Você está na página 1de 14

I.

ANATOMI FISIOLOGI

A. Organ-Organ Pernafasan
1. Organ saluran pernafasan atas
a) Hidung
Hidung

merupakan

saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh


sekat hidung (septum oli) di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran yagn
masuk ke dalam lubang hidung.
b)

Faring
Merupakan tempat persimpangan antara janaln nafas dan jalan
makanan. Terdapat di bawah dasar teng korak, di belakang ronga
hidung dan mulut sebelah depan rusa tulang leher.
Faring dibagi tiga bagian :
(1)

Bagian atas yang sama tingginya


dengan koana yang disebut nesofaring

(2)

Bagian tengah yang sama tingginya


denan istmus fausium disebut orofaring.

(3) Bagian bawah sekat, dinamakan langiofaring.


c)

Laring. Merupakan saluran pendek yang


menghubugnkan faring dan trakea, dan bertindak sebagai
pembentukan suara.

2.
a)

Organ saluran pernafasan bawah


Trakhea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku

kuda. Panjang trakhea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan


ikat yang dilapisi oleh otot polos.
b)

Bronkhial dan alveoli


Ujung distal trachea membagi menjadi bronki primer kanan dan
kiri yang terletak di dalam rongga dada.

Fungsi percabangan

bronkial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakea dan


alveoli.
Alveoli berjumlah 300-500 juta di dalam paru-paru, fungsinya
adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan aliran darah.
c)

Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari

gelembung-gelembung

(gelembung

hawa-alveoli).

Gelembung-gelembung alveolir ini terdiri dari sel-sel epitel dan


endotel.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000
buah (paru kiri dan kanan).
Kapasitas paru-paru :
(1)

Kapasitas total
Jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspiasi
sedalam dalamnya.

(2)

Kapasitas vital
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksimal.

d)

Toraks
Rongga toraks terdiri dari rongga pleura kanan dan kiri dan bagian
tengah yang disebut mediastinum. Toraks mempunyai peranan
penting dalam pernafasan, karena bentuk elips dari tulang rusuk
dan sudut perlekatannya tulang belakang. Perubahan dalam ukuran
toraks inilah yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan
ekspirasi.
Bagian paru-paru :

1) Pleura adalah bagian terluar dari paru-paru dikelilingi oleh


membran halus, licin atau pleura.
2) Mediastinum adalah bagian dinding yang membagi rongga
toraks menjadi 2 bagian
3) Lobus adalah bagian paru-paru dibagi menjadi lobus kiri terdiri
atas lobus bawah dan atas tengah dan bawah
4) Bronkus dan bronkiolus terdapat beberapa divisi bronkus di
dalam setiap lobus paru. Brokiolus adalah percabangan dari
bronkus
5) Alveoli paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli yang
tersusun dalam kloster antara 15-20 alveoli

B.

Fisiologi Pernafasan
Pernafasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi.
Pernafasan

paru-paru

Merupakan

pertukaran

oksigen

dan

karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paruparu atau pernafasan eksterna oksigen diambil melalui mulut dan hidung
pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke
alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli
memisahkan oksigen dari darah , O2 menembus membran, diambil oleh
sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke
seluruh tubuh.
Guna pernafasan :
1) Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh
(sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.
2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena
tidak berguna lagi oleh tubuh).

3) Menghangatkan dan melembabkan udara.


Pernafasan dalam keadaan normal
Orang dewasa

: 16 18 x/mnt

Anak-Anak kira-kira

: 24 x/ mnt

Bayi kira-kira

: 30 x/ mnt

Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks,


yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat
menahan tekanan. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian
meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada. Inspirasi adalah ketika
kapasitas dalam dada meningkat, udara masuk melalui trakea. Ekspirasi
adalah ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukurannya semula.

BAB II
ASKEP TEORI

1. Data Dasar Pengkajian Pasien


a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari hari karna sulit
bernapas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
Dispnae pada saat istirahat/respon terhadap aktivitas/latihan.
Tanda :

Keletihan
Gelisah, insomnia.
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.

b. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :

Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia


berat.
Distensi vena leher.

