Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Mukono Blog
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Sep 09
industri pengecoran Pb (timbal), coper (tembaga), emas maupun logam non besi yang lain..
Beberapa industri yang juga mempunyai potensi untuk memberi paparan bahan kimia arsen
adalah industri pestisida / herbisida, industri bahan pengawet, industri mikro elketronik dan
industri farmasi / obat-obatan. Pada industri tersebut, arsenik trioksid dapat bercampuran
dengan debu, sehingga udara dan air di industri pestisida dan kegiatan peleburan mempunyai
risiko untuk terpapar kontaminan arsen.
Paparan yang berasal dari bukan tempat kerja (non occupational exposure) adalah air
sumur, susu bubuk, saus dan minuman keras yang terkontaminasi arsen serta asap rokok.
ABSORBSI, METABOLISME DAN EKSKRESI ARSEN
Bahan kimia arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan makanan, saluran
pernafasan serta melalui kulit walaupun jumlahnya sangat terbatas. Arsen yang masuk ke
dalam peredaran darah dapat ditimbun dalam organ seperti hati, ginjal, otot, tulang, kulit dan
rambut.
Arsenik trioksid yang dapat disimpan di kuku dan rambut dapat mempengaruhi enzim yang
berperan dalam rantai respirasi, metabolisme glutation ataupun enzim yang berperan dalam
proses perbaikan DNA yang rusak. Didalam tubuh arsenik bervalensi lima dapat berubah
menjadi arsenik bervalensi tiga. Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi 3 adalah asam
dimetil arsenik dan asam mono metil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui urine.
Gas arsin terbentuk dari reaksi antara hidrogen dan arsen yang merupakan hasil samping dari
proses refining (pemurnian logam) non besi (non ferrous metal). Keracunan gas arsin
biasanya bersifat akut dengan gejala mual, muntah, nafas pendek dan sakit kepala. Jika
paparan terus berlanjut dapat menimbulkan gejala hemoglobinuria dan anemia, gagal ginjal
dan ikterus (gangguan hati).
GEJALA KLINIK KERACUNAN ARSEN
Menurut Casarett dan Doulls (1986), menentukan indikator biologi dari keracunan arsen
merupakan hal yang sangat penting. Arsen mempunyai waktu paruh yang singkat (hanya
beberapa hari), sehingga dapat ditemukan dalam darah hanya pada saat terjadinya paparan
akut. Untuk paparan kronis dari arsen tidak lazim dilakukan penilaian.
Paparan akut
Paparan akut dapat terjadi jika tertelan (ingestion) sejumlah 100 mg As. Gejala yang dapat
timbul akibat paparan akut adalah mual, muntah, nyeri perut, diarrhae, kedinginan, kram otot
serta oedeme dibagian muka (facial). Paparan dengan dosis besar dapat menyebabkan koma
dan kolapsnya peredaran darah. Dosis fatal adalah jika sebanyak 120 mg arsenik trioksid
masuk ke dalam tubuh.
Paparan kronis
Gejala klinis yang nampak pada paparan kronis dari arsen adalah peripheral neuropathy (rasa
kesemutan atau mati rasa), lelah, hilangnya refleks, anemia, gangguan jantung, gangguan
hati, gangguan ginjal, keratosis telapak tangan maupun kaki, hiperpigmentasi kulit dan
dermatitis. Gejala khusus yang dapat terjadi akibat terpapar debu yang mengandung arsen
adalah nyeri tenggorokan serta batuk yang dapat mengeluarkan darah akibat terjadinya iritasi.
Seperti halnya akibat terpapar asap rokok, terpapar arsen secara menahun dapat menyebabkan
terjadinya kanker paru.
PEMERIKSAN LABORATORIUM YANG PERLU DILAKUKAN
1, Pemeriksaan darah
Pada keracunan akut maupun kronis dapat terjadinya anemia, leukopenia, hiperbilirubinemia.
2.Pemeriksaan urine
Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi proteinuria, hemoglobinuria maupun hematuria.
3.Pemeriksaan fungsi hati
Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi peningkatan enzim transaminase serta bilirubin.
4.Pemeriksaan jantung
Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi gangguan ritme maupun konduksi jantung.
5. Pemeriksaan kadar arsen dalam tubuh
Arsenik dalam urine merupakan indikator keracunan arsen yang terbaik bagi pekerja yang
terpapar arsen. Normal kadar arsen dalam urine kurang dari 50ug/L
Kadar As dalam rambut juga merupakan indikator yang cukup baik untuk menilai terjadinya
karacunan arsen. Normal kadar As dalam rambut kurang dari 1mug/kg
Walaupun tidak ada pemeriksaan biokimia yang spesifik untuk melihat terjadinya keracunan
arsen, namun gejala klinik akibat keracunan As yang dihubungkan dengan
mempertimbangkan sejarah paparan merupakan hal yang cukup penting. Perlu diingat bahwa
seseorang dengan kelainan laboratorium seperti di atas tidak selalu disebabkan oleh terpapar
atau keracunan arsen. Banyak faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan seperti
di atas.
