Você está na página 1de 19

AUDIT KECURANGAN KARYAWAN DAN MANAJEMEN

PENGERTIAN AUDIT KECURANGAN


Audit Kecurangan adalah berbagai prosedur yang dilakukan untuk memeriksa apakah
suatu laporan keuangan perusahaan terindikasi telah terjadi suatu bentuk kecurangan (fraud)
yang dilakukan secara sengaja oleh pihak-pihak tertentu sehingga menimbulkan salah saji yang
material sehingga bias menipu para pengguna laporan keuangan.
Sebelum kita bahas lebih lanjut ada baiknya kita bahas dulu mengenai kecurangan itu
sendiri. Kecurangan (fraud) perlu dibedakan dengan kesalahan (Errors). Kesalahan dapat
dideskripsikan sebagai Unintentional Mistakes (kesalahan yang tidak di sengaja). Kesalahan
dapat terjadi pada setiap tahapan dalam pengelolaan transaksi terjadinya transaksi, dokumentasi,
pencatatan dari ayat-ayat jurnal, pencatatan debit kredit, pengikhtisaran proses dan hasil laporan
keuangan. Kesalahan dapat dalam banyak bentuk matematis. Kritikal, atau dalam aplikasi
prinsip-prinsip akuntansi. Terdapat kesalahan jabatan atau kesalahan karena penghilangan /
kelalaian, atau kesalahan dalam interprestasi fakta. Commission merupakan kesalahan prinsip
(error of principle), seperti perlakuan pengeluaran pendapatan sebagai pengeluaran modal.
Sedangkan Omission berarti bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan
informasi tidak benar. Kecurangan harus dibedakan dengan kesalahan ; (1). Kesalahan (error)
dapat dideskripsikan sebagai suatu tindakan yang tidak disengaja dan ini dapat terjadi dalam
setiap tahap pengelolaan transaksi., (2). Kecurangan (fraud) adalah tindakan yang disengaja.
Adanya faktor risiko atau kondisi lain dapat memperingatkan auditor tentang kemungkinan
adanya kecurangan antara lain dapat berbentuk sebagai berikut:
1. Pengendalian intern yang lemah atau diabaikan oleh manajemen.
2. Kerugian persediaan dalam jumlah yang besar.

3. Hasil-hasil pemeriksaan auditor intern ataupun auditor ekstern yang diabaikan


oleh
manajemen.
4. Aktivitas perbankan yang tidak biasa atau aneh.
5. Pengeluaran untuk biaya atau pembelian dalam jumlah yang besar.
6. Manajemen didominasi oleh salah seorang atau beberapa orang secara bersamasama.
7. Terdapat perputaran pimpinan yang tinggi, atau sering berganti-ganti pimpinan.
8. Perusahaan mempunyai perjanjian kontrak yang signifikan.
9. Kompensasi manajemen didasarkan pada kinerja tertulis sehingga membuka
peluang bagi manajemen untuk mengutak-atik kinerja agar memperoleh bonus
atau kompen-sasi yang besar.
10. Auditor menjumpai adanya ketidakjujuran dari manajemen.
11. Perusahaan sering berganti-ganti auditor.

KARAKTERISTIK KECURANGAN (FRAUD)


Dilihat dari pelaku fraud maka secara garis besar kecurangan bisa dikelompokkan menjadi dua jenis :
1. Oleh pihak perusahaan, yaitu :
a. Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena
kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial
reporting).
b. Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang berupa penyalahgunaan
aktiva (misstatements arising from misappropriation of assets).
2. Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan pihak asing yang dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Kecurangan dapat dilakukan oleh karyawan, manajemen, pemasok, pelanggan.

Contoh kecurangan langsung yang dilakukan karyawan misalnya pengambilan uang kas,
persediaan dan peralatan perusahaan, dan kecurangan yang melibatkan pihak ketiga

misalnya suap/kick back/bribe.


Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen misalnya rekayasa laporan keuangan untuk

mempertinggi laba bersih, investasi fiktif (investment scams) dan lain-lain.


Kecurangan yang dilakukan oleh pemasok misalnya menaikkan harga sepihak
(overcharge), pengiriman barang bermutu rendah, kekurangan atau tidak mengirimkan

barang yang sudah dibayar.


