Você está na página 1de 14

AKUNTANSI PERPAJAKAN

AKTIVA LANCAR

OLEH KELOMPOK 5:
A.A AYU PUSPITA DEWI
DEWA AYU AGUNG OKA W.

(1206043006)
(1206043011)

PUTU VILIA PUSPITHA

(1206043013)

KADEK ARTA WIJAYA

(1206043024)

PROGRAM DIPLOMA III


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya yang senantiasa menyertai dan memberkati kami dalam menyelesaikan
RMK yang kami buat ini dengan materi : Aktiva Lancar
Dalam penulisan RMK ini kami banyak menghadapi berbagai hambatan. Hal
ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman, kepustakaan dan materi
penulisan dan karena waktu yang sangat singkat dikarenakan kami juga menyelesaikan kegiatan
di kampus . Namun berkat pertolongan Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan ketabahan,
kesabaran dan kekuatan kepada kami.
Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran karena kami adanya kekurangan dalam
RMK ini.

Denpasar, 25 Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 LatarBelakang................................................................................................................1
1.2 RumusanMasalah...........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................1
PEMBAHASAN....................................................................................................................2
2.1 Kas.................................................................................................................................2
2.2 Investasi jangka pendek.................................................................................................4
2.3 Piutang Usaha................................................................................................................5
2.4 Persediaan......................................................................................................................8
2.6 Prinsip Harga Perolehan................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam akuntansi adalah jenis aset yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya
satu tahun. Contoh aset lancar antara lain adalah kas, piutang, investasi jangka
pendek, persediaan, dan beban dibayar di muka. Pada suatu neraca, aset biasanya dikelompokkan
menjadi aset lancar dan aset tidak lancar.
Perbandingan antara aset lancar dan kewajiban lancar disebut sebagai rasio lancar. Nilai ini
sering digunakan sebagai tolok ukurlikuiditas suatu perusahaan, yaitu kemampuan perusahaan
untuk dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Apabila perusahaan harus membuat neraca
fiskal, urutan- urutan penyajian pos- pos aktiva lancar dalam neraca fiskal dan neraca komersial
tidak berbeda yaitu menurut urutan likuiditas dan jatuh tempo.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.

Apa pengertian kas?


Apa yang termasuk dalam investasi jangka pendek?
Apa pengertian piutang usaha?
Apa yang termasuk persediaan?
Apa yang di maksud prinsip harga perolehan?

1.3 TUJUAN
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui apa itu kas dan apa yang termasuk dalam kas.
Untuk mengetahuiapa yang termasuk investasi jangka pendek.
Untuk mengetahui apa itu piutang usaha.
Untuk mengetahui metode dalam persediaan.
Untuk mengetahui prinsip harga perolehan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KAS

kas merupakan alat pertukaran dan alat pembayaran yang diterima untuk pelunasan hutang,
dan dapat diterima sebagai setoran dengan jumlah sebesar nilai nominalnya, juga simpanan
bank

atau

tempat

lain

yang

dapat

diambil

sewaktu-waktu.

Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 85) Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas
digunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan
dan Bank adalah sisa rekening giro perusahaan di bank yang dapat digunakan secara
bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
Yang tidak termasuk dalam pengertian kas baik menurut akuntansi dan perpajakan adalah
sebagai berikut:
1.

Deposito: saldo deposito tidak termasuk dalam pengertian kas, karena tidak dapat

digunakan sewaktu- waktu


2.

Perangko dan Materai: biasanya perusahaan mempunyai persediaan perangko dan

materai yang dapat dipakai sewaktu- waktu. Persediaan ini tidak termasuk dalam pengertian
kas, sekalipun persediaan ini sering disimpan oleh kasir perusahaan.
3.

Bon Kas atau Uang Muka: tidak dapat digolongkan sebagai kas karena tidak dapat

digunakan sewaktu- waktu karena tidak dapat dianggap sebagai uang tunai.
4.

Cek Mundur dan Cek Kosong: cek mundur tidak dapat diuangkan sampai jatuh

temponya sehingga tidak memenuhi syarat sebagai kas. Cek kosong sama sekali tidak ada
harganya karena itu tidak dapat dianggap sebagai aktiva perusahaan.
Bunga rekening giro :
Akuntansi Komersial : dicatat sebagai pengahasilan
Akuntansi Fiskal : tidak dicatat sebagai penghasilan, karena bunga sudah dikenakan
PPh dengan tarif final 15% dan tidak boleh digabung dengan penghasilan yang lain
(dikenakan tarif umum)
Dalam prakteknya, kadang kas dikelompokkan menjadi dua yaitu Kas Kecil dan Kas Besar.
Kas Kecil digunakan untuk operasional sehari-hari dan jumlahnya tidak terlalu besar.
Biasanya digunakan untuk biaya operasional seperti biaya administrasi, biaya telepon, listrik,
dll. Kas besar biasanya digunakan untuk menampung penerimaan Piutang, Pinjaman bank,
pengeluaran untuk membayar utang, pengeluaran untuk membeli aktiva.
Dana kas kecil adalah uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran
yang jumlahnya relative kecil dan tidak ekonomis bila dibayar dengan cek.