PENCEGAHAN TERJADINYA PAPARAN ARSEN
Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian alat proteksi diri
bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen. Alat proteksi diri tersebut
misalnya :
- Masker yang memadai
- Sarung tangan yang memadai
- Tutup kepala
- Kacamata khusus
Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu pemeriksaan kesehatan
dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Jika keadaan dianggap luar biasa,
dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam urine.
Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang berlebihan adalah
perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama kadar arsen dalam patikel
debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi
tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara dapat lancar.
PENGOBATAN KERACUNAN ARSEN
Pada keracuna arsen akibat tertelan arsen, tindakan yang terpenting adalah merangsang
refleks muntah. Jika penderita tidak sadar (shock) perlu diberikan infus. Antdote untuk
keracunan arsen adalah injeksi dimerkaprol atau BAL (British Anti Lewisite).
PROGNOSIS
Pada keracunan akut, jika dilakukan penanganan dengan baik dan penderita dapat bertahan,
maka akan kembali normal setelah sekitar 1 minggu atau lebih. Pada keracunan kronis akan
kembali normal dalam waktu 6 12 bulan.
Sep 09
Pada tahun 1986, kelompok kerja WHO memantapkan empat prinsip dasar yang
berhubungan dengan analisis dampak lingkungan, yaitu :
1)Kesehatan masyarakat yang terkena dampak pembangunan merupakan salah satu
pertimbangan penting dan mendasar dalam menyusun perencanaan, kebijakan dan
pelaksanaan proyek pembangunan.
2)Dampak kesehatan masyarakat yang mungkin timbul sebagai akibat dari pelaksanaan
program pembangunan harus lebih mendapat perhatian.
3)Analisis dampak lingkungan (ANDAL) harus dapat memberikan informasi yang tepat
tentang dampak kesehatan dari pembangunan sebuah proyek.
4)Informasi lengkap perihal dampak kesehatan tersebut harus disampaikan kepada
masyarakat.
2. KONSEP KETERPADUAN ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN
Untuk menelaah kedua konsep yaitu Analisis Dampak Lingkungan dan Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan diperlukan rincian kerangka dasar model dari kedua konsep tersebut.
Menurut Brown dan Mc. Donald (1988) kerangka dasar dari Analisis Dampak Lingkungan
adalah sebagai berikut :
Bagan I
Kerangka Dasar Analisis Dampak Lingkungan
Pengumpulan data dasar : rincian tentang kondisi lingkungan pada saat ini dan masa
mendatang untuk bahan masukan perencanaan pembangunan.
Identifikasi dampak
: identifikasi dampak yang mungkin timbul dan pemilihan
prioritas dampak untuk analisis yang lebih rinci, dengan cara
check list.
Prediksi
: melakukan prakiraan besarnya perubahan yang terjadi .
Evaluasi
: pentingnya perubahan yang terjadi untuk tingkat nasional
khususnya beberapa hal yang berhubungan dengan tujuan
nasional di bidang sosial ekonomi.
Mitigasi
: mengurangi dampak negatip dan memaksimalkan dampak
positip.
Komunikasi
Pemantauan
Berbagai kegiatan yang menimbulkan dampak penting terhadap kesehatan lingkungan antara
lain :
1. Kegiatan bidang kesehatan
Kegiatan bidang ini berpotensi memiliki dampak terhadap kesehatan antara lain berasal dari
Rumah Sakit baik Rumah Sakit Umum maupun Rumah Sakit Spesialistik. Sumber pencemar
dari kegiatan ini antara lain sisa operasi dan buangan limbah terinfeksi yang dapat
menularkan penyakit melalui kuman parasit atau vektor. Kegiatan lainnya seperti
laboratorium klinik, mikrobiologi kesehatan, industri farmasi, industri makanan kesehatan
dan alat-alat kesehatan.
2. Kegiatan bidang industri
Kegiatan bidang industri sering merupakan sumber masalah gangguan terhadap kesehatan
lingkungan. Kegiatan bidang industri, dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, jenis produk,
bahan baku, proses maupun jenis limbah sendiri. Dengan demikian, kegiatan bidang industri
akan mengeluarkan limbah cair, limbah gas/partikel dan limbah padat.
Menurut World Health Organization, World Bank dan United Nations Enviromental
Program kelompok industri yang berpotensi menimbulkan bahaya terhadap kesehatan adalah
sebagai berikut :
a)Industri Pertanian, Kehutanan, dan Makanan
Kegiatan industri ini memiliki potensi dampak terhadap kesehatan masyarakat, karena
mengeluarkan limbah dari bahan-bahan kimia dalam proses produksinya. Disamping itu juga
kemungkinan adanya parasit dan mikroba pada limbah industri makanan.
b)Industri Ekstraksi Mineral (tidak termasuk hidrokarbon)
Penambangan ini memungkinkan berkembangnya vektor dan parasit pada lubang bekas
galian (quary) yang tergenang air, sehingga menimbulkan bahaya terhadap kesehatan
masyarakat.
c)Industri Logam
Kegiatan industri ini meliputi besi, metalurgi non-besi, pengerjaan logam yang mengeluarkan
bahan kimia lainnya. Limbah berpengaruh secara kronis terhadap kesehatan masyarakat.
d)Industri Energi
Jenis industri ini dapat dilihat pada kegiatan Pertambangan dan Energi. Dapat mengeluarkan
limbah cair, gas, suhu panas (meningkatkan suhu air laut).
e)Pengolahan hasil Mineral bukan Logam
Kegiatan industri ini meliputi antara lain bahan konstruksi, keramik, gelas, dan asbestos.
