Você está na página 1de 4

Analisis Subtitute Product

highly
unattract
ive
Availability of
close subtitute
User's
switching costs
Subtitute
producer's
profitability
and
aggressiveness
Subtitute
price/value

midly
unattract
ive

Lar
ge
Low

neutr
al

midly
attracti
ve

highly
attract
ive
Sm
all
Hig
h

Hig
h
Hig
h

Low

Low

1. Availability of Close Subtitute


PT Charoen Pokphand Indonesia memiliki tiga jenis produk utama, yaitu
pakan ternak, anak ayam usia sehari (Day Old Chick / DOC), dan daging ayam
olahan. Saat ini, jumlah produk pengganti pakan ternak dengan bahan dasar jagung,
bungkil kedelai, dan pecahan gandum yang memiliki kandungan gizi lengkap masih
sedikit. Kebanyakan pakan ternak alternatif merupakan temuan penelitian yang
dilakukan oleh sejumlah institusi, seperti alternatif pakan ternak menggunakan bahan
dasar jerami yang difermentasikan , tetapi belum dikomersilkan. Peternak memang
dapat memberi makan ternaknya dengan bahan-bahan langsung tanpa melalui
pengolahan, seperti beras, singkong, ataupun limbah udang, tetapi nilai gizi yang
dihasilkan tidak maksimal sehingga mempengaruhi pertumbuhan hewan ternak.
Adapun untuk anak ayam usia sehari saat ini belum memiliki produk substitusi. Hal
ini dikarenakan DOC merupakan bibit ayam terbaik hasil rekayasa genetik. Ayam
terbaik ini biasanya disebut dengan istilah Grand Parent Stock yang biasa diimpor dari
USA. Untuk produk daging ayam olahan cukup banyak produk substitusi yang
tersedia di pasaran, seperti daging sapi, ikan, dan udang olahan.
Adapun proyeksi lima tahun mendatang akan mulai bermunculan pakan ternak
alternatif yang memiliki harga lebih murah, tetapi kualitasnya semakin baik. Hal ini
dipertegas melalui pernyataan Direktorat Jenderal Peternakan Hewan Kementrian
Pertanian mengenai pemberdayaan tanaman indigofera yang memiliki kadar protein
lebih tinggi (27,97%) dibandingkan dengan jagung (8,9%) dan biaya produksi yang
murah (Rp2.356 per kg) dibandingkan dengan biaya produksi konsentrat lain
(Rp2.500 Rp3.000). Saat ini, pemerintah sendiri telah melakukan pilot project dan
beberapa kelompok diantaranya sudah dapat dimanfaatkan untuk dijadikan tepung
sebagai pakan ternak. Untuk produk DOC sendiri diperkirakan masih belum memiliki
produksi substitusi dalam lima tahun mendatang. Adapun produk daging ayam olahan
akan semakin banyak memiliki produk substitusi melalui inovasi yang menciptakan
varian produk, seperti sosis dan nugget dari protein nabati.