Dalam hubungannya dengan kas kecil, ada 2 metode yang dapat digunakan yaitu (a) system
imprest (b) metode fluktuasi.
a. Sistem Imprest
Pada metode atau system imprest, jumlah pada akun kas kecil selalu tetap, yaitu sebesar
cek yang diserahkan kepada kasir kecil untuk membentuk dana kas kecil. Kasir kas kecil
selalu menguangkan cek ke bank yang digunakan untuk membayar pengeluaran kecil dan
setiap melakukan pembayaran, kasir kas kecil membuat bukti pengeluaran. Pencatatan
pengeluaran dilakukan pada saat pengisian kembali.
b. Metode Fluktuasi
Metode fluktuasi (fluctuation method) tidak berbeda dengan metode imprest dalam hal
pembentukan dana. Namun pada metode fluktuasi, saldo uang yang dicatat pada akun kas
kecil selalu berubah (tidak tetap). Fluktuasi tersebut sesuai dengan jumlah pengisian kembali
dan pengeluaran-pengeluaran dari kas kecil. Pencatatan dilakukan secara langsung pada saat
pengeluaran.

Transaksi
Pembentukan kas kecil
Pengeluaran

Metode imprest
Kas kecil
xxx
kas
xxx
Tidak ada jurnal

Metode fluktuasi
Kas kecil
xxx
kas
xxx
Biaya listrik
xxx
Kas kecil
xxx
Biaya supplies kantor
xxx
Kas kecil
xxx

Pengisian kembali kas


kecil

Biaya listrik
xxx
Biaya supplies kantor
xxx
Tol dan parker
xxx
Kas
xxx

Tol dan parkir


Kas kecil
Kas kecil
kas

xxx
xxx
xxx
xxx

Rekonsilasi Bank
Rekonsiliasi bank, adalah penyesuaian saldo kas suatu perusahaan tertentu sebagai nasabah suatu
bank, dimana saldo kas menurut pembukuan pihak perusahaan, sering tidak sama dengan saldo
kas nya berdasarkan salinan rekening koran dari banknya pada saat tertentu ( biasanya akhir
bulan tertentu ).
Adapun faktor penyebab ketidak sesuaian saldo kas ini adalah ketidak sikronnya pencatatan
penerimaan maupun pengeluaran kas untuk kepentingan seorang nasabah tertentu, antara pihak
bank dan pihak perusahaan sebagai nasabah bank tersebut. Misalnya,

untuk transaksi

penerimaan kas, pihak perusahaan sudah mencatatnya kedalam jurnal penerimaan kas, namun
oleh pihak bank belum melakukan pencatatan atas penerimaan kas tersebut.
Demikian pula sebaliknya, beban biaya administrasi bank yang sudah dicatat sebagai mutasi
debet di rekening nasabahnya, sedangkan pihak perusahaan sebagai nasabah bank belum
mencatat tentang biaya itu, karena salinan rekening koran baru diterima setelah berselang
beberapa hari kemudian dari banknya.
2.2 INVESTASI JANGKA PENDEK
Kelebihan uang kas dalam suatu perusahaan tidak akan menimbulkan pendapatan. Oleh karena
itu kelebihan kas sebaiknya diinvestasikan selama masa tidak terpakainya kas tersebut. Karena
jangka waktu tidak dipakainya kas itu relatif pendek, maka investasinya juga dilakukan dalam
jangka

pendek.

Investasi

jangka

pendek

bisa

dilakukan

dalam

bentuk

deposito,

sertifikat bank atau surat-surat berharga yaitu saham dan obligasi. Di dalam neraca investasi
jangka pendek termasuk dalam kelompok aktiva lancar. Surat-surat berharga yang dibeli untuk
tujuan investasi jangka pendek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.

Surat-surat berharga itu harus dapat segera dijual kembali dengan harga yang berlaku pada
tanggal penjualannya. Surat-surat berharga yang memenuhi syarat ini adalah surat-surat berharga
yang terdaftar dalam bursa saham.

2.