Pengaruh industri ini adalah gangguan terhadap pernafasan secara kronis.
f)Industri kimia dan idustri yang terkait
Macam industri ini sangat beragam dari industri bukan bangunan, fotografi sampai biosida.
Limbah yang dihasilkan merupakan bahan kimia berbahaya dan beracun (BBB) yang dapat
menimbulkan dampak kronis maupun akut.
g)Industri barang logam, Rekayasa dan Kendaraan
Limbah industri ini mengandung logam berat maupun bahan kimia lainnya yang
menimbulkan bahaya terhadap kesehatan.
h)Industri Tekstil, Kulit, Timber dan Barang Kayu
Limbah industri ini mengandung bahan kimia yang potensial berpengaruh terhadap perairan
dan kesehatan masyarakat/lingkungan.
i)Industri Kertas dan Produknya, Percetakan dan Penerbitan
Limbah industri ini menimbulkan gangguan pernapasan terhadap pekerja maupun gangguan
terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
j)Pelayanan Medis, Sanitasi dan Laboratorium Kesehatan
Kegiatan kelompok ini masuk dalam bidang kesehatan. Mengeluarkan limbah medis dan
limbah kimia yang mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Pembukaan hutan untuk areal persawahan merupakan areal yang potensial sebagai
media/habitat vektor. Habitat vektor ini potensial menimbulkan dampak penting terhadap
kesehatan dan dapat terjadi secara periodik setiap tahun/setiap musim.
b)Pemindahan Penduduk
Pemindahan penduduk dari daerah asal ketempat yang baru, di dalam interaksinya sangat
potensial sebagai pembawa penyakit/penularan penyakit. Penularan penyakit ini tidak
tergantung dari jumlah manusia yang menularkan tetapi ditentukan oleh sumber penularan
dari salah satu kelompok masyarakat dan lama waktu penyakit tersebut berjangkit. Potensi
dampak ini sangat penting terhadap kesehatan masyarakat.
5. Kegiatan Pariwisata
Aktivitas pariwisata secara tidak langsung memiliki potensi terhadap penularan dan
penyebaran penyakit. Interaksi wisatawan lokal maupun dari mancanegara, dari suatu daerah
ke daerah lain, merupakan sumber dampak penting bagi kesehatan masyarakat baik melalui
vektor maupun penularan penyakit secara langsung.
6. Kegiatan Riset dan Teknologi
Pengembangan bidang riset dan teknologi yang menggunakan bahan-bahan kimia, radioaktif,
maupun mikroba serta mahluk hidup lainnya. Mempunyai dampak yang sangat potensial
terhadap kesehatan. Sebagai contoh adalah laboratorium biotek/farmasi dikhawatirkan akan
menimbulkan resistensi terhadap penyakit atau timbulnya strain baru.
7. Penggunaan Tenaga Atom
Penggunaan tenaga atom/radioisotop sangat potensial/menimbulkan dampak penting
terhadap kesehatan dan lingkungan. Paparan radiasi terhadap tubuh manusia dapat secara
langsung atau melalui organisme lain yang terkontaminasi oleh limbah radioaktif. Semua
kegiatan yang memakai bahan radioisotop, pengawasan keselamatannya dilakukan oleh
Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).
8. Pekerjaan Umum
a. Pengairan
1) Pembangunan dam Irigasi
Pembangunan untuk irigasi sangat potensial untuk perkembangbiakan vektor dan penyakit
yang berkaitan dengan Water Born Disease. Sebagai contoh adalah penyakit kaki gajah,
malaria dan penyakit muntah-berak.
2) Cetak Sawah
Cetak sawah sangat potensial terhadap perkembangan penyakit yang berkaitan dengan
karakter Water Born Disease (Penyakit disentri, tifus dan muntah-berak).
b. Cipta Karya
c. Bina Marga
Pembangunan jalan sebagai sarana transportasi perlu perhatian berhubung kaitannya dengan
penularan penyakit dari wilayah satu terhadap wilayah lain.
9. Pertahanan dan Keamanan
Departemen Hankam memiliki industri strategis untuk persenjataan yang berkaitan dengan
unsur fisik-kimia, maupun biologis yang termasuk bahan berbahaya beracun. Bahan tersebut
sangat potensial sebagai sumber dampak penting terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan.
