yang tidak terlalu
dengan penyusunan rencana, melainkan lebih memperhatikan perubahan terarah yang sedang
berlangsung dimana tujuan dan cara secara terus menerus disesuaikan dengan keinginan stake
holder.
- Asumsi yang mendasari
- Suatu perencanaan dimana sel-sel kecil yng terdesentralisasi menciptakan interaksi ttap muka (face
to face) yang bermakna antara perencana (mentor/ fasilitator) dengan klien (masyarakat)

Konsensus yang sifatnya luas diantara sel-sel tersebut tidak diperlukan dalam pelaksanaan.

E. Perencanaan Strategis (Strategic Planning)


- Membuat strategi adalah untuk mendapatkan alternatif yang paling menguntungkan
- Strategis  dinamika pengambilan keputusan dimana pemecahan masalah mendesak dikaitkan
dengan usaha pemecahan masalah serta dampaknya yang lebih luas
- Karakteristik Perencanaan Strategis


Berorientasi pada tindakan, hasil dan penerapan

Lebih memfokuskan pada identifikasi dan pemecahan isu

Menekankan penilaian lingkungan internal dan eksternal

Penuh dengan kecenderungan baru, diskontuinitas dan mengejutkan dalam memperkirakan


kondisi saat ini hingga masa depan

Mengandung wawasan (visi keberhasilan) di masa depan

Lebih partisipatif luas dan bervariasi

Lebih fleksible

Tabel
Perbandingan Rencana Strategis dan Rencana Komprehensif
PERENCANAAN KOMPREHENSIF
Ditekankan pada perumusan tujuan dan sasaran yang

PERENCANAAN STRATEGIS
Ditekankan pada identifikasi dan pemecahan masalah

kemudian diterjemahkan pada Program


Faktor internal dan eksternal merupakan hal yang saling

Faktor internal sebagai pokok bahasan

berinteraksi
Kecenderungan yang ada dinggap berlanjut di masa

Pola pertumbuhan sangatlah dinamis dan dipengaruhi

mendatang

faktor eksternal

Kondisi masa depan dirumuskan sebagai tujuan akhir

Kondisi masa depan merupakan wawasan yang dinamis

yang harus dicapai


Berorientasi pada cara pencapaian tujuan akhir

Berorientasi pada tindakan saat ini dan pengaruhnya


pada masa mendatang

Perencanaan
Komprehensif

Perencanaan
Infrastruktur

Perencanaan
Strategis

Pendekatan perencanaan telah mengalami perkembangan menjadi beberapa macam, salah satunya adalah
perencanaan rasional menyeluruh atau Rational Comprehensive Approach. Pendekatan dilakukan secara
konseptual dan analitis mencakup pertimbangan yang luas namun masih dalam suatu cakupan kesatuan.
Tetapi permasalahan sering muncul ketika menggunakan model ini, diantaranya perlu didukung oleh sistem
informasi yang lengkap, rinci dan keandalan yang tinggi, serta sistem koordinasi kelembagaan yang mapan,
yang pada kenyataannya hal ini yang menjadi permasalahan di manapun di dunia ini.
Dengan adanya anggapan kekurangefektifan pendekatan menyeluruh maka telah dikemukakan suatu
bentuk pendekatan perencanaan yang dikenal sebagai pendekatan perencanaan terpilah atau Disjointed
Incremental Planning Approach. Pendekatan ini mengutamakan unsur atau subsistem tertentu sebagai
yang perlu diprioritaskan tanpa perlu melihatnya dalam wawasan yang lebih luas. Permasalahan yang

timbul dari model ini diantaranya sering terjadi dampak ikutan yang tidak terduga sebelumnya dan hanya
solusi jangka pendek saja.
Pendekatan yang mengkombinasikan pendekatan rasional menyeluruh dan pendekatan terpilah disebut
sebagai pendekatan perencanaan terpilah berdasarkan pertimbangan menyeluruh atau Mixed Scanning
Planning Approach. Namun pendekatan ini juga sering mengalami masalah seperti terjadinya kemelesetan
dari ramalan-ramalan, khususnya yang menyangkut tujuan-tujuan jangka panjang karena ditunjang oleh
system informasi yang didasarkan kepada hasil penalaahan sekilas atau scanning.

Agenda perencanaan tata ruang di Eropa


Dalam perencanaan strategis perlu adanya pertimbangan mengenai

Masalah Prosedur (keterlibatan para aktor)


Masalah Tata Ruang (reposisi dalam tata ruang ekonomi eropa)
Masalah Kerangka Waktu (strategis dan fleksibel sesuai dengan perkembangan)

Inovasi utama dalam penyusunan agenda strategi tata ruang di Eropa terdiri dari:

Perencanaan strategis tidak haya pada pelaksanaan di masa mendatang, tetapi lebih kepada
kerja sama antara faktor ekonomi, sosial dan politik.
Pertimbangan waktu merupakan faktor utama dalam pertimbangan strategis
Posisi ekonomi dalam wilayah merupakan hal yang sangat penting. Tetapi dalam
pembangunannya haruslah seimbang antara ekonomi dan kepentingan lingkungan.
Demokrasi menjadi orientasi utama dalam perencanaan strategis
Kepedulian/koordinasi antar bidang kebijaksanaan merupakan hal yang penting dalam
perencanaan.
Keterkaitan antar tingkatan (nasional/wilayah/ kawasan) ruang dalam perencanaan
menjadi penting, terutama apabila sudah melampaui batas negara

Penyusunan Rencana Strategis


A.