Penjualannya kembali oleh pimpinan perusahaan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan


uang.
Surat-surat berharga yang memenuhi syarat-syarat di atas mungkin dimiliki dalam waktu
yang sangat singkat atau mungkin juga agak lama. Tetapi karena surat-surat berharga tersebut

merupakan sumber uang yang segera maka di dalam neraca dikelompokkan dalam aktiva lancar.
Apabila syarat-syarat di atas tidak dapat dipenuhi, maka surat berharga yang dimiliki akan
dikelompokkan sebagai investasi jangka panjang
.
2.3 PIUTANG USAHA
Piutang (account receivable) adalah hak perusahaan kepada pihak lan yang akan diterima
dalam bentuk kas. Piutang usaha timbul karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara
kredit. Piutang ini seluruhnya dapat dimasukkan ke dalam aset lancar, dengan syarat jangka
waktu penagihannya kurang dari satu tahun atau satu siklus usaha normal. Piutang biasanya
digolongkan ke dalam kelompok piutang usaha, piutang di luar usaha. Untuk keperluan fiskal
sebaiknya sistem akuntansi dapat menyajikan saldo piutang kepada pihak yang ada dalam
hubungan istimewa. Pemisahan ini dimaksudkan untuk mempermudah fiskus untuk
mengetahui apakah Wajib Pajak melakukan penghindaran pembayaran pajak dengan
cara transfer pricing.
Pentingnya catatan piutang maka undang undang perpajakan mengharuskan agar setiap
pembukuan setidak-tidaknya mempunyai daftar piutang dan utang, kas dan bank, serta
persediaan.
Piutang Di Luar Usaha
Piutang tidak hanya terjadi karena penjualan barang atau jasa. Sering pula piutang timbul
karena pemberian pinjaman kepada pihak ketiga dan pegawai, klaim asuransi, retribusi pajak,
royalty dan lain-lain. Apabila yang diharapkan dapat ditagih dalam waktu singkat, piutangpiutang dapat digolongkan sebagai aktiva lancer. Jika ternyata penagihannya dilakukan lebih dari
satu tahunm sebaiknya digolongkan kedalam aktiva lain-lain.

Metode Penghapusan Piutang


Kemungkinan tidak semua jumlah piutang dapat ditagih. Jika jumlah piutang yang tidak
dapat ditagih relatif kecil, maka perusahaan tidak membentuk cadangan. Sebaliknya apabila
piutang ini jumlahnya cukup besar dan berisiko, sebaiknya perusahaan membentuk cadangan.
Metode penghapusan piutang uang digunakan:

a.

Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-off Method)


Pada periode di mana terdapat piutang yang tidak dapat ditagih, maka pada saat itu dilakukan
pencatatan dan dibebankan.

b.

Metode Penyisihan/Pencadangan (Allowance Method)


Dengan metode ini, piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih dicatat melalui ayat jurnal.
Transaksi
Taksiran kerugian
piutang
Menghapus
piutang

Metode cadangan
Kerugian piutang tak tertagih xxx
Cad. Kerugian piutang tak
tertagih
xxx
Cad. Kerugian piutang tak tertagih
xxx
Piutang
xxx

Akan dilunasi

Piutang
xxx
Cad.kerugian piutang tak
tertagih
xxx

Penerimaan uang
dari piutang yang
sudah dihapus

Kas
xxx
Piutang usaha

xxx

Penghapusan langsung
Tidak ada jurnal

beban Kerugian piutang


tak tertagih
xxx
Piutang
xxx
Piutang
xxx
Beban kerugian
piutang tak tertagih
xxx
Kas
xxx
Piutang usaha
xxx

Piutang Dalam Hubungan Istimewa


Piutang dalam hubungan istimewa merupakan saldo tagihan dari transaksi yang dilakukan
dengan pihak di mana perusahaan mempunyai hubungan istimewa. Hubungan istimewa dapat
merupakan memiliki atau menguasai. Penyajian piutang dalam hubungan istimewa tidak
diharuskan dala akuntansi dan tidak lazim. Piutang dalam hubungan istimewa terjadi karena
transaksi sebagai berikut:
a.

Pengeluaran atau pembebanan yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk pihak lain dalam
hubungan istimewa untuk biaya suatu usaha, seperti sewa kantor, asuransi, listrik dan lain-lain;
penjualan harta tetap seperti mesin dimana pegeluaran atau pembebanan tersebut akan ditagih
lagi kepada pihak tersebut.

b.

Peminjaman dana

c.

Transaksi penyerahan barang atau jasa

Hubungan istimewa dalam perpajakan telah diatur dalam Pasal 18 UU Tahun 1984 jo.
UU No. 10 Tahun 1994. Ada dua jenis hubungan istimewa yang dikenal dalam perpajakan, yaitu:
a.

