Você está na página 1de 22

BAB I

PENDAHULUAN
Perilaku merupakan suatu perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang
selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh
khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan. Perilaku lebih
merupakan determinan perilaku sebab, perilaku berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan
motivasi. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan
pengertian perilaku sebagai organisasi keyakinan-keyakinan yang mengandung aspek
kognitif, konatif dan afektif yang merupakan kesiapan mental psikologis untuk mereaksi dan
bertindak secara positif atau negatif terhadap objek tertentu. Perilaku dapat berubah dan dapat
dipengaruhi, dapat dibina dalam berbagai bidang kehidupan. Perilaku negatif dapat
dipengaruhi sehingga menjadi positif, yang tadinya tidak senang menjadi senang, yang
semula antipati menjadi bersimpati, dan sebagainya.
Perilaku juga merupakan suatu tindakan yang dimiliki oleh setiap manusia mulai
sejak anak anak

hingga dewasa. Berdasarkan evaluasi sejumlah penelitian yang

menyelidiki hubungan perilaku-perilaku, peninjau menyimpulkan bahwa perilaku tidak


berhubungan dengan perilaku atau, paling banyak, hanya berhubungan sedikit. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa perilaku memprediksi perilaku masa depan secara signifikan dan
memperkuat keyakinan semula dari Festinger bahwa hubungan tersebut bisa ditingkatkan
dengan memperhitungkan variabel-variabel pengait.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Afek-Emosi
1) Pengantar
Dalam pembahasan mengenai emosi ada beberapa istilah yang dibahas, antara lain
afek. Afek adalah nada perasaan, menyenangkan atau tidak (seperti kehancuran,
kecemasan, kasih sayang), yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung
lama serta kurang disertai oleh komponen fisiologik. Sementara emosi adalah
manifestasi afek ke luar dan disertai oleh komponen fisiologik dan biasanya
berlangsung, relatif tidak lama (misalnya ketakutan, kecemasan, depresi, dan
kegembiraan). Kadang-kadang istilah afek dan emosi dipakai secara bergantian.
2) Definisi
(1) Merupakan reaksi subyektif yang diekspresikan seseorang dan biasanya
diasosiasikan atau berhubungan dengan perubahan fisiologi dan tingkah laku.
(2) Setiap orang menampilkan reaksi emosi yang berbeda, baik dari segi bagaimana
mereka merasakannya, peristiwa apa yang menjadi pencetusnya, dan bagaimana
manifestasi fisik yang ditunjukan, serta apa yang mereka lakukan.
(3) Perbedaan ini antara lain dipengaruhi oleh budaya sebab budaya akan
mempengaruhi bagaimana seseorang merasakan suatu situasi tertentu dan
bagaimana mereka memperlihatkan perasaannya.
3) Teori-Teori Emosi
Untuk menjelaskan mengenai emosi akan dibahas dua teori besar tentang emosi :
(1) Pandangan Nativistik
Kaum nativistik mengatakan bahwa emosi-emosi itu merupakan bawaan sejak
lahir. Salah satu penganut paham nativistik adalah Rene Descartes (1596-1650),
mengatakan bahwa manusia sejak lahirnya mempunyai 6 emosi dasar, yaitu :
cinta, kegembiraan, keinginan, benci, sedih dan kagum.
(2) Pandangan Empiristik
Pandangan empiristik berpendapat bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan
proses belajar. William james (1842-1910, amerika serikat) (dan carl lange)
(denmark) telah menyusun teori tentang emosi yang menyatakan bahwa emosi
adalah hasil persepsi seseorang tentang perubahan-perubahan terjadi pada tubuh
sebagai respon terhadap rangsangan yang datang dari luar. Teori ini disebut
2

dengan teori james lange. Tokoh empiristik lain, yaitu wilhelm wundt (18321920), menguraikan jenis-jenis emosi menurutnya ada 3 pasang kutub emosi,
yaitu:
1. Lust unlust (senang-tak senang)
2. Spannung-losung (tegang-tak tegang)
3. Erregung-benubigung (semangat-tenting)
4) Perubahan-Perubahan Pada Tubuh Pada Saat Terjadi Emosi
(1) Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila telena
(2) Peredaran darah: bertambah cepat bila marah
(3) Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut
(4) Pernafasan: bernafas panjang kalau kecewa
(5) Pupil mata: membesar bila marah atau sakit
(6) Liur: mengering kalau takut atau tegang
(7) Bulu roma: berdiri kalau takut
(8) Pencernaan: diare kalau tegang
(9) Otot ketegangan atau ketakutan menyebabkan otot menengang atau bergetar
(tremor).
5) Sinyal Awal Emosi
Sinyal awal atau tanda-tanda yang merujuk pada perasaan bayi, merupakan indikator
penting dalam perkembangan emosinya. Sinyal-sinyal tersebut misalnya ketika bayi
mengingatkan sesuatu lalu ia menangis, kemudian saat mereka merasa diterima oleh
lingkungan, mereka akan tersenyum atau tertawa. Menangis merupakan cara ampuh
bahkan terkadang menjadi satu-satunya cara bayi untuk mengkomunikasikan
kebutuhannya. Tersenyum dan tertawa, senyum spontan pada bayi ketika baru lahir
merupakan aktifitas sistem nervous pada subcortikal. Ketidak sengajaan ini sering
muncul pada periode REM sleep, dan sedikit berkurang ketika memasuki usia 3 bulan
karena telah matangnya korteks (lapisan dalam otak).