Pergeseran Perencanaan yang terjadi

Keterlibatan aktor pembangunan semakin tinggi (baik dari keragaman aktor maupun
porsi keterlibatan).

Kewenangan tingkat lokal semakin tinggi didukung oleh peningkatan kemampuan


lembaganya

Kepentingan lingkungan semakin menjadi pertimbangan.

Reposisi kota dalam wilayah perekonomian Eropa

Perencanaan lebih ditekankan pada rencana tata ruang strategis

B.

Konsekuensi Penyusunan Strategi Tata Ruang


Dari pengalaman kasus kota-kota di Eropa, konsekuensi Penyusunan Strategi Tata Ruang secara
umum dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Setiap perencanaan harus didukung oleh seluruh aktor pembangunan, atau selalu
didasari oleh suatu kesepakatan.

Keterlibatan masyarakat (yang tidak mempunyai akses ke kekuasaan) perlu


ditingkatkan

C.

Pertimbangan lingkungan harus seimbang dengan pertimbangan ekonomi

Perencanaan lebih ditekankan pada level bawah (wilayah/lokal)

Kekuasaan pemerintah secara bertahap dikurangi

Koordinasi antar sektor dan aktor pembangunan perlu ditingkatkan

Meningkatkan kapasitas kelembagaan

Selalu menerima gagasan-gagasan pembaharuan

Kekuatan-kekuatan pengendali
Beberapa kekuatan yang menegndalikan pembentukan strategi tata ruang di Eropa adalah:

Kekuatan ekonomi, yang terdiri dari restrukturisasi ekonomi, penempatan kembali di


wilayah Eropa (secara ekonomi ruang), peningkatan peluang business lokal.

Kekuatan gerakan sosial (pecinta lingkungan hidup)

Kekuatan kebijaksanaan publik, yang terdiri dari penghematan, kompetisi untuk


keuangan nasional, kekuatan baru pada perwilayahan, perhatian baru dari nasional
pada perencanaan, dan akses ke keuangan Uni Eropa

Pertimbangan

Lokal yang terdiri dari prioritas

politik, kebutuhan/nilai sosial,

keseimbangan ekonomi-sosial, tekanan penduduk lokal, tekanan usaha (ekonomi)


lokal, kebijaksanaan yang lebih baik untuk membantu membuat kebijaksanaan kunci,
dan budaya perencanaan yang kuat.

2.3

Proses Perencanaan
Didalam perencanaan, proses merupakan suatu yang berkesinambungan. Bahkan dikatakan
proses perencanaan tidak mempunyai awal dan akhir yang definitif (Webber, 1963). Proses
perencanaan akan berlangsung terus menuju ke upaya penyelesaian masalah selanjutnya sesuai
dengan perkembangan permasalahan yang baru. Proses perencanaan akan selalu tanggap dan
menyesuaikan diri dengan perkembangan di dalam masyarakat maupun berbagai sumberdaya
yang menujang kegiatan tersebut. (Branch, Robinson 1968)
Proses perencanaan merupakan rangkaian kegiatan berfikir yang berkesinambungan dan rasional
untuk memecahkan suatu permasalahan secara sistematik dan berencana. Proses perencana
dapat berkembang sesuai dengan kendala dan limitasi yang ada sehingga rangkaian kegiatan
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. (Holden, Mcllroy, 1970).
Most public policies are a combination of rational planning, incrementalism, competition among
groups, elite preferences, systemic forces, public choice, political processes, and institutional
influences. (Jenkins, 1992)

2.3.1 Jenis Kegiatan dalam Proses Perencanaan


Kegiatan yang terkait didalam proses perencanaan adalah:
1. Gagasan
2. Tujuan
3. Pengumpulan data
4. Pengelolaan data
5. Kecenderungan perkembangan
6. Perkiraan di masa depan
7. Perumusan alternative
8. Perumusan rencana
9. Pelaksanaan pembangunan
10. Evaluasi

Proses Perencanaan

10. Evaluasi
1. Gagasan

2. Tujuan
9. Pelaksanaan
Pembangunan
3. Pengumpulan
Data
8. Perumusan
Rencana
4. Pengolahan
Data
7. Perumusan
Alternatif
6. Perkiraan
Di Masa
Mendatang

Keterangan:

