Você está na página 1de 1

ABSTRAK

Suku dayak adalah salah satu suku asli Kalimantan yang sangat terkenal karena keunikan etnik budayanya, suku
dayak dikenal sebagai suku yang memiliki warisan magis yang kuat. Ilmu-ilmu spiritual menjadi simbol
kekhasan dari adat suku ini. Asal usul suku dayak diperkirakan merupakan keturunan dari ras Mongoloid, Asia.
Ras Mongoloid ini kemudian menetap, mendirikan perkampungan di tepian-tepian sungai, beranak pinak, dan
membangun kebudayaannya sendiri di tanah Kalimantan. Setelah kalah perang, ras mongol semakin masuk ke
pedalaman dan menyebar, ditambah sejak suku bangsa Melayu dari Sumatera, Semenanjung Malaya, Orangorang suku Bugis, Makassar, dan Jawa yang datang ke Kalimantan.
Terlepas dari akulturasi dan pengaruh budaya dari suku bangsa lainnya, pada kenyatannya saat ini suku dayak
telah terbagi menjadi 6 rumpun utama. Keenam rumpun yang antara lain rumpun Klemantan, rumpun Iban,
rumpun Apokayan, rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju, dan rumpun Punan tersebut menyebar ke seluruh
wilayah di Kalimantan, mulai dari Kalimantan Barat, Timur, Tengah, Selatan, dan Kalimantan Utara.
Dayak pernah berburu kepala tetapi dihentikan setelah para Kepala Suku dan Tumenggung, melakukan
pertemuan besar di Tumbang Anoi, Kalimantan Tengah, tahun 1894 yang kemudian dikenal dengan Perjanjian
Tumbang Anoi. Berburu kepala atau Ngayau berasal dari kata kayau yang berarti musuh .J.U. Lontaan, op.cit.
hal .532, terjadinya praktik ngayau ini bahkan dikalangan sesama dayak, hal ini bermula dari perang yang
terjadi antar sesama suku dayak. Saling mengayau antar sesama dayak sejatinya bukanlah semata-mata mencari
kepala musuh sebagai tanda bukti kekuatan dan kebanggaan sebagaimana selama ini dipersepsikan banyak
orang. Alasan ini terlampau sederhana, lebih dari itu, dilatari juga oleh nafsu balas dendam dan sebagai cara
mempertahankan diri, menyerang lebih dulu sebelum diserang.
Tujuan ngayau sendiri pada zaman dahulu adalah untuk dipersembahkan kepada roh orang tua yang akan di
Tiwah, dijadikan bukti kesaktian bahkan sebagai barang hantaran dalam lamaran pernikahan. Orang dayak yang
pernah dan berhasil ngayau sangat disegani dan sekaligus ditakuti.
Namun pada saat ini kebiasaan ngayau sudah tidak pernah diterapkan lagi mengingat sudah dilakukan perjanjian
Tumbang Anoi pada tahun 1894 dan telah masuknya agama ditengah etnis dayak yang perlahan menyadarkan
masyarakat dayak untuk segera menghentikan tradisi mengayau ini. Perubahan suku dayak inilah yang belum
diketahui oleh orang banyak, maka dari itu web ini bertujuan untuk menjelaskan kepada masyarakat umum
tentang asal mula suku dayak hingga perkembangannya sekarang yang selama ini dipandang negatif, mengingat
pada masa itu suku dayak masih menganut ajaran animisme.

Você também pode gostar