6) Bentuk-Bentuk Emosi
3

(1) Takut
Takut adalah perasaan yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan
sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu.
(2) Kuatir
Kuatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai obyek yang jelas
dan tanpa obyeknya lama sekali,kekuatiran menyebabkan rasa tidak senang,
gelisah, tegang, tidak tenang dan rasa tidak aman, kekuatiran seseorag untuk
melanggar norma masyarakat adalah salah satu bentuk kekuatiran umum yang
terdapat pada tiap orang, dan merupakan sesuatu yang positif karena akan
menyebabkan kehati-hatian dan akan berusaha untuk menyesuaikan dengan norma
masyarakat.
(3) Cemburu
Merupakan bentuk khusus dari kekuatiran yang didasari oleh kurang adanya
keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dan
seseorang.
(4) Gembira
Merupakan ekspresi dari kelegaan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan.
Biasanya kegembiiraan disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba(surprise)
dan kegembiraan biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan orang-orang lain yang
sedang gembira.
(5) Marah
Sumber utama kemarahan adalah hal-hal yang menganggu aktivitas untuk sampai
tuuannya, dengan demikian ketegangan yang terjadi dalam aktivitas itu tidak
mereda, bahkan bertambah.
7) Gangguan Afek Dan Emosi
Afek dan emosi melekat pada eksistensi manusia adalah normal dan merupakan
dorongan baginya (seperti kebanggaan, kegembiraan, ketakutan dalam batas-batas
tertentu), tapi bila afek dan emosi itu sudah begitu keras sehingga fungsi individu
terganggu, maka dikatakan telah terjadi gangguan afek atau emosi, berupa:
(1) Depresi
Suasana hati yang buruk dan berlangsung selama kurun waktu tertentu. Ketika
mengalami depresi seseorang akan merasa sedih berkepanjangan, putus harapan,
tidak punya motivasi untuk beraktivitas, kehilangan ketertarikan pada hal-hal yang
dulunya menghibur, dan menyalahkan diri sendiri.
4

(2) Kecemasan (anxiety)


Kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang
mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun halhal yang aneh.
(3) Eforia
Perasaan gembira yang berlebihan.
(4) Angedonia
Seseorang tidak dapat mengalami sukacita. Ia biasanya dirasakan oleh orangorang dalam depresi dan bahkan pengalaman yang paling menyenangkan tidak
positif kepada mereka, juga hal-hal yang mereka digunakan untuk menemukan
menyenangkan.
(5) Afek dan emosi yang tak wajar
(6) Afek dan emosi yang labil
(7) Ambivalensi
Merupakan keadaan perasaan yang terjadi secara bersamaan yakni, antara
perasaan yang bertentangan terhadap seseorang. Ambivalensi dialami dan
dirasakan secara psikologis oleh seseorang dengan perasaan yang tidak
menyenangkan ketika aspek-aspek positif dan negatif hadir di dalam pikiran
seseorang di waktu yang sama. Kondisi ini dapat mengakibatkan penundaan atau
untuk membicarakan upaya untuk mengatasi ambivalensi yang dialami.
Ambivalensi dalam psikologi ini, lebih memperlihatkan ciri dari tingkat mental
seseorang, andaikan seseorang memiliki ketakutan yang berlebihan terhadap
sesuatu barang, maka akan mudah sekali menjadi cemas dan menjadi panik
terhadap barang itu. Atau seseorang yang memiliki harapan yang terlalu tinggi,
namun tidak menyadari kenyataan hidup, bisa menimbulkan ambisi yang
berlebihan ataupun bisa menjadi orang yang berhayal tinggi. Di dalam
ambivalensi kejiwaan manusia, terdapat rasa takut disalahsatu sisi jiwanya. Dan di
sisi yang lainnya terdapat rasa harap. Ketakutan dan harapan adalah dua garis jiwa
yang berlawanan dan berada pada sudut yang saling berhadapan.
(8) Kesepian
(9) Kedangkalan afek
(10)Apati
Ketiadaan atau penekanan emosi, perhatian, perasaan, atau gairah. Orang yang
apati tidak peduli pada hal-hal yang umumnya menarik atau menimbulkan emsoi.
5

(11)Amarah, kemurkaan dan permusuhan.