Edema dependent
Bunyi jantung redup.
Warna kulit/membran mukosa: normal/sianosis
Pucat, dapat menunjukkan anemia.
c. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko.
Perubahan pola hidup
Tanda :

Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

d. Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah.
Nafsu makan buruk/anoreksia.
Ketidakmampuan untuk makan karna distress pernapasan.
Penurunan berat badan menetap, peningkatan berat

badan

menunjukan edema (bronkitis).


Tanda :

Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.


Penurunan berat badan, palpitasi abdominal dapat menayatakan
hepatomegali.

e. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan aktivitas.
Tanda :

Kebersihan buruk, bau badan.

f. Pernafasan
Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun
3 bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Episode batuk hilang timbul.
Tanda :

Pernafasan biasa cepat.


Penggunaan otot bantu pernafasan.
Bentuk barel chest (dada tong), gerakan diafragma minimal.
Bunyi napas ronchi
Perkusi hiperesonan pada area paru.
Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, abu

abukeseluruhan.
g. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi.
h. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido
i. Interaksi sosial
Gejala : Hubungan ketergantungan
Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat

Tanda :

Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.


Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress
pernapasan
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain..

j. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan.
Kesulitan menghentikan merokok.
Penggunaan alkohol secara teratur.
Kegagalan untuk membaik.
2. Diagnosa dan Perencanaan/Rasional
1. Diagnosa keperawatan : Bersihan Jalan
Napas, Takefektif
Dapat dihubungkan dengan

: Peningkatan produksi sekret

Tujuan

: Mempertahankan jalan napas paten dengan


bunyi napas bersih

Kriteria evaluasi

: Menunjukan perilaku untuk memperbaiki


bersihan jalan napas, mis: batuk efektif dan
mengaeluarkan sekret

Tindakan/intervensi
Rasional
1. Auskulatasi bunyi napas. Catat adanya - Beberapa derajat spasme bronkus terjadi
bunyi napas, mis: krekels, ronki.
dengan obstruksi jalan nafas dan dapat
dimanifestasikan dengan adanya bunyi
nafas adventisius, mis: penyebaran
krekels basah (bronkitis)
2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. - Takipnee biasanya ada pada beberapa
derajat dan dapat ditemukan selama /
Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
adanya proses infeksi akut. Pernapasan
melambat dan frekuensi pernapasan
memanjang dibandingkan ekspirasi.
3. Catat adanya/derajat dispnea, mis: - Disfungsi pernapasan adalah variabel
yang tergantung pada tahap proses
keluhan lapar udara, gelisah,
kronis selain proses akut yang
ansietas,
distres
pernapasan,
menimbulkan perawatan dirumah sakit,
penggunaan otot bantu.
mis: infeksi, reaksi alergi.
Peninggian
kepala
temat
tidur
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman
mempermudah
fungsi
pernapasan
mis: peninggian kepala tempat tidur,
dengan menggunakan graavitasi.
duduk sandaran tempat tidur.
5. Pertahankan
polusi
lingkungan - Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan

minimum, mis: debu, asap, dan bulu


yang dapat mentriger episode akut.
bantal yang berhubungan dengan
kondisi individu.
6. Dorong/bantu
latihan
napas - Memberikan pasien beberapa cara untuk
abdomen/bibir.
mengatasi dan mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan udara

Intervensi
R
7. Observasi karakteristik batuk, mis: menetap, batuk pendek -Batuk dapat menetap tetapi
basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya
penyakit akut atau kelemah
batuk.
duduk tinggi atau kepala dib
-Hidrasi membantu menurunk
8. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai
pengeluaran. Penggunaan ca
teloransi jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan
bronkus. Cairan selama mak
cairan antara, sebagai pengganti makanan.
dan tekanan pada diagfragma
9. Berikan obat sesuai indikasi:
-Bronkidalator (mis: epinefrin, albuterol, isoetarin)
-Xatin (mis: aminofilin, oxtrifilin, teofilin)
-Kromolin
-Antimikrobial
-Analgesik(mis: kodein)
10. Berikan humidifikasi taambahan, mis: nebuliser.

