Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1.
2.
3.
4.
TIDAKAN/ INTERVENSI
Mandiri
1. Tinjau ulang informasi yang berhubungan dengan kondisi bayi, seperti lama persalinan, tipe
kelahiran, agar skor, kebutuhan tindakan resusitas saat kelahiran, dan obat-obatan ibu yang di
gunakan selama ke hamilan / kelahirann, termasuk betametason.
Rasional : Persalinan yang lama meningkatakn resiko hipoksia, dan depresi pernapasan dapat
terjadi setelah pemberian atau pengunaan obat oleh ibu. Selain itu, bayi yang memerlukan
tindakan resusitatif pada kelahiran , atau yang apgar skornya rendah, mungkin memerlukan
intervensi lebih untuk menstabilkan gas darah dan mungkin dan mungkin menderita cedra SSP
dengan kerusakan hipotalamus, yang mengontrol pernafasan.( catatn : ppemnerian
kortokosteroid pada ibu dalam minggu 1 kelhiran membantu mengembangkan maturitas bayi dan
produksi surfaktan
2. Perhatian usia gestasi, berat badan, dan jenis kelamin.
Rasional: neonatus lahir sebelim gestasi mingu ke-30 dan / atau brat badan kurang dari 1500 g
beresiko tinggi terhadap terjadinya RDS. Selain itu, pria 2 kali rentnnya dari pada wanita.
(catatan : mayoritas kematian berhubungan dengan RDS terjadi pada bayi dengan berat badan <
1500 g).
3. Kaji status pernafasan, perhatikan tanda-tanda disters pernafasan ( miss ; retraksi, pernafasan
cuping hidung , mengorok, retraksi, ronki, atau krekels).
Rasional: menandakan distres [pernafasan , khususnya bila pernafasan lebih besar sri 60x/mnit
setelah 5 jam pertama kehidupan pernafasan mengorok menunjukan upaya untuk
mempertahankan ekspensi alveolar; pernafasan cuping hidung adalah mekanisme kompensasi
untuk menambah diameter hidung dan meningkatakan masukan oksigen. Krekels/ ronki dapat
menandakan fasokontriksi pulmunal yang berhubungan dengan TDA, hipoksmia asedemia,atau
imaturotas otot areterior, yang gagal untuk kontriksi sebagai respons terhadap peningkatan lkdar
oksigen.
4. Gunakan pemantauan oksigen transkuta atau oksimeter nadi . catat kadar tiap jam, ubah sisi alat
setiap 3-4 jam .
Rasional: memberika pemantaaun noninfasiv konstan terhadap kdar oksigen, (cataan:
insufisiensi polmunal biasanya memburuk 24-48 jam petama, kemudian mencapai pelatian).
5. Hisap hidung dan orofaring dengan hati-hati, sesuai kebutuhan btasi waktu obstruksi jalan nafas
dengan kateter 5-10 detik. Observasi pemantauan oksigen trankutan oksimeter nadi sebelum dan
selam penghisapan berikan kantung ventilasi setelah penghisapan.
Rasional: mungkin perlu untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas, khususnya pada bayi
yang menerima penytilasi bayi pertem tidak mngembangkan reflek terkoordinasi untuk
menghisap menelan, dan bernafas sampai gestasi [ada minggu ke-32 sampai ke-34. Silia tidak
berkembang dengan penuh atau mungkin rusak dari penggunaan selam indoktrial fase eksudat
berhubngan dengang RDS pada kira-48 jam pascapartum dapat meperberat kesutan bayi dalam
mengatsi vagus, menyebabka bradikardi, hiposemia, bronkospasme. Kantung ventilasi
meningkatkan perbaikan kadar oksigenn yang cepat .
6. Pertahankan keneetrlan suhu denngan suhu tubuh pada 97,7F (dalam 0,5F).Rujuk pada DK:
termoregolasi, tidak efektifresiko tinggi terada).
Rasional : Stres dingin menigkatkan konsumsi oksigen bayi , dapat meningkatkan asidosis, dan
selanjutnya kerusakan produksi surfaktan.
7. Pantau masukan haluaran cairan: timbang berat badan sesuai indikasi berdasarkan protokol.
Rasional : dehidrasi merusak kemampuan untuk membersihkan jalan nafas saat mukus menjadi
kental. Hidrasi berlebihan dapat memperberat infiltrat alveolar/ edema pulmonal. Penurunan
berat badan dan peningkatan haluran irin daoat menandakan fase diuretik dari RDS, biasanya
mulai pada 72-96 jam dan mendahului resolusi kondisi.
8. Tingkatan istirahat;minimalkan rangsangan dan pengunaan energi.Posisikan bayi pada abdomen
bila mungkin berikan matrastidak rata sesuai indikasi
Rasional: menurunkan laju metabolik dan konsumsi oksigenn. Memungkinkan ekspansi dada
optimal merangsang pernafasan dan pertumbuhan ventrikel.
9. Observasi terhadap tanda-tanda vital dan lokasi sianosis. Ung
Rasional: sianosiss adalah tanda lanjut dari poa2 rendah dan tamapak sampai ada sedikit lbih
dafri 3 g /dl penurunan Hb pada darah erteri sentrl. Atau 4-6 g/dl pada darah kapiler, atau sampai
satursai oksigen haqnya 75-85 % dengan kadar po2 42 -41 mmhg.
10. Selidiki penyimpangan tiba-tba dari kondisi yang di hubungkan dengan sianosis, penurunan atau
tidak adanya bunyi napas, pergeseran btitik tampak maksimal, penonjolan dndinng dada,
hipotensi,atau disritmia jantung.
Rasional :penyimpangan pernapasan yang tiba- tiba atau tidak diperkirakan dapat menandakn
awitan pneomothoraks.
11. Pantau terhadap tanda-tanda nekrosis ektrokolitis (rujuk pada DK:konstipasi , resiko tiggi
terhdap diaare, resiko tinggi teradap).
Rasional ;: hipoksia dapat menyembuhkan pirau darah ke otak sehinga men urunkan sirkulasi
keusus, dengan akibat lanjut dengan kerusakan sel usus damn infasi oleh bakteri membentuk gas.
Kolaborasi
12. Pantau pemeriksaan laboratorium, dengan teta; grafik seri GDA.
Rasional : hopoksemia. Hiperkapnia , dan asisdosis menurunkan produksi surfaktan kadar pao2
harus 50-70 mmhg atau lebih tinngi, kadar paco2 haru 35-45mmhg, dan saturasi oksigen harus
92%-94%.
13. Hb/Ht.
Rasional : penurunan simpanan besi pada kelahiran, pengulangan pengambilan sampel darah,
pertumbuhan cepat, dan episode henoragis meningkatakn kemungkinan bahwa bayi patrem akan
anemik, sehingga menurunakan kapasitas pembawa oksigen darah.( catatan: pemberian sel
mungkin perli untuk menggantikan darah yang di ambil untuk pemeriksaan laboratorium).
14. Tinjau ulang seri sinar x dada.
Rasional : atelektasis,kongesti, bronkogram udara menujukkan terjadinya RDS.
15. Berikan oksigen sesiuai kebutuhan, dengnanmasker kap, selang endotrakeal atau fentilasi
mekanik dengan menggunakan tekanan jakan napas positif konstan dan fentilasi mandotari
intermiten(IMV), atau pernapasan tekann positif intermiten dan tekanan ekspirasi akhir positif.