2. Anggapan
Anggapan adalah bentuk lanjutan dari perhatian dan pengamatan, mekanismenya
seseorang memperhatikan suatu hal, kemudian naik ketahap mengamati dan kemudian
efeknya adalah tanggapan terhadap apa yang diamati. Tanggapan adalah kesan kesan
yang dialami subjek setelah perangsang dalam sebuah pengamatan sudah tidak ada.
Singkatnya tanggapan adalah gambaran ingatan dari pengamatan. Gambaran gambaran
yang dihasilkan dari apa yang kita alami, tidak semuanya tinggal di alam sadar kita,
beberapa akan tertibun dan kemudian mengendap dialam bawah sadar kita. Pengalaman
yang sudah mengendap dialam bawah sadar kita beberapa bis adihidupkan kembali, dan
beberapa tidak bisa, faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah : kuat atau tidaknya
kesan yang diterima, dan gambaran yang terjadi waktu pengamatan berlangsung, jelas
tidaknya dan sempurna atau tidaknya pengamatan yang berlangsung dan keadaan fisik
dan psikis saat menerima kesan tersebut.
1) Jenis Tanggapan
Tanggapan erat hubungannya dengan berfungsinya ingatan, ketetapan dan kejelasan,
serta dipengaruhi oleh ketelitian indra dakam mengamati dan kekuatan ingatan.
Karenanya tanggapan dibedakan menjadi :
(1) Tanggapan Reproduksi
Tanggapan yang dihasilkan dari ingatan ingatan masa lampau yang berrhasil
dihidupkan kembali, tanggapan ini bisa melibatkan seluruh indra. Kemampuan
individu dalam memberikan tanggapan reproduksi berbeda beda tergantung pada
intensitas ingatan yang berhasil ia hidupkan.
(2) Tanggapan Imaginer
Tanggapan yang bersumber dari ingatan masa lalu tapi telah direkayasa oleh
individu itu sendiri, dengan kata lain individu menghadirkan pengalaman baru
yang tidak pernah ada berdasarkan ingatan yang ada.contohnya orang
mencipytakan cerita fiktif dari pengalamannya.

(3)Tanggapan Halusinasi
Tanggapan halusinasi sangat dipengaruhi oleh unsur emosi mimpi. Tanggapan
halusinasi ini merupakan gambaran yang tidak berhubungan dalam dunia nyata tapi
diproyeksikan kepada dunia nyata dalam bentuk gangguan ganguan emosional.
6

(4) Tanggapan Editis


Ingatan mendetail yang dialami seorang individu, dimana ingatannya itu persis
sama dengan peristiwa saat ia melakukan pengamatan.
3. Persepsi
1) Pengantar
Istilah persepsi sekarang ini sudah menjadi istilah yang umum dan digunakan oleh
orang awam. Seringkali kita dengar kesalahan persepsi pernyataan ini disampaikan
ketika ada perbedaan pandangan antara dua orang atau lebih mengenai suatu hal.
Namun apakah istilah ini sudah sesuai belum kita akan membahas berikut ini. Tetapi
sebelumnya kita harus fahami, bahwa persepsi terjadi setelah melalui proses sensasi
atau penginderaan.
2) Definisi Persepsi
(1) Proses seseorang memahami lingkungan, meliputi pengorganisasian dan
penafsiran rangsang dalam suatu pengalaman psikologis
(2) Persepsi adalah cara pandang terhadap sesuatu atau mengutarakan pemahaman
hasil olahan daya pikir. Artinya persepsi berkaitan dengan faktor-faktor eksternal
yang direspons melalui pancaindra, daya ingat, dan daya jiwa.
(3) Proses kongnitif, yaitu menginterpretasi obyek, simbol dan orang dengan
pengalaman yang relevan
(4) Proses ekstraksi informasi persiapan untuk berespon
(5) Persepsi menerima, memilih, mengatur, menyimpan, dan menginterpretasikan
rangsang menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti.
Persepsi dapat terjadi saat rangsangan mengaktifkan indera atau pada situasi
dimana terjadi ketidak seimbangan pengetahuan tentang obyek, simbol, atau orang
akan membuat kesalahan persepsi. Persepsi ini akan mempengaruhi pembentukan
sikap dan perilaku manusia. Dalam persepsi terdapat suatu proses interested
individu atau ketertarikan untuk mengetahui segala sesuatu yang terdapat di luar
dirinya, tentang berbagai kejadia yang menimbulkan gerakan otak manusia untuk
mengesani melalui pemahaman dan penafsiran yang subjektif terhadap objekobjek bersangkutan.
3) Bentuk Persepsi
(1) Persepsi Visual Ruang
Persepsi ini didasarkan kepada hasil pengamatan, bentuknya berupa kedalaman,
perspektif, gelap dan terang, interposisi dan gerak.
7