18
9
10

5. Kecenderungan
Perkembangan

: Rencana Tata Ruang


: Pemanfaatan Ruang
: Pengendalian Pemanfaatan Ruang

2.3.2 Tahapan Proses Perencanaan


1. Identifikasi permasalahan
Butuh komunikasi antara perencana dan masyarakat. Harus memperhatikan issueissue kontemporer dan issue-issue yang akan muncul di masa depan
2. Menentukan tujuan, sasaran, dan prioritas
Cukup sulit karena akan berhadapan dengan heterogenitas dari masyarakat yang

akan terkena dampak dari perencanaan tersebut. Butuh komunikasi antara staf
perencana dan masyarakat
3. Mengumpulkan dan Interpretasi data
Kebutuhan yang terpenting dalam membuat suatu rencana atau kebijakan tata ruang
adalah adanya data dan informasi kerungan yang mencakup seluruh wilayah secara
tepat, cepat, akurat, dan terpercaya, baik dalam bentuk statistik, deskripsi ataupun
peta/citra. Pengumpulan data dan interpretasi data mencakup Derajat kedetilan data,
data apa yang tersedia, Biaya waktu dan uang untuk mengumpulkan data, Biaya
waktu dan uang untuk melakukan interpretasi data.
4. Mempersiapkan rencana
Rencana inti dan rencana tambahan; rencana inti terkait dengan populasi, guna lahan, dan
sirkulasi. Rencana tambahan memberikan pertimbangan yang lebih spesifik tentang topiktopik tertentu, seperti pusat perdagangan
5. Usulan program-program untuk mengimplementasikan rencana. Program implementasi
rencana yang paling umum dikenal terbagi dalam 5 kategori:


Pembuatan peraturan pemerintah daerah yang terkait dengan guna lahan dan
pembangunan lahan

Review proyek (evaluasi dampak)

Program untuk memberikan layanan publik

Program konstruksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah

Program konstruksi yang dilakukan oleh swasta atau individual atau perusahaan

6. Evaluasi dampak potensial dari rencana dan program implementasi rencana


Evaluasi dampak tersebut harus mencakup analisis:
Dampak lingkungan yang mungkin terjadi, dampak potensial pada ekonomi lokal,
dampak potensial pada keuangan daerah, konsekuensi sosial yang mungkin
dihasilkan
7. Review dan Adopsi rencana
tahapan ini butuh program informasi pada publik secara luas
8. Review dan Adopsi program implementasi rencana
tahapan ini butuh kesadaran semua pihak yang terkena dampaknya pada isi dan
implikasi program program tersebut sebelum diadopsi
9. Pelaksanaan program implementasi; dan monitor dampak yang terjadi
tahap pelaksanaan ini paling tampak jelas di mata publik. Paling membutuhkan

waktu dan biaya dari keseluruhan tahapan, masukan dari badan yang terlibat,
maupun pihak yang terkena dampak sngat penting dalam tahap ini

2.4

Tahapan Kegiatan dalam Proses Perencanaan


Pada kenyataannya suatu proses perencanaan akan melalui suatu rangkaian bertahap. Setiap
tahapan merupakan suatu proses tertentu. Suatu proses perencanaan dapat ditempuh secara
konvensional yaitu suatu rangkaian perencanaan yang ideal dimana berbagai komponen dan
langkah-langkah penyusunan rencana dapat dipenuhi secara lengkap dan cermat. Proses
perencanaan konvensional biasanya hanya dapat dilakukan dengan dukungan masukan berupa
data dan informasi yang lengkap serta berbagai alat, prosedur dan aparat teknis yang lengkap
pula.
Pada kenyataanya sering sekali dihadapi keadaan dimana sangat sukar untuk dimungkinkan
menempuh suatu proses perencanaan yang konvensional mengingat adanya keterbatasan data,
informasi dan berbagai kekurangan keterampilan pemerintah serta alat dan prosedur yang
tersedia. Dalam hal ini sangat sering diperlukan suatu proses yang menempuh suatu jalan pintas.
Proses perencanaan demikian sering disebut sebagai suatu proses perencanaan inkonvensional.
Dalam proses inkonvensional beberapa kegiatan dilakukan dengan cara lebih singkat tetapi tetap
melaksanakan prosedur secara sistematik. Secara diagramatis proses perencanaan konvensional
dan inkonvensional dapat digambarkan sebagai berikut:
Proses Perencanaan Konvensional:

Proses Perencanaan Inkonvensional:

TUGAS KELOMPOK MODUL 2


1. Sebutkan pengertian paradigma dan jelaskan dan perkembangan paradigma
perencanaan (tata ruang) ?
2. Jelaskan pengertian pendekatan perencanaan ?

Kelompok 1 dan 3 : Perencanaan Komprehensif Rasional

Kelompok 2 dan 5 : Perencanaan Strategis

Kelompok 4 dan 7: Pendekatan Inkremental

Kelompok 6 dan 9: Pendekatan Advokasi

Kelompok 8 dan 10: Pendekatan Mixed Scanning

3. Jelaskan apa yang dimaksud PERENCANAAN dan PERENCANAAN PUBLIK ?


4. Jelaskan mengenai proses perencanaan (uraikan berdasrakan tahapan) ?
5. Buat skema proses kegiatan perencanaan publik dan jelaskan berdasrakan
pendekatan perencanaan yang digunakan ?

CATATAN
1. Paparan hail tugas dan pengumpulan draft pada minggu ke-3 (tanggal 15 November)
2. Gunakan sumber dan referensi sebanyak banyakanya

SELAMAT BEKERJA

Você também pode gostar