11. Bantu pengobatan pernapasan, mis: fisioterapi dada.

12. Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada.

2. Diagnosa keperawatan
Dapat dihubungkan dengan

-Merilekskan otot halus dan men


-Menurunkan edema mukosa da
-Menurunkan inhalasi jalan napa
-Mengontrol infeksi pernapasan
-Batuk menetap yang melelah
energi dan memungkinkan p
-Kelembaban menurunkan
pengeluaran dan dapat
pembentukan mukosa tebal p
-Drainase postural dan perku
banyak sekresi/kental dan
dasar paru.
-Membuat dasar untuk penga
penyakit dan komplikasi.

: Pertukaran Gas, Kerusakan


: Gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan

napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara)


Tujuan

: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan


oksigenasi jaringan yang adekuat dengan

GDA dalam rentang normal dan bebas


gejala distress pernafasan.
Kriteria evaluasi

: Pasien dapat berpartisipasi dalam program

pengobatan dalam tingkat kemampuan situasi.


Intervensi
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot
aksesori, napas bibir, ketdakmampuan bicara/berbincang.
2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam
perlahan/napas bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.
3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
4. Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
5. Auskultasi bunyi napas catat area penurunan aliran udara
dan/bunyi tambahan.
6. Palpasi fremitus.
7. Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya
perubahan.
8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang
dan kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk
tidur/istirahat di kursi selama fase akut.
9. Awasi tanda vital dan irama jantung
10. Awasi/gambarkan seri GDA dan Nadi oksimetri.
11. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil
GDA dan toleransi pasien.
12. Berikan penekan SSP ( mis: antiansietas) dengan hati-hati
13. Bantu intubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik, dan
pindahan ke UPI sesuai instruksi untuk pasien.

3. Diagnosa keperawatan

Berguna dalam evalua


kronisnya proses peny
Pengiriman oksigen d
tinggi dan latihan na
napas, dan kerja napas
Sianosis mungkin per
(terlihat sekitar bibir/
dianosis sentral mengi
Kental, tebal, dan b
gangguan pertukaran g
dibutuhkan bila batuk
Bunyi napas redup ka
konsolidasi. Adanya
bronkus/ tertahannya
menunjukkan cairan pa
Penurunan getasan vi
atau jebakan udara
Gelisah dan ansietas ad
DGA memburuk dis
serebral yang berhubun
Selama distres pernap
mampu melakukan ak
dan disprea. Istirahat
penting dari progr
ditunjukkna untuk m
tanpa menyebabkan d
rasa sehat.

: Nutrisi, Perubahan, Kurang dari Kebutuhaan

Tubuh
Dapat berhubungan dengan : Dispnea, Kelemahan, Efek Samping Obat,
Produksi sputum, Anoreksia, mual/muntah.
Tujuan
menuju tujuan yang tepat.

: Menunjukkan peningkatan berat badan

Hasil evaluasi

: Menunjukkan perilaku pola hidup untuk

meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.


1.
2.
3.
4.

Intervensi
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat
kesulitan makan. Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Auskultasi bunyi usus.
Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah
khusus untuk sekali pakai dan tisu.
Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan
sesudah makan. Berikan makan porsi kecil tapi sering.

Ra
-Pasien distres pernapasan akut
produksi sputum, dan obat.
-Penurunan bising usus menunjukk
-Rasa tidak enak, bau adalah pen
mual dan muntah.
-Membantu menurunkan kelem
memberikan kesempatan untuk
-Dapat menghasilkan distensi abdo
dan gerakan diafrgma, dan dapa
-Suhu ekstrem dapat mencetuskan/m

5. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.

-Berguna untuk menentukan kebu


badan, dan evaluasi keadekuatan
-Kebutuhan kalori yang didasarkan
nutrisi maksimal.

6. Hindari makanan sangat panas dan sangat dingin.


7. Timbang berat badan sesuai indikasi.
8. Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan
makanan yang mudah cerna secara nutrisi seimbang (mis:
tambahan nutrisi tambahan oral/selang).