(2) Persepsi Auditif


Proses persepsi berbagai stimulus yang diperoleh dengan mendengar suara
dipengaruhi jarak sumber suara dan variabel organis alat pendengaran.
(3) Persepsi Sosial
Proses persepsi yang kompleks yang bersumber dari berbagai inda dan sumbernya
adalah berbagai stimulus sosial.
4) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
(1) Pengorganisasian
Kecenderungan membuat pengelompokan rangsang yang sama dan dekat,
kotinuitas rangsang, atau menghubungkan antara fokus atau gambar dengan latar
belakang. Contoh: mata, hidung, mulut dan wajah.
(2) Stereotip
Penggeneralisasian, penyederhanaan, dan mempersepsi dari sudut diri sendiri.
Contoh: (umur) orang tua kurang produktif, (etnik) orang Cina pandai berbisnis.
(3) Selektif
Memilih rangsang atau informasi yang menguntungkan atau mendukung
pandangannya dan mengabaikan yang merugikan. Contoh mahasiswa yang rajin
tertarik pada dosen yang dapat memberikan perluasan wawasan.
(4) Karakteristik pribadi
Menggunakan diri sebagai pembanding untuk memandang orang lain. Contoh:
orang yang menerima diri positif, cenderung melihat orang positif.
(5) Situasional
Kondisi lingkungan yang menekan akan berpengaruh ketepatan persepsi. Contoh:
memutuskan secara tergesa-gesa karena desakan waktu akan mengabaikan
rangsang yang penting.

(6) Perasaan atau emosi


Emosi positif atau negatif mempengaruhi persepsi. Contoh: emosi tidak senang
pada kebijakan, akan memandang negatif pada setiap kebijakan.
(7) Kebutuhan tertentu
Kebutuhan dan keinginan, dapat mendistorsi persepsi hanya melihat apa yang
ingin dilihat. Contoh: kebijakan pemberian penghargaan bagi guru berprestasi
dapat dilihat sebagai uang atau promosi karir.
8

5) Kesalahan Persepsi (Dispersepsi)


Kesalahan pesepsi terjadi karena salah menafsirkan suatu sensasi oleh resepstor.
Bentuk-bentuk kesalahan persepsi :
(1) Ilusi
Ilusi adalah penghayatan yang salah sehingga keadaan yang digambarkan oleh
pengetahuan alam dengan bantuan instrumen pengukurannya (hillgard dan
atkinson,1991:216), menurut maramis (1980 : 120) ilusi adalah interpreasi atau
penilaian yang salah tentang penerapan yang sungguh terjadi, karena rangsang
panca indera. Penyebab ilusi adalah karena adanya penyimbangan stimulus yang
dicapai oleh reseptor.
(2) Halusinasi
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera
yang terjadi pada keadaan sadar, penyebabnya adalah organik, fungsional, psikoik,
maupun histerik (maramis,1980:119)
(3) Depersonalisasi
Depersonalisasi adalah perasaan aneh terhadap dirinya atau perasaan bahwa
dirinya tidak sepert biasanya, tetapi sebenarnya tidak benar-benar terjadi, misalnya
ada orang yang merasa bahwa ruhnya kelur dari jasadnya atau salah satu bagian
tubuhnya bukan lagi kepunyaannya, kausu ini biasanya terjadi pada kasus
sindroma lobus parientalis.
(4) Derealisasi
Derealisasi adalah perasaan aneh terhadap lingkungannya, misalnya merasa semua
yang dialaminya seperti dalam mimpi.

(5) Gangguan somato sensorik pada reaksi konversi


Secara simbolik mengambarkan suatu konflik emosional. Jenis-jenis gangguan ini
adalah anesthaesia, oaraesthaesia, gangguan penglihatan atau pendengaran,
perasaan nyeri tidak jelas, makropsia, dan mikropsia
(6) Gangguan psikofisiologik
Gangguan psikofisiologik adalah ganguan pada bagian tubuh yang disarafi oleh
susunan saraf vegetatif dan disebabkan oleh gangguan emosi. Gangguan tersebut
9

antara lain terjadi pada kulit, otot atau tulang, alat pernafasan, jantung dan
pembuluh darah, alat pencernaan,alat kemih, dan mata.
(7) Agnosia
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan hasil
pencerapan indera.
6) Ciri-Ciri Persepsi :
(1) Proses pengorganisasian berbagai pengalaman
(2) Proses menghubung-hubungkan antara pengalaman masa lalu dengan yang baru
(3) Proses pemilihan informasi
(4) Proses teorisasi dan rasionalisasi
(5) Proses penafsiran atau pemaknaan pesan verbal dan nonverbal
(6) Proses interaksi dan komunikasi berbagai pengalaman internal dan ekternal
(7) Melakukan penyimpulan atau keputusan-keputusan, pengertian-pengertian dan
yang membentuk wujud persepsi individu.
4. Proses Berfikir
1) Pengantar
Dalam belajar terdapat proses berpikir yang abstrak. Setiap orang tidak mengetahui isi
pikiran orang lain. Hanya individu masing-masing yang mengetahui tentang isi
pikirannya. Keadaan fisik orang yang sedang berpikir dapat dilihat dengan berbagai
uji coba. Berpikir merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dari hewan.
Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa, hewan tidak. Bahasa
manusia adalah hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa
manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu, baik yang kelihatan maupun
yang tidak kelihatan, nama sifat, pekerjaan, dan hal lain yang abstrak. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa manusia dapat berfikir karena memiliki kemampuan
berbahasa. Bahasa bahasa adalah hal yang terpenting dalam berpikir, karena eratnya
hubungan antara bahasa dan pikiran itu, plato mengatakan bahwa berbicara itu
berpikir yang keras (terdengar), dan berpikir itu adalah berbicara batin.
2) Hakikat Berpikir
Secara sederhana berpikir adalah kegiatan mencari hubungan pertalian antara
abstraksi-abstraksi. Berpikir memiliki hubungan pertalian antara abstraksi-abstraksi.
Berpikir memiliki hubungan dengan tanggapan, ingatan, pengertian, dan perasaan.
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa berpikir adalah kegiatan mengolah,
10

