Você está na página 1de 6

KEWENANGAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI MENGENAI

JUDICIAL REVIEW UU SISDIKNAS DAN UU APBN


( kajian pustaka putusan mahkamah konstitusi No. 011/PUU-III/2005 dan
perkara No. 012/PUU-III/2005.)
A. Latar Belakang
Mahkamah Konstitusi (MK) dibentuk pada tahun 2003 karena
adanya

kebutuhan

ketatanegaraan

menjawab

sebelumnya.

berbagai

Untuk

persoalan

mengatasi

hukum

berbagai

dan

persoalan

tersebut, MK diberi mandat oleh Undang - Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) untuk melaksanakan lima kewenangan
konstitusional, yaitu menguji undang - undang terhadap Undang -Undang
Dasar,

memutus

sengketa

kewenangan

lembaga

negara

yang

kewenangannya diberikan oleh Undang undang Dasar, memutus


pembubaran partai politik dan memutus perselisihan hasil pemilihan
umum, dan memberi pendapat kepada Dewan Perwakilan Rakyat terkait
dengan pemakzulan presiden dan wakil presiden1.
Salah satu tujuan didirikannya negara Indonesia yang merdeka
adalah untuk mencerdaskan bangsa (sebagaimana yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945). Selain itu, dalam pasal 6 ayat 1 UUD 1945
menyatakan, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan
bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.
Pasal 56 ayat (3) dan Pasal 57 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan
Atas UU MK menyatakan bahwa dalam hal permohonan dikabulkan, MK
sekaligus

menyatakan

suatu

suatu

undang-undang

yang

diuji

bertentangan dengan UUD 1945 baik seluruhya maupun sebagian dan


tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sejak selesai diucapkan
dalam sidang pleno yang terbuka untuk umum (legally null and void).
B. Rumusan Masalah

1Pasal 24C ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945.

1. Bagaimanakah Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi Terhadap


Pasal 49 Undang Undang No.23 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan
Undang Undang No. 36 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2005?
2.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

BAB III
PEMBAHASAN
Ketentuan

mengenai

anggaran

pendidikan

telah

diamanatkan

secara langsung oleh Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 (UUD


Negara RI 1945) dalam Pasal 31 ayat (4) yang berbunyi Negara

memperioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh


persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan

dan

belanja

daerah

untuk

memenuhi

kebutuhan

penyelenggaraan pendidikan nasional.


Bahkan terhadap pengalokasian anggaran pendidikan tersebut telah
ditegaskan kembali pada Pasal 49 ayat (1) Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) yang berbunyi
Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN)

pada

sektor

pendidikan

dan

minimal

20%

dari

Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dalam hal ini ketentuan


tersebut berarti telah menggariskan bahwa anggaran 20 persen harus
benar-benar murni di luar gaji guru dan biaya pendidikan kedinasan
lainnya.
Akan tetapi, semenjak UU Sisdiknas tersebut disahkan pada tanggal
8 Juni 2003, realitas yang terjadi di lapangan justru berkata lain.
Penyusunan dan pengalokasian anggaran pendidikan baik di tingkat Pusat
maupun

Daerah,

ternyata

tidak

sejalan

dengan

apa

yang

telah

diamanatkan oleh UUD 1945 dan Undang Undang Sisdiknas. Oleh karena
itu, beberapa warga negara yang merasa hak konstitutionalnya dirugikan,
mengajukan permohonan kepada Mahkamah Konstitusi untuk melakukan
Judicial Review Undang Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) terhadap UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Mahkamah Konstitusi kembali memutus dua perkara Pengujian
Undang Undang (Judicial Review) terhadap Undang-Undang Dasar 1945,
yaitu perkara No. 011/PUU-III/2005 dan perkara No. 012/PUU-III/2005. Dua
undang-undang yang dimohonkan oleh pemohon yang sama, yaitu
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Undang-undang No. 36 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2005, merupakan undang-undang
yang