Hubungan istimewa untuk perseorangan

b.

Hubungan istimewa untuk badan


Yang dimaksud dengan hubungan istimewa untuk perseorangan ialah hubungan keluarga sedarah
dan semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat atau keluarga sedarang dalam garis
keturunan lurus kesamping satu derajat. Skema berikut memperlihatkan hubungan istimewa
untuk pribadi.
Hubungan istimewa untuk badan adalah hubungan antara dua atau lebih Wajib Pajak
yang berada dibawah pemilikan atau penguasaan yang sama, baik langsung maupun tidak
langsung. Yang dimaksuda dengan hubungan istimewa dalam arti penguasaan adalah apabila
Wajib Pajak dapat mempengaruhi jalannya Wajib Pajak tersebut, atau sebaliknya. Dalam pasal
18 ayat (4) UU No. 18 ditegaskan bahwaHubungan istimewa di antara Wajib Pajak dapat
terjadi karena ketergantungan atau keterkaitan satu dengan yang lain disebabkan: (a)
kepemilikan atau penyertaan modal; (b) adanya penguasaan melalui manajemen atau
penggunaan teknologi
Hubungan istimewa antara Wajib Pajak dapat juga terjadi karena penguasaan melalui
manajemen atau penggunaan teknologi, kendatipun tidak terdapat hubungan kepemilikan.
Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih perusahaan berada dibawah penguasaan
yang sama. Demikian juga hubungan antara beberapa perusahaan yang berada dalam penguasaan
yang saa tersebut. Demikian menurut penjelasan Pasal 18 Ayat (4) Huruf b UU No. 10 Tahun
1994

2.4 PERSEDIAAN
Persediaan (inventories) adalah harta perusahaan yang termasuk penting karena banyak
dana tertanam di dalamnya.. Istilah ini untuk menunjukan barang yang dimiliki untuk dijual
kembali atau digunakan untuk memproduksi barang barang yang akan dijual. Barang yang dijual

secara cicilan tidak lagi dimasukkan sebagai persediaan barang, karena hak kepemilikannya telah
berpindah.
Dalam akuntansi dikenal dua system pencatatan persediaan, yaitu Sistem periodik, dan
sistem peperpetual. Dalam undang-undang perpajakan sistem pencatatan persediaan tidak diatur
secara jelas. Selama sistem dapat menunjukkan kebenaran pencatatan maka ketentuan
perpajakan dapat menerimanya. Untuk menentukan apakah kedua sistem tersebut sesuai atau
dapat digunakan dalam perpajakan, berikut ini akan dibahas satu per satu.
1.

Sistem periodic
Dalam sistem periodic, persediaan dihitung dengan melakukan inventarisasi pada setiap
akhir periode. Hasil penghitungan tersebut dapat dipakai untuk menghitung harga pokok
penjualan, yang pada gilirannya dipakai guna menyusun laporan keuangan. Dengan sistem
periodik ini, penghitungan persediaan dapat dilakukan dengan akurat dan benar. Cuma ada
kelemahannya, yaitu jika jumlah dan jenis persediaan banyak sekali maka cara ini sangat mahal.
Sistem ini cocok diterapkan pada perusahaan yang jenis dan jumlah persediaannya tidak banyak.
Sistem ini tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, karena penilaian persediaan
dalam sistem ini berdasarkan perhitungan yang benar. Factor penaksiran atau perkiraan tidak
terlihat dalam penilaian persediaan akhir. Tetapi, cara ini tidak praktis dan ekonomis jika jumlah
jenis persediaan sangat banyak.

2.

Sistem perpetual
Sistem ini dapat menyajikan keterangan mengenai persediaan dan harga pokok penjualan
seacara terus menerus tanpa inventarisasi. Hal ini dapat dilaksanakan karena setiap transaksi
yang berhubungan dengan persediaan selalu dicatat sedemikian rupa, sehingga rekening
persediaan senantiasa menyajikan saldo persediaan fisik. Dengan sistem periodic, nilai
persediaan hanya dapat diketahui jika inventarisasi fisik dilakukan. Sekalipun dalam sistem
perpetual tidak dipersyaratkan inventarisasi, namun perusahaan sering pula melakukannya agar
perhitungan harga pokok persediaan lebih akurat.
Sistem perpetual tidak menggunakan cara penaksiran dalam menghitung nilai persediaan,
bahkan inventarisasi masih digunakan sebagai pelengkap maka sistem ini tidak bertentangan
dengan ketentuan perpajakan. Cara yang tidak sesuai dengan prinsip perpajakan ialah persediaan
dinilai berdasarkan penaksiran atau perkiraan.