mengorganisasikan bagian-bagian dari pengetahuan yang tidak teratur menjadi


tersusun merupakan kebulatan-kebulatan yang dapat dikuasai atau dipahami.
3) Pandangan Psikologi Mengenai Berpikir
Beberapa aliran psikologi berusaha untuk memberikan penjelasan mengenai proses
berpikir.
(1) Aliran asosiasi mengemukakan bahwa berpikir adalah jalannya tangapan-tangapan
yang didasarkan kepada hukum asosiasi.
(2) Aliran behaviorisme berpendapat bahwa kegiatan berpikir adalah gerakan-gerakan
reaksi yang dilakukan oleh syaraf dan otot-otot bicara seperti halnya bila kita
mengucapkan buah pikiran. Jadi menurut behaviorisme berpikir tidak lain
adalah berbicara.
(3) Psikologi gestalt berpendapat bahwa proses berpikir merupakan suatu kebulatan.
Penganut psikologi gestalt memandang berpikir itu merupakan keaktifan psikis
yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat kita amati dengan alami indra kita.
4) Macam-Macam Cara Berpikir
(1) Berpikir Induktif
Berpikir induktif adalah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus
menuju kepada yang umum. Cara berpikir dilakukan dengan usaha untuk mencari
cici-ciri atau sifat-sifat yang tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik
kesimpulan-kesimpulan bahwa ciri-ciri itu terdapat pada semua jenis fenomena.
(2) Berpikir Deduktif
Berbeda dengan berpikir induktif, maka berpikir deduktif prosesnya berlangsung
dari yang umum menuju khusus. Dalam cara berpikir ini, orang bertolak dari suatu
teori ataupun prinsip ataupun kesimpulan yang dianggap benar dan sudah bersifat
umum.
(3) Berpikir Analogis
Analogi berarti persamaan atau perbandingan berpikir analogis ialah berpikir
dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan fenomena-fenomena yang
biasa/pernah dialami. Didalam cara berpikir ini orang beranggapan bahwa
kebenaran dari fenomena-fenomena yang pernah dialaminya berlaku pula bagi
fenomena yang dihadapi sekarang. Kesimpulan dari berpikir analogis ini
kebenarannya lebih kurang dapat dipercaya.
5) Gangguan Berpikir
11

(1) Gangguan Bentuk Pikiran


Beberapa bentuk gangguan berpikir yang merupakan gangguan dalam bentuk
pikiran adalah sebagai berikut:
1. Dereisme atau Pikiran Dereistik
Titik berat kepada sangkut paut antara proes mental individu dan
pengalamannya yang sedang berjalan, jadi proses mental tidak sesuai atau
tidak mengikuti kenyataannya, pengalaman.
2. Gangguan Autistik
Orang yang hidup dalam pikirannya sendiri, hanya perpikir untuk memuaskan
pikirannya tanpa peduli terhadap orang lain.
3. Bentuk Pikiran Yang Non Realistis
Bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan kenyataan, misalnya ingin
meneliti sesuatu yang sangat hebat, mengambil keputusan yang aneh serta
tidak masuk akal.
(2) Gangguan Arus Pikiran
Gangguan arus pikiran adalah cara dan lajunya proses asosiasi pemikiran, ada
beberapa bentuk :
1. Perseverasi
Menceritakan suatu ide pikiran atau secara berulang-ulang dengan cara yang
berlebihan.
2. Asosiasi longgar
Mengatakan hal-hal yang tidak ada antara samar dengan yang lain.
3. Inkoherensi
Gangguan dalam bentuk bicara sehingga satu sekalipun sangat sukar diikuti
maksudnya, dan merupakan asosiasi longgar yang eksrim.
4. Kecepatan pikiran
Mengungkapkan pikiran mungkin lambat sekali atau sangat cepat.
5. Blocking (benturan)
Jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti disebuah kalimat dan tidak dapat
menerangkan penyebab blocking tersebut.
6. Logorea
Banyak bicara, kata-kata yang dikeluarkan bertubi-tubi tanpa terkontrol,
mungkin karena koheren atau mungkin juga tidak koheren.
7. Pikiran melayang (flight of ideas)
12

Perubahan yang mendadak dan cepat dalam bicara sehingga suatu ide yang
belum selesai diceritakan disusul oleh ide yang baru.
8. Asosiasi buny (clang association)
Mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi.
9. Neologisme
Membentuk kata-kata baru yang tidak dapt dipahami oleh umum
10. Irelevansi
Isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan atau
hal yang sedang dibicarakan.
11. Pikiran berputar-putar
Menuju secara tidak langsung kepada ide pokok dengan menambahkan
berbagai hal yang remeh dan menjemukan secara tidak relevan.
12. Afasia
Merupakan merupakan sensorik (tidak mengerti pembicaraan orang lain) atau
motorik (tidak dapat atau sukar bicara) sering keduanya terjadi bersamaan dan
biasanya karena kerusakan otak.
(3) Gangguan Isi Pikiran
Gangguan ini dapat terjadi pada isi pikiran non verbal, maupun pada isi pikiran
yang diceritakan.
1. Ekstasi (kegembiraan yang luar biasa)
Timbul secara mengambang pada orang normal selama fase permulaan
anestesi umum atau oleh narkotika.