Kecurangan yang dilakukan oleh pelanggan misalnya tidak membayar barang yang
dikirim, pembobolan bank dan lain-lain.

JENIS-JENIS KECURANGAN
Sebagai suatu konsep hukum yang luas, kecurangan merupakan setiap ketidakjujuran
yang tidak disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan orang atau pihak lain.Dalam konteks
audit atas laporan keuangan, kekurangan didefenisikan sabagi salah saji dalam laporan keuangan
yang dilakukan dengan sengaja.Dua kategori utama kecurangan adalah kecurangan dalam
laporan keuangan dan penyalahgunaan aset.

1. Kecurangan Dalam Laporan Keuangan


Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap
jumlah atau pun pengungkapan yang sering dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para
pengguna.sebagian besar kasus melibatkan salah saji terhadap jumlah yang dilaporkan
dibandingkan terhadap pengungkapan.Sebagai contoh, WorldCom yang dilporkan telah
mengapitalisasi jutaan dollar pengeluaran sebgaai aset tetap, yang semestinya harus dibebankan,
penghapusan terhadap jumlah yang dilaporkan merupakan kasus yang kurang umum

ditemukan,namun sebuah perusahaan dapat melebih sajikan pendapatan dengan menghapus


untang utang dagang dan liabilitas lainnya.
Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan melibatkan
suatu usaha untuk melebisajikan pendapatan apakah dengan cara melebih sajikan aset dan
pendapatan ataupun dengan menghapus liabilitas dengan menghapus liabilitas dan beban-beban,
perusahaan-perusahaan dengan mudah sengaja mengurang sajikan laba.pada perusahanperusahaan-perusahan nonpublik, hal tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk
mengurangi pajak penghasilan.Manajemen laba (management earning) melibatkan tindakantindakan manajemen yang sengaja dilkukan unntuk memenuhi target laba.Perataan
laba(income smooting) merupakan salah satu bentuk manajemen laba dimana pendapatanpendapatandan beban-beban dipindahkan diantara beberapa periode untuk mengurangi fluktasi
laba.
Meskipun jarang ditemukan, beberapa kasus penting terkait kecurangan dalam lapoarn
keuangan melibatkan pengungkapan yang tidak memadai.sebagai contoh dalam masalah dalam
kasus Enron apakah perusahaan telah mengakui kewajiban terhadap perusahaan afiliasi yang
dikenal dengan entitas bertujuan khusus (Special purpose entities) secara memadai.

Faktor-faktor Risiko untuk Kecurangan dalam Laporan Keuangan


Sebuah pertimbangan penting bagi auditor dalam membongkar kecurangan adalah
mengidentifikasi

faktor-faktor

yang

dapat

meningkatkan

risikokecurangan.faktor

risikokecurangan untuk setiap kondisi kecurangan dalam laporan keuangan sama segitiga
kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset memiliki tiga kondisi yang
sama namun faktor risikonya berbeda.

Insentif/Tekanan Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi


laporan keuangan adalah adanya penurunan dalam prospek keuangan perusahaan Sebagai
contoh, penurunan dalam laba dapat mengancam kemampuaan perusahaan dalam mendapatkan
pendanaan.
Kesempatan Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan potensial dapat terjadi
manipulasi, risiko menjadi lebih besar untuk perusahaan yang bergerak dalam industri yang
melibatkan penilaian subjektif dan estimasi yang signifikan.sebagai contoh, terdapat
kemungkinan salah saji dalam persediaan dalam perusahaan-perusahaan memilki persediaan
yang terletak dibeberapa tempat yang berbeda.
Penggantian pegawai dibagian akuntansi atau kelemahan lainnya dalam proses akuntansi
dan informasi dapat menyebabkan munculnya kesempatan terjadinya salah saji.banyak kasus
dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh komite audit dan dewak direksi yang tidak efektif
dalam melakukan pengawasan terhadap pelaporan keuangan.
Sikap/Rasionalisasi sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan merupakan
faktor risiko penting dalam menilai kemungkinan adanya kecurangan dalam laporan
keuangan.Jiko CEO atau manajer puncak menunjukkan dominasi terhadap proses penyusunan
laporan keuangan, seperti terus menerus mengeluarkan proyeksi yang terlalu optimi, atau mereka
terlalu khawatir untuk memenuhi proksi laba para analisis pasar, kemungkinan terjadi
kecurangan dalam laporan keuangan menjadilebuh besar.

2. Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan kecurian atau aset milik
entita.Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya, jumlah minimal yang terlibat tidak material

terhadap laporan keuangan.Namun demikian, pencurian aset perusahaan sering kali menjadi
perhatian penting manajemen, tampa melihat tingkat materialitasnya, karena penurian-pencurian
kecil dapat dengan mudah menigkat ukuran setiap saat.
Istilah penyalahgunaan aset sering kali digunakan untuk mengacu pada pencurian yang
dlakukan dengan pegawai dan pihak-pihak internal lainnya didalam ssuatu organisasi.Menurut
perkiraan Association of Certified fraud examiners rata-rata perusahaan merugi 6 persen dari
pendapatannya disebabkan oleh kecurangan, meskipun sebagian besar dari pencurian tersebut
melibakan pihak-pihan eksternal, seperti pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan dan
penipuaan yang dilakukan oleh pemasok.
Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada ditingkat hierarki organisasi yang lebih
rendah.Namundemikian dalam beberapa kasus penting, manajemen puncak terkadang terlibat
dalam pencurian aset perusahaan, karena otoritas manajemen yang lebih besar serta kendali
tehadap aset-aset perusahaan, penggalapan yang melibatkan manajemen puncak dapat
melibatkan jumlah yang signifikan

Faktor-faktor Risiko untuk Penyalahgunaan Aset


Tiga kondisi yang sama juga berlaku untuk penyalahgunaan aset.namun demikian, dalam
melakukan penilaian risiko, penekanan yang lebih besar diberikan insentif dan kesempatan
pribadi untuk melakukan penilaian risiko, pen dekanan yang lebih besar dibrikan insentif dan
kesempatan pribadi untuk melakukan pencurian.
Insentif/tekanan Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai yang
menyalahgunakan aset.pegawai yang memiliki utang yang sangat besar, atau mereka yang

terlibat dalam masalah kecanduan narkotika dan perjadian, dapat mencuri untuk memenuhi
kebutuhan pribadi mereka.
Kesempatan

Kesempatan

untuk

melakukan

pencurian

ada

pada

semua

perusahaan.Namun,Kesempatan tersebut lebih besar pada perusahaan yang akses terhadap


kasnya sangat mudah, atau pada perusahaan yang memilki persediaan atau aset berharga
lainnya.Khususnya jika ukuran aset tersebut kecil dan mudah dipindah-pindah sebagai
contoh,kasino-kasino yang menangani jumlah besar uang kas dengan pencatatan informasi yang
sangat kecil atas penerimaan kas.
Kelemahan dalam pengendalian internal menciptakan kesempatan terjadinya pencurian,
pemisahan tugas yang tidak yang memadai hampir dipastikan menjadi liseni bagi para pegawai
untuk melakukan pencuriaan.Jika para karyawan menangani atau bahkan memiliki akses
sementara terhadap aset dan juga melakukan pembukuan untuk aset tersebut, maka muncul
potensi terjadinya pencurian.
Kecurangan menjadi lebih besar di perusahaan yang lebih kecil dan organisasi nirlaba
karena lebih sulit bagi entitas tersebut untuk melakukan pemisahan tugas .Namun demikian,
bahkan perusahaan yang lebih besar pun dapat tidak melakukan pemisahan tugas yang memadai
dibagian-bagian penting.
Sikap/Rasionalisasi Sikap manajemen terhadap pengendalian dan kode etik dapat
menyebabkan para kayawan dan manajer membenarkan pencurian terhadap aset.Jika manjemen
mencurangi para pelanggannya dan menetapkan harga yang sangat tinggi untuk barang-barang
atau terlibat dalam taktik penjualan bertekanan tinggi, para pegawai dapat merasa bahwa mereka
juga dibenarkan untuk memmbuat serupa dengan memalsukan pengeluaran atau memalsukan
laporan keuangan waktu kinerja