4. Diagnosa Keperawatan

: Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap

Dapat berhubungan dengan

: Menetapnya sekret, proses penyakit

kronis.
Tujuan

Mengidentifikasi

intervensi

untuk

mencegah resiko tinggi


Menunjukan teknik, perubahan pola hidup
untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Kriteria evaluasi

: Mendemonstrasikan

teknik

mencuci

tangan yang tepat dan melaksanakan


tindakan pencegahan yang sesuai
Untuk mencegah infeksi.
Intervensi

1. Awasi suhu
-Demam dapat terjadi karena
2. Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi -Aktivitas ini meningkatkan
sering, dan masukan cairan adekuat.
3. Observasi warna, karakter, bau sputum.

untuk menurunkan arisiko


-Sekret berbau, kuning/kehija
-Mencegah patogen melalui c

4. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan


sputum. Tekankan cuci tangan yang benar (perawat dan pasien)

dan pengunaan sarung tangan bila memegang/membuang tisu, -Menurunkan potinsial terpaja
wadah sputum.
5. Awasi pengunjung; berikan masker sesuai indikasi.

-Menurunkan konsumsi/keb
memperbaiki pertahanan

6. Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.

penyembuhan.
-Malnutrisi dapat mempengar

7. Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

tekanan darah terhadap inf


-Dilakukan untuk mengiden

kerentanan terhadap berba


-Dapat
diberikan untuk or
8. Dapatkan spesimen sputum dengan batuk atau penghisapan untuk
dengan kultur.
pewarnaan kuman Gram, kultur/sensivitas.
9. Berikan antimikrobial sesuai indikasi.

5. Diagnosa keperawatan

: Intoleran Aktifitas Berhubungan

Dapat berhubungan dengan : Insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.


Tujuan

: - Pasien akan mengidentifikasi aktivitas yang

menimbulkan kelemahan
-

Berpartisipasi

dalam

aktivitas

yang

dibutuhkan dengan TTV dalam rentang normal


- Mengungkapkan secara verbal pemahaman
tentang kebutuhan oksigen, pengobatan dan
atauperalatan yang dapat meningkatkan
toleransi terhadap aktivitas.
Kriteria Evaluasi

: - Pasien dapat menidentifikasi aktivitas yang

menimbulkan kelemahan.
- Pasien mengungkapkan kebutuhan akan
oksigen.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Intervensi
Kaji keadaan umum pasien
Kaji tingkat kemampuan aktivitas.
Observasi tanda-tanda vital.
Anjurkan pasien untuk banyak istirahat di tempat tidur.
Bantu pasien untuk beraktivitas
Libatkan keluarga dalam mendampingi pasien.
Kolaborasi medik dalam pemberian O2

6. Diagnosa keperawatan

Menentukan intervensi yan


Mengetahui sejauh mana

menentukan tindakan selan


Mengetahui perubahan c

hipotensi
Mengurangi kerja jantung.
Dapat memenuhi kebutuha
Membantu memenuhi kebu

: Kurang Pengetahuan [Kebutuhan Belajar]

Mengenai Kondisi, Tindakan


Dapat berhubungan dengan : Kurang Informasi/tidak mengenal sumber
infomasi.
Tujuan

Menyatakan

pemahaman

kondisi/proses

penyakit dan tindakan.


Kriteria evaluasi

: Pasien memahami kondisi penyakitnya dan

melakukan perubahan pola hidup

Intervensi
R
1. Jelaskan/kuatkan penjelasan proses penyakit individu. Dorong -Menurunkan ansietas dan dapat

pasien/orang terdekat untuk menanyakan pertanyaan.


pengobatan.
2. Instuksikan/kuatkan rasional untuk latihan napas, batuk efektif, -Napas bibir dan napas abd

dan latihan kolaborasi umum.


pernapasan. Meningkatkan to
3. Diskusikan obat pernapasan, efek samping, dan reaksi yang tak -Penting bagi pasien memeah
diinginkan.
4. Tunjukkan teknik penggunaan dosis inhaler.
5. Sistem alat untuk mencatat obat intermitten/penggunaan
inhaller.
6. Anjurkan meghindari agen sedatif antiansietas.
7. Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi.
8. Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi
pernapasan aktif
9. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi.

menggangu dan efek sampin


-Pemberian yang tepat oba

keefektifan.
-Menurunkan resiko kelebihan d
-Agen sedatif antansietas dapat m
-Menurunkan pertumbuhan b

menimbulkan infeksi saluran


-Menurunkan pemajanan dan

napas atas.
-Faktor lingkungan dapat m

peningkatan produksi sekret


-Penghentian merokok dapat m
penyakit PPOM.

10. Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan menghentikan


rokok pada pasien/orang terdekat.

DAFTAR ISTILAH

Congenital

: Sudah terdapat sejak lahir

Bronkitis

: Inflamasi pada mukosa bronkus

Bronkitis Akut

: Batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus


yang melibatkan jalan nafas yang besar

Bronkitis Kronik

: Bronkitis kronik adalah inflamasi luas jalan napas


dan peningkatan produksi sputum mukoid.

Laringotrakeobronkitis

: Infeksi virus yang akut pada saluran napas atas


yang dapat disertai komplikasi infeksi bakteri
sekunder.

Septum oli

: Sekat hidung.

Sel goblet

: Sel-sel yang mensekresikan mukus yang terdapat


dalam lapisan mukosa pada traktus respiratorius
serta gastrointenstinal.

Silia

: 1. Bulu mata, 2. Jonjot-jonjot mikroskopis pada sel


tertentu, mis: sel yang melapisi traktus
respiratorius.

Mukus

: Sekresi viskus dari kelenjar mukus.

Alergen

: Faktor-faktor pembawa alergi.

Histamin

: Amina yang dilepaskan dalam sejumlah dan


menimbulkan konstriksi otot polos, sekresi
lambung serta vasodilatasi.

Mukosa

: Selaput lendir.

Bronkus

: Salah satu dari dua saluran napas yag besar dan


dibentuk oleh percabangan trakea.

Hipertermi

: Kenaikan suhu tubuh.

Malaise

: Suatu rasa sakit atau rasa tidak enak badan.

Nasofaringitis

: Faring bagian atas yang berada diatas palatum


mole.

Konjungtivitis

: Inflamasi konjungtiva.

Anoreksia

: Keadaan hilangnya selera makan.

Eritropoesis

: Pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang yang


dirangsang oleh hormon eritroprotein.

Otitis media

: Inflamasi telinga tengah.

Sinusitis

: Inflamasi sinus, khususnya membran mukosa yang


melapisi sinus paranasal.

Pneumonia

: Inflamasi jaringan paru yang biasanya disebabkan


oleh infeksi bakteri/virus.

Bronkietaksis

: Suatu penyakit dimana bronkus dan bronkiolus


mengalami dilatasi serta terisi oleh sputum yng
puluren, berbau dan banyak.

Prognosis

: Perjalanan penyakit atau hasil akhir yang


diperkirakan.

Dispnea

: Napas tidak teratur.

Insomnia

: Keadaan tidak bisa tidur.

Takikardia

: Frekuensi jantung yang cepat.

Distensi

: Keadaan membengkak dan mengembang.

Hepatomegali

: Pembesaran hepar.

Barel chest

: Dada tong.

Ronchi

: Suara bronkial berdedas/gemeretak yang terdengar


pada auskultasi.

Libido

: Dorongan/implus yang menghasilkan


tindakan/perbuatan.

Hipoksemia

: Kekurangan oksigen dalam darah.

Sputum

: Bahan yang dibatukkan keluar dari saluran


pernapasan.

Spasme batuk

: Kontraksi otot yang mendadak saat batuk.

Patogen

: Bersifat menimbulkan penyakit (mis:


mikroorganisme)

Infeksius

: 1. Penyakit yang dapat ditularkan, 2. Penyakit yang


disebabkan oleh infeksi.

Ansietas

: Perasaan tidak tenang, perasaan takut,


khawatir/cemas, dan gelisah.

PPOM

: Penayakit Paru Obstruksi Menahun

COPD

: cronik obstructive pulmonary disease

GDA

: Gas Darah Arteri

Você também pode gostar