2. Fantasi
Isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan atau
diinginkan tetapi dikenal sebagai suatu hal yang tidak nyata.
3. Fobia
Rasa takut yang irasional terdapat suatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangkan, walupun sadar bahwa hal tersebut tidak rasional.
4. Obsesi
Isi pikiran yang kukuh biarpun tidak dikehendakinya dan diketahui hak
tersebut tidak wajar.
5. Preokupasi
13

Pikiran yang terpaku pada satu ide saja, biasanya berhubungan dengan
keadaan yang bernada emosional yang kuat.
6. Pikiran yang tidak memadai ( in adequate)
Pikiran yang eksentrik tidak cocok dengan banyak hal terutama dalam
pergaulan atau pekerjaan.
7. Pikiran bunuh diri (usicidal tought/ideation)
Pikiran untuk bunuh diri, mulai dari kadang-kadang berpikir tentang hal
tersebut sampai dengan terus menerus berpikir bagaimana cara bunuh diri.
8. Rasa terasing (alienasi)
Perasaan bahwa dirinya sendiri menjadi lain, berbeda, asing.
9. Pikiran isolasi sosial
Rasa terisolasi, tersekat, terpencil dari masyarakat, rasa ditolak oleh orang lain,
rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain lebih suka menyendiri.
10. Pikiran rendah diri
Merenahkan, menghinakan dirinya sendiri, menyalahkan diri sendiri tentang
suatu hal yang pernah ataupun tidak pernah dilakukannya.
11. Pesimisme
Mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal didalam hidupnya.
12. Sering curiga
Menyampaikan ketidakpercayaannya pada orang lain tapi bukan waham
curiga.

13. Waham
Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau
tidak cocok dengan inteligensi dan latar belakang kebudayaan, beberapa
bentuk waham:
1) Waham kejar
2) Waham somatik atau hipokhondrik
3) Waham kebesaran
4) Waham keagamaan
5) Waham dosa
6) Waham pengaruh
7) Waham nihillitik
14

6) Tahapan Berpikir
(1) Mengakumulasi pengalaman
(2) Membentuk ide-ide
(3) Menyampaikan gagasan
(4) Mendiskusikan
(5) Menerima tanggapan
(6) Merefleksikan dalam bentuk konkret
7) Alasan Adanya Perbedaan Hasil Pemikiran
(1) Setiap individu memiliki potensi yang berbeda sebagai pembawaan hereditasnya
(2) Setiap individu memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda
(3) Setiap individu memiliki kekuatan akal yang berbeda
(4) Setiap individu memiliki pengetahuan yang berbeda
(5) Setiap individu memiliki pengalaman yang berbeda
(6) Setiap individu memiliki citra diri yang berbeda
(7) Setiap individu memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda
(8) Setiap individu memiliki kebutuhan dan tujuan hidup yang berbeda
(9) Setiap individu menghadapi masalah dengan pencarian solusi yang berbeda

5. Fantasi
Merupakan salah satu gejala jiwa yang dimiliki manusia normal. Setiap manusia normal
mempunyai kemampuan berkhayal. Fantasi adalah kemampuan pikiran dalam
membangkitkan gambaran atau bayangan yang diinginkan oleh pikiran dan jiwa manusia.
Semua manusia memiliki kemampuan berkhayal. Sesuatu yang belum ada dapat dengan
mudah digambarkan menjadi ada. Fantasi adalah cermin tentang keluarbiasaan manusia
mencari ide-ide tanpa berpijak dari segala yang sudah ada. Berbeda dengan berpikir yang
bertujuan mengembangkan segala hal yang sudah ada. Berbeda dengan pikiran yang
bertujuan mengembangkan segala hal yang sudah ada. Dalam fantasi terdapat kekuatan
jiwa dan pikiran untuk mengembangkan daya kesadaran yang dalam. Kemampuan daya
fantasi dapat diuji dengan menceritakan suatu kejadian tertentu yang mustahil dapat
15

terjadi, sesuatu yang tidak logis, tetapi ketidaklogisannya belum ditemukan. Berfantasi
dapat berupa upaya menafsirkan sesuatu yang belum ada.
6. Psikomotor
1) Definisi
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa perkataan psikomotor berhubungan
dengan kata moto, sensory-motor atau perceptual-motor. Jadi, ranah psikomotor
berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau
bagian-bagiannya. Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada
keterampilan motorik yang berhubungan erat dengan anggota tubuh, atau tindakan
yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Dengan demikian psikomotor
adalah kawasan yang berhubungan dengan seluk-beluk yang terjadi karena adanya
koordinasi otot-otot oleh fikiran sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik
tertentu.
2) Bentuk Hasil Belajar Psikomotorik
Keterampilan dalam bidang ibadah dan keterampilan lainnya. Meliputi bidang
kesenian dan kebudayaan. Mengolah dan memanfaatkan alam dalam rangka
memajukan dan mengembangkan kebudayaan.