Penyebab Terjadinya Kecurangan J.S.R. Venables dan KW Impley dalam buku


Internal Audit (1988, hal 424) mengemukakan kecurangan terjadi karena :
Penyebab Utama
a. Penyembunyian (concealment)
Kesempatan tidak terdeteksi. Pelaku perlu menilai kemungkinan dari deteksi dan hukuman
sebagai akibatnya.
b. Kesempatan/Peluang (Opportunity)
Pelaku perlu berada pada tempat yang tpat, waktu yang tepat agar mendapatkan keuntungan atas
kelemahan khusus dalam system dan juga menghindari deteksi.
c. Motivasi (Motivation)
Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktivitas demikian, suatu kebutuhan pribadi
seperti ketamakan/kerakusan dan motivator yang lain.
d. Daya tarik (Attraction)
Sasaran dari kecurangan yang dipertimbangkan perlu menarik bagi pelaku.
e. Keberhasilan (Success)
Pelaku perlu menilai peluang berhasil, yang dapat diukur baik menghindari penuntutan atau
deteksi. .
Penyebab Sekunder
a. A Perk

Kurang pengendalian, mengambil keuntungan aktiva organisasi dipertimbangkan sebagai suatu


tunjangan karyawan.
b. Hubungan antar pemberi kerja/pekerja yang jelek
Yaitu saling kepercayaan dan penghargaan telah gagal. Pelaku dapat mengemukakan alasan
bahwa kecurangan hanya menjadi kewajibannya.
c. Pembalasan dendam (Revenge)
Ketidaksukaan yang hebat terhadap organisasi dapat mengakibatkan pelaku berusaha merugikan
organisasi tersebut.
d. Tantangan (Challenge)

KONDISI YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KECURANGAN


Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan
dan penyalahguanaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316)
1.

Insentif/Tekanan.Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan untuk


melakukan kecurangan.

2.

Kesempatan.Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk


melakukan kecurangan.

3.

Sikap/Rasionalasi.adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang


memungkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka

berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang cukup besar sehingga
menyebabkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.
Fraud Triangle

Faktor resiko untuk kecurangan Faktor resiko penyalah gunaan Aktiva


pelaporan keuangan

Insentif / Tekanan

-Stabilitasi

keuangan

atau- -Kewajiban

profitabilitas

teranacam

oleh menciptakan tekanan

kondisi

ekonomi,industri

keuangan

pribadi

dan- -Hubungan buruk antara management

persaingan

dan pegawai

contoh : penurunan permintaan


pelanggan yang signifikan

Kesempatan

-Estimasi

akuntansi

yang- -Adanya

signifikan

jumlah

yang

besar

ditangan atau ditempat kasir

-Ketidak efektipan komite audit- -Pengdalian


dalam

kas

mengawasi

internal

yang

tidak

pelaporan memadai

keuangan
-Staf akuntansi, IT yang sering
berganti atau tidak efektif

Sikap
Rasionalisasi

-Komunikasi yang tidak tepat


-Sejarah
securitas

pelanggaran

-Meremehkan pengendalian internal

hukum - Meremehkan pemantauan

- Kebiasaan

management

membuat peramalan

MENGHADAPI RISIKO KECURANGAN


Ketika risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan teridentifikasi auditor
pertama kali harus membahas temuan-temuan tersebut dengan manajemen serta mendapatkan
pandangan manajemen atas potensi kecurangan dan pengendalian yang ada dan dirancang untuk
mencegah atau mendeteksi salah saji. Auditor harus mempertimbangkan apakah program dan
pengendalian antikecurangan tersebut dapat mengatasi risiko salah saji material yang
teridentifikasi yang disebabkan oleh kecurangan atau apakah kelemahan dalam pengendalian
telah meningkatkan risiko kecurangan. Respons auditor terhadap risiko kecurangan meliputi halhal sebagai berikut :

Mengubah keseluruhan pellaksanaan audit

Merancang dan melakukan prosedur audit untuk menghadapi risiko kecurangan tersebut.