Rasional: hipoksemia asdemia dapat berlanjut menurunkan produksi surfaktan, meningkatkan
tahanan vaskuler pulmonal dan vasokontriksi, dan menyebabkan duktus arterious tetap terbuka .
imaturitas hipotalamus dapat memerlukan bantuan ventilasi untuk mempertahankan pernapasn.
Pengunaan PEEP dapat menurunkan kolaps jalan napas, meningkatkan pertukran gas dan
menurunkan kebutuhan oksigen tingkat tinggi.
16. Pantau pemberian oksigen dan durasi pemberian.
Rasional :kadar oksigen serum tinggi yang lama diakibatkan dari IPPB dan PEEP(barotrauma)
dapat memredisposisikan bayi pada displasia bronkopulmunal.
17. Catat fraksi oksigen dalam udra inspirasi (FIO2) setiap jam.
Rasional: jumlah oksigen yang di berikan, diexspresikan sebagai FIO2 ditentukan secra
individu, berdasarkan pada pemantauan transkutan atau sampel darah kapiler.(catatan: kadar
ooksigen tinggi lama {toksisitas oksigen }. Dapat mendisposisikan bayi pada kertusakan retinal
trolental fibropasial).
18. Mulai drainase postural. Fisioterapi dada, atau vibrasi lobus setiap 2jam, sesuai indikasi,
perhatikan toleransi bayi terhadap proedur.
Rasional: memudahkan penghilngan sekresi. Lama waktu yang digunakan untuk setiap lobus
dihubu8ngkan dengan toleransi bayi. ( bayi biasanya tidak bisa mentoleransi regimen tindakan
yang penuh setiap waktu).
19. Aspirasi isi lambung untuk tes shake.
Rasional: memberikan informasi yang segera akn ada atau tidak adanya surfaktan. Surfaktan,,
yang perli untuk meningkatakan ekspansi normal dan elastisitas alveolibiasanya tidak ada dalam
kuantitas yang cukup sampai gestasi minggu ke-32 samapi ke-33.
20. Beri makan dengan selang nasogastrik atau orogastrik sebagai pengganti penberian makan
dengan AS, bila tepat.
Rasional: menu runkan kebutuhan oksigen, meningkatkan istirahat, menghemat energi, dan
menurunkan resiko aspirasi karena perkembangan refleks gag buruk.
21. Berikan obat-obatan sesui indikasi:
a. Natrrium bikarbonat.
Rasional: bila tindakan meningkatkan frekuensi pernapasan atau memperbaiki ventilasi tidak
cukup untuk memperbaiki asidosis. Penggunaan natrium bikarbonat yang hati-hati dapat
mengembalikan ph ke dalam rentang normal.
6. Berikan rangsangan taktil yang segera.( mis, gosokan punggung bayi) bila terjadi apnea.
Pergatikan adanya sianosis, bradikardi, atau hipotonia. Anjurakan kontak orang tua.
Rasional: merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya pernafasan
spontan. Kadang-kadang, bayi mengalami kejadian apnea lebih sedikit atau tidak ada , atau
bradikardia bila orangtua menyentuh dan bicara pada mereka.
7. Tempatkan bayi pada matras bergelombang.
Rasional: gerakan memberikann rangsangan, yang dapat menurunkan kejadian apnneik.
Kaloborasi
8. Pantau pemeriksaan laboratorium (Mis,. GDA, glikosa serum, elekrolit, kultur,mdan kadar obat)
sesuai indikasi.
Rasional: hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnia, hipoglekimia, hipokalsemia,dan sepsis
dapat memperberat serangan apneik. Toksisitas obat, yang menekan fungsi pernafasan dapat
terjadi karena pernafasan dapat terjadi karena keterbatasan ekskresi dan waktu paruh obat yang
lama.
9. Berikan oksigen sesuai indikasi.(rujukan pada DK: pertukaran gas, kerusakan).
Rasional: perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatka n pernfasan.
10. Berikan obat-obatan, sesuai indikasi:
Natrium bikarbonat.
Rasional : memperbaiki asidosis.
Antibiotik.
Rasional; mengatasi infeksi pernapasan atau sepsis.
Kalsium glikonat.
Rasional: hipokalsemia mempredisposisikan bayi pada apnea.
Aminoflin.
Rasional: dapat meningkat aktifitas pusat pernafasan dan menurunkan sensitifitas terhadap
karbondiosida, menurunkan frekuensi apnea.
Pankuronium bromida (pavulon).
Rasional: mengakibatkan relaksasi otot rangka yang mungkin perlu bila bayi scra mekanis
terventilasi.
Larutan glukosa.
Rasional: mencegah hipoglikemia. (Rujuk pada DK: nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan
tubuh, resikotinggi terhadap).
C. TERMOLEGULASI, TIDAK EFEKTIF, RESIKO TINGGI TERHADAP.
Faktor resiko dapat meliputi: perkembangan SSP imatur( pusat regulasi suhu). Penurunan rasio
masa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan . keterbtasan simpanan lemak
coklat , ketidak mampuan merasakan dingin atau berkeringat. Cadangan metabolik buruk,
respons mati terhadap hipotermia. Danmanipulasi dan intervensi medis/ keperawatan yang
sering.
Kemungkinan di buktikan oleh: {tidak dapat di terapkan: adanyha tanda/gejala untuk
mendiagnosa aktual}
HASIL YANG DI HARAPKAN NEONATAL AKAN: Mempertahankan suhu kilt /aksila dalam
95,9-99,1 F(35,5-37,3F) bebas dari tanda-tanda stres dimgin.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
Kaji suhu dengan sering. Periksa suhu rektal pada awalnya; selanjutnya, periksa suhu aksila
atau gunakan alat termostat dengan dasar terbuka dan penyebar hangat. Ulangi setiap 15 mnt
selama penghangatan ulang,
Rasional: hipotermia mebuat bayi cendrung pada stres dingin, penggunaan simpanan lemak
coklat yang tidak dapat diperbarui bila ada, dan menurunkan sensitifitas untuk meningkatkan
kadar karbon dioksida ( hiperkapnia) atau penurunan kadat oksigen( hipoksia). (catatan:
penghangatan ulang terlalu cepat berkenaan dengan kondisi apneik, ini dapat menyebabkan
depessi pernafasan lanjut sebagai pengganti pernapasan. Mengakibatkan apnea dan penurunan
ambilan oksigen.)
Tempatkan bayi pada penghangat ,tempat tidur terbuka dengan penyebar hangat , tau tempat
tidur bayi terbuka dengan pakaian tpat untuk bayi yang lebih besar tau lebih tua.gunakan bantal
pemanas di bawah bayi bila perlu, dalam hubunganya dengan tempat tiidur isolet atau tebuka .
Rasional ; mempertahankan lngkungan termonal membantu mencegah stres dingin.
Gunakan lampu pemanas selam prosedur. Tutup penyebar hangat atau bayi dengan penutup
plastik atau kertas alumunium bil tepat. Objek pans dengan tubuh bayi, seperti stetosko, linen,
dan pakaian.
Rasional; menurunkan kehilangan panas pada lingkungan yanng lebih dingin dari ruangan.
Kurangi pemajanan pada aliran udara: hindari pembukaan pagar isolette yang tidak semestinya.
Rasional : menurunkan kehilangan panas karena konveksi/konduksi. Membatasi kehilangan
panas melalui radiasi.