3) Tingkatan-Tingkatan Hasil Belajar Psikomotor


(1) Persepsi
Persepsi berhubungan dengan penggunaan untuk memperoleh petunjuk yang
membimbing kegiatan motorik. Menunjukkan kepada proses kesadaran setelah
adanya rangsangan melalui penglihatan, pendengaran atau yang lainnya.
(2) Kesiapan
Berkenaan dengan suatu kesiapsediaan yang meliputi kesiapan mental, fisik, dan
emosi untuk melakukan suatu kegiatan keterampilan, sebagai langkah lanjut
setelah adanya persepsi.
(3) Respons Terpimpin

16

Merupakan langkah permulaan dalam mempelajari keterampilan yang kompleks.


Ketetapan dari pelaksanaan keterampilan tersebut ditentukan oleh instruktur atau
kriteria yang sesuai.
(4) Mekanisme
Suatu penampilan keterampilan yang sudah terbiasa atau bersifat mekanis dan
gerakan-gerakannya dilakukan dengan penuh keyakinan, mantap, tertib, santun,
khidmat dan sempurna.
(5) Respons yang kompleks
Berkenaan dengan penampilan keterampilan yang sangat mahir, dengan
kemampuan tinggi. Diperlukan semua tingkatan hasil belajar sebelumnya.

Kesimpulan
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan dan baik disadari maupun tidak.
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat dan saling berkesinambungan, individu
yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu perilaku
yang sehat akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik.

17

Lima Abstrak Penelitian Yang Berhubungan Dengan Perilaku


1.

Hubungan Antara Persepsi Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat Dengan Kecemasan
Pasien Kemoterapi Pada Kanker Payudara Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta
Persepsi merupakan faktor yang sangat menentukan terbentuknya sikap atau perilaku
individu, sehingga merupakan sesuatu yang berarti. Dalam keperawatan, caring
merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan dan diyakini
berperilaku caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai
lingkungan merupakan esensi keperawatan. Kanker payudara adalah tumor ganas yang
menyerang jaringan payudara. Jaringan payudara tersebut terdiri dari kelenjar susu,
saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui hubungan antara persepsi pasien tentang perilaku caring perawat dengan
hubungan antara persepsi pasien tentang perilaku caring perawat dengan kecemasan
18

pasien kemoterapi pada kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Metode
penelitian ini berupa penelitian kuantitatif non experimental dengan rancangan deskriptif
korelatif dan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Teknik sampling menggunakan
teknik Sequensial sampling. Sampel sebanyak 66 responden. Pengujian penelitian
menggunakan uji statistik Rank Spearman. Hasil uji statistik adalah persepsi tentang
perilaku caring perawat kategori cukup. Kecemasan pada pasien kanker payudara
kategori sedang. Ada hubungan antara persepsi pasien tentang perilaku caring perawat
dengan kecemasan pasien kemoterapi pada kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta dengan nilai p= 0,010.
Kata Kunci : Persepsi, Caring Perawat, Kecemasan, Kanker Payudara.
2.

Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Frekuensi Sakit Anggota
Keluarga
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 secara nasional, penduduk yang telah
memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. Pada studi pendahuluan yang dilakukan,
didapatkan hasil sehat pratama ada 9 Rumah Tangga, sehat madya ada 11 Rumah
Tangga, sehat purnama ada 3 Rumah Tangga, dan sehat mandiri ada 2 Rumah Tangga,
keluarga yang termasuk sehat pratama ternyata hanya melakukan 3 indikator dari 10
indikator PHBS yang ada pada rumah tangga, 3 indikator tersebut adalah menggunakan
air bersih, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,dan melakukan aktivitas fisik setiap
hari. Tujuan untuk mengetahui hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dengan frekuensi sakit anggota keluarga. Penelitian ini menggunakan metode korelasi
dengan desain penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian
adalah sebanyak 50 Rumah Tangga. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan
Analisa data menggunakan uji Kendalls Tau. Hasil analisis diperoleh nilai p=0,00
(p<0,05) yang berarti ada hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan
frekuensi sakit anggota keluarga. Besarnya nilai hubungan tersebut adalah negatif 0,739.
Simpulannya adalah terdapat hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan
frekuensi sakit anggota keluarga. Semakin tinggi tingkat PHBS maka semakin rendah
frekuensi sakit diantara anggota keluarga.
Kata Kunci : Perilaku, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Sakit

3.