Merancang dan melakukan prosedur-prosedur untuk mengatasi dominasi manajemen terhadap


pengendalian.
Mengubah Keseluruhan Pelaksanaan Audit
Auditor dapat memilih dari beberapa respons secara keseluruhan atas meningkatnya
risiko kecurangan. Jika risiko salah saji yang disebabkan oleh kecurangan meningkat, lebih
banyak personel yang berpengalaman ditugaskan dalam pegauditan. Dalam beberapa kasus,
seorang ahli dibidang kecurangan dapat ditugaskan kedalam tim audit.

Pelaku kecurang sering kali memiliki pengetahuan yang baik dalam prosedur audit. untuk
alasan itu, PSA 70 mengharuskan auditor untuk menerapkan rencana audit yang tidak dapat
diprediksi. Sebagai contoh, auditor dapat mengunjungi lokasi tempat persediaan berada atau
menguji akun-akun yang tidak diuji pada periode audit sebelumnya. Auditor juga harus
mempertimbangkan pengujian untuk terkait dengan penyalahgunaan aset, meskipun bila jumlah
tersebut biasanya tidak material.
Merancang Dan Melakukan Prosedur Audit Untuk Menghadapi Risiko Kecurangan
Prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi risiko audit spesifik bergantung
pada akun yang sedang diaudit dan jenis risiko kecurangan yang teridentifikasi.
Auditor juga harus mempertimbangkan pilihan manajemen atas prinsip-prinsip akuntansi.
Perhatian saksama harus diberikan pada prinsip-prinsip akuntansi yang melibatkan pengukuranpengukuran subjektif atau transaksi-transaksi yang rumit. Karena auditor meyakini adanya risiko
kecurangan dalam pengungkapan pendapatan, mereka juga harus mengevaluasi kebijakan
pengakuan pendapatan perusahaan.
Merancang Dan Melakukan Prosedur-Prosedur Untuk Mengatasi Dominasi Manajemen
Terhadap Pengendalian
Risiko dominasi manajemen terhadap pengendalian muncul pada hampir semua
pengauditan. Karena manajemen merupakan suatu posisi yang unik untuk melakukan
kecurangan dengan menngabaikan pengendalian yang seharusnya berjalan efektif, auditor harus
menjalankan prosedur-prosedur dalam setiap pengauditan untuk mengatasi risiko dominasi oleh
manajemen. Tiga prosedur berikut harus dijalankan dalam setiap pengauditan.
Memeriksa ayat-ayat jurnal dan penyesuaian-penyesuaian lainnya sebagai bukti
adanya kemungkinan salah saji yang disebabkan oleh kecurangan kecurangan seringkali

diakibatkan oleh penyesuaian terhadap jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan,
meskipun terdapat pengendalian internal yang efektif di dalam laporan keuangan, meskipun
terdapat pengendalian internal yang efektif di sepanjang proses pencatatan. Auditor pertama kali
harus mendapatkan pemahaman atas proses pelaporan keuangan entitas, demikian pula halnya
dengan pengendalian terhadap ayat-ayat jurnal dan penyesuaian-penyesuaian lainnya, serta
menanyakan pada pegawai yang terlibat dalam proses penyusunan laporan keuangan bilamana
terdapat ketidaktepatan atau aktivitas yang tidak biasa dalam pemrosesan ayat jurnal dan
penyesuaian lainnya. SAS 99 mengharuskan auditor untuk menguji ayat-ayat jurnal dan
penyesuaian-penyesuaian laporan keuangan lainnya.
Menelaah estimasi akuntansi untuk setiap hal yang tidak wajar kecurangan dalam
laporan keuangan sering kali dicapai melalui salah saji yag disengaja dalam estimasi akuntansi.
PSA 70 mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan potensi ketidakwajaran manajemen
ketika menelaah estimasi-estimasi tahun berjalan. Auditor diharuskan untuk melihat kembali
estimasi-estimasi signifikan pada periode sebelumnya untuk mengidentifikasi setiap perubahan
dalam proses perusahaan atau penilaian manajemen dan asumsi-asumsi yang dapat memadai
adanya dimasukkan ke dalam kelompoj yang tinggi untuk rentang jumlah yang dapat diterima
ditahun sebelumnya dan di kelompok yang rendah di tahu berjalan.
Mengevaluasi rasionalitas bisnis untuk transaksi-transaksi yang tidak biasa PSA 70
menempatkan fokus yang lebih besar dibandingkan yang sebelumnya diharuskan untuk
pemahaman atas dasar rasionalitas bisnis untuk transaksi-transaksi tidak biasa yang signifikan
yang mungkin di luar kebiasaan bisnis perusahaan. Auditor harus mendapatkan pemahaman atas
tujuan-tujuan dari setiap transaksi yang signifikan untuk menilai apakah transaksi-transaksi
tersebut terkait dengan kecurangan dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, perusahaan dapat