Ganti pakaian atau linen tempat bila basah. Pertahankan kepala bayi tetap tertutup.
Rasional: menurunkan kehilangan melalui evaporasi.
Pantau system pengatur suhu, penyebar hangat, atau incubator. (pertahankan batas atas pada bayi
98,6oF, tergantung pada ukuran atau usia bayi).
Rasional : hipertemie akibat pening katan pada laju metabolisme, kebutuhan oksigen dan
glukosa dan kehilangan air tidak kasat mata dapat terjadi bila suhu lingkungan yang dapat
dikontrol, terlalu tinggi.
Pertahankan kelembapan relatif 50-80%. Oksigen lembap hangat 88-93 F(31-34C)
Rasional; mencegah evaporasi berlebihan , menurunkan kehilngan cairan tidak kasat mata..
Perhatikan adanya takipnea atau apnea: sianosis umum, akrosianosis , atau kulit belang:
bradikardia , menangis buruk, atu latergi . evaluasi derajat dan lokasi ikterik. (rujukan
padaMK:Bayi baru lahir:hiperbiliribinemia.
Rasional: tanda-tanda ini menandakan stres dingin, yang meninkatkan konsumsi oksigen dan
kalori serta mebuat bayi cendrung pada asidosis berkenaan dengan metabolisme anerobik.
Hipoytmia meningkatkan reiko kernikterus, saat asam lemak dilepasakan pada metabolisme
lemak coklat bersaing dengan bilirubin untuk bagian pada albumin. (catan : warna kulit
mungkin merah terang pada perifer, dengan sianosis terlihat pada bagian tengah sebagai akibat
darike gagalan disoiasi oksihemoglobin .
Berikan penghangatan bertahap untuk bayi yang stres dingin.
Rasional: Peningkatan suhu tubuh yang cepat dapat menyebabkan konsumsi oksigen berlebihan
dan apnea.
18. Berikan D10 W dan ekspander volume secara intravena, bila diperlukan.
Rasional: pemberian dekstrosa mungkin perlu untuk meperbaiki hipoglikemia. Hipotensi
karena vasodilatasi perifer mungkin memerlukan tindakan pada bayi yang mengalami stress
panas. Hipertermia dapat menyebabkan peningkatan dehidrasi tiga sampai empat kali lipat.
19. Berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
Rasional : Bila oksigen tidak siap tersedia untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik
berkenaan dengan upaya untuk meningkatkan suhu tubuh, bayi akan menggunakan metabolisme
anaerobik, mengakibatkan asidosis karena pembentukan asam laktat. Hipotermia menurunkan
respons bayi praterm terhadap hipoksia dan hiperkapnia, yang menyebabkan depresi pernapasan
lanjut sebagai ganti dari peningkatan frekuensi pernapasan, mengakibatkan apnea dan penurunan
ambilan oksigen. Hipertermia karena penghangatan terlalu cepat dihubungkan dengan keadaan
apnea, peningkatan kehilangan air yang tidak kasatmata dan peningkatan frekuensi metabolik
dengan peningkatan kebutuhan terhadap oksigen dan glukosa.
20. Berikan obat-obatan, sesuai indikasi :
a. Fenobarbital.
Rasional : Membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fungsi SSP yang
disebabkan oleh hipertermia.
b. Natrium bikarbonat
Rasional: Memperbaiki asidosis, yang dapat terjadi pada hipotermia dan hipertermia.
D. KEKURANGAN VOLUME CAIRAN, RISIKO TINGGI TERHADAP
Faktor resiko dapat meliputi : Usia dan berat badan ekstrem (prematur, dibawah 2500 g),
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis, kurang lapisan lemak, peningkatan suhu lingkungan,
ginjal imatur / kegagalan untuk mengkonsentrasikan urin).
Kemungkinan dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejala untuk menegakkan
diagnosa aktual].
HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : Bebas dari tanda-tanda dehidrasi atau
glikosuria dengan masukan cairan sama dengan haluaran dan pH, Ht, dan berat jenis urin DBN.
Menunjukkan penambahan berat badan 20-30g/hari.
TINDAKAN / INTERVENSI
Mandiri
1. Dapatkan seri berat badan setiap hari dengan menggunakan skala yang sama dan pada waktu
yang sama.
Rasional; Berat badan adalah indikator paling sensitif dari keseimbangan cairan. Penurunan
berat badan tidak boleh melebihi 15% dari berat badan total atau 1%-2% dari berat badan total
perhari. Ketidakadekuatan penambahan berat badan dapat dihubungkan dengan
ketidakseimbangan air atau ketidakadekuatan masukan kalori.
2. Bandingkan masukan dan haluaran cairan setiap shift dan keseimbangan kumulatif setiap
periode 24 jam. Pertahankan catatan setiap jam dari penginfusan cairan intravena. Kaji haluaran
melalui pengukuran urin dari kantung penampung atau melalui penimbangan / penghitungan
popok. Pertahankan catatan akurat mengenai jumlah darah yang diambil untuk tes laboratorium.
Rasional: Haluran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan terapi cairan kira-kira 80-100
ml/kg/hari pada hari pertama kehidupan, meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari pada hari ke-3
pasca kelahiran. Pengambilan darah untuk tes menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht.
3. Pantau berat jenis urin setiap selesai berkemih, atau setiap 2-4 jam, dengan megaspirasi urin dari
popok bila bayi tidak tahan dengan kantung penampung urin atau yang kantung penampung yang
direkatkan.
Rasional; Meskipun imaturitas ginjal dan ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan urin
biasanya mengakibatkan berat jenis yang rendah pada bayi praterm (rentang normal 1,006
1,013), berat jenis urin bervariasi, memberikan tanda tingkat dehidrasi individu. Kadar yang
rendah menandakan volume cairan berlebihan; kadar lebih besar dar 1,013 menandakan
ketidakcukupan masukan cairan dan dehidrasi.
4. Tes urin dengan Dextrotix per protokol.
Rasional: Bahkan pada kasus hipoglikemia, glikosuria terjadi saat ginjal yang imatur mulai
mengekskresikan glukosa, yang dapat menimbulkan diuresis osmotik, meningkatkan resiko
dehidrasi.
5. Minimalkan kehilangan cairan yang tidak kasatmata melalui penggunaan pakaian, suhu
termonetral, dan menghangatkan atau melembabkan oksigen.
Rasional: Bayi praterm kehilangan air dalam jumlah besar melalui kulit, karena pembuluh darah
dekat dengan permukaan dan kadar lapisan lemak berkurang atau tidak ada. Fototerapi atau
penggunaan penyebar hangat dapat meningkatkan kehilangan tidak kasatmata sampai 50% atau
sebanyak 200 ml/kg/hari. (catatan : BB bayi < 1500g (3 lb 5 oz) paling rentan terhadap
kehilangan cairan tidak kasatmata).
6. Pantau tekanan darah (TD), nadi, dan tekanan arterial rerata (TAR)
Rasional: Kehilangan 25% volume darah mengakibatkan syok dengan TAR <25 mmHg
menandakan hipotensi (Catatan: TD dihubungkan dengan BB; mis, bayi lebih kecil, TAR lebih
rendah).
7. Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, keadaan fontanel anterior.
Rasional: Cadangan cairan dibatasi pada bayi praterm. Kehilangan/perpindahan cairan yang
minimal dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit yang buruk,
membran mukosa kering, dan fontanel cekung.