Perilaku Hidup Sehat Dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar


Perilaku hidup sehat di kalangan sekolah dasar siswa perlu ditinjau mengenai perilaku
sehat pada usia sekolah dasar sebagai landasan dasar bagi pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat. Pertumbuhan dan perkembangan yang sehat akan
19

memungkinkan kondisi untuk berbagai kegiatan anak-anak, termasuk belajar. Penelitian


ini bertujuan untuk memahami gambaran korelasi antara perilaku kesehatan dan prestasi
akademik siswa. Desain penelitian ini adalah korelasional dengan ukuran sampel dari 30
siswa. Berdasarkan analisis data, ada korelasi yang signifikan antara perilaku kesehatan
dan prestasi akademik siswa. Dalam hal ini baik perilaku kesehatan siswa, semakin baik
prestasi akademik.
Kata Kunci : Perilaku hidup sehat, Prestasi akademik, Kebiasaan
4.

Perilaku Caring Perawat dan Kepuasan Pasien Rawat Inap


Perilaku Caring perawat sangat penting dalam memenuhi kepuasan pasien, hal ini
menjadi salah satu indikator kualitas pelayanan di sebuah rumah sakit.Tujuan penelitian
ini adalah untuk menguji korelasi antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien
rawat inap, untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku caring perawat, dan untuk
mendapatkan gambaran tentang kepuasan pasien rawat inap. Sampel penelitian adalah
136 orang pasien rawat inap yang diambil dengan cara purposive sampling. Instrumen
yang digunakan kuisioner data demografi, perilaku caring perawat menggunakan caring
behaviour inventory(CBI), dan kepuasan pasien rawat inap menggunakan patient
satisfaction questionnaire (PSQ) . Uji hipotesis dengan menggunakan uji korelasi
Spearman.

Berdasarkan analisa data, diperoleh nilai r=0.615 (p<0,05), hal ini

menunjukkan bahwa ada korelasi antara perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien
rawat inap. Hasil tambahan penelitian menunjukkan bahwa perilaku caring perawat
dapat digolongkan menjadi empat kategori yakni kategori baik (52,9%), cukup (36,1%),
kurang (10,3%), dan buruk (0,7%). Untuk kepuasan pasien kategori puas (65,5%), sangat
puas (13,2%), tidak puas (20,6%), dan tidak puas (0,7%). Semakin baik perilaku caring
perawat maka akan semakin tinggi pula tingkat kepuasan pasien.
Kata Kunci : Perilaku Caring, Kepuasan Pasien, dan Perawat
5.

Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan berapa banyak perilaku merokok
pada remaja. Subyek penelitian ini adalah 75 laki-laki, berusia 15-18 tahun, dan perokok.
Penelitian ini dilakukan terhadap skala perilaku merokok, Skala pengaruh teman sebaya,
Skala Kepuasan psikologis, dan skala Perilaku Merokok. Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa nilai F = 22.468 (p <0,05) dan R = (R = 0.620 makan R2= 0.384).
Sikap terhadap perilaku merokok dan pengaruh teman sebaya adalah prediktor terhadap
perilaku merokok pada remaja. Bisa disimpulkan bahwa orang tua adalah pemegang
20

peran utama bagi berkembangnya perilaku anak. Sikap permisif terhadap perilaku
merokok dan pengaruh teman sebaya yang efektif kontribusi 38,4%.
Kata Kunci : Perilaku dan Remaja

DAFTAR PUSTAKA
Widayatun, T. R. (1999). Ilmu Prilaku. Jakarta: CV. SAGUNG SETO.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Hidayat, D. R. (2009). Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta: Cv. Trans Info Media.
Nasution, I. K. (2008). Perilaku Merokok Pada Remaja. USU Institutional Repository , 1.
Mursidin, D. (2010). Psikologi Umum. Bandung: Cv Pustaka Setia
Gurusinga, R. (2015). Perilaku Caring Perawat dan Kepuasan Pasien Rawat Inap. USU
Institutional Repository , 1-2.
Gatiningsih. (2010, Februari 22). Diambil kembali dari Hubungan Antara Persepsi
Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat Dengan Kecemasan Pasien Kemoterapi Pada
Kanker Payudara Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta - UMS ETD-db.htm: Google
Scholar
Prabowo, A. (t.thn.). Diambil kembali dari Hubungan Perilaku Hidup Bersih
21

Dan Sehat (PHBS) Dengan Frekuensi Sakit Anggota Keluarga _ Prabowo _ Media
Publikasi Penelitian.htm: Google Scholar
Abdul Rahmat, M. B. (2015). Diambil kembali dari Perilaku Hidup Sehat Dan
Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar _ Rahmat _ psympathic.htm: Google Scholar
Thomas, E. (t.thn.). Dipetik April 23, 2013, dari ekwadothomas676.blogspot.co.id/2013/04/v
behaviour: defaultvmlo.html/m=1
Damanik, E. (t.thn.). Dipetik Februari 16, 2016, dari pengertian-pengertian
info.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-psikomotor-menurut-ahli.html/m=1.

22

Você também pode gostar