4. PARADIGMA (KONSEP/MODEL) KESEHATAN LINGKUNGAN
Mitigasi/Program Kesehatan Lingkungan
Sumber Perubahan (Proyek/Kegiatan)
Air
Udara
Tanah
Unsur Makanan Vektor/Binatang
Manusia
Masyarakat (sex/umur, lokasi, dll)
Sehat
Sakit
Sumber perubahan sekunder
Simpul B
Simpul C
Simpul D
Sumber perubahan dapat berupa kegiatan manusia, seperti pabrik, transpotasi, pemukiman
dan dapat pula berupa peristiwa alamiah seperti gunung berapi dan reaksi kimia alamiah yang
terjadi di atmosfer.
Komponen lingkungan yang selalu berinteraksi dengan manusia dan seringkali mengalami
perubahan akibat adanya kegiatan manusia yang berupa proyek/kegiatan adalah : air, udara,
makanan, vektor/binatang penular penyakit, dan manusia itu sendiri. Perubahan dari unsur
tersebut akan mengandung suatu risiko penyakit. Risiko penyakit akan timbul karena
menumpang pada vehicle air, udara, makanan, binatang penular penyakit (vektor) dan
bahkan manusia sendiri. Dengan demikian dalam konsep kesehatan lingkungan, status
kesehatan masyarakat merupakan resultante dari hasil hubungan interaksi antara masyarakat
dengan berbagai komponen lingkungan seperti air, udara, makanan, vektor/binatang penular
penyakit, tanah, dan manusia itu sendiri yang mengandung berbagai penyebab sakit seperti
faktor fisik, kimia dan biologi.
Masyarakat yang mempunyai risiko tinggi untuk menderita penyakit akibat dari faktor
sumber, perlu dilakukan pengukuran spesimen tubuh manusia. Hasil pengukuran tersebut
sebagai tanda biologis (biological marker) yang dapat dianggap sebagai bio-indikator.
Sebagai contoh tanda biologis adalah pengukuran merkuri pada kuku, rambut, serta timbal di
dalam darah. Apabila kadar logam berat tersebut melebihi nilai ambang batas, maka
merupakan bio-indikator bahwa manusia tersebut keracunan merkuri atau timbal.
Apabila sudah terjadi kelainan penyakit, dapat dihitung secara epidemiologis. Prevalensi dari
berbagai penyakit akibat interaksi antara masyarakat dengan sumber penyebab penyakit.
1. Kulaitas air
2. Kulaitas udara
3. Kulaitas tanah
macam parameternya
2) Angka Prevalensi
Perbandingan antara jumlah kasus penyakit dengan jumlah populasi pada waktu tertentu.
3) Angka Insidensi
Perbandingan antara jumlah kasus baru dari penyakit dengan jumlah manusia yang
mempunyai risiko dalam populasi pada periode waktu.
6. INTERPRETASI HASIL ANALISIS
Untuk melakukan interpretasi suatu hasil analisis laboratorium, diperlukan syarat sebagai
berikut :
a) Sistem pengambilan sampel yang benar
b) Cara pewadahan dan pengawetan yang memenuhi syarat
c) Waktu pengiriman sampel ke laboratorium yang optimal
d) Kaitan hasil analisis dan kondisi lingkungan tempat pengambilan sampel harus
proporsional
e) Pengumpulan secara akurat informasi lingkungan yang berhubungan dengan geologi,
vegetasi dan aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi parameter kualitas kesehatan
lingkungan.
Dengan model Gauss, dapat diketahui prakiraan kadar gas atau partikel di udara ambien
dengan jarak tertentu dari cerobong pabrik.
b. Sumber bergerak
Untuk menentukan prakiraan besarnya risiko terhadap masyarakat population at risk dari
sebaran pencemaran emisi yang berasal dari kegiatan transportasi dipakai dengan model
Sutton. Dengan model Sutton, dapat diketahui prakiraan kadar gas atau partikel di udara
ambien dengan jarak tertentu dari knalpot atau pusat transportasi.
2. Kebisingan
Prakiraan untuk kebisingan dapat diukur memakai model tertentu dengan menggunakan data
yang berasal dari sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.
3. Kualitas air
Pencemaran badan air dan prakiraan pengaruhnya bagi kesehatan manusia, dibedakan atas
sumber pencemaran yang merusak (degradable) dan yang kurang merusak (non
degradable).
a. Sumber pencemar yang merusak (degradable)
Sifat racunnya mengganggu secara langsung.
Pendekatan untuk prakiraan luasnya persebaran dampak dipakai model Guler dan Dobbins,
yaitu : Biological oxigen Demand (BOD) dan Disolved Oxygen (DO).
b. Sumber pencemar yang kurang merusak (non degradable)
Mempunyai sifat organik dan an-organik. Prakiraan persebaran dampak dalam badan air,
ditentukan oleh faktor sifat dan lama waktu akumulatif, sifat non-degradatif serta
hidrodinamika badan air.