8. Perhatikan letargi, menangis dengan nada tinggi, distensi abdomen, peningkatan apnea, kedutan,
hipotonia, atau aktivitas kejang.
Rasional: Tanda-tanda ini menunjukkan hipokalsemia, yang paling mungkin terjadi selama 10
hari pertama kehidupan.
9. Kaji lokasi tempat masuknya cairan intravena setiap jam. Perhatikan edema atau kegagalan
masuknya cairan. Jangan memeriksa posisi jarum dengan menurunkan cairan dibawah tingkat
jarum.
Rasional: Pembengkakan dapat menandakan terjadi infiltrasi cairan atau plester terlalu ketat.
Aliran balik darah disebabkan oleh penurunan cairan mungkin menyumbat jarum.
10. Berikan kalium klorida, kalsium glukonat 10%, dan magnesium sulfat 50%, sesuai indikasi.
Pantau bradikardia yang potensial terjadi pada bayi melalui pemantau jantung; observasi lokasi
tempat masuknya infus terhadap adanya tanda-tanda iritasi atau edema.
Rasional: Perbaikan ketidakseimbangan elektrolit perlu untuk mempertahankan atau mencapai
homeostasis. Pemberian kalsium melalui kateter vena umbilikal dapat menyebabkan nekrosis
hepar, bila diberikan melalui arteri umbilikal, ini dapat memperberat entrokolitits nekrotisan.
Pengenalan dini dan intervensi segera dapat membatasi efek-efek tidak baik dari infiltrasi obat;
sperti kerapuhan, kalsifikasi, dan nekrosis. (Catatan: Penggantian kalsium tidak efektif pada
adanya defisit magnesium).
11. Berikan transfusi darah.
Rasional: Mungkin perlu untuk mempertahankan kadar Ht/Hb optimal dan menggantikan
kehilangan darah.
12. Berikan dopamin hidroklorida, sesuai indikasi.
Rasional: Dapat digunakan untuk mengatasi penurunan tekanan darah, khususnya bila
berhubungan dengan pemberian Pavulon.
Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :
a. Ht
Rasional: Dehidrasi meningkatkan kadar Ht di atas nilai normal 45% - 53%.
b. Kalsium serum dan magnesium serum.
Rasional: Bayi praterm rentan pada hipokalsemia (kadar kalsium < 7 mg/dl) karena simpanan
rendah, depresi rangsang paratiroid, dan stress karena hipoksia, sepsis, atau hipoglikemia.
Hipomagnesemia sering disertai hipokalsemia.
c. Kalsium serum.
Rasional: Hipokalsemia dapat terjadi karena kehilangan melalui selang nasogastrik, diare, ata
muntah. Kadar kalium berlebihan (hiperkalemia) dapat diakibatkan dari kesalahan penggantian,
perpindahan kalium dari ruangan intraselular ke ekstraselular, asidosis, atau gagal ginjal.
2. Berikan infus parenteral : dalam jumlah > 180 ml/kg, khususnya pada PDA, displasia
bronkopulmonal (BPD), atau enterokolitis nekrotisan (NEC).
Rasional: Penggantian cairan menambah volume darah, membantu mengembalikan
vasokonstriksi berkenaan dengan hipoksia, asidosis, dan pirau kanan kekiri melalui PDA, dan
telah membantu dalam penurunan komplikasi enterokolitis nekrotisan dan displasia
bronkopulmonal.
E. CEDERA, RISIKO TINGGI TERHADAP, KERUSAKAN SSP
Faktor resiko dapat meliputi : Hipoksia jaringan, perubahan faktor pembekuan,
ketidakseimbangan metabolik (hipoglikemia, perpindahan elektrolit, peningkatan bilirubin).
Kemungkinan dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejala untuk menegakkan
diagnosa aktual].
HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : Bebas dari kejang dan tanda-tanda
kerusakan SSP. Mempertahankan homeostasis dibuktikan oleh GDA, glukosa serum, kadar
elektrolit dan bilirubin DBN.
TINDAKAN / INTERVENSI
Mandiri
1. Kaji upaya pernapasan. Perhatikan adanya pucat atau sianosis.
Rasional: Distress pernapasan dan hipoksia mempengaruhi fungsi serebral dan dapat merusak
atau melemahkan dinding pembuluh darah serebral, meningkatkan resiko ruptur. Bila tidak
teratasi, hipoksia dapat mengakibatkan kerusakan permanen. (Rujuk DK: pertukaran gas,
kerusakan).
2. Pantau kadar Dextrostix, dan observasi adanya perilaku yang menandakan hipokalsemia atau
hipokalsemia pada bayi (mis, kacau mental, kedutan, kejang mioklonik, atau mata terbalik).
(Rujuk DK : Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi terhadap).
Rasional: Karena kebutuhannya terhadap glukosa, otak dapat menderita kerusakan yang tidak
dapat pulih bila kadar glukosa serum lebih rendah dari 30-40 mg/dl. Hipokalsemia (kadar
kalsium serum < 7 mg/dl) sering menyertai hipokalsemia dan dapat mengakibatkan apnea dan
kejang.
3. Observasi bayi terhadap perubahan fungsi SSP dimanifestasikan oleh perubahan perilaku,
letargi, hipotonia, penonjolan atau ketegangan fontanel, mata terbalik, atau aktifitas kejang.
Selidiki penyimpangan keadaan yang ditandai oleh menangis nada tinggi, pernapasan yang sulit,
dan sianosis, yang diikuti dengan apnea, flaksid kuadriparese, tidak berespons, hipotensi, postur
tonik, dan arefleksia.
Rasional: Trauma kelahiran, kapiler rapuh, dan kerusakan proses koagulasi membuat bayi
beresiko terhadap IVH, khususnya bayi yang BB nya < 1500g atau gestasi dibawah 34 minggu.
Penegangan atau penonjolan fontanel anterior mungkin merupakan tanda pertama dari IVH, syok
hemoragi, atau peningkatan tekanan intrakranial (PTIK), yang dengan mudah membawa pada
kematian akibat sirkulasi yang kolaps. Bayi gestasi < 32 minggu dapat menjadi letargik atau
hipotonik serta dapat memanifestasikan gerakan mata menjelajahi yang tidak terkontrol dan
kurang jalur penglihatan. (Catatan: tanda-tanda klinis dan perkembangan IVH mungkin tidak
ada, sangat samar, atau tiba-tiba serta mengancam kehidupan).
Rasional: Hipokalsemia meningkatkan resiko kelemahan atau kerusakan SSP yang permanen.
2. Bantu dengan prosedur diagnostik atau terapeutik, sesuai indikasi :
a. Skaning tomografi komputer, ultrasonografi kranial.
Rasional: Mengidentifikasi adanya/luasnya hemoragi, yang bermanfaat dalam memprediksi
kemungkinan komplikasi jangka panjang dan dalam pemilihan tindakan.
b. Punksi lumbal
Rasional:Spesimen cairan serebrospinal (CSS) berdarah memastikan IVH. Beberapa rumah sakit
melakukan punksi leumbal berturut-turut setiap hari untuk menurunkan TIK dan mencegah efekefek berbahaya dari hidrosefalus.
c. Transfusi tukar
Rasional: Naik atau meningkatnya kadar bilirubin dengan cepat menandakan kebutuhan
terhadap transfusi tukar volume ganda dengan darah O negatif untuk mengeluarkan bilirubin dan
mencegah hemolisis lanjut dari sel darah merah (SDM).
d. Ventrikulopunksi atau tap.