terlibat ddalam transaksi pembiayaan apakah perlakuyan akuntansi untuk setiap transaksi yang
tidak biasa sudah tepat dengan kondisi yang ada, dan apakah informasi mengenai transaksi
tersebut telah diungkapkan dengan memadai dalam laporan keuangan..
Memutakhirkan Proses Penilaian Risiko
Penilaian auditor terhadap risiko dalah saji material yang disebabkan oleh kecurangan
harus terus berjalan disepanjang pengauditan dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian
risiko lainnya. Auditor harus mewaspadai kondisi-kondisi berikut ketika melakukan pengauditan.
1.

Ketidak konsistenan dalam pencatatan akuntansi

2.

Bukti audit yang bermasalah atau hilang

3.

Hubungan yang problematik atau tidak biasa antara auditor dengan manajemen

4.

Hasil dari pengujian substantif atau penelaahan akhir darinprosedur analitis yang
mengindikasikan adanya risiko kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui.

5.

Jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan di sepanjang pengauditan yang tidak jelas atau
tidak masuk akal atau yang menghasilakn bukti yang tidak konsisten dengan bukti lainnya.

TANGGUNG JAWAB KETIKA KECURANGAN DICURIGAI


TELAH TERJADI
Sebagaimana telah diperkirakan sebelumnya, lebih banyak kecurangan yang terdeteksi
oleh pengendalian internal atau fungsi internal audit dibandingkan oleh auditor eksternal
Merespons salah saji yang mungkin disebabkan oleh kecurangan
Sepanjang pengauditan, auditor terus menerus mengevaluasi apakah bukti-bukti yang
didapatkan dan pengamatan-pengamatan lainnya mengindikasikan adanya salah saji material
yang disebabkan oleh kecurangan. Semua salah saji yang ditemukan auditor selama melakukan

auditor harus diidentifikasi ada tidaknya indikasi kecurangan. Ketika dicurigai terjadi kesalahan,
auditor mendapatkan informasi tambahan untuk menentukan apakah kecurangan benar-benar
telah terjadi.
Jenis tekhnik-tekhnik wawancara tanya jawab dapat menjadi teknik pengumpulan
bukti audit yang efektif. Wawancara memungkinkan auditor untuk mengklarisifikasi masalahmasalah yang dihilangkan dari dokumentasi atau konfirmasi. Auditor juga dapat memodifikasi
pertanyaan-pertanyaan selama melakukan wawancara berdasarkan respons dari orang yang
diwawancara.
Tanya jawab sebagai suatu bukti audit juga harus disesuaikan dengan tujuan
penggunaannya. Tergantung pada tujuannya, auditor dapat menanyakan beberapa pertanyaan
yang berbeda dan mengubah nada pertanyaan.
Tanya jawab informal auditor melakukan tanya jawab informal untuk mendapatkan
informasi mengenai fakta-fakta dan rincian yang tidak didapatkan auditor. Biasanya auditor
menginginkan informasi dari orang yang diwawancara mengenai kejadian atau proses pada
periode sebelumnya. Seringkali tanya jawab dilakukan dengan santai,

