Você está na página 1de 4

Nama : Mariana Wastudy

NIM : 1506013036
Kelas : D3 Akuntansi 1
Bab V

Test of Recorded Transaction

5.1 Sifat dan Bukti Audit


Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Seperti halnya Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman akuntansi yang
berkaitan serta catatan seperti lembaran kerja (Work sheet) dan Spread Sheet yang mendukung
alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang mendukung
laporan keuangan. Data akuntansi ini seringkali dalam bentuk elektronik.
Data akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi suatu laporan
keuangan, di pihak lain tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan kecermatan data akuntansi
yang melandasinya, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.
Bukti audit menguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek,
catatanelectronic fund system, faktur, surat kontrak, notulen rapat,konfirmasi dan representasi
tertulis dari pihak yang mengetahui, informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan
keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang
dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya menarik kesimpulan
berdasarkan alasan yang kuat. Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan
relevan. keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti
tersebut. Bukti ekstern yang diperoleh dari pihak independen diluar perusahaan dianggap lebih
kuat dalam arti lebih dapat diandalkan/dipercaya keabsahannya daripada bukti yang diperoleh
dari dalam perusahaan itu sendiri (bukti intern). semakin efektif pengendalian intern, semakin
besar jaminan yang diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.
pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi fisik,
pengamatan dan perhitungan lebih bersifat menyimpulkan (Persuasive Evidence) daripada bukti
yang bersifat meyakinkan (Convincing Evidence)
Menurut Konrath (2002:114 &115) ada 6 (enam) tipe bukti audit, yaitu :
1. Physical Evidenc, terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobservasi
atau diinspeksi dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi atau
keberadaan. Contoh: bukti-bukti fisik yang diperoleh dari kas opname, observasi dari
perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat berharga dan inventarisasi aset
tetap.
2. Evidence Obtain Through Confirmation, merupakan bukti yang diperoleh mengenai
eksistensi, kepemilikan atau penilaian langsung dari pihak ketiga diluar klien. Contoh:
Jawaban konfirmasi piutang, utang, barang konsinyasi, surat berharga yang disimpan biro
administrasi efek dan konfirmasi dari penasihat hukum klien
3. Documentary Evidence, terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen
pendukung transaksi.

Contoh : faktur pembelian, copy faktur penjualan, Journal voucher, general


ledger, dan sub ledger.
4. Mathematical Evidence, merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan rekonsiliasi
yang dilakukan auditor.
Contoh : footing, cross footing dan extension dari rincian persediaan, perhitungan dan
alokasi beban penyusutan, perhitungan beban bunga, laba/rugi penarikan aset tetap, PPH
dan accruals. untuk rekonsiliasi misalnya pemeriksaan rekonsiliasi bank, rekonsiliasi
saldo piutang usaha dan utang menurut buku besar dan sub buku besar, rekonsiliasi inter
company account dan lain-lain.
5. Analytical Evidence, merupakan bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis
terhadap informasi keuangan klien. Penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu
membuat perencanaan audit, sebelum melakukan substantive test dan pada akhir
pekerjaan lapangan (audit field work). Prosedur analitis bisa dilakukan dalam bentuk :
1. Trend (Horizontal) Analysis, yaitu membandingkan angka-angka laporan keuangan
tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki kenaikan/penurunan
yang signifikan baik dalam jumlah rupiah dalam persentase.
2. Common Size (vertical) Analysis.
3. Ratio Analysis, misalnya menghitung rasio likuiditas, rasio profitabilitas,
rasio leverage dan rasio manajemen aset.
6. Hearsay Evidence, merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor.
Contoh : pertanyaan-pertanyaan auditor mengenai pengendalian intern, ada
tidaknya contigen liabilities, persediaan yang bergerak lambat dan rusak, kejadian
penting setelah tanggal neraca dan lain-lain
5.2 Compliance Test dan Substantive Test
Tes Ketaatan (Compliance Test) atau Test of Recorded Transactions adalah tes terhadap bukti
pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap
transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah
ditetapkan manajemen. Jika terjadi penyimpangan dalam pemprosesan dan pencatatan transaksi,
walaupun jumlah (Rupiah) nya tidak material, auditor harus memperhitungkan pengaruh dari
penyimpangan tersebut terhadap efektivitas pengendalian intern.
juga harus dipertimbangkan apakah kelemahan dalam salah satu aspek pengendalian intern bisa
diatasi dengan suatu "Compensating Control". Dalam melaksanakan Compliance Test, auditor
harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. kelengkapan bukti pendukung (Supporting Documents)
b. Kebenaran perhitungan mathemathis (Footing, Cross Footing, Extension)
c. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
d. kebenaran nomor perkiraan yang didebet/kredit
e. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar.

Compliance Test bisa dilakukan pada waktu interim audit dan dilanjutkan setelah perusahaan
melakukan penutupan buku pada akhir tahun.
Substantive Test adalah tes terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan keuangan (Laporan
Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi Komprehensif).
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam Substantive Test, antara lain:
Inventarisasi aset tetap
Observasi atas stock opname
Konfirmasi piutang, utang dan Bank
Subsequent collection dan subsequent payment
Kas opname
Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain.
Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan kesalahan-kesalahan, harus
dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya material atau tidak. jika permasalahannya
material, auditor harus mengusulkan audit adjusment secara tertulis (dalam bentuk daftar audit
adjusment). jika usulan adjusment tidak disetujui klien, dan auditor yakin
usulan adjusment tersebut benar, makan auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion.
Untuk kesalahan yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor tetap perlu
mengajukan usulanadjusment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak akan mempengaruhi
opini akuntan publik. Dalam melakukan Substantive test, auditor perlu membuat kertas kerja
dalam bentuk Working Balance Sheet, Working Profit and Loss, Top Shcedule dan Supporting
Schedule.
5.3 Cara Pemilihan Sample
Di dalam mengaudit, auditor tidak memeriksa semua item di laporan keuangan
perusahaan. Auditor hanya mengambil sampel yang mewakili. Terdapat 2 metode pengambilan
sampel dalam audit:
1. Probabilistic Sample Selectio, metode pemilihan sampel di mana setiap item populasi
memiliki probabilitas yang diketahui untuk dimasukkan ke dalam sampel. Metode ini
terbagi menjadi 4 tipe:
a. Simple random sample selection, dalam metode ini, setiap kemungkinan kombinasi
elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Cara
mengambil sampelnya dengan random number tables (membuat tabel dengan nomor
sampel yang acak) dan computer generation number tables (mengacak nomor sampel
menggunakan sistem komputer).
b. Systematic sample selection, auditor menghitung sebuah interval dan selanjutnya
memilih item untuk sampel berdasarkan ukuran intervalnya. Interval ditentukan
dengan membagi ukuran populasi dengan jumlah item sampel yang diinginkan.
c. Probability proportional to size sample selection, sampel diambil ketika probabilitas
dari pemilihan setiap item populasi individu sudah proporsional dengan jumlah yang
tercatat.

d. Stratified sample selection, populasi dibagi menjadi sub-populasi berdasarkan ukuran


dan sampel yang lebih besar diambil dari subpopulasi yang lebih besar.
2. Nonprobabilistic sample selection, metode di mana auditor menggunakan pertimbangan
auditor dibandingkan metode probabilistik. Metode ini ada tiga jenis:
a. Directed sample selection, pemilihan setiap item berdasarkan kriteria
penilaian (judgment) auditor.
b. Block sample selection, pemilihan beberapa item secara berurutan.
c. Haphazard sample selection, adalah pemilihan item tanpa adanya conscious
bias sebagai bagian dari auditor.

Você também pode gostar