Rasional: Mungkin digunakan untuk mengeluarkan kelebihan darah dari ventrikel, meskipun
pemeriksaan tidak menandakan adanya perubahan dalam hasil.
e. Penempatan pirau ventrikuloperitoneal.
Rasional: Dilatasi ventrikel progresif tidak responsif pada tindakan lain dapat memrlukan
intervensi pembedahan untuk memperbaiki atau mencegah hidrosefalus.
3. Berikan obat-obatan, sesuai indikasi :
a. Kalsium, magnesium, natrium bikarbonat, dan atau glukosa.
Rasional: Perbaikan ketidakseimbangan membantu mencegah aktivitas kejang neonatus, yang
dapat terjadi pada respons terhadap keadaan metabolik sementara.
b. Fenobarbital
Rasional: Membantu untuk mengontrol kejang akut serta status epileptikus pada bayi baru lahir.
c.
d.
e.
f.
4.
payudara, melembabkannya dengan sedikit ASI untuk memberi bau padanya. Ia dapat juga
menggendong bayi selama pemberian makan.
Rasional: Memberikan kepuasaan oral sehingga bayi menghubungkan kepuasaan diri dalam
menghisap dengan kenyamanan dari pengisian lambung.
8. Tunda drainase postural selama sedikitnya 1 jam setelah pemberian makan.
Rasional: Memungkinkan pencernaan optimal dan absorpsi dan pemberian makan, membantu
mencegah regurgitasi berkenaan dengan peningkatan penanganan.
9. Perhatikan adanya diare, muntah, regurgitasi, residu lambung berlebihan, atau hasil positif dari
tes guaiak. (Rujuk pada DK: konstipasi, resiko tinggi terhadap).
Rasioanal: Menandakan kerusakan fungsi lambung. Residu lambung > 2 ml (diaspirasi melalui
selang nasogastrik[NG] sebelum pemberian makan) menunjukkan kebutuhan untuk menurunkan
jumlah pemberian makan dan dapat menandakan absorpsi buruk atau enterokolitis nekrotisan.
10. Pantau kadar Dextrosix dan Clinitest perprotokol.
Rasional: Karena hepar imatur tidak menyimpan atau melepaskan glikogen dengan baik, resiko
hipoglikemia meningkat. Hipoglikemia dapat di diagnosa dengan kadar Dextrostix < 45 mg/dl.
(Catatan: Bayi mungkin asimtomatik bahkan bila hasil Dextrostix serendah 20 mg/dl).
11. Pertahankan termonetral lingkungan dan oksigenasi jaringan yang tepat. Gangguan pada bayi
harus seminimal mungkin.
Rasional: Stress dingin, hipoksia, dan penanganan yang berlebihan meningkatkan laju
metabolisme dan kebutuhan kalori bayi, kemungkinan mengorbankan pertumbuhan dan
peningkatan BB.
12. Pantau bayi terhadap reaksi lokal atau sistemik untuk pemberian makan parenteral (mis,
peningkatan suhu, trombosis pembuluh darah, dispnea, muntah, atau sianosis).
Rasional: Kira-kira 50% komplikasi yang berhubungan dengan nutrisi parenteral total (NPT)
adalah karena sepsis, biasanya septikemia Candida. Komplikasi lain meliputi kelebihan beban
cairan dan obstruksi atau perubahan posisi kateter.
13. Catat pertumbuhan dengan membuat pengukuran BB setiap hari dan setiap minggu dari panjang
badan dan lingkar kepala.
Rasional: Pertumbuhan dan peningkatan BB adalah criteria untuk penentuan kebutuhan kalori,
untuk menyesuaikan formula dan untuk menentukan frekuensi pemberian makan. Pertumbuhan
mendorong peningkatan kebutuhan kalori dan kebutuhan protein.
Kolaborasi
1. Mulai pemberian makan dengan air steril, glukosa, dan ASI atau formula, dengan tepat.
Rasional: Pemberian makan dini mencegah penurunan cadangan.
2. Beri makan sesering mungkin sesuai indikasi berdasarkan BB bayi dan perkiraan kapasitas
lambung.
Rasional: Bayi < 1250g (2 lb 12 oz) diberi makan setiap 2 jam, bayi antara 1500 dan 1800 d (3
bl 8 oz 4 lb) diberi makan setipa 3 jam.
3. Gunakan formula pekat untuk memberikan 120-150 kal/kg/hari atau lebih, dengan protein 3-4
g/kg/hari. Tambahkan suplemen ke ASI untuk pemberian makan melalui selang sesuai
kebutuhan.
4.
5.
6.
7.
G.
1.
Rasional: Masukan kalori harus cukup untuk mencegah katabolisme. Formula yang pekat
memberikan lebih banyak kalori dalam volume yang lebih sedikit, yang perlu karena penurunan
kapasitas dan pengosongan lambung, serta bahaya menekan ginjal imatur. (Catatan : bayi yang
sakit merupakan formula pembandingan setengah diawal dengan volume/konsentrasi
ditambahkan > 1-10 hari sesuai toleransi bayi).
Berikan vitamin dan mineral, khususnya vitamin A, C, D, dan E, dan zat besi, sesuai indikasi.
Rasional: Menggantikan simpanan nutrien rendah untuk meningkatkan keadekuatan nutrisi dan
menurunkan resiko infeksi. Vitamin C dapat menurunkan kerentanan pada anemia hemolitik dan
menghilangkan displasia bronkopulmonal dan fibroplasia retrolental. Vitamin E membantu
mencegah hemolisis SDM.
Pertahankan kepatenan, bantu dengan menggunakan selang makan indwelling (selang
transpilorik, nasojejunal, nasoduodenal).
Rasional: Memberikan kontinuitas penginfusan formula pada bayi praterm yang sangat kecil
yang memenuhi kriteria khusus: mis, takipnea, penyakit paru kronis, ketergantungan respirator,
aspirasi berulang dengan pendekatan cara pemberian makan lain. (Catatan: potensial resiko
menyertai penggunaan selang indwelling ini harus dipertimbangkan terhadap keuntungannya).
Berikan makan NPT melalui pompa infus dengan menggunakan kateter indwelling kedalam
vena kava atau jalur perifer. Infus emulsi lemak (intralipid) melalui jalur perifer.
Rasional: Infus NPT dari protein hidrolisat, glukosa, elektrolit, mineral, dan vitamin mungkin
perlu untuk bayi dengan diare kronis; sindrom malabsorpsi, perbaikan pembedahan dari anomali
gastrointestinal (GI), obstruksi, atau enterokolitis nekrotisan, prematuritas yang ekstrem. Infus
intralipid memberikan asam lemak esensial kepada anak yang memrlukan NPT. (Catatan:
keuntungan dari pengguanaan intralipid harus dipertimbangkan terhadap kemungkinan resiko
akumulasi lemak dalam paru).
Pantau pemeriksaan laboratorium; mis, glukosa serum, elektrolit, protein total.
Rasional: Mengukur ketepatan NPT
INFEKSI, RISIKO TINGGI TERHADAP KONSTIPASI, RISIKO TINGGI TERHADAP
Faktor resiko dapat meliputi : Respon imun imatur, kulit rapuh, jaringan trauma, prosedur
invasif, pemajangan lingkungan (KPD, pemajangan transplasental).