4. Perubahan habitat, vektor dan agen
Prakiraan dampak yang disebabkan oleh perubahan habitat, perkembangan vektor, dan
macam parasit atau mikroba (sebagai agen penyakit) sulit ditunjukkan dengan model. Dengan
demikian prakiraan dapat didasarkan pada fenomena perubahan sebagai berikut :
a. Terjadinya perubahan habitat
b. Memungkinkan timbulnya vektor
c. Memungkinkan interaksi agen penyakit
d. Adanya sumber penyakit menular.
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) bagi kegiatan yang tidak wajib AMDAL. Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL) ditetapkan oleh
Menteri Sektoral yang berdasarkan format yang di tentukan oleh Menteri Negara Lingkungan
Hidup. Demikian pula wewenang menyusun AMDAL disederhanakan dan dihapuskannya
dewan kualifikasi dan ujian negara.
Dengan ditetapkannya Undang-undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPLH), maka PP No.51/1993 perlu diganti dengan PP No.27/1999 yang di
undangkan pada tanggal 7 Mei 1999, yang efektif berlaku 18 bulan kemudian. Perubahan
besar yang terdapat dalam PP No.27 / 19999 adalah di hapuskannya semua Komisi AMDAL
Pusat dan diganti dengan satu Komisi Penilai Pusat yang ada di Bapedal. Didaerah yaitu
provinsi mempunyai Komisi Penilai Daerah. Apabila penilaian tersebut tidak layak
lingkungan maka instansi yang berwenang boleh menolak permohohan ijin yang di ajukan
oleh pemrakarsa. Suatu hal yang lebih di tekankan dalam PP No.27/1999 adalah keterbukaan
informasi dan peran masyarakat.
Implementasi AMDAL sangat perlu di sosialisasikan tidak hanya kepada masyarakat namu
perlu juga pada para calon investor agar dapat mengetahui perihal AMDAL di Indonesia.
Karena semua tahu bahwa proses pembangunan di gunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara ekonomi, sosial dan budaya. Dengan implementasi AMDAL
yang sesuai dengan aturan yang ada maka di harapkan akan berdampak positip pada recovery
ekonomi pada suatu daerah.
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)
Definisi AMDAL
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/ atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/ atau kegiatan.
Dasar hukum AMDAL
Sebagai dasar hukum AMDAL adalah PP No.27/ 1999 yang di dukung oleh paket keputusan
menteri lingkungan hidup tentang jenis usaha dan/ atau kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan AMDAL dan keputusan kepala BAPEDAL tentang pedoman penentuan dampak
besar dan penting.
Tujuan dan sasaran AMDAL
Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan pembangunan
dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan hidup. Dengan melalui
studi AMDAL diharapkan usah dan / atau kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan
mengelola sumber daya alam secara efisien, meminimumkan dampak negatip dan
memaksimalkan dampak positip terhadap lingkungan hidup.
Tanggung jawab pelaksanaan AMDAL
Secara umum yang bertanggung jawab terhadap koordinasi proses pelaksanaan AMDAL
adalah BAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan).
Mulainya studi AMDAL
AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Sesuai dengan PP No./ 1999 maka AMDAL merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan ijin melakukan usaha dan / atau kegiatan . Oleh karenya AMDAL harus disusun
segera setelah jelas alternatif lokasi usaha dan /atau kegiatan nya serta alternatif teknologi
yang akan di gunakan.
AMDAL dan perijinan.
Agar supaya pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
penilaian AMDAL dalam KOMISI PENILAI AMDAL maka saran, pendapat dan tanggapan
masyarakat akan menjadi dasar pertimbangan penetapan kelayakan lingkungan suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan.
PENILAIAN DOKUMEN AMDAL
Penilaian dokumen AMDAL dilakukan oleh Komisi Penilaian AMDAL Pusat yang
berkedudukan di BAPEDAL untuk menilai dokumen AMDAL dari usaha dan/atau kegiatan
yang bersifat strategis, lokasinya melebihi satu propinsi, berada di wilayah sengketa, berada
di ruang lautan, dan/ atau lokasinya dilintas batas negara RI dengan negara lain.
Penilaian dokumen AMDAL dilakukan untuk beberapa dokumen dan meliputi penilaian
terhadap kelengkapan administrasi dan isi dokumen. Dokumen yang di nilai adalah meliputi:
1.Penilaian dokumen Kerangka Acuan (KA)
2.Penilaian dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
3.Penilaian Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
4.Penilaian Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
Penilaian Kerangka Acuan (KA), meliputi:
1.Kelengkapan administrasi
2.Isi dokumen, yang terdiri dari:
a.Pendahuluan
b.Ruang lingkup studi
c.Metode studi
d.Pelaksanaan studi
e.Daftar pustaka dan lampiran
Penilaian Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), meliputi:
1.Kelengkapan administrasi
2.Isi dokumen, meliputi:
a.Pendahuluan
b.Ruang lingkup studi
c.Metode studi
d.Rencana usaha dan /atau kegiatan
e.Rona lingkungan awal
f.Prakiraan dampak penting
g.Evaluasi dampak penting
h.Daftar pustaka dan lampiran
Penilaian Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), meliputi:
1.Lingkup RKL
2.Pendekatan RKL
3.Kedalaman RKL
4.Rencana pelaksanaan RKL
5.Daftar pustaka dan lampiran
Penilaian Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), meliputi:
1.Lingkup RPL
2.Pendekatan RPL
3.Rencana pelaksanaan RPL
4.Daftar pustaka dan lampiran.