2. Users Switching Cost


Biaya peralihan (switching cost) untuk produk pakan ternak saat ini cukup
tinggi. Biaya peralihan ini terutama timbul sebagai biaya pembelajaran (learning
cost). Ketika beralih untuk menggunakan produk substitusi pakan ternak, sepeti beras
atau kedelai, maka konsumen harus menemukan cara atau proses untuk mebuat
bahan-bahan tersebut memiliki nilai gizi yang tinggi. Selain itu, beberapa zat aditif
dan peralatan tambahan juga diperlukan untuk membuat dan mengolah pakan ternak
mandiri. Adapun biaya peralihan untuk produk daging ayam olahan timbul sebagai
biaya kehilangan manfaat relasi (benefit loss cost). Ketika konsumen beralih ke
produk substitusi daging ayam olahan, maka konsumen akan kehilangan manfaat
yang diperoleh atas produk pertamanya, misalnya kehilangan jumlah poin atau diskon
akibat program loyalitas pelanggan.
Adapun dalam lima tahun mendatang, proyeksi biaya peralihan akan menjadi
kecil untuk produk substitusi pakan ternak. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya
pakan ternak alternatif yang mulai dikomersilkan. Adanya pakan ternak alternatif
menyebabkan hilangnya biaya pembelajaran bagi peternak. Para peternak tidak perlu
embuat dan mengolah pakan ternaknya secara madiri karena di masa mendatang
peternak akan semakin mudah menemukan produk pakan ternak alternatif. Untuk
produk daging ayam olahan, biaya peralihan juga semakin rendah karena hilangnya
biaya pencarian (searching cost) berupa waktu, tenaga, dan dana yang dibutuhkan
untuk menemukan produk substitusi daging ayam olahan. Hal ini disebabkan semakin
banyaknya produk substitusi olahan daging ayam yang inovatif di pasaran.
3. Subtitute Produce Profitability and Aggressiveness
Dilihat dari kondisi saat ini, profitabilitas pesaing Charoen Pokphand berada
dibawah profitabilitas Charoen Pokphand. Profitabilitas yang diperoleh oleh Japfa
Comfeed sebesar Rp524 miliar, sedangkan dua pesaing lainnya mengalami kerugian,
yaitu Malindo Feedmil mengalami kerugian sebesar Rp62.097 miliar dan Sierda
Produce mengalami kerugian sebesar Rp362,03 miliar. Adapun Charoen Pokphand
sendiri berhasil mencapai profitabilitas sebesar Rp1,83 triliun. Selain itu, dua pesaing
Charoen Pokphand memiliki tingkat keagresifan yang rendah. Hal ini dibuktiktikan
dengan terjadinya penurunan laba pada Malindo Feedmil (-26,81%) dan Sierda
Produce (102,13% ) karena beban penjualan dan beban administrasi yang meningkat
pesat (beban pabrikasi, beban deplesi dan ayam afkir serta gaji dan upah buruh
langsung) tidak diimbangi dengan peningkatan penjualan bersih. Adapun Japfa
Comfeed memiliki tingkat keagresifan yang lebih tinggi (33,67%) dibandingkan
dengan Charoen Pokphand (4,57%). Tingkat keagresifan yang rendah juga dapat
dilihat dari minimnya pemasaran produk oleh Malindo Feedmil dan Sierda Produce.
Sementara itu, tingkat profitabilitas dan keagresifan pesaing produk substitusi masih
rendah. Hal ini dapat terlihat dari ketergantungan konsumen terhadap produk
langsung masih tinggi dan ketersediaan produk substitusi yang masih sedikit.
Dalam lima tahun mendatang, tingkat profitabilitas dan keagresifan pesaing
langsung dan pesaing produk substitusi kemungkinan akan meningkat. Hal ini
dikarenakan perbaikan kinerja dan evaluasi perusahaan, tidak adanya kebijakan afkir
dini, dan proyek sumber pakan terbaru pemerintah yang memotivasi munculnya
pakan alternatif.

4. Subtitute Price / Value

Saat
ini,
harga
pakan
ternak Charoen Pokphand cenderung lebih tinggi, yaitu berkisar antara Rp350.000
Rp355.000 per sak (1 sak: 25 kg), dibandingkan dengan produk pakan ternak serupa
milik perusahaan lain yang berada dibawah Rp340.000 per zaknya. Adapun harga
produk substitusi pakan ternak, seperti beras, singkong, ataupun limbah udang berada
jauh dibawah harga pakan ternak Charoen Pokphand. Harga beras saat ini berada pada
kisaran Rp50.000 Rp240.000 per saknya, sedangkan harga singkong sebesar
Rp40.000 per sak (Rp1.600 per kg). Adapun untuk harga limbah udang berkisar
antaraRp150.000-Rp175.000 per sak (Rp6.000-Rp7.000 per kg). Harga jual yang
rendah ini mengindikasikan nilai gizi yang terkandung juga rendah dibandingkan
dengan pakan ternak Charoen Pokphand.
Dalam lima tahun mendatang, harga produk substitusi pakan ternak sangat
bergantung pada kondisi ekonomi, seperti tingkat inflasi, nilai tukar rupiah terhadap
dollar, dan tingkat suku bunga. Ketiga faktor ini akan memengaruhi harga jual produk
substitusi pakan ternak. Namun, secara umum, semakin banyaknya jumlah produk

substitusi menyebabkan harga jual akan menurun karena produsen berusaha untuk
menarik minat beli konsumen dengan cara menetapkan harga bersaing di pasaran.

Você também pode gostar