menjadi

pondasi

dasar

bagi

pengembangan

pembangunan

berkelanjutan di negari ini. Oleh karena itu, putusan Mahkamah Konstitusi

terhadap kedua putusan yang saling terkait erat tersebut, tentunya


mempunyai implikasi serta membawa pengaruh yang cukup besar bagi
perkembangan

pendidikan

dan

kehidupan

segenap

warga

negara

Indonesia.
Undang Undang Undang-undang No. 36 Tahun 2004 tentang APBN
Tahun 2005 menetapkan alokasi anggaran untuk pendidikan sebesar 7%
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Isi ketentuan tersebut
bertentangan dengan ketentuan pasal 31 ayat (4) UUD 1945 yang
berbunyi, Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
Dalam ketentuan pasal 49 Undang Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan :
1. Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
2. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
3. Dana pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Dana pendidikan dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah
diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

5.

Ketentuan

mengenai

pengalokasian

dana

pendidikan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
Dalam perkara No. 011/PUU-III/2005 tentang Judicial Review UU
Sisdiknas, Pemohon memohon pengujian secara materiil konstitusionalitas
Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2), serta Penjelasan Pasal 49 ayat (1) Undang
Undang Sisdiknas. Putusan Mahkamah yang dibacakan dalam sidang yang
terbuka untuk umum pada tanggal 19 Oktober 2005 yang amarnya
Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk sebagian, telah
menyatakan

bahwa

Penjelasan

Pasal

49

ayat

(1)

UU

Sisdiknas

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara RI 1945 sehingga


tidak lagi mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Untuk perkara No. 012/PUU-III/2005 tentang Judicial Review UU
APBN 2005, pemohon mendalilkan bahwa Pasal 49 Undang Undang APBN
Tahun 2005 yang menetapkan alokasi anggaran untuk pendidikan sebesar
7% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bertentangan dengan
Pasal 27 ayat (2), Pasal 28D ayat (2), Pasal 28H ayat (1) dan ayat (3), dan
Pasal 31 ayat (2) UUD 1945, serta Pasal 31 ayat (4) UUD 1945 yang
berbunyi, Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional;
Perkara yang mempunyai keterkaitan erat terhadap putusan Judicial
Review UU Sisdiknas ini, telah diputus oleh Mahkamah juga pada tanggal
19

Oktober

2005

yang amarnya

Menyatakan permohonan para

Pemohon tidak dapat diterima (niet ontvantkelijk verklaard). Terhadap


dalil para Pemohon yang menyatakan bahwa UU APBN bertentangan
dengan Pasal 27 ayat (2), Pasal 28D ayat (2) dan Pasal 28H ayat (1) dan
ayat (3) UUD 1945, Mahkamah berpendapat bahwa dalil para Pemohon
tersebut tidak beralasan, karena seandainya pun benar para Pemohon

dirugikan

oleh

UU

APBN,

kerugian

tersebut

bukanlah

kerugian

konstitusional ;
Dengan adanya uraian tersebut, penulis ingin mengkaji lebih lanjut
lagi tentang dua putusan Mahkamah Konstitusi tersebut terkait dengan
kewenangannya menguji Undang Undang terhadap UUD 1945 atau
judicial review dalam bentuk penulisan hukum dengan judul : Tinjauan
Yuridis

Putusan

Mahkamah

Konstitusi

No.011/PUU-III/2005

Dan

No.012/PUU-III/2005 Terhadap Sinkronisasi Pasal 49 Undang Undang No.


20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Dan Undang Undang No. 36 Tahun 2004
Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2005.
Implikasi dari putusan tersebut adalah bahwa pengalokasian anggaran
pendidikan harus mempunyai besaran 20 persen dari APBN dan APBD,
dan tidak bisa lagi dilakukan secara bertahap sebagaimana diartikan
selama ini.

Você também pode gostar