Kemungkinan dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan; adanya tanda/gejala untuk menegakkan
diagnosa aktual]
HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : Mempertahankan serum negatif, CSS,
urin, dan kultur nasofaringeal dengan hitung darah lengkap, trombosit, kadar pH, dan tanda vital
DBN.
TINDAKAN / INTERVENSI
Mandiri
Tinjau ulang catatan kelahiran. Perhatikan apakah tindakan resusitasi diperlukan, lama pecah
ketuban, dan adanya korioamnionitis.
Rasional: Faktor-faktor maternal seperti KPD dengan persalinan dan kelahiran praterm
kemungkinan disebabkan oleh proses infeksi asenden. Infeksi transplasental didapat (yang
mempengaruhi dua sepertiga dari semua bayi terinfeksi) juga merupakan ancaman. Bayi yang
telah diresusitasi dan yang telah mendapat intervensi invasif lebih cenderung kemasukan patogen
dan infeksi. Sepsis awiatan-awal (terjadi dalam 2 hari pertama kehidupan) dipengaruhi oleh
pertahanan hospes dan durasi pecah ketuban antepartum.
2. Tentukan usia gestasi janin dengan menggunakan kriteria Dubowitz.
Rasional: Kelahiran sebelum gestasi minggu ke-28 30 meningkatkan kerentanan abyi terhadap
infeksi, karena penurunan kemampuan SDP untuk menyerang bakteri, penurunan pemindahan
imunoglobulin G (IgG ditransportasikan melewati plasenta terutama pada trimester ke-3), kurang
imunogloblin A (IgA) bila bayi tidak menerima ASI, dan keratin kulit buruk dengan
ketidakefektifan kualitas barier. (Catatan : Bayi yang menderita retardasi pertumbuhan
intrauterus beresiko tinggi terhadap infeksi).
3. Tingkatkan cara-cara mencuci tangan pada staf, orangtua, dan pekerja lain perprotokol.
Gunakana antiseptik sebelum membantu dalam pembedahan atau prosedur invasif.
Rasional: Mencuci tangan adalah prktik yang paling penting untuk mencegah kontaminasi silang
serta mengontrol infeksi dakam ruang perawatan.
4. Pantau staf dan pengunjung akan adanya lesi kulit, luka basah, infeksi pernapasan akut, demam,
gastroenteritis, herpes simpleks aktif (oral, genital, atau paronisial), dan herpes zoster.
Rasional: Penularan penyakit pada neonatus dari pekerja atau pengunjung dapat terjadi secara
langsung atau tidak langsung.
5. Berikan jarak yang adekuat antara bayi atau antara unit isolette atau unit individu. Gunakan
ruangan isolasi terpisah dan teknik isolasi sesuai indikasi.
Rasional: Memberikan jarak 4-6 kaki dengan bayi membantu mencegah penyebaran droplet atau
infeksi melalui udara.
6. Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi, seperti ketidakstabilan suhu (hipotermia atau
hipertermia), letargi atau perubahan perilaku, distres pernapasan (apnea, sianosis, atau takipnea),
ikterik, petekie, kongesti nasal, atau drainase dari mata atau umbilikus.
Rasional: Bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi, suhu tubuh sendiri merupakan adalah cara
yang tidak dpata dipercaya dalam mengkaji infeksi pada bayi praterm dengan kerusakan respons
inflamasi dan mobilisasi SDP.
7. Buat kelompok bayi, bila mungkin, dan jamin bahwa perawat yang sama merawat bayi-bayi
yang dikelompokkan bersama.
Rasional: Bayi-bayi yang lahir dalam kerangka waktu yang sama (biasanya 24-48 jam), atau
terkolonisasi/terinfeksi dengan patogen yang sama, mungkin dikelompokkan bersama sampai
pulang. Pengelompokkan ini merupakan tindakan yang penting dalam mengkontrol infeksi
dengan embatasi jumlah dari kontak satu bayi dengan bayi yang rentan atau petugas lainnya.
8. Lakukan perwatan tali pusat sesuai protokol rumah sakit.
Rasional: Penggunaan alkohol lokal, triplet dye, dan berbagai antimikroba yang membantu
mencegah kolonisasi.
9. Siapkan lokasi tempat prosedur invasif dengan alkohol (70%), iodin tingtur, atau iodofor. Pantau
lokasi infus intravena dan lokasi jalur pemantauan invasif perprotokol.
Rasional: Menurunkan insiden kemungkinan flebitis atau bakteremia.
10. Gunakan teknik aseptik selama penghisapan. Bubuhi tanggal pada larutan yang terbuka untuk
pelembaban, irigasi, atau nebulasi, dan buang setelah 24 jam. Jamin pembersihan rutin atau
penggantian peralatan pernapasan.
Rasional: Menurunkan kesempatan untuk masuknya bakteri yang dapat mengakibatkan infeksi
pernapasan.
11. Perlakuan jalur arteri, stopkok, dan kateter sebagai daerah steril, ambil spesimen darah pada
waktu yang sama.
Rasional: Membantu mencegah bakteremia berkenaan dengan jalur arteri dan aksesnya yang
langsung pada darah dan jaringan dalam.
12. Pantau bayi terhadap tanda-tanda awitan lanjut penyakit atau infeksi.
Rasional: Awitan lanjut penyakit dapat terjadi dapat terjadi secepat-cepatnya pada hari kelima,
tetapi ini biasanya terjadi setelah minggu pertama kehidupan. Tanda-tanda awitan lanjut infeksi
kemungkinan disebabkan oelh bakteri yang didapat
13. Observasi terhadap tanda tanda syok atau koagulasi intravascular diseminata (KID), seperti
bradikardia, penurunan TD, ketidakstabilan suhu, malas, edema, atau eritema pada dinding
abdomen.
Rasional : KID dapat terjadi dengan septicemia gram negatif.
14. Berikan ASI untuk pemberian makan, bila tersedia.
Rasional: ASI mengandung IgA, makrofag, limfosit, dan netrofil, yang memberikan beberapa
perlindungan dari infeksi.
1.
2.
a.
b.
c.
3.
Kolaborasi
Dapatkan specimen, sesuai indikasi (mis: urin melalui aspirasi suprapubis, darah, CSS, lesi kulit
terlihat, nasofaring, atau sputum bila bayi diintubasi.)
Rasional : tes kultur/ sensitivitas perlu untuk mendiagnosa pathogen dan mengindentifikasi
terapi yang tepat.
Pantau pemeriksaan laboratorium sesui indikasi :
Seri jumlah SDM dan diferensia.
Rasional : prematuria menurunkan respon imun pada infeksi. Jumlah SDP pada bayi praterm
bervariasi dari 6.000 sampai 225.000/mm3 dan dapat berubah dari hari ke hari, membatasi
reabilitas diagnostic. Peningkatan nyata atau tiba-tiba atau penurunan SDP atau sel pita
menandakan infeksi.
Jumlah trombosit
Rasional : sepsis menyebabkan jumlah trombosit menurun, tetapi pada bayi praterm, rentang
trombosit normal mungkin hanya 60.000 (pada 3 hari pertama) sampai 100.000/mm3
Glukosa dan kadar PH serum
Rasional ; hipoglikemi, hiperglikemi atau asodisis metabolic ( dengan kadar bikarbonat kurang
dari 21 mEq/L ) menandakan infeksi.