Apabila contoh penilaian pemakaian persediaan yang diuraikan di penjelasan pasal 10 ayat (6)
UU No. 10 Tahun 1994 diperhatikan, sistem pencatatan yang diperkenalkan disitu adalah sistem
pencatatan perpetual. Atas dasar pertimbangan itulah sehingga dalam pedoman penyusunan
laporan keuangan fiscal ditegaskan agar pencatatan sedapat mungkin dilakukan dengan sistem
perpetual. Tetapi, untuk hal-hal tertentu yang karena sifatnya mengalami kesulitan untuk
menggunakan sistem perpetual seperti pasar swalayan, sistem lain dapat digunakan.
Metode Penilaian Persediaan
Arus (flows) atau pergerakan harta yang cukup penting dalam suatu kegiatan perusahaan
ialah arus masuk dan keluar barang. Dalam rangka analisis, pengendalian, dan penilaian
persediaan, arus masuk dan keluar harus dinilai dengan cara yang sama.
Namun pada kenyataan pada nilai barang yang masuk dan keluar sering berbeda fluktuasi
harga. Akibatnya timbul persoalan penilaian persediaan didalam harga pokok penjualan. Masalah
ini sama-sama dihadapi dalam akuntansi dan perpajakan. Dalam akuntansi terdapat tiga metode
penilaian persediaan yang pemakaiannya diserahkan kepada manajemen, sedangkan di
perpajakan hanya ada dua metode yang pemakainnya pun diserahkan kepada Wajib pajak.

First-In, First-Out (Fi-Fo) : Barang yang masuk lebih dahulu akan dikelurakan terlebih
dahulu.

Last-In, First-Out (Li-Fo) : Barang yang terakhir masuk akan keluar terlebih dahulu.

Average : Metode rata-rata dengan menghitung saldo persediaan akhir dan harga pokok
penjualan dengan harga rata-rata per-unit dari persediaan yang tersedia untuk dijual.
Akuntansi Pajak
Sebagaimana telah dijelaskan, berfluktuasinya barang jadi atau bahan baku sebagai arus
masuk dan arus keluar menimbulkan harga juga yang berfluktuasi, sehingga menimbulkan juga
persoalan penilaian persediaan di dalam harga pokok penjualan.
Dari sisi praktik akuntansi komersial dan akuntansi pajak, tidak ada perbedaan prinsip
dalam metode pencatatannya, sehingga metode pencatatan yang dapat digunakan adalah system
perpetual, baik rata-rata maupun FIFO, atau metode fiscal (kolektif) yang dijelaskan dalam
penjelasan Pasal 10 ayat (6) Undang-undang Pajak Penghasilan.

Penghitungan menggunakan metode rata-rata atau FIFO dapat dipelajari pada contoh
penghitungan sebagaimana telah disampaikan pada Praktik Akuntansi Komersial. Masalah
pelaporan persediaan, sebagaimana telah diatur dalam PSAK No. 14 tahun 2007 bahwa
persediaan dalam neraca dinyatakan sebesar harga pokok atau perolehan (at cost) atau
dinyatakan berdasarkan :
1.

Harga terendah antara harga pokok dan harga pasar

2.

Harga jual
Untuk kepentingan penghitungan pajak penghasilan, Pasal 10 ayat 6 Undang-undang

Pajak Penghasilan menyatakan bahwa persediaan harus dinilai berdasarkan harga perolehan.
Dengan demikian wajib pajak yang melakukan penilaian berdasarkan harga jual produk tidak
sesuai dengan Undang-undang pajak, harus mengacu kembali pada ketentuan Undang-Undang
Pajak yatiu harga perolehan sebagai dasar penilaian persediaan.
2.5 PRINSIP HARGA PEROLEHAN
Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva, utang, modal dan
biaya. Contoh : ingin membeli sebuah sepedaa dengan harga Rp.1.000.000,00 setelah terjadi
proses tawar menawar sepeda itu dibeli dengan harga Rp 750.000,00 . jadi yang menjadi harga
perolehan sepeda adalah Rp 750.000,00

DAFTAR PUSTAKA :

James Wilson & John Campbell, Controllership: The Work of the Managerial Accountant. Wiley
Trans. ISBN 0-471-05711-

http://ekaksmart.blogspot.com/2012/04/aktiva-lancar.html

Sukrisno Agoes & Estralita Trisnawati , Akuntansi Perpajakan Edisi 3, Salemba 4

http://evilditong.blogspot.com/2011/11/investasi-jangka-pendek.html

Você também pode gostar