dengan auditor

memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden memberikan


perincian kejadian, proses atau kondisi yang ditanyakan. Auditor sering kali menggunakan tanya
jawab informal ketika menindak lanjuti bukti-bukti yang dikumpulkan mengenai program atau
pengendalian atau bukti lainnya yang melibatkan salah saji atau kecurangan yang dicurigai untuk
diungkapkan dalam pengauditan.
Tanya jawab evaluasi seorang auditor juga menggunakan tanya jawab untuk
mengevaluasi apakah informasi yang telah ia dapatkan sudah tepat, akurat atau benar. auditor
menggunakan tanya jawab evaluasi untuk mendukung atau tidak mendukung informasi

sebelumnya. Auditor sering kali memulai tanya jawab evaluasi dengan pertanyaan-pertanyaan
yang luas dan terbuka yang memungkinkan orang yang diwawancarai meberikan jawaban yang
terperinci yang kemudian dapat ditinda lanjuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih
spesifik.
Tanya jawab interogratif kategori tanya jawab ini digunakan ketika auditor ingin
mencarai tanggapan dari subjek yang ia wawancarai mengenai pengetahuannya atas kejadian
atau kondisi. Tanya jawab introgatif sering kali digunakan untuk menentukan apakah individu
tersebut tidak jujur atau dengan sengaja mengahapus fakta-fakta pengetahuan kunci, kejadian
atau kondisi yang penting, khususnya ketika auditor mencurigai orang yang diwawancarai tidak
jujur atau menutup-nutupi informasi yang sebenarnya. Sering kali tanya jawab yang intrigatif
bersifat konfrontatif, dikarenakan subjek yang diwawancarai mungkin defensif, karena mereka
menutupi pengetahuan meereka atasa fakta, kejadian, atau kondisi tertentu. Ketika menggunakan
tanya jawab yang informatif auditor biasanya menanyakan pertanyaan langsung yang memerluka
jawaban ya atau tidak. Wawancara introgatif biasanya hanya dilakukan oleh anggota senior
tim audit yang berpengalaman dan mengetahui masalah yang melibatkan klien tersebut.
Mengevaluasi respons tanya jawab agar tanya jawab menjadi efektif, seorang auditor
harus memiliki keterampilan dalam mendengarkan dan mengevaluasi jawaban dari pertyanyaanpertanyaan. Biasanya, respons awal dari orang yang diwawancara akan mengabaikan informasi
yang berguna. Pertanyaan tindak lanjut yang efektif sering kali mengarahkan pada informasi
yang lebih baik untuk menilai apakah kecurangan telah terjadi. Tekhnik mendengarkan serta
pengamatan sikap tubuh yang baik akan memperkuat tekhnik wawancara.
Tekhnik mendengarkan sangat penting bagi auditor untuk menggunakan keterampilan
mendengarkan secara efektif di sepanjang wawancara. Auditor harus terus menerus

memperhatikan dengan menjaga kontak kontak mata, anggukan persetujuan atau menunjukkan
tanda-tanda kepahaman lainnya. Auditor juga harus mencoba untuk menghindari pemikiranpemikiran yang kaku terhadap informasi yang sedang diberikan. Pendengar yang baik juga
memanfaatkan keheningan untuk memikirkan mengenai informasi yang diberikan dan
melakukan prioritas atas informasi yang ia dengar.
Mengamati tanda-tanda perilaku Seorang editor yangterampil dalam menggunakan
tanya jawab,akan mengevaluasi respons verbal dan nonverbal dari orang yang ia wawancarai.
selain mengamati tanda-tanda verbal,penggunaan wawancara juga memungkinkan auditor untuk
mengamati perilaku nonverbal.
Auditor yang kurang berpengalaman harus berhati-hati ketika mereka mulai mengamati
perilaku yang tidak biasa,dan merekamengamati perilaku yang tidak bias,dan mereka harus
membahas hal yang menjadi perhatian mereka dengan anggota tim audit senior sebelum
melakukan apa pun dalam menggapai perilaku tersebut.
Tanggung jawab lainnya ketika dicurigai adanya kecurangan Ketika auditor
mencurigai bahwa kecurangan mungkin telah terjadi, PSA 70 mengharuskan auditor untuk
mendapatkan bukti tambahan untuk apakah kecurangan yang signifikan telah terjadi.
Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak audit seperti ACL atau IDEA untuk
menentukan apakah kecurangan telah terjadi. sebagai contoh, perangkat lunak dapat di gunakan
untuk mencari transaksi-transaksi fiktif dengan mencari nomor duplikat faktur penjualan atau
dengan merekonsiliasi basis data faktur penjualan pada basis data dokumen pengiriman,untuk
menyakinkan bahwa semua penjualan telah di dukung dengan bukti pengiriman.
Auditor juga menggunakan program kertas kerja dasar seperti excel untuk melakukan
prosedur analitis pada beberapa tingkatan. sebagai contoh,penjualan dapat di pisahkan ke dalam

