Você está na página 1de 3

Semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan

mendapatkan apa yang ia niatkan (H.R. Bukhari dan Muslim)

Agama bertumpu pada dua hal: sisi lahiriyah (perbuatan) dan sisi
batiniyah (niat). Dalam ibadah inti, seperti Shalat, Haji, dan Puasa,
keberadaan niat merupakan rukun. Sehingga amalan tersebut tidak
akan bernilai ibadah jika tidak diiringi dengan niat. Namun kenyataannya
niat saja tidak cukup. Semua perbuatan baik dan bermanfaat, jika diiringi
niat yang ikhlas dan hanya mencari keridhaan Allah. Jika sudah
demikian barulah perbuatan tersebut bernilai ibadah.
Niat adalah ruh amal, inti dan sendinya. Amal mengikuti niat. Amal
menjadi benar karena niat yang benar, dan amal menjadi rusak karena
niat yang rusak. Nabi SAW telah menyampaikan dua kalimat yang
mendalam yang mengandung ilmu, yaitu,
Sesungguhnya amal-amal itu hanya bergantung pada niat-niat, dan
seseorang hanya memperoleh menurut apa yang diniatkan.
Dalam kalimat pertama beliau SAW menjelaskan bahwa amal tidak ada
artinya tanpa niat. Maka dari itu tidak disebut amal jika tanpa niat. Dalam
kalimat kedua beliau menjelaskan, bahwa orang yang melakukan suatu
amal tidak memperoleh apa-apa kecuali menurut niatnya. Hal ini
mencakup berbagai ibadah, muamalah, iman, nadzar, perjanjian, dan
tindakan apa pun.
Keberadaan niat harus disertai pembebasan dari segala keburukan,
nafsu dan keduniaan, harus ikhlas karena Allah, dalam setiap amal-amal
akhirat, agar amal itu diterima di sisi Allah. Namun mewujudkan ikhlas
bukanlah perkara yang mudah. Jangan mengira bahwa ikhlas itu bisa

diperoleh setiap tangan yang menghendakinya, dan bahwa ikhlas itu


bisa diperoleh dengan usaha yang sederhana tanpa harus bersusah
payah. Ini jauh sama sekali dari hakikat. Yang pasti, mewujudkan ikhlas
itu bukan pekerjaan yang mudah seperti anggapan orang-orang yang
biasa bertindak hanya berdasarkan kepada permukaan yang tampak,
tidak dengan kandungan, atau bertindak dengan bungkus dan bukan
dengan arti.
Orang-orang arif yang meniti jalan kepada Allah telah menegaskan
sulitnya ikhlas dan beratnya mewujudkan ikhlas itu di dalam jiwa, kecuali
orang yang memang dimudahkan Allah. Membersihkan jiwa dari hawa
nafsu yang tampak maupun tersembunyi, membersihkan niat dari
berbagai noda, nafsu pribadi dan duniawi, juga tidak mudah. Meredam
egoisme, kecintaan kepada diri sendiri, cinta dunia dan keinginan untuk
mendapatkan tujuan secara langsung, adalah pekerjaan yang amat
besar.
Oleh karena itu perlu usaha maksimal, selalu memperhatikan pintu-pintu
masuk bagi syetan ke dalam jiwa, membersihkan jiwa dari unsur-unsur
riya, kesombongan, gila kedudukan, suka berpenampilan dan pamer.
Sebab unsur-unsur seperti ini lebih banyak menguasai jiwa manusia.
Maka dari itu seorang Rabbani pernah ditanya, dia adalah Sahl bin
Abdullah At-Tustary, Apakah sesuatu yang paling berat bagi
jiwa? Maka dia menjawab, Ikhlas. Sebab ia tidak mendapatkan bagian
apa-apa.
Yang lain juga berkata, Memurnikan niat jauh lebih sulit bagi para ahli
ibadah daripada segala amal.

Yusuf bin Al-Husain Ar-Razy berkata, Sesuatu yang paling mulia di


dunia adalah ikhlas. Berapa banyak ikhlas menggugurkan riya dari hati.
Seakan-akan ia menumbuhkan warna lain di dalamnya.
Yahya bin Abu Katsir berkata, Belajarlah niat, karena niat itu lebih
penting daripada amal.
Sufyan Ats-Tsaury berkata, Tidak ada yang lebih sulit kutuntaskan pada
diriku selain niat. Sebab niat itu bisa berubah menjadi dosa atas diriku.
Daud Ath-Thay berkata, Saya melihat semua kebaikan bertumpu pada
niat yang baik.
Yusuf bin Asbath berkata, Membebaskan niat dari kerusakannya lebih
sulit bagi orang-orang yang beribadah daripada berjihad dalam jangka
waktu yang lama.
Abdullah bin Al-Mubarak berkata, Berapa banyak amal yang remeh
menjadi besar gara-gara niat, dan berapa banyak amal yang besar
menjadi remeh gara-gara niat.
Ada pula yang berkata, Ikhlas satu saat merupakan keselamatan
sepanjang masa, karena ikhlas adalah sesuatu yang sangat mulia.
Mereka berkata seperti itu, karena sulitnya membebaskan diri dari nafsu.
Karena mereka sangat menyadari bahwa Allah tidak akan menerima hati
yang dirasuki tujuan lain, tidak menerima amal yang dirasuki tujuan lain,
Dia hanya menerima amal yang murni karena mengharap keridhaanNya semata.
http://www.dakwatuna.com/2012/05/28/20724/niat-dan-ikhlas/

Você também pode gostar