mg/m3 vs 0,0028 mg/m3), sedangkan rerata kadar Pb Blood ( Pb-B ) di daerah terpapar
170,44 ug/100 ml dan di daerah tidak terpapar sebesar 45,43 ug/100 ml. Juga ditemukan
bahwa semakin tinggi kadar Pb-B, semakin rendah kadar Hb nya.
Pada penelitian mengenai kadar Pb di udara ambien dan hubungan antara kadar Pb-B dengan
IQ anak sekolah, Susanto (1997) menemukan bahwa kadar Pb udara ambien di daerah
penelitian sebesar 0,00103 mg/m3, masih dibawah nilai baku mutu yang besarnya 0,060
mg/m3. Didapatkan pula bahwa kadar Pb-B anak SD di kawasan tertib lalu-lintas (sekitar
39,73 ug/100 ml) lebih tinggi dari kadar Pb-B di luar kawasan tertib lalu lintas (16,30 ug/100
ml). Tidak di temukan pula perbedaan yang bermakna antara IQ anak sekolah SD di kawasan
tertib lalu lintas dan di luar kawasan tertib lalu lintas. Mukono dkk. yang pada tahun 1991
meneliti status kesehatan dan kadar Pb-B karyawan SPBU (Setasiun Pompa Bensin Umum)
di Jawa Timur, menemukan bahwa pemeriksaan darah lengkap pada karyawan SPBU dengan
penjualan bensin kurang dari 8 ribu liter lebih baik dari karyawan SPBU yang menjual bensin
lebih dari 10 ribu liter per hari. Didapatkan pula bahwa rerata kadar Pb-B karyawan SPBU
sebesar 77,59 ug/100 ml.
Paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ sebagai berikut :
Gangguan pada sistem syaraf.
Susunan syaraf merupakan jaringan yang sangat peka terhadap bahan pencemar Pb.
Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh Pb dapat berupa encephalopathy,
ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy
perifer.
Gangguan pada sistem urogenetal .
Bahan pencemar Pb dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, nephropati
irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus.
Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus
berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.
.
Gangguan pada sistem reproduksi
Sistem reproduksi dapat pula terganggu fungsinya akibat terpapar oleh logam berat Pb.
Gangguan terhadap sistem reproduksi dapat berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin.
Logam berat Pb mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat
kromosom. Anak-anak sangat peka terhadap paparan Pb di udara. Paparan Pb dengan kadar
yang rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ .
Gangguan pada sistem hemopoitik.
Unsur hemopoitik yang peka terhadap paparan Pb adalah hemoglobin yang menyebabkan
terjadinya anemia. Efek paparan Pb tersebut menyebabkan terjadinya terjadinya penurunan
sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia
ringan yang terjadi disertai dengan sedikit peningkatan kadar ALA (Amino Levulinic Acid)
urine. Pada anak anak juga terjadi peningkatan ALA dalam darah. Efek dominan dari
keracunan Pb pada sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP
(Coproporphyrine). Dapat dikatakan bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari
keracunan Pb pada manusia. Anemia tidak terjadi pada karyawan industri dengan kadar Pb-B
(kadar Pb dalam darah) dibawah 110 ug/100 ml.
Gangguan pada sistem syaraf.
Anak anak lebih peka terhadap paparan Pb, utamanya organ otak lebih sensitif pada anakanak dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan Pb dapat menyebabkan
lead encephalopathy. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang tersinggung,
sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya
kecerdasan.
Pada anak dengan kadar Pb darah (Pb-B) sebesar 40-80 ug/100 ml dapat timbul gejala
gangguan hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala yang
timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah rasa cangung, mudah tersinggung, dan
penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa bayi sudah mulai terpapar oleh Pb, maka
pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada umur
sekitar 5-15 tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan
psikologis jika terpapar Pb pada anak berusi 21 bulan sampai 18 tahun.
Untuk melihat hubungan antara kadar Pb-B dengan IQ (Intelegance Quation) telah dilakukan
penelitian pada anak berusia 3 sampai 15 tahun dengan kondisi sosial ekonomi dan etnis yang
sama. Pada sampel dengan kadar Pb-B sebesar 40-60 ug/ml ternyata mempunyai IQ lebih
rendah apabila dibandingkan dengan sampel yang kadar Pb-B kurang dari 40 ug/ml. Pada
dewasa muda yang berumur sekitar 17 tahun tidak tampak adanya hubungan antara Pb-B dan
IQ.