Berikan antibiotic secara intravena berdasarkan laporan sensitivitas.
Rasional : antibiotic spectrum luas meliputi ampisilin dan aminoglikosida biasanya
diindikasikan, menunggu hasil tes kultur dan sensitivitas. Penggunaan antibiotic sistemik dengan
sembarangan atau tidak tepat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diharpkan, membantu
mengembangkan resitensi strain bakteri, dan mengubah flora normal bayi baru lahir.
2. Berikan makan dengan menggunakan ASI bila mungkin ; jamin jumlah kosentrasi yang tepat
dari formula suplemen.
Rasional : ASI mengandung sedikit larutan ginjal daripada susu sapi. Ginjal mungkin tidak
dapat mengatasi formula dengan konsentrasi larutan berlebihan.
3. Perbaiki cairan, elektrolit, dan gangguan asam basa; perbaiki keadaan hipiksik.
Rasional : tindakan mungkin perlu untuk memperbaiki laju filtrasi glomelurus dan aliran darah
ginjal setelah periode hipoksia dengan akumulasi asam laktat. Pemberian natrium bikarbonat
mungkin perlu, karena menghalangi kapasitas ginjal mempredisposisikan bayi praterm pada
asidosis metabolic.
4. Pantau bayi terhadap toksisitas obat, khususnya bayi menerima gentamisin atau nafsilin.
Rasional : imaturitas ginjal menghambat atau memundurkan ekskresi obat sehingga pada bayi
praterm, toksisitas dapat terjadi lebih cepat dengan kadar yang lebih rendah daripada bayi cuckup
bulan.
I. KONSTIPASI, RESIKO TINGGI TERHADAP : DIARE, RESIKO TINGGI TERHADAP
Faktor fisiko dapat meliputi : masukan diet/cairan, ketidakaktivan fisik, oto otot abdomen,
perubahan motalitas gastric.
Kemungkinan dibuktikan oleh : ( tidak dapat diterapkan ; adanya tanda/gejala untuk menegakkan
diagnose actual. )
HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : membantu kebiasaan defekasi tergantung
pada tipe pemberian makan, dengan abdomen lunak dan tidak distensi bebas dari tanda tanda
enterokolitis nekrotisan.
1.
2.
3.
4.
TINDAKAN INTERVENSI :
Mndiri
Pertimbangan frekuensi dan karakteristik feses delam hubungannya dengan usia bayi dan tipe
pemberian makan. Auskultasi bising usus. Ukur lingkar abdomen, melaporkan peningkatan
ukuran 1 cm atau lebih dari pengukuran sebelumnya.
Rasional : penurunan fungsi usus dan motilitas GI mengakibatkan defekasi tidak sering dan
distensi abdomen.
Perhatikan adanya faktor faktor resiko seperti hipoksia, sepsis atau maslah sirkulasi berkenaan
dengan PDA
Rasional : kondisi ini dapat memperberat perkembangan enterokolitis nekrotisan. Temuan
terbaru menunjukkan bahwa perkembangan enterokolitis nekrotisan dihubungkan dengan
perkembangan dan usia gestasi.
Kaji status hidrasi dan masukan cairan dan haluaran ( rujuk pada DK ; kekurangan volume
cairan , risiko tinggi terhadap : nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi
terhadap.)
Rasional : ketidakadekuatan hidrasi dapat memperberat kurangnya air atau konstipasi feses.
Pantau terhadap tanda tanda enterokilitis nekrotisan, seperti distensi abdomen, kekakuan, nyeri
tekan; kulit abdomen berkilau atau tegang; lengkung usus dapat dilihat, meludah berlebihan,
muntahan berwarna empedu: kegagalan pemberian makanan per selang untuk diabsorsi atau
residu lambung berlebihan; dan tiodak adanya bising usus; tes feses ( kecuali ada diare yang
mengandung darah) dengan mengandung hematest atau guaiak. Tes residu gaster.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Rasional : prosedur pembedahan mungkin perlu untuk menghilangkan segmen usus yang
terinflamasi.
J. INTEGRITAS KULIT, KERUSAKAN, RESIKO TINGGI TERHADAP
Faktor risiko yang meliputi : kulit tipis, kapiler rapuh dekan permukaan kulit, tidak ada lemak
subkutan di atas penonjolan tulang, ketidakmampuan untuk mengubah posisi untuk
menghilangkan titik penekanan, penggunaan restrain, perubahan status nutrisi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : ( tidak dapat diterapkan ; adanya tanda/gejala untuk menegakkan
diagnose actual. )
HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : mempertahankan kulit utuh. Bebas dari
cedera dermal.
TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
1. Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan
Rasional : mengidentifikasi area potensial kerusakan dermal, dapat mengakibatkan sepsis.
2. Berikan perawatan mulut dengan menggunakan salin atau gliserin swab. Berikan jeli petroleum
untuk bibir.
Rasional : membantu mencegah kekeringan dan pecah pada bibir berkenaan dengan tidak
adanya masukan oral atau efek kering dari terapi oksigen.
3. Hindari penggunaan agens topical keras; cuci dengan hati hati larutan povidon-iodin setelah
prosedur
Rasional : membantu mencegah kerusakan kulit dan menghilangkan barier pelindung epidermal.
4. Berikan latihan rentang gerak, perubahan posisi rutin, dan bantal bulu domba atau terbuat dari
bahan yang lembut.
Rasional : membantu mencegah kemungkinan nekrosis berhubungan dengan edema dermis atau
kurangnya lemak subkutan diatas tonjolan tulang.
5. Minimalkan penggunaan plester untuk mengamankan selang, elektroda, dan kantung urin, jalur
I,V,dan sebagainya.
Rasional : melepaskan plester dapat juga melapas lapisan epidermal, karena kohesi antara
plester dan korneum sternum lebih kuat daripada antara dermis dan epidermis.
6. Mandikan bayi dengan menggunakan air steril dengan sabun ringan. Cuci hanya pada bagian
tubuh yang benar benar kotor. Minimalkan manipulasi kulit bayi.
Rasional : setelah 4 hari, kulit mengalami beberapa sifat bacterisidal karena PH asam. Mandi
sering menggunakan sabun alkalin atau pelembab dapat meningkatkan PH kulit, menurunkan
flora normal dan mekanisme pertahanan alamiah yang ,melindungi pathogen invasive.
7. Ganti elektroda hanya bila perlu
Rasional : penggantian yang sering dapat memperberat kerusakan kulit.
Kolaborasi:
1. Berikan saleb antibiotic pada hidung, mulut dan bibir bila pecah atau teriritasi
Rasional : meningkatkan pemulihan pecah pecah dan iritasi berkenaan dengan pemberian
oksigen; dapat membantu mencegah infeksi.
K. PERUBAHAN SENSORI PERSEPTUAL
Dapat dihubungkan dengan : imaturitas sistem neurosensori, perubahan rangsangan lingkungan,
efek efek terapi.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kemungkinan dibuktikan oleh : perubahan pada respon terhadap rangsangan, apatis, iritabilitas,
perubahan tengangan otot, ukuran berubah pada ketajaman sensorium.
Hasil yang diharapkan neonatal akan : berespon dengan tepat pada rangsangan khusus usia.