beberapa data terpisah berdasarkan lokasi,jenis produk,atau periode waktu(bulanan) untuk


prosedur lanjutan.
Auditor juga memperluas prosedur subtantif lainnya untuk mengganti tinggihnya resiko
kecurangan. Sebagai contoh, ketika terdapat risiko bahwa syarat penjualan mungkin telah di
ubah agar dapat mengakui penjualan sebelum waktunya, auditor dapat memodifikasi permintaan
konfirmasi piutang dagang untuk mendapatkan tanggapan yang lebih rinci dari para pelanggan
mengenai syarat-syarat tertentu dalam transaksi,seperti pembayaran, pengiriman barang, dan
kebijakan pengembalian barang.
Ketika auditor menentukan bahwa kecurangan mungkin telah terjadi, PSA 70
mengharuskan auditor untuk membahas hal tersebut dan juga pendekatan audit yang di gunakan
untuk penyelidikan lebih lanjut dengan tingkat manajemen yang tepat, meskipun masalah
tersebut di anggap tidak penting.
Terkadang auditor mengidentifikasi risiko salah saji material yang di sebabkan oleh
kecurangan yang memiliki implikasi terhadap pengendalian internal dalam beberapa kasus,
pertimbangan auditor terhadap program dan pengendalian anti kecurangan-kecurangan yang
menyebabkan gagalnya penanganan terhadap risiko kecurangan tersebut. Auditor harus
membicarakan hal tersebut dengan manajemen serta dengan mereka yang bertanggung jawab
dalam tata kelola perusahaan, seperti komite audit.
Hasil dari prosedur-prosedur yang di jalankan oleh auditor dapat mengindikasikan adanya
salah saji yang material yang di sebabkan oleh kecurangan sehingga auditor

harus

mempertimbangkan kemungkinan untuk mengundurkan diri dari perikatan.pengunduran diri


tersebut dapat bergantung pada integrasi manajemen serta kehati-hatian dan kerja sam manjemen

dan dewan direksi dalm menyelidiki potensi kecurangan dan pengambilan tindakan-tindakan
yang tepat.
Menurut Statement on auditing Standars (SAS) No.1, tanggungjawab dari auditor
independent untuk kegagalan mendeteksi kecurangan (yang tanggungjawabnya berbeda seperti
klien dari pihak lain) timbul hanya apabila kegagalan tersebut secara jelas berakibat dari
ketidaktaatan terhadap standar auditing yang berlaku. Karena litigasi yang meningkat terhadap
akuntan dan perhatian auditor eksternal bahwa mungkin terdapat pernyataan salah yang material
sebagai hasil dari kecurangan, profesi di Amerika Serikat mengembangkan SAS 16. pernyataan
ini menggantikan SAS No. 1 yang berkaitan dengan tanggungjawab auditor terhadap
kecurangan. SAS No.16 menyatakan : Sebagai konsekuensinya menurut standar auditing yang
berlaku umum, auditor independen mempunyai tanggungjawab dengan keterbatasan yang
melekat pada proses auditing, untuk merenjanakan pengujiannya untuk mencari kesalahan atau
ketidakberesan yang akan mempunyai pengaruh yang material atas laporan keuangan, dan
melakukan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama dalam melakukan pengujian.
Dengan demikian pernyataan ini mensyaratkan auditor khususnya mencari ketidak
beresan yang mempunyai suatu pengaruh yang meterial atas laporan keuangan. Perubahan
penekanan diatas oleh auditor eksternal pada gilirannya membantu membereskan auditor interen
dari tanggungjawab langsung terhadap kecurangan dalam organisasi.

Você também pode gostar