Gambaran klinis akibat keracunan Pb terhadap gangguan syaraf perifer dapat berupa semutan
dan kulit terasa tebal. Keracunan kronis Pb akan meningkatkan kematian yang disebabkan
oleh kelainan cerebro vasculer. Efek keracunan timbal (Pb) terhadap saluran pencernaan
berupa abdominal colic. Efek negatif terhadap liver adalah meningkatnya enzym SGOT
(Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase).
Masyarakat dapat terpapar oleh Pb melalui pencemaran udara, air dan tanah serta dapat pula
masuk kedalam tubuh melalui makanan/minuman, obat-obatan, rokok dan terpapar oleh cat.
Paparan kronis oleh Pb dapat menyebabkan tertimbunnya Pb dalam organ atau jaringan dan
cairan tubuh. Dalam keadaan ini dapat terdeteksi adanya Pb dalam urine, feces, keringat
,rambut dan kuku.
Logam berat Pb yang terdeteksi dalam darah merupakan indikator penting akibat paparan dan
seberapa jauh akibat/efek yang ditimbulkan. Paparan oleh Pb yang cukup tinggi di industri
dapat memberikan gangguan cerebrovaskular seperti perdarahan otak, trombosis, dan arterio
sclerosis.. Karyawan industri dengan masa kerja 20 tahun dan terpapar timbal dengan kadar
yang cukup tinggi menunjukkan kadar timbal dalam urine sebanyak 100 - 250 ug/liter. Pada
pria yang bekerja selama 15 tahun pada pabrik aki dan pengecoran Pb yang kadar Pb
udaranya melebihi 0,15 ug/m3 dapat timbul hipertensi.
Implikasi klinik akibat tercemar oleh Pb dapat ditunjukan oleh hubungan antara dosis-efek
dan dosis-respon. Hubungan antara dosis-efek ditunjukkan oleh besarnya dosis dengan
intensitas yang spesifik pada seseorang. Sebagai contoh adalah bagaimana hubungan antara
Pb-B (kadar Pb di dalam darah) dengan persentasi inhibisi dari ALAD (Amino Levulinic
Acid Dehydratase) dalam darah. Sedangkan hubungan dosis-respon ditunjukkan oleh
hubungan antara dosis paparan dengan proporsi populasi penduduk yang terkena efek
paparan.
2. Dampak Terhadap Manusia Akibat Tercemar oleh Logam Berat
Merkuri (Hg).
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa keracunan metil dan etil merkuri sebagian besar di
sebabkan oleh konsumsi ikan yang di peroleh dari daerah tercemar atau makanan yang
berbahan baku tumbuhan yang disemprot dengan pestisida jenis fungisida alkil merkuri. Pada
tahun 1968 Katsuna melaporkan adanya epidemi keracunan Hg di Teluk Minamata, dan pada
tahun 1967 terjadi pencemaran Hg di sungai Agano di Nigata. Pada saat terjadi epidemi,
kadar Hg pada ikan di Teluk Minamata sebesar 11 ug/kg berat basah dan di sungai Agano
sebesar 10 ug/kg berat basah.
Kejadian di Irak pada tahun 1971-1972 terjadi keracunan alkil merkuri akibat mengkonsumsi
gandum yang disemprot dengan alkil merkuri yang menyebabkan 500 orang meninggal dunia
dan 6000 orang masuk rumah sakit.
Penelitian Eto (1999), menyimpulkan bahwa efek keracunan Hg tergantung dari kepekaan
individu dan faktor genetik. Individu yang peka terhadap keracunan Hg adalah anak dalam
kandungan (prenatal), bayi, anak-anak, dan orang tua.
Gejala yang timbul akibat keracunan Hg dapat merupakan gangguan psikologik berupa rasa
cemas dan kadang timbul sifat agresi.
Berdasarkan temuan Diner dan Brenner (1998) serta Frackelton dan Christensen (1998)
dikatakan bahwa diagnose klinis keracunan Hg tidaklah mudah dan sering dikaburkan dengan
diagnose kelainan psikiatrik dan autisme. Kesukaran diagnose tersebut disebabkan oleh
karena panjangnya periode laten dari mulai terpapar sampai timbulnya gejala dan tidak
jelasnya bentuk gejala yang timbul, yang mirip dengan kelainan psikiatrik.
Diagnose keracunan Hg dengan pemeriksaan urine, darah, kuku dan rambut
Keracunan Hg yang sering disebut sebagai mercurialism banyak ditemukan di negara maju,
misalnya Mad Hatters Disease yang merupakan suatu outbreak keracunan Hg yang diderita
oleh karyawan di Alice Wonderland, Minamata Disease yang merupakan suatu outbreak
keracunan Hg pada penduduk makan ikan yang terkontaminasi oleh Hg
di Minamata Jepang, dan kejadian ini dikenal sebagai Minamata Disease. Penyakit lain yang
disebabkan oleh keracunan Hg adalah Pink Disease yang terjadi di Guatemala dan Rusia
yang merupakan outbreak keracunan Hg akibat mengkonsumsi padi-padian yang
terkontaminasi oleh Hg.