Bebas dari tanda kelebihan sensori. Mendemonstrasikan respon yang diharapkan pada
rangsangan visual, bebas dari tanda tanda retinopati prematuritas (ROP)
TINDAKAN / INTERVENSI
Mandiri
Berikan perawat primer untuk setiap shift. ( tugas perawat primer per bayi untuk memberikan
informasi pada orang tua)
Rasional : meningkatkan kontinuitas perawatan dan mengikuti program perkembangan.
Meningkatkan pengenalan perubahan perilaku dan kondisi bayi yang tidak kentara. Adanya
seorang perawat yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi membantu untuk
menurunkan kejadian informasi dan kesalahan pemahaman orang tua.
Sering ganti popok bayi ( khususnya bila bayi mendapat SPAP nasal atau selang endotrakeal)
Rasional : memberikan rangsangan kinesthesia. Bayi imatur secara neuromuscular tidak mampu
mengubah posisi sendiri atau bergerak dalam isolette.
Berikan sentuhan lembut dan perhatian, khususnya pada waktu pemberian maka, kenalkan
tekstur (spatel lidah, waslap) bila tepat.
Rasional : memberikan rangsangan taktil, yang berkenaan dengan penambahan berat badan dan
khususnya penting bila bayi 40 minggu pascakonsepsi atau lebih.
Bicara atau bernyanyi pada bayi, panggil nam, mainkan music lembut dalam ruang perawatan,
atau mainan suara orang tua yang direkam tipe.
Rasional : memberikan rangsangan auditorius, permainan, tape suara orang tua dapat
meningkatkan pengenalan bayi terhadap mereka.
Gendong bayi setinggi wajah, memungkinkan kontak mata. Memberikan linea berwarna, dan
mengganti desain atau gambar pada sisi incubator, dan manganjurkan orang tua untuk membuat
bentuk dari kertas dan talai yang bergerak segera setelah bayi mencapai usia pasca konsepsi 40
tahun.
Rasional : rangsangan visual paling baik diberikan dengan objek yang ditempatkan pada 7-9 inci
dari wajah. Wajah hitam dan putih dan desain checkerboard meningkatkan perhatian visual, bayi
menjadi terbiasa pada rangsangan yang tidak berubah. Melibatkan orang tua dalam kreasi
rangsangan bayi membantu menjamin bahwa proses berlanjut setelah pulang.
Gendong bayi pada posisi ventral
Rasional : merangsang orientasi visual.
Kaji bayi terhadap tanda tanda fisiologis dari kelebihan beban sensori
Rasional : rangsangan berlebihan dapt mengakibatkan perubahan fisiologis.
Minimalkan rangsangan interaksi social selain dari yang secara langsung berhubungan dengan
pemberian makan bila bayi menunjukkan tanda tanda kelebihan beban sensori. Kurangi
rangsangan sebelum pemberian makan.
Rasional : rangsangan berlebihan dapat mengganggu pemberian makanan, sehingga rangsangan
yang diperlukan harus doberikan antara pemberian makan. Rangsangan berlebihan sebelum
pemberian makan dapat mempengaruhi penghisapan dan motilitas GI secara negative dan dapat
menyebabkan muntah.
9. Rencanakan aktivitas untuk memungkinkan periode tidur. Cegah perubahan posisi tiba tiba
atau kebisingan, dan menurunkan sinar secara intermiten dengan menutup incubator dengan
handuk atau dengan menurunkan lampu ruangan.
Rasional : membantu melindungi bayi dari rangsangan berlebihan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan keadaan fisiologis secara negative; meningkatkan rasa terhadaap siklus siang
malam pada bayi.
10. Buka penutup mata secara berkala bila bayi menerima fototerapi.
Rasional : tameng pelindung mata diperlukan pada fototerapi yang dengan berat menurunkan
kesempatan rangsangan visual.
11. Kaji respon bayi terhadap rangsangan. Buat pola individual dari intervensi yang berdasarkan
pada usia perkembangan dan kebutuhan bayi.
Rasional : masing masing bayi berespon secara unik pada pola intervensi berdasarkan pada
kebutuhan individual.
12. Timbang berat badab bayinsetiap hari. Perhatikan frekuansi pemberian makan dan masukan serta
frekuensi defekasi.
Rasional : rangsangan vagal yang dihasilakan oleh rangsangan taktil dan kinestasis yang tepat
menaikkan penambahan berat badan, meningkatkan persiktaktil dan pengeluaran produk sisa,
menurunkan retensi lambung, dan meningkatkan aktivitas pemberian makan.
13. Ukur lingkar kepala.
Rasional : korteks serebral dianggap meningkat pada berat badab dalam berespon terhadap
rangsangan pada lingkungan, dan peningkatan ini, yang berlanjut pada periode pascanatal lanjut,
dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan intelektual.
14. Perhatikan faktor faktor fisiko berat badan lahir, kondisi yang menyrtai, dan terapi yang
berhubungan
Rasional : retinopati prematuria tidak lagi diyakini merupakan akibat tersendiri dari terapi
oksigen tingkat lama. Imaturitas, adanya beberapa anomaly congenital, dan berbagai terapi
membuat bayi beresiko.
15. Berikan informasi pada orangtua mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan /respon individu
bayi.
Rasional : menurunkan ansietas berkenanan dengan ketidaktahuan, meningkatkan koping dan
kemempuan pemecahan masalah. Menyadari bahwa bayi yang mengalami kerusakan visual
mungkin tidak mengenal atau menunjukkan perasaan dengan perubahan ekspresi wajah
mendorong orang tua untuk mengamati bahasa tubuh yang menunjukkan ekspresi diri yang
dengan cara demikian menguatkan ikatan kedekatan.
16. Berikan peningkatan penggunaan rangsngan auditorius dan taktil.
Rasional : memperttahankan rangsangan dini adekuat dan tepat dapat membatasi masalah
kongnitif dan emosional masa datang berhubungan dengan isu isu lingkungan temasuk
kekurangan rangsangan dan respon orang tua terlalu melindungi.
17. Berikan tempat tidur yang tidak rata / air bila diindikasikan
Rasional : bayi praterm yang kurangdari gestasi 34 minggu telah menunjukkan peningkatan
ukuran kepala dan diameter bipariental dengan rangsangan bentuk ini.
18. Pantau terapi oksigen dengan ketat,sesuai kadar dan pembatasan durasi dengan tepat
Rasional : membantu mencegah atau membatasi perkembangan retinopati prematuria.
memberikan rasa aman dan mempunyai efek menenangkan. Posisi telungkup meningkatkan tidur
dan relaksasi optimal.
6. Tutup bagian atas penyebar hangat dengan penutup plastic, bila dibutuhkan.
Rasional : menurunkan stress lingkungan aliran dari udara, yang mengejutkan bayi saat petugas
bergerak melewati penghangat.
7. Berikan orang tua informasi tentang isyarat perilaku bayi dan respon terhadap stressor.
Rasional : orang tua harus meningkatkan keterampilan dalam pengenalan isyarat bayi yang tidak
nyata menandakan stress sehingga mereka dapat secara efektif memberikan intervensi untuk
meminimalkan stress dan memudahkan adaptasi positif bayi terhadap kehidupan akstrauterus.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, loedermik Jansen.2004.Buku Ajar Keperawatan Edisi 4.Jakarta:EGC
Doenges,Marilyn.2001.Rencana Perawatan Maternal Bayi Pedoman untuk Perencanaan dan
Dokumentasi Perawatan Klien Edisi2.Jakarta:EGC
Novita Regina.2011.Keperawatan Maternitas.Bogor:Ghalia Indonesia