Kadar Hg di udara ambien daerah yang tidak tercemar oleh Hg berkisar antara 20-50 ng/m3.
Dengan kadar Hg udara ambien sebesar 50 ng/m3, dalam waktu tiga hari banyaknya Hg yang
terhisap oleh paru sebesar 1 g/hari. Gejala klinis yang timbul, tergantung pada banyaknya
Hg yang masuk ke dalam tubuh, mulai dari gejala yang paling ringan yaitu parestesia sampai
gejala yang lebih berat yaitu ataxia, dysarthria bahkan dapat menyebabkan kematian. Paparan
oleh Hg (biasanya berupa metil merkuri) pada saat prenatal akan nampak setelah bayi lahir
yang dapat berupa cerebral palsy maupun retardasi mental. Keracunan ini dapat terjadi jika
pada ibu hamil yang mengkonsumsi daging binatang yang diberi pakan padi-padian yang
disemprot fungisida yang mengandung metil merkuri.
Keracunan Hg yang akut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan saluran pencernaan,
gangguan kardiovasculer, kegagalan ginjal akut maupun shock. Pada pemeriksaan
laboratorium tampak terjadinya denaturasi protein enzim yang tidak aktif dan kerusakan
membran sel.
Metil maupun etil merkuri merupakan racun yang dapat mengganggu susunan syaraf pusat
(serebrum dan serebellum) maupun syaraf perifer. Kelainan syaraf perifer dapat berupa
parastesia, hilangnya rasa pada anggota gerak dan sekitar mulut serta dapat pula terjadi
menyempitnya lapangan pandang dan berkurangnya pendengaran. Keracunan merkuri dapat
pula berpengaruh terhadap fungsi ginjal yaitu terjadinya proteinuria. Pada karyawan yang
terpapar kronis oleh fenil dan alkil merkuri dapat timbul dermatitis. Selain mempunyai efek
pada susunan syaraf, Hg juga dapat menyebabkan kelainan psikiatri berupa insomnia, nervus,
kepala pusing, gampang lupa, tremor dan depresi.
Pada dasarnya besarnya risiko akibat terpapar oleh Hg, tergantung dari sumber Hg di
lingkungan, tingkat paparan, teknik pengambilan sampel, analisis sampel dan hubungan
dosis-respon.
3. Dampak Terhadap Manusia Akibat Tercemar oleh Logam Berat
Cadmium (Cd).
Oksida dari kadmium adalah logam yang toksisitasnya tinggi. Sebagian besar kontaminasi
oleh kadmium pada manusia melalui makanan dan rokok. Waktu paruh kadmium kira-kira
10-30 tahun. Akumulasi pada ginjal dan hati 10-100 kali konsentrasi pada jaringan yang lain.
Logam cadmium dalam tubuh manusia terutama akan dieleminasi melalui urine. Hanya
sedikit kadmium yang diabsorbsi yaitu sekitar 5-10%. Absorbsi dipengaruhi factor diet sep
erti intake protein, calcium, vitamin D dan trace logam seperti seng (Zn). Proporsi yang besar
adalah absorbsi malalui pernafasan yaitu antara 10-40% tergantung keadaan fisik wilayah
Uap kadmium sangat toksis dengan lethal dose melalui pernafasan diperkirakan 10 menit
terpapar sampai dengan 190 mg/m3 atau sekitar 8 mg/m3 selama 240 menit akan dapat
menimbulkan kematian. Gejala umum keracunan Cd adalah sakit di dada, nafas sesak
(pendek), batuk-batuk dan lemah.
Paparan akut oleh kadmium (Cd) akan menyebabkan gejala nausea (mual), muntah, diare,
kram, otot, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan hati, gangguan
kardiovaskuler, empisema dan degenerasi testicular (Ragan & Mast 1990).
Dosis mematikan (lethal dose) secara akut diperkirakan sekitar 500 mg/kg untuk dewasa dan
efek dosis akan nampak jika terabsorbsi 0,043 mg/kg per hari (Ware, 1989)
Gejala akut akibat keracunan Cd (cadmium).
Gejala akut :
o Sesak dada, kerongkongan kering dan dada terasa sesak (constriction of chest ), nafas
pendek, nafas terengah-engah , distress dan bisa berkembang ke arah penyakit radang paruparu. diserta sakit kepala dan menggigil kemungkinan .dapat diikuti kematian.
Gejala kronis:
o Nafas pendek, kemampuan mencium bau menurun., berat badan menurun dan gigi terasa
ngilu serta berwarna kuning keemasan.
Selain menyerang pernafasan dan gigi, keracunan yang bersifat kronis menyerang juga
saluran pencernaan, ginjal, hati dan tulang.
Sep 09
dapus kesling
Resiko paparan arsen pada masyarakat sekitar sungai pangkajene
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2eb383b28e5a7ce1a1372b81eead68d9.pdf
Bab 1 pendahuluan
http://eprints.undip.ac.id/36855/1/ISI%3DBAB_1-6_dan_DAFTAR_PUSTAKA.pdf